• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi CPO Indonesia

Dalam dokumen Minyak Kelapa Sawit Sebagai Salah Satu P (Halaman 34-38)

BAB III GAMBARAN DINAMIKA CPO INDONESIA

3.2 Kondisi CPO Indonesia

Tahun 2014 harga CPO berada pada level terendah dalam 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang diramalkan para pesohor pasar CPO tentang bagusnya harga CPO karena adanya anomali cuaca El-Nino sehingga kemarau menjadi lebih panjang dari biasanya. Selama tahun 2014, harga CPO sulit terkerek karena harga minyak nabati seperti kedelai, rapeseed, dan biji matahari juga mengalami penurunan karena melimpahnya stok. Selain itu, jatuhnya harga minyak dunia juga turut mempengaruhi harga CPO. Turunnya harga CPO ini menyebabkan pemerintah menetapkan Bea Keluar CPO sebesar nol persen, hal ini dikarenakan pada tiga bulan terakhir tahun 2014 harga rata-rata CPO berada dibawah US$ 750 per metrik yang merupakan batas pengenaan Bea Keluar. Hal serupa juga terjadi di Malaysia dimana pemerintah Malaysia menurunkan tarif Bea Keluar nol persen pada kuartal keempat tahun 2014 walaupun Malaysia mengeluarkan regulasi

pajak ekspor CPO pada tahun 2013 dengan range 4,5%-8,5% dengan batas bawah harga CPO RM 2.250 per metrik ton.28

Sepanjang tahun 2014 harga rata-rata CPO hanya mampu bertengger di US$ 818,2 per metrik ton. Harga rata-rata ini turun 2,8% dibandingkan dengan harga rata-rata CPO tahun 2013 yaitu US$ 841,71 per metrik ton. Sementara itu berdasarkan data yang diolah GAPKI, total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia pada tahun 2014 hanya mencapai 21,76 juta ton atau naik 2,5% dibandingkan dengan total ekspor 2013, 21,22 juta ton. Adapun produksi CPO dan turunannya 2014 diprediksi mencapai 31,5 juta ton (termasuk biodiesel dan

oleochemical). Angka produksi ini naik 5% dibandingkan total produksi tahun 2013 yang hanya mencapai 30 juta ton. Sepanjang tahun 2014 negara tujuan ekspor terbesar Indonesia masih diduduki India, negara Uni Eropa dan China. Ekspor ke India tahun 2014 mencapai 5,1 juta ton, atau turun 17% dibandingkan dengan tahun lalu dimana volume ekspor mencapai 6,1 juta ton. Turunnya ekspor ke India disebabkan berbagai faktor seperti melambatnya pertumbuhan ekonomi India akibat inflasi di dalam negeri yang tinggi, lemahnya nilai tukar rupee terhadap dollar AS pada pertengahan hingga akhir tahun, India menaikkan pajak impor minyak nabati mentah/crude dari 2,5% menjadi 7,5%, sementara untuk refined oil dari 7,5% menjadi 15%. Penurunan ekspor juga terjadi ke China, dari 2,67 juta ton menjadi 2,43 juta ton atau turun sebesar 9%. Ekspor CPO dan turunannya meningkat ke negara Uni Eropa sebesar 3% dari 4 juta ton (2013) menjadi 4,13 juta ton (2014) walaupun ada kampanye hitam tentang minyak sawit dan turunannya berikut pemberlakuan anti-dumping duty. Peningkatan ekspor minyak sawit juga terjadi ke Pakistan dari 903 ribu ton di tahun 2013 menjadi 1,66 juta ton di tahun 2014. Peningkatan volume ekspor minyak sawit ke Amerika Serikat juga cukup memuaskan di tahun 2014 dari 381,4 ribu ton di 2013 menjadi 477,2 ribu ton di 2014 atau meingkat 25%. Menurut data yang diolah GAPKI volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negara Timur Tengah pada tahun 2014 meningkat 16% dari dibandingkan tahun 2013 atau dari 1,98 juta ton di tahun 2013 menjadi 2,29 juta ton di tahun 2014.

Harga minyak sawit sepanjang tahun yang murah tetap saja tidak mampu mendongkrak permintaan dari pasar. Hal ini dikarenakan banyak negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan Uni Eropa masih dalam pemulihan dari krisis moneter. Nilai ekspor CPO dan turunannya per November 2014 sebesar 19,35 miliar dollar AS dan sampai pada Desember 2014 diperkirakan total nilai ekspor mencapai 20,8 miliar dollar AS. Artinya nilai ekspor CPO dan turunannya pada tahun 2014 meningkat 8% dibandingkan

28 Press Release GAPKI 20 Januari dan 18 Maret 2015, diunduh dari http://www.gapki.or.id/Page/PressRelease, pada 1 April 2015

dengan total nilai ekspor tahun 2013 yaitu 19,23 milliar dollar AS. Dinamika ekspor CPO asal Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor terjadi menjelang bulan Ramadhan. Indonesia mengalami peningkatan ekspor CPO dan turunannya pada bulan Mei 2014 sebesar 23% atau sebesar 320.000 ton, yaitu dari 1,38 juta ton di bulan April menjadi 1,7 juta ton di bulan Mei. Hal ini disebabkan adanya kenaikan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor, seperti Bangladesh dan Pakistan, selain India dan China sebagai negara tujuan ekspor Indonesia. Dan penurunan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.29

Tabel 3.1. Volume Ekspor Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia

Peningkatan signifikan volume ekspor ke Bangladesh dan Pakistan dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan untuk menambah stok di dalam negeri selama masa Ramadhan. Peningkatan volume ekspor ke India meskipun tidak signifikan disebabkan karena inflasi di dalam negeri masih tinggi dan nilai tukar Rupee terhadap dollar masih lemah. Peningkatan impor minyak sawit asal Indonesia ke China disebabkan datangnya bulan Ramadhan dan kenaikan harga kedelai menjadi pemicu meningkatnya. Hal sebaliknya terjadi pada negara tujuan ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa. Terjadinya penurunan permintaan ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Dari sisi harga, harga rata-rata CPO di Rotterdam pada Mei 2014 bergerak di kisaran US$ 875-US$ 905 per metrik dengan harga rata-rata US$ 895 per metrik ton. Terjadi penurunan harga rata-rata sekitar 1,7% atau sekitar US$ 16 jika dibandingkan dengan harga rata-rata bulan April US$ 911 per metrik ton. Penurunan harga rata-rata CPO dipengaruhi oleh harga minyak dunia, kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Meskipun pada 2 pekan pertama Juni 2014, harga CPO dunia menurun drastis di kisaran US$ 825-865 per metrik ton, Kementerian Perdagangan menentukan Harga Patokan Ekspor Juni

29 Press Release GAPKI 16 Juni dan 21 Oktober 2014, diunduh dari http://www.gapki.or.id/Page/PressRelease, pada 1 April 2015

Negara April 2014 Mei 2014 Keterangan Bangladesh 26,6 ribu ton 116 ribu ton 336% / 89,4 ribu ton Pakistan 123 ribu ton 145 ribu ton 17% / 22 ribu ton India 353 ribu ton 385 ribu ton 17% / 32 ribu ton China 137 ribu ton 173 ribu ton 26% / 36 ribu ton Amerika Serikat

2014 sebesar US$ 844 dan Bea Keluar 12% dengan referensi harga rata-rata tertimbang (CPO Rotterdam, Kuala Lumpur dan Jakarta) sebesar US$ 915.26.

Harga minyak nabati dunia yang terus melemah termasuk crude palm oil (CPO) tidak mampu menstimulasi ekpsor CPO Indonesia. Adanya penurunan ekspor CPO dan produk turunannya pada September 2014 sebesar 1,6% atau 25 ribu ton, yaitu 1,72 juta ton di bulan Agustus 2014 menjadi 1,695 juta ton di bulan September 2014. Penurunan kinerja ekspor CPO Indonesia juga terlihat secara year on year, tercatat Januari-September 2014 turun 1,75% atau sebesar 300 ribu ton, yaitu dari 15,3 juta ton per September 2013 menjadi hanya 15 juta ton per September 2014. Akibat lambatnya pertumbuhan ekonomi di negara tujuan utama ekspor dan rendahnya harga minyak nabati lainnya, menyebabkan daya beli negara tujuan ekspor menurun, sehingga kinerja ekspor CPO asal Indonesia sulit mengalami peningkatan.

Tabel 3.2. Kinerja Ekspor CPO Indonesia.

Seperti yang terjadi di India, lemahnya nilai tukar mata uang Rupee terhadap Dollar AS dan inflasi India yang tinggi sejak Mei 2014 serta naiknya tarif bea masuk impor minyak sawit, menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi di India mengalami kesulitan peningkatan. Hal yang serupa terjadi dengan China, kesulitan pinjaman bank dan regulasi baru standar residu pestisida termasuk untuk minyak makan, menyebabkan daya beli China menurun. Berbanding dengan negara-negara tersebut, terjadi peningkatan volume ekspor ke Amerika Serikat.

Dari sisi harga, harga rata-rata CPO di Rotterdam pada September 2014 bergerak di kisaran US$ 680-US$ 730 per metrik dengan harga rata-rata US$

Negara Agustus 2014 September 2014 Keterangan Y to Y (Jan-Sept)

2013 2014 Ket.

Pakistan 194 ribu

ton 181 ribu ton 7% / 13 ribu ton India 490 ribu

ton 305 ribu ton 38% / 185 ribu ton 4,5 juta ton 3,3 juta ton 26% / 1,2 juta

ton China 81 ribu ton 56,26 ribu

ton 31% / 24,74 ribu ton 1,77 juta ton 1,60 juta ton 10% / 170 ribu

ton Eropa 341 ribu

ton 302 ribu ton 12% / 39 ribu ton Amerika

712 per metrik ton. Harga rata-rata ini turun sekitar 5,4% dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Agustus US$ 753 per metrik ton. Harga harian CPO di pasar global (Cif Rotterdam) tercatat terus tergerus mulai pekan pertama hingga pekan ketiga Oktober ini, harga hanya bergerak di kisaran US$ 695-US$ 730 per metrik ton. Harga Patokan Ekspor Oktober 2014 ditentukan oleh Kementerian Perdagangan sebesar US$ 640 dan Bea Keluar 0% dengan referensi harga rata-rata tertimbang (CPO Rotterdam, Kuala Lumpur dan Jakarta) sebesar US$ 710 per metrik ton.

Dalam dokumen Minyak Kelapa Sawit Sebagai Salah Satu P (Halaman 34-38)

Dokumen terkait