• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

KEPERAWATAN JIWA PADA REMAJA

MATERI POKOK : KEPERAWATAN JIWA PADA REMAJA

C. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Remaja yang Bekerja, Perkembangan pengetahuan remaja yang normal sangat dibutuhkan untuk membedakan antara tingkah laku pada usia yang diharapkan dan respon yang maladaptive. Ketika sepakat dengan remaja, sebaiknya perawat mengawali pertemuan langsung dengan remaja. Sebagian besar remaja, menunjukkan bahwa perawat akan bekerjasama dengan orangtua. Pertemuan keluarga dapat digunakan untuk diagnosa evaluasi, menolong keterbukaan saat interaksi dengan keluarga dan sangat membantu untuk membangun dukungan keluarga.

2. Pendidikan Kesehatan, Perawat jiwa mempunyai posisi yang sangat penting untuk mendidik remaja., keluarga, dan masyaarakat. Informasai kesehatan dasar yang harus diberikan seperti obat-obatan terlarang, sex dan kontrasepsi, pencegahan bunuh diri, dan pencegahan kekerasan.Perawat dapat memberikan informasi tentang fungsi kesehatan emosional. Melalui pendidikan keluarga dan masyarakat tentang tingkah laku remaja yang normal dan dengan interpretasi yang mendasari konflik, orangtua, pengajar, dan anggota masyarakat lainnya

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 292 disiapkan menjadi lebih baik untuk mendukung remaja dan mengembalikan fungsi kesehatan mandiri.

3. Komunikasi dengan Remaja, Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan saat berkominikasi dengan remaja, yaitu:

a) Silence/diam, Diam atau mendengarkan seringkali efektif untuk orang dewasa tetapi menakutkan bagi remaja, terutama saat memulai treatment atau evaluasi. Kecemasan ini seringkali refleksi dari perasaaan remaja tentang empati dan identitas diri yang rendah. Secara singkat, diam dapat kreatif dan produktif ketika remaja menolak ditreatment, ketika remaja sanggup toleransi tanpa kecemasan, yang menindikasikan pertumbuhhan dalam rasa percaya diri dan menerima perasaannya.

b) Confidentiality/kerahasiaan, Kerahasiaan ditekankan untuk beberapa, terutama untuk remaja yang takut bila perawat melaporkan ke orangtuanya. Berjanji untuk tidak mengatakan apapun kepada orangtua apabila tidak diizinkan, sejak perawat membutuhkan kontak dengan orangtua jika remaja menyatakan keinginan bunuh diri atau yang berhubungan denga pembunuhan, atau menggunakan obat terlarang.

c) Negativism, Perasaan negative seringkali diekspresikan remaja, terutama pada permulaan karena mereka takut akan dampak yang muncul dari treatment. d) Resistance/Perlawanan, Seringkali remaja mulai menguji perawat untuk

melihat apakah mereka menjadi figure authoritarian. Remaja yang suka melawan dapat menyangkal membutuhkan terapi atau pertolongan. Apabila remaja tampak cemas, sangat baik memberi dukungan dan simpati., tunjukkan bahwa perawat tertarik untuk mengetahui remaja dan kemudian berdiskusi saat kondisi netral atau stabil.

e) Arguing/Menentang, Remaja selalu menentang dan mereka jarang mengakui, mendengar pendapat orang. Apabila perawat mengakui memiliki area ketidaktahuan, sangat baik untuk remaja, dimana mereka takut membutuhkan untuk menjadi lebih biak.

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 293 f) Testing, Remaja mmebutuhkan dan menginginkan batas. Mereka bingung dan tidak dapat membuat batas untuk dirinya sendiri. Mereka mencoba melalui trial and error untuk menemukan konsep diri.

g) Dreams and artistic creations, Remaja seringkali kreatif dan sangat pandai belajar dari pelajaran mereka di tempat bekerja. Selama diskusinya relevan, dapat menjadi sumber yang baik untuk mengeksplorasi perasaan mereka. h) Bringing friends, Remaja yang membawa teman ke pertemuan dapat

menghindari terapi. Ada beberapa keuntungan sharing pengalaman denggan peer group, sejak kecemasannya berkurang.

4. Keadaan memalukan saat terapi, Keadaan memalukan ini dapat terjadi di beberapa usia kelompok, tetapi lebih menonjol pada remaja, terutama selama fase awal terapi.

5. Permintaan untuk lebih diperhatikan, Beberapa remaja dapat mengembangkan ketergantungan kepada terapis. Fokusnya untuk mengeksplorasi perasaan empati, deprivasi, dan incompleteness bahwa mereka bertangungjawab atas permintaan. 6. Orang tua Remaja, Jika kelompok atau treatment individu sangat selektif untuk

remaja, perawat tetap harus mengomunikasikannya dengan keluarga. Orang tua tidak dapat membantu treatment jika mereka tidak mengerti dan tidak mengetahuinya. Perawat dapat bekerja dengan orangtua tanpa membuka rahasia. Tidak semua orangtua membutuhkan treatment. Ini sangat menolong bagi orangtua yang memiliki treatment jika remaja mengatakan memikul peran yang tidak tepat di rumah.

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 294 RINGKASAN

Istilah adolescense atau masa remaja berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini, mencakup arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut tradisi, masa remaja adalah periode dari meningginya emosi, saat “badai dan tekanan”, namun hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa ini bersifat universal atau menonjol atau menetap seperti anggapan orang pada umumnya. Perubahan sosial yang penting dalam masa remaja meliputi: 1) Meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, 2) Pola perilaku sosial yang lebih matang, 3) Pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan Dukungan social. Menurut Wilson dan Kneisl (1988), dua teori yang menjadi landasan utama untuk memahami tentang perkembangan remaja ialah teori perkembangan dan teori interaksi humanistik. Stuart dan Sundeen (1995) mengemukakan teori biologis, teori psikoanalitis, teori perkembangan intelektual, teori budaya, dan teori multidimensional. Banyak alasan mengapa masa remaja menjadi sorotan yang tidak lekang waktu. Psikologi sendiri memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakan period of storm and stress. Arnett menarik tiga tantangan tipikal yang secara general biasa dihadapi oleh remaja; (1) konflik dengan orangtua, (2) perubahan mood yang cepat, dan (3) perilaku beresiko (dalam Laugesen, 2003). Peran teman sebaya yang mulai „menggeser‟ peran orangtua sebagai kelompok referensi tidak jarang membuat tegang hubungan remaja dan orangtua. Teman sebaya menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku.

Empat model kognitif bagi kecemasan remaja. Laugesen (2003) dalam studinya tentang empat model kognitif tersebut efektif bagi pencegahan dan perlakuan terhadap kecemasan pada remaja. Kecemasan merupakan fenomena kognitif, fokus pada hasil negatif dan ketidakjelasan hasil di depan. Hal ini didasari dari definisi Vasey & Daleiden (dalam Laugesen,2003) berikut; Empat model kognitif itu ialah (1) tidak toleran (intoleransi) terhadap ketidakpastian, (2) keyakinan positif tentang kecemasan, (3) orientasi negatif terhadap masalah, serta (4) penghindaran kognitif. Studi Laugesen (2003) secara khusus menunjukkan dua hal penting yang bisa menjadi acuan; (1) intoleransi terhadap ketidakpastian dan orientasi negatif terhadap masalah merupakan target utama baik dalam pencegahan maupun perlakuan pada kecemasan yang berlebihan dan tidak terkendali pada remaja, (2) intoleransi terhadap ketidakpastian juga menjadi konstruk utama dalam kecemasan remaja. Hal lain yang sangat menarik dalam temuan Laugesen adalah intoleransi pada remaja berkorelasi dengan persepsi tentang tugas ambigu, namun tidak dengan kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa intoleransi dan kecemasan sebagai konstruk yang unik. Intoleransi menjadi kunci penting dalam memahami kecemasan pada remaja.

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 295 SOAL LATIHAN

1. Berikut tugas perkembangan remaja yang normal ... 1. Menerima peran sosial maskulin atau feminin

2. Menerima kemandirian emosional terhadap orang tua

3. Menerima pertumbuhan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif 4. Mandiri dan mencapai identitas diri

2. Masa remaja merupakan krisis identitas versus difusi identitas atau tahapan intimacy versus isolation hal ini berdasarkan teori ...

a. Biologis b. Psikososial c. Psikoanalisa d. Attachment e. Kognitif

3. Pandangan teori remaja bahwa remaja mulai matang secara fisiologis dan eksplorasi seksual adalah pandangan teori ...

a. Biologis b. Psikososial c. Psikoanalisa d. Attachment e. Kognitif

4. Penanganan gangguan jiwa pada remaja dapat dilakukan dengan beberapa terapi antara lain ...

1. Terapi individu 2. Terapi kelompok 3. Terapi keluarga 4. Farmakoterapi

5. Terapi kognitif dan terapi perilaku pada remaja termasuk dalam terapi .... a. Individu

b. Kelompok c. Keluarga d. Psikoterapi e. Psikoanalisa

6. Tujuan terapi individu pada remaja adalah .... 1. Mengubah perilaku maladaptif

2. Mendapatkan dukungan sebaya 3. Hubungan terstruktur dan terapeutik 4. Pemenuhan pembentukan identitas ego

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 296 DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C., John M. Neale, & Ann M. Kring., 2004. Abnormal Psychology (9th edition). US: John Wiley & Sons, Inc.

Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.

Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan :

Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC. Jakarta

Hershenson, David B.; Power, Paul W.; & Waldo, Michael. 1996. Community

Counseling, Contemporer Theory and Practice. Massachusetts, A Simon &

Scuster Company.

Hyman, S.H. Addiction, 2005. A Disease of Learning and Memory. Am J Psychiatry 162:1414-1422

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Jenson, W. R., Sloane, H., & Young, R., 1988. Applied behavioranalysis in

education: A structured teaching approach. New York: Prentice Hall.

Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.

Keliat, BA dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. EGC; Jakarta

Laugesen, Nina., 2003. Understanding adolescent worry: the application of a

cognitive model, Journal of Abnormal Child Psychology, Feb.2003.

Maramis, W.f., 2006. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.

Perez, Joseph F. 1979. Family Counseling: Theory and Practice. New York, Van Nostrand, Co.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan

Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.

Stuart G.W, and Sundeen S.J., 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, St Louis: Mosby Year Book

Stuart, G.W, and Laraia., 2005. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier Mosby, Philadelphia

Stuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

Syamsu Yusuf LN., 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.

Townsend, M.C, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Townsend, M.C., 1996. Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology, New Yuork: McGraw-Hill Book Company