• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN PSIKIATRIK ANAK-ANAK

GANGGUAN PSIKIATRIK ANAK-ANAK

B. GANGGUAN AUTISME

2. ETIOLOGI AUTISME

Penyebab yang pasti dari autisme tidak diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan oleh pola asuh yang salah. Penelitian terbaru menitikberatkan pada kelainan biologis dan neurologis di otak termasuk ketidakseimbangan biokimia, faktor genetik dan gangguan kekebalan. Beberapa kasus mungkin berhubungan dengan infeksi virus (rubella congenital atau cytomegalic inclusion disease), fenilketonuria (suatu kekurangan enzim yang sifatnya diturunkan) dan sindroma X yang rapuh (kesalahan kromosom). Sedangkan menurut penyebab utama dari autisme belum diketahui dengan pasti autisme diduga disebabkan oleh gangguan neurobiologis pada susunan syaraf pusat meliputi faktor genetik, gangguan pertumbuhan sel otak pada janin, gangguan pencernaan, keracunan logam berat dan gangguan auto-imun. Menurut Lumbantobing (2001), penyebab dari autisme dapat dipengaruhi oleh:

Faktor keluarga dan psikodinamik

Mulanya diperkirakan gangguan ini akibat kurangnya perhatian orang tua, tetapi penelitian terakhir tidak menemukan adanya perbedaan dalam membesarkan anak pada orang tua anak normal dari orang tua anak yang mengalami gangguan ini. Namun beberapa anak

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 248 autisme berespon terhadap stressor psikososial seperti lahirnya saudara kandung atau pindah tempat tinggal berupa eksaserbasi gejala (Lumbantobing, 2001). Kelainan organo

-biologi - neurologi

Berhubungan dengan lesi neurologi, rubella kongenital, cytomegalovirus, ensefalitis, meningitis, fenilketonuria, tuberous sclerosis, epilepsi dan fragilee X syndrome. Penelitian neuroanatomi menunjukkan bahwa autisme akibat berhentinya perkembangan dari cerebellum, cerebrum dan sistem limbik. Pada MRI ditemukan hipoplasi vermis cerebellum lobus VI dan VII. Pada sekitar 10-30% anak dengan autisme dapat diidentifikasi faktor penyebabnya (Lumbantobing, 2001).

Faktor genetik Pada survey gangguan autisme ditemukan 2-4% saudara kandung juga menderita gangguan autisme. Pada kembar monozygot angka tersebut mencapai 90% sedang akan kembar dizigot 0% (Lumbantobing, 2001)

Faktor imunologi Terdapat beberapa bukti mengenai inkompatibilitas antara ibu dan fetus, dimana limfosit fetus bereaksi terhadap antibodi ibu, sehingga kemungkinan menyebabkan kerusakan jaringan syaraf embrional selama masa gestasi (Lumbantobing, 2001).

Faktor perinatal Tingginya penggunaan obat pada selama kehamilan, respiratory disstres syndrome, anemia neonatus

Penemuan biokimia Pada sepertiga dari penderita autisme ditemukan peninggian serotonin plasma. Selain itu terdapat peninggian asam homovanilik pada cairan liquor cerebrospinal (Lumbantobing 2001).

Penyebab Autisme Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella) bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme (Lumbantobing 2001).

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 249 3. GEJALA-GEJALA GANGGUAN AUTISME

Gejala pada anak autisme sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun, yaitu antara lain dengan tidak adanya kontak mata, dan tidak menunjukkan responsif terhadap lingkungan. Jika kemudian tidak diadakan upaya terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak terhenti atau mundur, seperti tidak mengenal suara orang tuanya dan tidak mengenali namanya, penderita autisme klasik memiliki 3 gejala yaitu: 1) Hambatan dalam komunikasi verbal dan non, 2) Kegiatan, dan 3) Minat yang aneh atau sangat terbatas. Sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak autisme Lumbantobing (2000), adalah sebagai berikut: 1. Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain

2. Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya

3. Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata 4. Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri

5. Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka

6. Jarang memainkan permainan khayalan 7. Memutar benda, terpaku pada benda tertentu

8. Sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif

9. Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang normal,

10. Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima atau mengalami perubahan

11. Tidak takut akan bahaya

12. Terpaku pada permainan yang ganjil

13. Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata) 14. Tidak mau dipeluk

15. Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli

16. Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata, lebih senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk Jengkel atau kesal membabi buta

Hibah Buku Teks Tahun 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa “ Page 250 Anak autisme mengalami keterlambatan bicara, mungkin menggunakan bahasa dengan cara yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama jika seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami apa yang dikatakan kepadanya. Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang normal (terutama menyebut dirinya sebagai kamu, bukan sebagai saya) Pada beberapa kasus mungkin ditemukan perilaku agresif atau melukai diri sendiri. Kemampuan motorik kasar/halusnya ganjil (tidak ingin menendang bola tetapi dapat menyusun balok) Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun berat, selain itu perilaku autisme biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang terjadi dan tidak sesuai dengan usianya. Sedangkan tanda-tanda autis (Lumbantobing 2000), yang sering dijumpai antara lain: tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari, hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata, mata yang tidak jernih atau tidak bersinar, tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain, hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan), serasa dia punya dunianya sendiri, tidak suka berbicara dengan orang lain, tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang: 1) interaksi sosial, 2) bicara dan berbahasa, 3) cara bermain yang monoton, kurang variatif. Bukan disebabkan oleh gangguan disintegrasi masa kanak, namun kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autisme ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktifitas. Autisme memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada (Lumbantobing 2001).