• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6. Kerangka Konsep

1.6.1. Diplomasi Publik

Diplomasi publik pertama kali dikenalkan oleh Edward Murrow pada tahun 1963 sebagai salah satu cara untuk menangani pengaruh perilaku publik terhadap proses pengambilan serta pelaksanaan kebijakan luar negeri.30 Edmund Gullion, mengemukakan diplomasi publik ialah hal yang berurusan dengan bagaimana mempengaruhi sikap publik dalam pembentukan dan eksekusi kebijakan luar negeri yang mengelilingi dimensi hubungan internasional dibalik diplomasi tradisional, pemeliharaan opini publik oleh pemerintah di negara lain, interaksi kelompok privat dan kepentingan di satu negara dengan negara lain, laporan urusan luar negeri dan dampaknya terhadap kebijakan, komunikasi antara diplomat dan koresponden asing dan proses komunikasi antar budaya.31

Sedangkan menurut U.S. Center for Citizen Diplomacy (USCCD)32 menyimpulkan bahwa diplomasi publik adalah promosi persepsi positif dan kredibel dari suatu negara secara umum dan kebijakan luar negerinya melalui aktivitas dan program yang dilakukan di bawah naungan pemerintah federal.33

Langkah diplomasi publik yang diterapkan pemerintahan Amerika Serikat merupakan elemen mendasar dari terbentuknya kebijakan-kebijakan yang bersifat informal dan akan menciptakan suatu transparansi kebijakan politik. Manfaat

30Nancy Snow dan Phillip M. Taylor, Routledge Handbook of Public Diplomacy, (New York & London: Routledge Taylor & Francis Group, 2009, hlm. 19.

31 Antonio F. de Lima Jr., “The Rdole of International Education Exchanges in Public Diplomacy,” Place Branding and Public Diplomacy Vol. 3 tahun 2007, hlm 235

32NGO itu singkatan dari Non Government Organisation adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/116521#readmore

33 Public Diplomacy Magazine, “Citizen Diplomacy: Building a Nation of Global Citizen Diplomats,” http://www.publicdiplomacymagazine.com/citizen-diplomacy-building-a-nation-of-global-citizen-diplo mats/ diakses pada 29 Oktober 2019

nyata yang disebabkan diplomasi publik yaitu pemerintah dapat menjalankan upaya diplomasi secara efektif serta memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap masyarakat internasional.34

Diplomasi merupakan sarana komunikasi antar-negara serta dengan aktoraktor hubungan internasional lainnya untuk menjalin sebuah usaha negosiasi dan telah diterapkan oleh hampir seluruh negara di dunia ini yang meliputi bidang ekonomi, politik, budaya, militer ataupun sosial yang bersifat tidak saling mengancam. Diplomasi dibagi menjadi dua yaitu hard diplomacy dan soft diplomacy. Hard diplomacy diidentifikasikan sebagai suatu cara yang dilakukan negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya dengan menggunakan kekuatan militer dan ekonomi. Soft diplomacy merupakan suatu sarana negara guna berkomunikasi atau bernegosiasi melalui pemahaman budaya, pendidikan dan sosial.35

Hubungan diplomatik antar negara semata-mata tidak hanya melalui bidang ekonomi, militer dan sosial saja tetapi dapat didukung dengan hal-hal yang bersifat non-resmi seperti budaya, bahasa daerah, pendidikan, aset pariwisata, dan event-event olahraga dalam skala internasional dan juga sebagai ajang self branding untuk memperbaiki citra buruk negara.36

Diplomasi publik sebagai salah satu instrumen penting diantara berbagai jenis instrumen persuasif, kooperatif, maupun koersif yang dapat dijalankan oleh

34 “The Evolution of American Public Diplomacy : Four Historical Insights”, diakses dari http://www.state.gov/pdcommission/meetings/218815.htm pada 01 September 2019. Pukul 10.30 Wib

35 Tonny Dian Effendi, Diplomasi Publik Jepang Perkembangan dan Tantangan, Bogor:

Ghalia Indonesia, 2011, hlm 10-11

36 Ibid, hlm 21

aktor maupun non aktor pemerintahan Amerika Serikat. Dalam hal ini, aktivitas diplomasi publik dapat tercapai melalui pemenuhan lima aspek strategis, yang harus diperhatikan dalam pendekatan diplomasi publik Amerika Serikat, antara lain adalah pemenuhan logika strategis, komunikasi wacana atau instrumental, pelindung (firewalls) dan karakteristik diplomasi publik yang mampu berintegrasi antar aktor.37

Salah satu bentuk diplomasi publik yang dilakukan Amerika Serikat adalah program pertukaran pelajar. Diplomasi publik melalui pertukaran pelajar dilakukan Amerika Serikat untuk mencapai kepentingan nasionalnya. National American Field Service (NAFSA), kepentingan nasional yang ingin dicapai Amerika Serikat melalui program pertukaran pelajar adalah kepentingan untuk menciptakan kesepahaman dan perbaikan citra.38 Mantan Menteri Pertahanan Robert Gates Amerika Serikat pada masa Presiden George Bush tahun 2006-2011, menyatakan bahwa pertukaran pelajar dapat mencapai kesepahaman antara peserta dengan masyarakat Amerika Serikat, mematahkan stereotip dan hambatan perbedaan budaya, berkontribusi terhadap perpindahan pengetahuan dan keahlian, memperkenalkan dunia luar kepada budaya dan opini yang beragam yang ada di Amerika Serikat, serta membiasakan masyarakat Amerika Serikat kepada pandangan masyarakat asing yang mungkin berbeda dengan pandangan-pandangan yang ada di Amerika Serikat.39

37Matthew Morgan J. “The Impact of 9/11 On The Media, Arts, and Entertainment:The Day That Changed Everything” United States:Palgrave Macmillan, 2009, hlm 97

38 NAFSA, In America’s Interest: Welcoming International Students, Washington, DC:

NAFSA, 2003, hlm, 35

39 Giles-Scott Smith, “Still Exchanging? The History, Relevance, and Effect of International Exchange Programs,” E-International Relations, September 14, 2012,

http://www.e-Berbagai implementasi diplomasi publik pada sektor pendidikan yang dilakukan Amerika Serikat yaitu melalui program pertukaran internasional baik para siswa, mahasiswa, guru, dan pekerja-pekerja profesional lainnya. Bagi Amerika Serikat, program pendidikan internasional merupakan kekuatan untuk perdamaian, rasa saling pengertian dan pada akhirnya sebagai sarana Amerika Serikat dapat membangun kebersamaan serta mempertahankan pengaruhnya di dunia.40

Perkembangan zaman yang semakin kompleks, mencakup aktor, isu-isu dunia maupun teknologi informasi membuat pilihan-pilihan instrumen diplomasi pun menjadi beragam. Semakin berkembangnya hal-hal tersebut menyebabkan pergeseran diplomasi yang pada awalnya ialah diplomasi tradisional (government to government)41 menjadi diplomasi yang lebih modern, yang dapat disebut sebagai diplomasi publik.

Gifford Malone, mendefinisikan diplomasi publik adalah komunikasi langsung dengan publik asing dengan tujuan mempengaruhi pemikiran mereka dan pada akhirnya berpengaruh pula terhadap pemerintah mereka.42

Pendapat berbeda menurut Hans Tuch, diplomasi publik merupakan proses pemerintah dalam berkomunikasi dengan public asing sebagai bentuk

ir.info/2012/09/14/still-exchanging-the-history-relevance-and-effect-of-international-exchange-programs/ diakses pada 1 Oktober 2019

40 Kavita Pandit, “Leading Internationalization,” Annals of the Association of American Geographers 99, No. 4 Tahun 2009, hlm 647

41 Philip Seib, ed., Toward A New Public Diplomacy; Redirecting US Foreign Policy, United States of America, New York: Palgrave Macmillan, 2009, hlm.233.

42 Gyorgi Szondi, Public Diplomacy and Nation Branding: Conceptual Similiraties and differences,2007hlm 13

upaya untuk membawa pemahaman atas ide-ide dan cita-cita bangsa, institusi dan budayanya, serta tujuan dan kebijakan nasional.43

Diplomasi publik juga merupakan proses pembangunan persepsi dan hubugan positif untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri. Dewasa ini, tujuan utama diplomasi publik adalah untuk mempengaruhi opini publik asing agar dapat terbentuknya lingkungan yang mau menerima sasaran kebijakan luar negeri dan untuk mempromosikan kepentingan nasional.44 Menurut Howard H.

Frederick, diplomasi publik merupakan kegiatan yang diarahkan langsung ke luar negeri dalam berbagai lingkup informasi, pendidikan maupun budaya, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemerintah asing melalui warga negaranya.45 Signitzer dan Coombs, mengemukakan bahwsa diplomasi publik adalah suatu cara bagi pemerintah, perusahaan maupun kelompok dalam mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung sikap dan opini masyarakat yang berhubungan langsung dengan keputusan kebijakan luar negeri pemerintah negara lain.46Congressional Research Service Report 2009, istilah mendeskripsikan upaya pemerintah untuk melakukan kebijakan luar negeri dan dipromosikan kepentingan nasionalnya, melalui direct outreach dan pengkomunikasian secara langsung dengan penduduk negara asing.47

43 Anna Tiederman, U.S. Public Diplomacy in the Middle East: Lessons Learned from the CharlotteBeers Experience, diambil dari sumber <http://usc.publicdiplomacy. org/pdfs/Anna_

Tiedeman_Beers.pdf>, diakses pada tanggal 1 September 2019

44 Gyorgy Szondi, Public Diplomacy and Nation Branding: Conceptual Similarities and Differences, Discussion Papers in Diplomacy, 2008, 7 (diakses pada 29 September 2019)

45 Nicholas J. Cull, Public Diplomacy: Taxonomies and Histories, (The Annals of the American Academyof Political and Social Science: Sage, 2008), hlm. 31

46 Axel Heck dan Gabi Schlag, Humanitarian by “Pictorial Force”, New York: Visual Representations and the Public Diplomacy Strategy of the European Union in Africa, 2009, hlm.

4

47 H. Nakamura Kennon dan Matthew C. Weed, U.S. Public Diplomacy: Background and Current Issues, Washington, D. C.: Congressional Research Service, December 18, 2009, hlm.1.

Diplomasi

Karakteristik Diplomasi tradisional Diplomasi modern Struktur First track diplomacy Second track diplomacy Proses Tertutup (negara) Terbuka (multi aktor)

Agenda Isu tradisional (high politic) Isu kontemporer (low politic)

Sumber: John Baylis, 1998.1

Diplomasi publik pertama kali dikenalkan oleh Edward Murrow pada tahun 1963 sebagai salah satu cara untuk menangani pengaruh perilaku publik terhadap proses pengambilan serta pelaksanaan kebijakan luar negeri.48

Jika dalam diplomasi publik yang lama atau tradisional lebih menekankan kepada aktor pemerintahan saja. Berbeda dengan konsep diplomasi publik yang baru atau modern, dimana terdapat banyak aktor di luar pemerintahan yang justru lebih berperan besar dalam pembentukan image suatu negara. Pembedaan antara kedua jenis diplomasi tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1. Perbedaan Diplomasi

1. Diplomasi Tradisional

Diplomasi tradisional memiliki struktur First track diplomacy yang artinya ialah melibatkan pemerintah dengan pemerintah (G to G) yang sifatnya rahasia, kaku dan formal. Proses yang ada pada diplomasi tradisional tentunya dilaksanakan secara tertutup. Pada masa diplomasi tradisional ada isu-isu high politicy contohnya seperti isu politik dan keamanan.

48Nancy Snow dan Phillip M. Taylor, Routledge Handbook of Public Diplomacy, (New York & London: Routledge Taylor & Francis Group, 2009, hlm. 19.

Brian White dalam buku The Globalization of World Politics An Introduction to International Relation, menjelaskan beberapa karakteristik dari diplomasi tradisional, yaitu:

a. Berkenaan dengan masalah struktur, diplomasi tradisional cenderung lebih bersifat pada suatu bentuk proses komunikasi antara negara satu dengan negara lain secara official daripada bentuk organisasi politik lainnya, karena itulah diplomasi jenis ini juga sering disebut dengan first-track diplomacy. Diplomasi tradisional lebih cenderung kepada state-based activity.49

b. Secara tradisional, diplomasi ini diatur pada suatu dasar hubungan bilateral yang besar dan biasanya dilakukan secara rahasia serta dikarakteristikkan oleh peraturan dan prosedur yang khusus. Dengan memberikan batasan pada dua golongan, tentu saja membuat diplomasi tradisional menjadi lebih mudah untuk menjaga segala negosiasi diantara mereka secara rahasia. Dalam diplomasi tradisional juga dikenal sejumlah hak, keistimewaan dan kekebalan yang diberikan pada diplomat serta semua aktivitas diplomatik.

c. Berkenaan dengan agendanya, diplomasi tradisional memiliki agenda yang berorientasikan high politics, seperti isu perang, perjanjian perdamaian, serta batas-batas negara.

49 Baylis, John & Smith, Steve. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relation. New York: Oxford University Press, 1998, hlm 1

2. Diplomasi Modern

Struktur yang dimiliki oleh diplomasi modern ialah Second track diplomacy yang artinya ialah diplomasi lebih ditekankan pada Government to people yang sifatnya lebih terbuka.

Pada kejadian meletusnya perang dunia pertama, hal tersebut membuat orang-orang semakin merasa yakin bahwa diplomasi tradisional yang bersifat rahasia harus dirubah dan diganti dengan diplomasi modern. Sehingga ada beberapa karakteristik yang berbeda pada diplomasi modern daripada diplomasi tradisional, yaitu:

a. Diplomasi ini lebih bersifat terbuka pada publik sehingga meminimalisir prasangka buruk.

b. Dengan diubahnya diplomasi tradisional menjadi diplomasi modern atau dikenal sebagai second-track diplomacy, secara otomatis membuat proses diplomasi menjadi aktivitas yang lebih rumit karena tidak hanya melibatkan peran pemerintah dalam menjalankan misi diplomasi, namun juga melibatkan lebih dari satu aktor, baik aktor Intergovernmental Organization, Non-Governmental Organization, MNC dan bahkan individu

c. Diplomasi modern ini tidak hanya memiliki agenda yang berkenaan dengan high politics, namun juga memiliki agenda yang bersifat low politics, seperti masalah ekonomi, sosial dan isu kesejahteraan, karena pada diplomasi jenis ini, penghindaran terjadinya perang menjadi prioritas utama. Dalam diplomasi modern ini, negara masih melanjutkan diplomasi

bilateral dengan negara lain, selain itu, ada pula diplomasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok negara secara multilateral, salah satunya melalui PBB. Sebagai contoh adalah e-diplomacy yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. E-diplomacy ini merupakan untuk sarana khusus dalam berdiplomasi yang menitikberatkan pada usaha memperoleh dan mengelola informasi yang berkaitan dengan diplomasi Amerika Serikat melalui internet.50 E-diplomacy ini juga dibangun untuk merespons informasi dari luar negeri yang berkaitan dengan kepentingan Amerika Serikat dan dilakukan di dunia maya. Pihak Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sendiri membentuk badan khusus yang menangani masalah e-diplomacy dengan tujuan membawa diplomat Amerika Serikat dalam proses pengambilan keputusan melalui teknologi informasi, meningkatkan hubungan dan peran serta Amerika Serikat terhadap masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri, meningkatkan manajemen informasi dan pengetahuan di dunia maya.

Diplomasi pertukaran pelajarlah yang memiliki dampak positif dalam rentang waktu yang sangat lama. Dibandingkan dengan keempat elemen diplomasi publik lainnya. Hal tersebut tentunya dapat memberikan negara tersebut untuk mendapatkan informasi ke dalam maupun ke luar guna meningkatkan perception of mutuality antar negara yang terkait.

1. Listening yang digunakan sebagai upaya aktor untuk mengelola lingkungan internasional dengan cara mengumpulkan dan menyusun data tentang publik

50 Effendy, Tony Dian. E-Diplomacy Sebagai Sarana Promosi Potensi Daerah Kepada Dunia Internasional, 2008, hlm 12

luar negeri dan opini mereka. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk mengarahkan kebijakan atau memperluas pendekatan diplomasi publik yang sesuai kedepannya.

2. Advocacy sebagai upaya aktor mengelola lingkungan internasional dengan cara melakukan kegiatan komunikasi internasional untuk mempromosikan secara aktif kebijakan tertentu, ide, atau kepentingan aktor terhadap pikiran publik asing. Namun, utilitas jangka pendek atas elemen ini seringkali menyebabkan banyak persepsi yang tidak diharapkan dari diplomasi publik itu sendiri.

3. Cultural diplomacy, sebagai upaya aktor untuk mengelola lingkungan internasional melalui pembuatan cultural resources dan pencapaian prestasi yang dikenal hingga mancanegara maupun memfasilitasi cultural transmission ke luar negeri. Tergolong akan berdampak cukup lama dalam diplomasi publik, karena dapat dikatakan juga bahwa culural diplomacy merupakan kebijakan suatu negara untuk memfasilitasi ekspor jenis-jenis budayanya.

4. Exchange diplomacy sebagai upaya untuk mengelola lingkungan internasional dengan cara mengirimkan warga negaranya ataupun sebaliknya untuk studi atau akulturasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Unsur resiprokal atau timbal balik cenderung membuat elemen ini sebagai dasar konsep mutuality yang terdapat dalam diplomasi publik.

Mutuality disini dapat diartikan sebagai visi dari pengalaman pendidikan

internasional, dimana kedua belah pihak saling memperoleh manfaat serta mulai merubah cara pandang dan berfikirnya.

Exchange diplomacy yang memiliki dampak positif dalam rentang waktu yang sangat lama dibandingkan dengan keempat elemen diplomasi publik lainnya.

Sehingga dalam penelitian ini, exchange memberikan kontribusi dalam penerapan development of lasting relationship yang digunakan oleh Amerika Setikat pasca peristiwa 11 September 2001. Aspek ini, memberikan dorongan untuk tercapainya diplomasi publik suatu negara. Sehingga negara dapat mengkomunikasikan informasi secara langsung, baik ke dalam maupun ke luar, serta meningkatkan perception of mutuality antar negara yang terkait.

5. International news broadcasting (IB), upaya aktor untuk mengelola lingkungan internasional dengan menggunakan teknologi radio, televisi, dan internet untuk terlibat dengan publik asing. Melalui IB ini, penggunaan berita yang disiarkan hingga mancanegara merupakan kunci utama dalam penggunaan elemen ini. Namun dalam praktiknya sendiri, elemen IB dapat tumpang tindih dengan elemen diplomasi publik lainnya dan hanya bersifat medium-term dalam utilitasnya.

Dokumen terkait