• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Disain Penelitian

Wilayah pantai merupakan transisi antara daratan dan lautan yang dicirikan oleh tingginya variasi biodiversitas, yang termasuk didalamya adalah ekosistem yang paling kaya tetapi skaligus sangat rentan terhadap kerusakan, seperti mangrove dan karang (coral reef). Lebih lanjut tekanan terhadap ekosistem pantai semakin kuat seiring dengan berkembangnya populasi. Lebih dari separuh penduduk dunia tinggal diwilayah pantai (dalam radious 60 km dari laut) dan jumlah ini akan terus meningkat (Yunis, 2001). Banyak stakeholder yang tergantung dan menikmati wilayah pantai, mereka adalah: nelayan, pemukim, pariwisata, petambak, industri, organisasi pemerintah dan lain-lain. Aktivitas

stakeholder ini dengan tujuan yang berbeda seringkali memicu terjadinya konflik dalam pemanfaatan sumberdaya pantai. Oleh karenanya wilayah pantai juga dicirikan pula oleh potensi konflik yang tinggi dan overeksploitation.

Kondisi diatas juga terjadi di pantai utara Jakarta. Saat ini tekanan terhadap ekosistem diwilayah ini merupakan konsekuensi dari dinamika pembangunan yang berlangsung di kawasan darat atau hinterland. Dinamika pembangunan tersebut tidak lepas dari pengelolaan yang diterapkan oleh otoritas wilayah. Pengelolaan tersebut sangat ditentukan oleh kebijakan yang dijadikan referensi para pelaksana pembangunan, termasuk masyarakat yang berinisiatif memenuhi kebutuhannya tanpa terlalu mengandalkan peran intervensi otoritas terlalu banyak. Pembangunan tersebut menghasilkan beberapa konsekuensi, baik yang bersifat positif maupun negatif yang penilaiannya tergantung pada perspektif yang dipakai. Konsekuensi positif umumnya adalah dampak yang sesuai dengan harapan sementara konsekuensi negatif adalah dampak yang tidak diharapkan.

Konsekuensi negatif pembangunan terhadap aktifivitas perikanan dapat dilihat dari terjadinya degradasi, konversi lahan dan over eksploitasi sumberdaya perikanan. Terjadinya tenakan negatif tersebut secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan konsumsi dan dorongan sosial (social drivers) yang dibentuk oleh: property right, karakteristik sumberdaya, teknologi dan tata laku

(practices), pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap ekosistem pantai, aspirasi masyararakat, kelembagaan politik dan sosial, mekanisme pasar, akses terhadap kapital (Noronha, et al., 2002). Terjadinya social drivers tersebut disebabkan karena adanya primary drivers terhadap demografik dalam wujud: jumlah, pertumbuhan, migrasi ekonomi, aktivitas utama, kebijakan makro dan sektoral, serta globalisasi.

Penelitian ini diawali dengan melakukan pemetaan kondisi saat ini terhadap wilayah ekosistem pantai utara Jakarta. Secara umum, analisis yang dilakukan meliputi: (1) analisis penggunaan lahan saat ini di pantai pantai utara Jakarta bagi peruntukan pelabuhan, industri, pariwisata, pemukiman dan konservasi, (2) analisis karakteristiik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, (3) analisis kebijakan pembangunan di wilayah pantai utara Jakarta. Untuk kepentingan analisis tersebut dikumpulkan data primer maupun sekunder yang meliputi: (1) data fisik kawasan pantai, seperti geologi, fisiografi, hidrologi dan sebagainya, (2) data ekosistem pantai seperti ekosistem mangrove, (3) data penggunaan lahan seperti pertambakan, pemukiman, pelabuhan, industri, pariwisata, pertanian dan konservasi, (4) data kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

Data yang terkumpul dari rangkaian analisis tersebut akan dituangkan kedalam sebuah sistem informasi spatial, yaitu geographic information system (GIS). Penggunaan remote sensing dan GIS cosok untuk mengevaluasi kondisi sumberdaya pantai, sosial, ekonomi dan lingkungan saat ini. Analisis GIS diarahkan untuk mengetahui dampak pembangunan dan aktivitas masyarakat terhadap: tata guna lahan, kimia perairan teluk Jakarta, serta kondisi biologis dan fisik perairan teluk Jakarta. Untuk mengetahui dampak pembangunan dan aktivitas utama masyarakat terhadap ekosistem pantai dan kualitas perairan teluk Jakarta maka digunakan dua titik pengamatan tahun 1998 dan 2004. Pemilihan titik pengamatan ini sesuai dengan RUTR Jakarta Utara. Dengan menggunakan dua titik ini maka akan diketahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dua kurun waktu tersebut. Dampak pembangunan dan aktivitas utama masyarakat terhadap penggunaan lahan dianalisis melalui perubahan peruntukkan lahan dalam periode tersebut dengan menggunakan alat bantu GIS.

Hal serupa juga dilakukan untuk menganalisis dampak pembangunan dan aktivitas utama masyarakat terhadap kondisi perairan teluk Jakarta. Perubahan kondisi perairan ditinjau dari aspek fisika, kimia dan biologi. Aspek fisika dievaluasi dengan menggunakan parameter kekeruhan (turbiditas), kecerahan (transimisi cahaya) dan suhu. Justifikasi kondisi fisik perairan dilakukan dengan menggunakan kriteria baku mutu perairan berdasarkan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 sebagai pembanding. Berdasarkan baku mutu tersebut maka dapat diketahui apakah secara fisik, kondisi perairan teluk Jakarta sesuai atau tidak sesuai bagi perkembangan biota laut dan kepentingan wisata bahari. Degan bantuan GIS dapat diketahui besaran dan lokasi perubahan peruntukan lahan.

Aspek kimia perairan dievaluasi dengan menggunakan parameter kandungan: oksigen terlarut (dissolve oxygen/DO), kandungan fosfat, senyawa-senyawa nitrat, pH, salinitas, serta pencemaran logam berat. Justifikasi kondisi kimia perairan dilakukan dengan menggunakan kriteria baku mutu perairan berdasarkan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 sebagai pembanding. Berdasarkan baku mutu tersebut maka dapat diketahui apakah secara kimia, kondisi perairan teluk Jakarta sesuai atau tidak sesuai bagi perkembangan biota laut dan kepentingan wisata bahari. Dengan bantuan GIS dapat diketahui perubahan kesesuaian kimia perairan dalam kurun waktu 1998 dan 2004.

Aspek biologi perairan dievaluasi dengan menggunakan parameter komposisi makrobentos dan mikrobentos. Pengukuran perubahan kondisi biologi dilakukan pada bulan Mei dan Oktober 2005 dengan menggunakan 27 titik pengamatan (stasiun).

Hasil analisis ini akan memberikan gambaran dampak pembangunan dan aktivitas utama masyarakat terhadap tata guna lahan dan kondisi perairan teluk Jakarta. Dengan menggunakan matrik Driver-Pressure-State-Impact-Response

(DPSIR) maka dapat dilakukan analisis keterkaitan faktor-faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem di wilayah pantai.

Tekanan tersebut akan mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan di teluk Jakarta. Dihadapkan dengan perkembangan jumlah nelayan yang memanen

sumberdaya perikanan di Teluk Jakarta serta kemampuan ikan untuk melakukan regenarasi dan pertumbuhan pada kondisi perairan yang tertekan sebagai akibat dari aktivitas pembangunan dan aktivitas utama masyarakat, maka optimalisasi sumberdaya perikanan diduga akan lebih menjamin keberlangsungan sumberdaya perikanan itu sendiri. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan dengan menggunakan analisis Linear Goal Programming(LGP). Penelitian ini menggunakan tiga fungsi tujuan dan lima fungsi kendala dalam LGP. Fungsi tujuan tersebut adalah: memaksimumkan pendapatan nelayan, memaksimumkan jumlah hari kerja, serta meminimumkan deviasi pemanfaatan maksimum sumberdaya perikanan tangkap. Fungsi kendala yang dimasukkan dalam model LGP adalah: effort optimum, ketersediaan bahan bakar, ketersediaan es balok, ketersediaan umpan dan kedala non negatif.

Dengan diketahuinya kondisi sumberdaya pantai dan perairan teluk Jakarta, serta kondisi optimal pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap maka dapat dirancang strategi pemanfaatan sumberdaya pantai dan perikanan yang berkelanjutan. Dalam menyusun rancangan strategi maka informasi mengenai aspirasi masyarakat nelayan kondisi perikanan dan ekosistem sumberdaya pantai dan perairan dijadikan sebagai masukan bagi perumusan strategi pengelolaan ekosistem pantai dan sumberdaya perikanan. Data mengenai aspirasi masyarakat nelayan dianalisis dengan menggunakan metoda Principal Component Analysis

(PCA). Dengan analisis ini maka dapat diketahui varuiabel utama yang memberikan gambaran terhadap pemahaman masyarakat nelayan. Proses penyusunan rancangan strategi pengelolaan sumberdaya pantai dan perikanan tangkap tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda SWOT.

Proses penelitian selengkapnya secara skematis dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Gambar 6 Bagan alir proses penelitian

Pemetaan Kondisi Saat ini Data Sekunder Survey Kondisi Demografik Tataguna lahan Kualitas perairan Aspirasi masyarakat terhadap sumberdaya perikanan Pengetahuan dan persepsi terhadap ekosistem Sosial ekonomi Analisis Dampak: 1. Konversi 2. Degradasi

Kontribusi ekosistem pantai dan sumberdaya perikanan

terhadap kesejahteraan

Optimal?

Stop

Optimalisasi model pengelolaan ekosistem pantai

dan sumberdaya perikanan

Rancangan strategi optimal pengelolaan ekosistem dan sumberdaya perikanan Mulai

Data Primer

Ya