• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI TERHADAP PERIKANAN

4.4 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan tiga indikator utama untuk menilai dampak pembangunan dan aktifitas masyarakat terhadap kondisi ekosistem pantai utara Jakarta. Ketiga indikator utama tersebut adalah: lingkungan, kependudukan dan sosial-ekonomi. Ditinjau dari indikator lingkungan, telah terjadi perubahan tataguna lahan dalam periode 1998 -2004. Perubahan tersebut terjadi dalam bentuk perluasan lahan untuk kepentingan pelabuhan, pemukiman dan lain-lain. Adanya perubahan ini telah menekan fungsi sawah dan reservoir yang luasnya cenderung mengecil. Dalam periode tersebut, tidak terjadi perubahan luas lahan untuk konservasi (tetap 296 ha). Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah daerah DKI yang tetap mempertahankan fungsi konservasi sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang 1995 -2010 (Perda DKI Jakarta nomor 9 tahun 1999 tentang RTRW DKI Jakarta).

Kondisi perairan di pantai utara Jakarta menunjukan telah terjadi penurunan kualitas. Dilihat dari enam parameter kimia yang digunakan, yaitu: pH, DO, PO4, NO3, NH3 dan salinitas, empat parameter diantaranya (DO, PO4, NO3, dan NH3) ternyata telah berada diatas baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51/2004. Berdasarkan kriteria tersebut, ternyata kualitas perairan kurang cocok untuk kepentingan wisata bahari dan kehidupan biota laut.

Demikian juga halnya dengan parameter fisika. Penelitian ini menggunakan indikator turbiditas, transmisi cahaya dan suhu untuk mengetahui nilai kualitas fisik perairan. Dari ketiga indikator tersebut, ternyata turbiditas dan suhu telah melebihi ambang batas. Disebagian wilayah perairan juga telah terjadi pencemaran ole h logam berat, khususnya Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd).

Terjadinya penurunan kualitas perairan dan ekosistem pantai ini secara langsung maupun tidak langsung merupakan akibat dari pembangunan di wilayah daratan dan aktifitas penduduk. Pertumbuhan penduduk telah menekan fungsi ekosistem melalui kebutuhan lahan dan penumpukan limbah, baik itu limbah industri maupun limbah domestik.

Ditinjau dari parameter demografi, telah tejadi pertumbuhan jumlah penduduk dalam periode 1998 – 2004. Angka pertumbuhan penduduk di Jakarta Utara (2,2 % pertahun) ternyata lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk DKI yang besarnya 2,09 % pertahun. Walaupun demikian, ternyata kapadatan penduduk di Jakarta Utara yang paling rendah bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Pada periode tersebut kepadatan penduduk Jakarta Utara tercatat sebesar 8.475 jiwa/km2. Bila dihubungkan dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih rendah dengan kecederungan peningkatan proporsi jumlah penduduk Jakarta Utara dengan wilayah lainya yang relatif meningkat, terlihat adanya indikasi bahwa wilayah Jakarta Utara semakin diminati untuk menjadi wilayah tujuan bagi para pemigran. Hal ini dip erkuat dengan peningkatan proporsi jumlah migrasi ke Jakarta Utara yang pada tahun 1998 yang tercatat sebesar 7,35 % dari total migrasi ke Jakarta manjadi 17,25 % pada tahun 1999.

Sebagaimana umumnya wilayah perkotaan, struktur mata pencaharian penduduk Jakarata Utara juga didominasi oleh industri, perdagangan dan jasa. Lebih dari separuh angkatan kerja di Jakarta Utara bekerja di sektor industri pengolahan (29 %), perdagangan (34 %), Jasa (18 %) serta pengangkutan dan komunikas i (10 %). Sektor pertanian dan perikanan merupakan sektor yang kecil kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja. Dalam kurun waktu 1998 – 2004, kontribusi penyerapan tenaga kerja pertanian turun dari 4 % menjadi 0,66 %.

Struktur mata pencaharian penduduk ini sejalan dengan kontribusinya terhadap PDRB. Pada periode 1998 – 2004, PDRB Jakarta Utara didominasi oleh

industri pengolahan (51 %), perdagangan (15 %) serta pengangutan dan komunikasi (14 %). Pada periode yang sama kontribusi sektor pertanian ternyata menururn dari 0,35 % manjadi 0,27 %.

Laju pertumbuhan penduduk di kotamadya Jakarta Utara menyiratkan adanya daya tarik bagi kaum migran untuk menetap di Jakarta Utara, sebagaimana halnya dengan di kota-kota lain. Pertumbuhan penduduk di Kotamadya Jakarta Utara tersebut dipicu oleh berbagai faktor diantaranya tumbuhnya berbagai peluang ekonomi disektor perdagangan, berkembangnya industri, pembangunan pemukiman baru diberbagai lokasi, serta adanya pola migrasi musiman nelayan.

Pesatnya pertumbuhan bangunan perumahan penduduk membawa berbagai implikasi terhadap lingkungan, diantaranya terhadap konversi penggunaan lahan, meningkatnya konsumsi air, dan pencemaran lingkungan sebagai akibat bertambahnya limbah domestik. Dengan demikian maka kondisi perumahan menjadi salah satu faktor pemicu yang akan membawa dampak negatif terhadap mutu sumberdaya perikanan.

Pergeseran ini memberikan indikasi bahwa aktivitas pertanian dan perikanan yang sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya alam dinilai tidak lagi menguntungkan secara ekonomis, oleh karenanya terjadi peralihan tata guna lahan yang awalnya digunakan sebagai lahan pertanian dan budidaya perikanan (tambak) menjadi bangunan atau industri.

Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap kondisi ekonomi Kotamadya Jakarta Utara membawa berbagai implikasi terhadap lingkungan, diantaranya terhadap pencemaran lingkungan sebagai akibat bertambahnya limbah industri. Maka kondisi perekonomian menjadi salah satu faktor pemicu yang akan membawa dampak negatif terhadap mutu sumberdaya perikanan.

Tingkat kekeruhan yang melampaui baku mutu tersebut diduga disebabkan oleh tingginya jumlah material terlarut berasal dari limbah domestik yang dibuang ke sungai dan terbawa sampai ke perairan. Tingkat kekeruhan yang tinggi akan mengganggu penetrasi sinar matahari kedalam air, sehingga proses fotosintesis dan respirasi akan terganggu yang dapat mengakibatkan pada penurunannya kadar oksigen terlarut dalam air. Kondisi ini pada gilirannya akan mengganggu terhadap potensi sumberdaya perikanan.

Dari hasil overlay pada uraian sebelumnya terlihat bahwa selama enam tahun kualitas perairan wilayah Teluk Jakarta sebagai wilayah sentral perairan Teluk Jakarta telah mengalami penurunan yang tajam. Hal inikian berarti pembangunan yang dilaksanakan selama masa tersebut di wilayah pesisir/pantai Teluk Jakarta tidak mampu mempertahankan atau memperbaiki kualitas perairan, bahkan sebaliknya terjadi dimana kualitas perairan menunjukkan kecenderungan menurun (memburuk).

Dampak negatif tersebut dapat terjadi karena pembangunan di pesisir Teluk Jakarta lebih berorientasi pada kepentingan di daratan, di banding kepentingan di perairan. Maka pembangunan yang dilakukan adalah berupa reklamasi untuk dapat mendirikan bangunan, perluasan pelabuhan atau pantai wisata Ancol dan bukan untuk meningkatkan kualitas perairan. Pemusnahan tumbuhan pesisir yang sangat berpengaruh pada ekosistem perairan seperti bakau tidak terhindarkan dalam pembangunan yang berorientasi daratan tersebut. Padahal keberadaan vegetasi bakau tidak hanya penting bagi perkembangbiakan ikan, melainkan juga akan berpengaruh pada kandungan oksigen terlarut maupun pengendalian senyawa-senyawa kimia yang menentukan seperti ammonia, nitrat, nitrit, dan fosfat.

Senyawa-senyawa nitrogen seperti amonia dan nitrat, serta senyawa fosfat memang merupakan zat hara yang diperlukan di perairan. Namun tidak adanya wilayah penyangga di pesisir/pantai seperti kawasan hutan bakau, membuat nutrien tersebut masuk secara intensif melalui badan air sungai hingga mencapai kadar yang lebih dari yang diperlukan. Pengkayaan secara berlebihan nutrien yang diperlukan oleh fitoplankton dapat menyebabkan eutropikasi yang menimbulkan

blooming algae. Kematian ikan secara mendadak dalam jumlah besar yang kadang terjadi di Teluk Jakarta disebabkan oleh fenomena blooming algae tersebut. Dengan pembangunan pesisir yang tidak memperhitungkan kepentingan perairan tersebut, kemungkinan eutropikasi itu akan lebih sering terjadi.

Gambaran tersebut diatas secara tidak langsung menggambarkan dampak dari pembangunan dan aktivitas penduduk terhadap ekosistem pantai. Selain berdampak pada menurunnya kualitas ekosistem pantai, pembangunan juga belum berhasil mengangkat seluruh penduduk Jakarta Utara dari perangkap kemiskinan.

Berdasarkan data statistik, masih terdapat kantung-kantung kemiskinan di Jakarta Utara yang pada umumnya tinggal di kawasan Kecamatan Penjaringan dan Pademangan yang ter letak di sub kawasan barat dan Kecamatan Cilincing yang berlokasi di sub kawasan timur.

Berbagai indikator di atas jika dimasukan kedalam kerangka DPSIR, maka veriabel yang dapat dikelompokkan kedalam Driver (D) adalah : pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, pemukiman, dan perubahan mata pencaharian. Variabel ini secara sendiri-sendiri atau berinteraksi akan berdampak pada munculnya tekanan (pressure /P) terhadap ekosistem. Penelitian ini menemukan bahwa variabel-variabel driver diatas telah mendorong meningkatnya jumlah sampah dan polutan yang berdampak pada penurunan kualitas perairan dan ekosistem pantai. Variabel pendapatan perkapita dan perubahan tata guna lahan merupakan dampak (impact/I) dari variabel driver yang pada akhirnya mendorong (P) diperlukannya berbagai kebijakan yang dapat menahan penurunan kualitas perairan dan kondisi eksosistem. Keterkaitan berbagai variabel DPSIR tersebut dapat dilihat pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23 Hasil Analisis Perubahan Sosial Ekonomi Terhadap Sumberdaya Pantai Berdasarkan Kerangka DPSIR

Issue Jenis Indikator

Hasil analisis Relevansi kebijakan Hubungan Fungsional terhadap kerentanan ekosistem A. Sosial Pertumbuhan penduduk Driver Pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk DKI Perlu dirancang berbagai program yang mendorong penciptaan tenaga kerja dan menekan migrasi penduduk Kerentanan ↑ sejalan dengan jumlah penduduk ↑ Kepadatan Penduduk

Driver Kepadatan penduduk secara rata-rata lebih rendah dari wilayah lain. Jakarta Utara menarik pendatang untuk masuk

Ketersediaan

lapangan kerja Kerentanan ↑ sejalan dengan keterbatasan lapangan kerja

Pemukiman Driver Peningkatan kebutuhan akan pemukiman Kebutuhan akan lahan pemukiman, tekanan terhadap ekosistem Kerentanan ↑ sejalan dengan kebutuhan lahan pemukiman

Industri Driver Kebutuhan lahan untuk industri meningkat sejalan dengan meningkatkan aktifitas industri pengolahan di Jakarta Utara Kompetisi pemanfaatan lahan Kerentanan ↑, sejalalan dengan perkembangan idustri

Issue Jenis Indikator

Hasil analisis Relevansi kebijakan Hubungan Fungsional terhadap kerentanan ekosistem Tingkat pendidikan

State Rata-rata pendidikan masyarakat adalah SMP dan SLTA. Pemahaman masayarakat tentang pentingnya ekosistem pantai Kerentanan ↓ sejalan dengan meningkatnya rata-rata tingkat pendidikan B. Ekonomi Perubahan mata pencaharian

Driver Perubahan proporsi dari sektor primer (perikanan) ke sektor sekunder (perdgngan)

Laju ubanisasi, modernisasi

Kerentanan ↑ sejalan dengan tidak abainya masyarakat terhadap sumberdaya pantai Pendapatan

perkapita

Impact Pendapatan perkapita cederung meningkat dan dinominasi dari sektor insustri pengolahan, peradagangan, jasa serta angkutan dan komunikasi

Pentingnya dukungan kebijakan yang pro pada konservasi sumberdaya pantai, karena tingginya kontribusi industri akan berdampak pada kebutuhan lahan Kerentanan ↑ atau ↓ tergantung pada kebijakan lingkungan yang diimplementasikan C. Lingkungan Perubahan tata guna lahan

Impact Pengurangan lahan produktif dan konservasi Pengalokasian untuk produksi, proteksi dan spekulatif Kerentanan ↑ jika tidak ada diversifikasi penggunaan lahan Sampah dan

polutant yang dihasilkan

Pressure Jumlah sampah domestik dan industri yang dihasilkan cederng meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan pemukinan dan idustri

Penurunan kualitas air, jika sampah domestik dan industri tidak dikelola dengan baik

Kerentanan ↑ sejalan dengan jumlah sampah dan polutant yang meningkat

Kesadaran masyarakat

Impact Cukup memadai Pembangunan berwawasan lingkungan Kerentanan ↓ sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat D. Kebijakan Rencana tata ruang Response Rencana pembangunan yang berorientasi pada keberlanjutan Keseimbangan ekosistem wilayah utara dengan selatan

Kerentanan ↓ jika kebijakan dilaksanakan dengan baik Pembangunan melibatkan masyarakat

Response Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pembangunan

Pembangunan yang berasal dari bawah (bottom up) Kerentanan ↓ jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan pantai yang berkelanjutan Pewilayahan pembangunan

Response Pantai Utara Jakarta : meningkatkan dan melestarikan kualitas lingkungan, mempertahankan pemukiman nelayan, mengembangkan fungsi pelabuhan Pantai baru: reklamasi pantai untuk kegiatan jasa, perdagangan, pelabuhan dan pariwisata

Ekosistem pantai dan aktifitas ekonomi berbasis perikanan tetap berlangsung Diperlukan analisis dampak reklamasi terhadap ekosistem pantai Kerentanan ↑ atau ↓ tergantung dari kemampuan menjaga keseimbangan ekosistem Kerentanan ↑ jika reklamasi tidak mamperhitungkan pentingnya konservasi