• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Disiplin di Sekolah

a. Pengertian Disiplin

Suryabrata (dalam Harmini dan Wardoyo, 2004) mengatakan disiplin sebagai proses yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan- kebiasaan tertentu atau membentuk manusia dengan ciri- ciri tertentu, terutama meningkatkan kualitas mental dan moral.

Sama dengan pengertian yang diberikan sebelumnya, Hurlock (1991; dalam Harmini dan Wardoyo, 2004) juga berpendapat bahwa disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak bertingkah laku moral yang dihargai kelompok. Menurutnya, tujuan dari penanaman disiplin adalah untuk menolong individu agar mampu mengembangkan kontrol diri, sehingga dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam penyesuaian dirinya.

Berbeda dengan kedua tokoh sebelumnya yang lebih menyoroti disiplin sebagai usaha penanaman perilaku moral, Rayasti (1984; dalam Harmini dan Wardoyo, 2004) justru melihat disiplin sebagai suatu peraturan tata tertib dan unsur yang penting dalam proses belajar yang berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol diri agar individu dapat bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh masyarakat.

Bernhardt (1964; dalam Handayani, Siswati dan Andayani , 2004) mengungkapkan bahwa disiplin merupakan suatu rencana pelatihan dan perancangan kondisi yang sehat untuk hidup dan belajar, sehingga

seseorang diharapkan mampu mengatur urusannya sendiri dan mampu menerima tanggung jawab atas perbuatannya..

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu proses yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengajarkan pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan agar siswa mampu mengembangkan kontrol diri atau menerima tanggung jawab atas perbuatannya.

b. Tujuan dan Fungsi Disiplin

Schaefer (1997) mengemukakan dua tujuan penerapan dari disiplin yaitu :

1) Tujuan dekat

Disiplin diberikan dengan tujuan untuk membantu seseorang agar terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.

2) Tujuan jangka panjang

Tujuan ini yaitu dalam hal perkembangan dari pengendalian diri dan pengarahan diri. Di sini seseorang dilatih untuk dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar.

Sama dengan tujuan tersebut, Hurlock (1991) juga mengatakan tujuan penanaman disiplin adalah untuk menolong individu agar mampu

mengembangkan kontrol diri, sehingga dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam penyesuaian dirinya.

Selain adanya tujuan, penerapan suatu disiplin juga memiliki fungsi. Gunarso (dalam Harmini, 2004) mengungkapkan bahwa fungsi adanya proses disiplin yaitu untuk membentuk tingkah laku sehingga mengakar menjadi kebiasaan dan tidak lagi dirasakan menekan atau menimbulkan ketegangan.

c. Unsur dalam Disiplin

Edwin (1997, dalam Maretino, 2009) mengungkapkan empat unsur dari disiplin, yaitu :

1). Peraturan

Dalam hal ini ditegaskan bahwa dalam disiplin, terdapat norma-norma, tata aturan yang harus ditaati oleh seseorang.

2). Hukuman

Hukuman diberikan kepada seseorang yang melanggar pelaksanaan disiplin itu sendiri. Dalam hal ini, hukuman dapat berupa fisik, non fisik, denda, dan sebagainya.

3). Penghargaan

Penghargaan diberikan kepada seseorang yang telah melaksanakan suatu tindakan dengan benar. Penghargaan dalam hal ini tidak harus berupa materi, tetapi dapat pula berupa ucapan terima kasih, senyuman, pujian dan lain sebagainya.

4). Konsistensi

Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan dari disiplin itu sendiri, baik dalam tata aturan yang harus ditaati, penghargaan yang diberikan hukuman bagi yang melanggarnya serta keberlakuan tata tertib itu sendiri.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian disiplin haruslah dilakukan secara ajeg. Hal ini diberikan agar seseorang dapat mengetahui apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan olehnya.

Menurut Hurlock (1991; dalam Astuti, 2007) keajegan pada pemberian disiplin akan dapat menimbulkan 3 akibat positif yaitu :

a). mempercepat proses belajar

Dalam hal ini, seseorang akan lebih cepat belajar mengenai suatu aturan karena dengan begitu ia akan menjadi tahu dengan pasti mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. b). memberikan nilai motivational yang kuat

Hal ini berkaitan dengan pola reward. Seseorang yang menemukan bahwa suatu hadiah akan muncul mengikuti tingkah laku yang disetujui, tetapi hukuman selalu mengikuti tingkah laku yang tidak disetujui, maka akan mempunyai keinginan lebih kuat untuk menghindari tindakan yang dilarang dan berusaha berlaku sesuai dengan yang diharapkan.

c). membantu mengembangkan penghargaan terhadap aturan dan otoritas.

Perlakuan disiplin yang ajeg akan menyebabkan seseorang merasa diperlakukan secara adil. Oleh karena itu, ia akan menjadi lebih peka.

d. Pentingnya Disiplin

Brown dan Brown (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

1). Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

2). Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

3). Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

4). Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta

akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

5). Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.

6). Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

2. Disiplin di Sekolah

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya didapatkan pengertian tentang disiplin dan sekolah. Pengertian disiplin yang disimpulkan oleh penulis merupakan suatu proses yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengajarkan pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan agar siswa mampu mengembangkan kontrol diri atau menerima tanggung jawab atas perbuatannya. Di sisi lain, pengertian sekolah yang diperoleh oleh penulis adalah suatu lembaga yang secara sistematik berfungsi memberikan bimbingan dan kegiatan belajar mengajar pada siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi dan pengaturan diri secara maksimal.

Berdasarkan pengertian disiplin dan sekolah di atas, didapatkan pengertian disiplin di sekolah adalah suatu proses yang dilakukan oleh suatu lembaga/ masyarakat dalam melakukan bimbingan dan kegiatan belajar mengajarkan pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan untuk mengembangkan kontrol diri serta penerimaan tanggung jawab atas perbuatannya.

Dalam penelitian ini, disiplin di sekolah akan dilihat dari persepsi siswa terhadap disiplin di sekolah. Adapun aspek-aspek persepsi menurut Peter dan Olson (1999; dalam Nugrohojati, 2009) yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

D. Profil SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang

Dokumen terkait