HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DI SEKOLAH DAN
MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA STRADA SANTO
THOMAS AQUINO TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Maria Nessya Chrisyuanamurti 069114042
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
Hubungan Antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar Pada
Siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang
Disusun oleh :
Maria Nessya Chrisyuanamurti 069114042
Telah Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
iii
SKRIPSI
Hubungan Antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar Pada
Siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Maria Nessya Chrisyuanamurti
069114042
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 25 Juli 2011
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Titik Kristiyani, M.Psi ………..
Dra. L. Pratidarmanastiti, MS ………..
M.M Nimas Eki Suprawati, S.Psi., Psi,M.Si ………..
Yogyakarta, ………2011 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Dekan
iv
“S erahkanlahsegalakekuatiranmupadaB apadanB apa
akanmemberikanlebihdari yangdiberikanB apamuyangdi
dunia”
(ma t 7:11)
“ Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong
yang lain, supaya Ia menyertai kamu
selama-lamanya ”
v
Skripsi ini aku persembahkan untuk…
Tuhan Yesus Yang Maha Kasih …
ya ng s ela lu menyerta i, menuntun da n s etia mendenga rka n s etia p
keluh kes a hku….
Kedua Orang Tuaku yang tak ‘kan tergantikan…
Aloys ius Suna ryo da n Antonia Eni Murs itowa ti ya ng s ela lu
s a ba r , mendukung, da n mendoa ka nku...
Si Kembar Adikku tersayang…
Dita da n Dito ya ng s ela lu mendukung ku…
Sahabat-sahabatku…
Ba ik ya ng di Ta ngera ng…Jaka rta …da n Yogya karta…
Ya ng s ela lu menyema nga ti s erta memana s -ma na s i a ku untuk
s egera lulus da n menyus ul ka lia n untuk bekerja
TerimakasihTuhan.. E ngkautelahmemberikan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, ……... 2011
Penulis
vii
HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA STRADA SANTO THOMAS AQUINO
TANGERANG
Maria Nessya Chrisyuanamurti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara disiplin di sekolah dan motivasi belajar pada siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah disiplin di sekolah,sedangkan variabel tergantungnya adalah motivasi belajar. Subjek dalam penelitian ini adalah 110 siswa siswi kelas II IPS SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian adalah skala disiplin di sekolah dan skala motivasi belajar yang dibuat sendiri oleh peneliti dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Metode Analisis data yang digunakan yaitu metode analisis korelasi Product Moment Pearson. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif yangsignificantantara disiplin di sekolah dan motivasi belajar pada siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang dengan nilai r = 0,469 dan p < 0,01. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti terbukti.
viii
RELATION OF
THE DISCIPLINE AT SCHOOL AND STUDENTS’ MOTIVATION IN SMA STRADA SANTO THOMAS AQUINO TANGERANG
Maria Nessya Chrisyuanamurti
ABSTRACT
This research is aimed to see whether there is a relation of discipline at school and the students’ motivation in SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang. The independent variable in this research is the discipline at school, while the dependent variable is students’ motivation. There are 110 students of grade II IPS SMA Strada Santo Thomas Tangerang as the research subjects. The data gathering used in this research is scale to discipline at school and motivation standard which is composed by the researcher through validity and reliability test. The method used in this research is correlation analysis of Product Moment Pearson. The result shows that there is a significant relation between discipline at school and students motivation in SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang, which is resulted as r= 0.469 and p < 0,01. Based on the end result, it is proved that the hypothesis is true.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Nessya Chrisyuanamurti
NIM : 069114042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk digunakan untuk semestinya.
Yogyakarta,…... 2011 Penulis
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan judul “Hubungan Antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang”. Penulisan skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mempersembahkan karya ini kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dan mendukung penulis :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Mariaku yang selalu setia, mendampingi, menguatkan dalam setiap keluh kesahku dan membantu serta mengabulkan setiap permohonanku..
2. Ibu Titik Kristiyani,S.Psi, M.Psi yang telah bersedia menjadi pembimbing skripsiku yang paling sabar (Hehehehehee….) Terimakasih ya Ibu atas
kerja keras dan kesabaran Ibu dalam menghadapi dan membimbing saya dari awal hingga akhir. Maaf saya sempat menghilang untuk beberapa waktu lamanya. Saya bangga mempunyai dosen seperti Ibu. Selain ibu
xi
3. Ibu Dr. Ch, Siwi Handayani, M.Si dan Bapak Didik Suryohartoko, S.Psi,,M.Si selaku Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang mendukung mahasiswa untuk segera menyelesaikan studi jenjang S1 dengan berbagai program kerjanya.
4. Bapak Minto Istono,S.Psi.,M.si., selaku Wakil Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sesekali memberikan info kepada kami jika dosen pembimbing ada rapat dadakan.
5. Ibu Lusi dan Ibu Nimas selaku dosen penguji. Terimakasih banyak ya Ibu atas bimbingannya selama revisi skripsi. Maaf saya sudah banyak
merepotkan.
6. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, Terimakasih ya Ibu dan Bapak dosen yang telah membantu saya dalam menimba ilmu di Fakultas Psikologi.
7. Mas Muji, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Doni dan Pak Gie atas segala bantuan, baik dari awal perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.
8. Ibu Dra. Th. Sri Sulandhari selaku Kepala Sekolah SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang yang bersedia memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian di sekolah yang ibu pimpin.
9. Bapak G. Harry Mulyono dan Ibu Agustina Erry Ratna Dewi selaku guru Bimbingan Konseling SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang yang
membantu saya dalam mengambill data (Terimakasih ya Pak..Bu.. maaf saya merepotkan.. :D ).
xii
Terimakasih ya Pak.. Ma.. aku sangat menyayangi kalian. Aku bersyukur Tuhan memberikan orang tua seperti kalian kepadaku.
11.Kedua adikku, si kembar, yang selalu menghiburku dengan kekonyolan-kekonyolan tingkah dan cerita kalian. Aku sangat merindukan kalian.
12.Keempat simbahku, yang selalu dengan sabar mendoakan aku terus untuk cepat lulus, bekerja dengan gaji yang diharapkan dan segera memperoleh pasangan.
13.Bulik-bulikku, yang selalu menelefonku menanyakan perkembangan skripsiku dan juga ikut mendoakan aku , sehingga membuat aku terdorong
untuk segera menyelesaikan kuliah.
14.Clare, Vivin, Adel, Jean, Liem, Herman, Maria teman satu kelompok, satu genk, satu kelas dan satu deretan tempat duduk. Terimakasih untuk kalian
semua atas semangat-semangatnya, dorongan, cerita-cerita dan ilmu yang saling berbagi. Aku senang punya teman seperti kalian yang selalu
mendukung dan mengingatkan satu sama lain. Aku rindu kalian semua (inget ga, waktu kita kumpul bareng dan tangis-tangisan bareng?). Akhirnya aku bisa menyelesaikan ini semua teman. Aku bisa menyusul
kalian semua teman. Khusus buat Vivin dan Clare, terimakasih kalian sudah sabar sama aku dan menerima aku apa adanya. Cinta bangetlah
sama kalian.
15.Mas Agus dan Mas Amin yang selalu mengetusiku dalam hal skripsi. Terimakasih untuk kalian berdua karena telah memanas-manasi dan
xiii
baik secara dukungan emosi, waktu dan juga tenaga. Aku saying kalian berdua. Mas Agus... tunggu aku di BRI!!
16.Teman-teman kosku tersayang yang selalu mau mengerti aku di kala mengerjakan skripsi. Maaf kalian jadi tidak bisa masuk ke kamarku deh..
:D
17.Sahabat-sahabatku di Tangerang yang selalu memanas-manasiku untuk segera menyelesaikan dan menyusul kalian ke sana. Terimakasih ya
Guys… Akhirnya..kalau besok kalian kumpul, aku bisa ikutan…Ayee!!
18.Terimakasih pula bagi semua pihak yang membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini dan tidak dapat ditulis secara satu-persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Terimakasih
Yogyakarta, ……….2011
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...iii
HALAMAN MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ...viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xiv
DAFTAR TABEL ...xix
DAFTAR BAGAN ……….xx
xv BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...9
C. Tujuan Penelitian... 10
D..Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa ... 11
1. Pengertian Siswa... 11
2. Karakteristik Siswa SMA ... 11
3. Tugas Perkembangan Remaja……….……..14
4. Sekolah dan Peranannya dalam Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa ……….………..…….……...…16
B...Motivasi Belajar ... 18
1. Motivasi ... 18
a. Pengertian Motivasi ... 18
b. Fungsi Motivasi ... 19
2. Belajar ... 20
a. Pengertian Belajar ... 20
b. Tujuan Belajar ... 21
3. Motivasi Belajar ... 22
a. Pengertian Motivasi Belajar... 22
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 23
xvi
C. Disiplin di Sekolah ... 29
1. Disiplin... 29
a. Pengertian Disiplin ... 29
b. Tujuan dan Fungsi Disiplin... 30
c. Unsur Dalam Disiplin ... 31
d. Pentingnya Disiplin di Sekolah ... 33
2.Disiplin di Sekolah ... 34
D. Profil SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang... 35
1. Sejarah ... 35
2. Alamat Sekolah... 37
3. Visi Sekolah... 37
4. Strategi Sekolah ... 37
5. Tata Tertib... 38
E. Dinamika Hubungan Antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar ... 41
F. Hipotesis... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 47
B. Identifikasi Variabel ... 47
C. Definisi Operasional... 47
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 49
E. Subjek Penelitian... 52
xvii
1. Uji Coba... 53
2. Validitas... 53
3. Reliabilitas... 54
4. Uji Analisis Butir... 55
G. Hasil Uji Coba... 56
1. Hasil Uji Coba Skala Disiplin di Sekolah ... 56
2. Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar ... 58
H. Metode Analisis Data ... 60
1. Uji Asumsi ... 60
a. Uji Normalitas ... 60
b. Uji Linearitas ... 60
2. Uji Hipotesis ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian... 62
1. Orientasi Kancah ... 62
2. Persiapan Penelitian... 63
B. Pelaksanaan Penelitian ... 63
C. Deskripsi Data Penelitian ... 64
D. Analisis Data ... 66
1. Uji Asumsi... 66
a. Uji Normalitas ... 66
b. Uji Linearitas ... 67
xviii
E. Pembahasan... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75
B. Keterbatasan Penelitian ... 75
C. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tata Tertib Pelajar Strada Santo Thomas Aquino Tangerang... 38
Tabel 2 Skor Pada Skala Disiplin di Sekolah dan Skala Motivasi Belajar Siswa... 50
Tabel 3 Blueprint Skala Disiplin di Sekolah ... 51
Tabel 4 Blueprint Skala Motivasi Belajar Siswa... 51
Tabel 5 Distribusi Skala Disiplin di Sekolah... 57
Tabel 6 Distribusi Skala Motivasi Belajar... 59
Tabel 7 Usia, Jenis Kelamin dan Frekuensi Data ... 62
Tabel 8 Standard Deviasi, Data Minimum, Data Maksimum dan Range ... 64
Tabel 9 Perhitungan Mean Teoritik dan Mean Empiris ... 65
Tabel 10 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Disiplin di Sekolah... 66
Tabel 11 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Motivasi Belajar Siswa ... 67
Tabel 12 Uji Linearitas ... 67
xx
DAFTAR BAGAN
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba Sebelum Aitem Gugur………82
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala……….………...….93
Lampiran 3 Skala Penelitian Setelah Aitem Gugur………..………….104
Lampiran 4 Uji Analisis Data………114
Lampiran 5 Data Penelitian……….………..119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa SMA merupakan seseorang yang berada pada rentan usia 15 hingga 18 tahun. Usia ini tergolong pada kelompok remaja yang berada pada rentang usia 10 hingga 20 tahun (Erikson dalam Santrock, 2002). Dalam masa
perkembangannya, remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi olehnya. Tugas perkembangan tersebut salah satunya adalah memilih
dan mempersiapkan karier sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Havighurs dalam Yusuf 2009). Maka dari itu, dalam rangka memenuhi tugas ini, remaja dituntut untuk memiliki motivasi belajar guna memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang kelak menjadi bekal. Akan tetapi, dalam menumbuhkan motivasi belajar tersebut, remaja tentunya juga harus mampu
beradabtasi dengan lingkungan sekolahnya.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang ada di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa tersebut dapat tercapai
juga tidak mudah putus asa apabila sewaktu-waktu dirinya menemukan suatu kesulitan.
Motivasi belajar muncul disebabkan oleh beberapa faktor (Surya, 2004). Salah satu faktor tersebut yaitu adanya lingkungan yang kondusif.
Terciptanya suatu lingkungan yang demikian, tentunya tidak lepas dari peran serta lingkungan sekolah, yang merupakan lingkungan yang menuntut siswa menghabiskan waktu paling banyak dalam kesehariannya. Lingkungan
sekolah memiliki lingkungan, pelaku, suasana dan tanggung jawab yang berbeda dengan lingkungan belajar di rumah. Lingkungan ini bersifat lebih
lugas dan memiliki disiplin yang berupa tata tertib atau tata aturan yang harus dijalankan oleh pelaku-pelaku yang ada di dalamnya. Maka dari itu dengan adanya disiplin sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang
aman, nyaman serta tentram untuk siswa belajar.
Disiplin yang ada di sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagi
tindakan-tindakan yang menjamin kondisi- kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar (Foerster dalam Harian Pikiran Rakyat, 2008). Suatu tindakan disiplin dapat dianggap sebagai
tindakan preventif yang bertujuan mencegah dan menjauhkan para siswa dari hal-hal yang dapat membahayakan dan mengganggu aktivitas belajar. Adapun
berhubungan dengan iuran sekolah dan peran serta orang tua berkaitan dengan pelaksanaan tata tertib (Tata Tertib Pelajar Strada, 2010).
Pelaksanaan disiplin sekolah ini tentunya dilakukan secara ajeg agar tidak dirasa menekan. Keajegan ini menurut Hurlock (1991; dalam Astuti,
2007) akan memberikan beberapa dampak positif diantaranya mempercepat proses belajar, memberikan nilai motivational yang kuat dan mengembangkan penghargaan terhadap aturan dan otoritas. Oleh karena itu siswa diharapkan
akan semakin rajin, keatif dan juga aktif dalam belajarnya.
Berkaitan dengan adanya disiplin di sekolah, dituliskan sebuah berita
oleh Pos Kupang News pada hari Rabu tanggal 11 November 2009 mengenai pendapat seorang Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Kupang yang mengkritisi tata aturan sejumlah sekolah yang tidak mengijinkan siswa atau
siswinya memasuki kawasan sekolah dan tetap berada di luar lingkungan sekolah jika mereka terlambat. Menurutnya, tanpa adanya pengontrolan
terhadap aturan tersebut justru dapat dijadikan alasan oleh para murid untuk membolos. Hal ini ia sampaikan lantaran timnya yang kerap kali meringkus sejumlah siswa sekolah yang berkeliaran di sejumlah lokasi saat jam pelajaran
berlangsung.
Kasus lain juga dituliskan oleh Khumaini pada Detik News hari Senin
tanggal 25 Juni 2007 yang mengungkap sejumlah siswa dan siswi yang sengaja memilih untuk absen sekolah lantaran kehabisan air untuk mandi dan seragam yang belum disetrika. Namun berkebalikan dengan kasus sebelumnya
terdapat 1200 siswa SMP dan SMA Kadijah lebih memilih guru yang disiplin sebagai guru yang terfavorit dan disukai di sekolah. Mereka mengaku, adanya
guru yang disiplin membuat kelas menjadi tidak gaduh, sehingga para siswa menjadi lebih semangat dalam belajar dan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang saat itu diajarkan.
Sebuah survey kecil telah dilakukan pada sebuah SMA di kota Tangerang. Survey ini dilakukan di SMA Strada Santo Thomas Aquino
mengenai tata tertib di sekolah dan bagaimana kaitannya terhadap motivasi belajar para siswanya. Survey dilakukan terhadap 55 siswa kelas II. Menurut
data yang di dapat, sebesar 49,1% siswa menyatakan bahwa tata tertib di sekolah merupakan peraturan yang diterapkan oleh pihak sekolah yang wajib ditaati serta dipatuhi oleh siswa. Akan tetapi sebesar 89,1% siswa mengaku
pernah melanggar tata tertib yang diberlakukan oleh sekolah. Pelanggaran tersebut diantaranya dalam bentuk pelanggaran atas seragam, pakaian dan
penampilan yang tidak rapi, datang dengan terlambat, membolos pelajaran, menyontek, penggunaan telefon genggam saat pelajaran, tidak mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Walaupun begitu, 80% dari mereka juga mengaku
pernah mendapatkan sanksi terhadap pelanggaran tersebut, baik berupa pengeluaran siswa dari kelas, penyitaan barang-barang tertentu, ataupun
pemberian surat peringatan bagi siswa. Selain itu, berdasarkan survey ini, juga diperoleh sebesar 54,5% siswa menganggap bahwa tata tertib yang ada di sekolah mereka tidak membuat mereka menjadi termotivasi dalam hal belajar.
pengaruh apapun terhadap belajar, karena menurut mereka, motivasi tersebut ada tergantung pada kesadaran diri mereka, bukan dari tata tertib.
Berkebalikan dengan hasil itu, sebesar 45,5% justru menilai bahwa tata tertib di sekolah justru dapat memberikan motivasi belajar bagi mereka. Mereka
menilai adanya tata tertib dan disertai dengan adanya sanksi terhadap pelanggarannya, justru membuat mereka menjadi lebih teratur dan termotivasi untuk belajar.
Keempat kasus tersebut memperlihatkan adanya perbedaan sikap terhadap disiplin di sekolah. Pada kasus pertama, diperlihatkan adanya dugaan
bahwa para siswa memanfaatkan disiplin di sekolah mengenai jam kedatangan sebagai cara untuk mereka dapat membolos, sehingga mereka dengan leluasanya dapat bermain. Pada kasus kedua, juga diperlihatkan para siswa
yang merasa enggan dan takut untuk melanggar disiplin di sekolah. Pada kasus ketiga justru diperlihatkan sebaliknya, para siswa memiliki respon yang
baik terhadap disiplin oleh gurunya. Pada kasus keempat, yang dalam hal ini adalah hasil survey, diperlihatkan adanya penilaian yang baik terhadap suatu tata tertib di sekolah tidak menjamin tidak adanya pelanggaran terhadap tata
tertib itu sendiri dan bagaimana efeknya terhadap motivasi belajar para siswanya.
Adapun sebuah penelitian dilakukan di Indonesia oleh Sri Harmini dan Wardoyo (2004) mengenai perbedaan persepsi penanaman disiplin orang tua pada remaja bermasalah dan tidak bermasalah di kota Yogyakarta. Penelitian
kelompoknya. Selain membagi disiplin kedalam 3 metode, penelitian ini juga melihat perbedaan persepsi dari 3 hal yang berkaitan dengan disiplin, yaitu
waktu, tempat dan norma atau aturan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada persepsi disiplin yang diberikan
orang tua pada kedua kelompok tersebut. Pada umumnya orang tua pada kelompok remaja bermasalah selalu menanamkan disiplin yang ketat dan longgar, sedangkan orang tua pada kelompok tidak bermasalah pada
umumnya selalu menerapkan sistem disiplin yang demokratis dalam mendidik anaknya. Kesimpulan penelitian ini yaitu adanya penerapan sistem disiplin
yang berbeda tersebutlah yang menentukan bagaimana tingkah laku kelompok-kelompok remaja tersebut.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Wahyuningtyas, dkk pada guru dan
80 siswa di SMA Semen Gresik. Penelitian ini bertujuan ingin melihat bagaimana perbedaan motivasi belajar para siswa ditinjau dari interaksi yang
terjalin dengan para guru mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada motivasi belajar siswa pada bidang matematika ditinjau dari interaksi guru dan siswa .Interaksi akan terjalin
dengan baik apabila seorang guru menunjukkan sikap yang terbuka, baik hati, sopan, jujur, berwawasan luas, serta bersikap demokratis, sehingga dengan
begitu siswa tidak akan merasa takut untuk menyampaikan permasalahan dan aspirasinya. Selain itu, interaksi tersebut juga akan menyebabkan sang guru mendapat nilai lebih dimata siswanya, sehingga siswa menjadi lebih peduli
Kedua penelitian diatas merupakan penelitian yang melihat bagaimana persepsi terhadap disiplin dan bagaimana motivasi belajar siswa dilihat dari
interaksinya dengan para guru. Adanya hasil-hasil yang signifikan tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan terhadap kedua penelitian ini. Pada
penelitian pertama, peneliti hanya melihat efek sistem disiplin terhadap perilaku anak-anaknya, apakah mengarah pada tindakan yang menyimpang atau tidak menyimpang. Penelitian ini tidak melihat bagaimana efek lain dari
sistem disiplin tersebut, seperti dalam hal motivasi untuk akademik, motivasi untuk berelasi, stress, dan lain-lain. Pada penelitian kedua, diperlihatkan hasil
adanya perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Namun, penelitian ini tidak memperhitungkan faktor lain yang juga mempengaruhi motivasi belajar siswa seperti pengaruh lingkungan sekolah.
Di lain tempat, sebuah penelitian juga dilakukan oleh Patrick, Ryan dan Kaplan (2007) yang ingin melihat hubungan dari persepsi terhadap
lingkungan sosial sekolahnya dan keaktifan siswa di kelas, serta melihat apakah motivasi belajar seseorang mendasari hubungan kedua variabel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi seorang siswa terhadap
lingkungan sosial sekolahnya, khususnya yang berasal dari guru dan teman sekelas , baik dalam hal emosional maupun akademik sangat penting bagi
keaktifan siswa di kelas. Hal ini dikarenakan adanya persepsi tersebut mempengaruhi motivasi individu dalam belajar, khususnya yang berkaitan dengan tujuan dari proses belajar dan keyakinan individu dalam mengerjakan
sosial sekolah dari sudut pandang dukungan guru dan teman, baik secara emosional maupun akademik. Penelitian ini tidak melihat persepsi terhadap
lingkungan sosial sekolah dari sudut pandang peraturan yang ditegakkan sekolah.
Penelitian lain dilakukan oleh Pintrich dan De Groof (1990) yang ingin melihat hubungan antara motivasi belajar, pengaturan diri dalam belajar dan perfomansi akademik di kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengaturan diri siswa dalam belajar terhadap motivasi belajar siswa, khususnya pada komponen harapan dan komponen
nilai. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan adanya hubungan antara kedua komponen motivasi belajar tersebut terhadap perfomansi akademik siswa di kelas. Akan tetapi, penelitian ini dilakukan dengan hanya melihat
bagaimana pengaturan diri siswa terhadap kegiatan belajarnya, baik dari segi strategi kognitif yang digunakan maupun managemen kontrol di kelas.
Penelitian ini tidak melihat bagaimana usaha pengaturan yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap kegiatan belajar siswa.
Bersamaan dengan penelitian tersebut, adapun sebuah penelitian juga
dilakukan oleh Prasti (2005) yang ingin melihat bagaimana hubungan antara displin belajar dengan motivasi belajar pada siswa SMU kelas II Negri I
Limbangan Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan terhadap 98 subjek yang dipilih secara proportional random sampling. Penelitian ini melihat disiplin belajar dalam kategori disiplin belajar di sekolah dan disiplin belajar
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar. Akan tetapi, sama seperti penelitian
yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini juga hanya melihat bagaimana disiplin belajar yang diterapkan sendiri oleh pihak siswa, penelitian ini juga
tidak melihat bagaimana upaya pengaturan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
Dari kasus yang dimuat, hasil survey yang dilakukan pada SMA Santo
Thomas Aquino dan hasil penelitian-penelitian tersebut di atas, tampak bahwa belum ada penelitian yang hingga saat ini melihat bagaimana hubungan antara
variabel disiplin sekolah dan variabel motivasi belajar. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melihat lebih lanjut bagaimana hubungan antara disiplin sekolah dan motivasi belajar pada siswa SMA Strada Santo Thomas
Aquino Tangerang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disebutkan, maka rumusan masalah yang ditemukan oleh peneliti adalah “ Apakah ada hubungan antara disiplin di
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya peenelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara disiplin di sekolah dan motivasi belajar pada siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan khususnya di ranah Psikologi Pendidikan guna mengetahui
apakah ada hubungan antara disiplin di sekolah dan motivasi belajar pada siswa.
2. Manfaat Praktis
Adanya penelitian ini dapat memberikan :
- Sarana masukan bagi pihak sekolah mengenai disiplin di sekolah
yang selama ini sudah dilaksanakan.
- Sarana masukan bagi siswa berkaitan dengan motivasi belajar yang mampu mendukung tercapainya prestasi belajar yang lebih baik.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Siswa
1. Pengertian Siswa
Pengertian siswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) siswa adalah murid perempuan dan laki-laki yang menuntut ilmu pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Sardiman (2009) mengemukakan bahwa siswa
atau anak didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar.
Berbeda dengan pengertian sebelumnya, Santrock (2002) justru tidak memberikan pengertian siswa secara langsung namun melihatnya dalam tahap perkembangan. Lebih lanjut, Santrock memasukkan siswa pada
golongan remaja yang berada pada rentan umur 10-20 tahun.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa adalah anak
didik yang belajar pada suatu institusi sekolah yang merupakan komponen sentral dalam proses belajar mengajar.
2. Karakteristik Siswa SMA
Siswa pada penelitian ini adalah siswa SMA. Rentang usia mereka
karakteristik siswa SMA ini, penulis memasukkan karakteristik remaja di dalamnya.
Secara garis besar, ulasan mengenai karakteristik remaja dibedakan menjadi tiga yaitu pada pembahasan mengenai fisik, kognitif dan
pembahasan mengenai sosio-emosionalnya. a. Fisik
Pada masa ini, siswa SMA, yang adalah remaja, mengalami
banyak perubahan-perubahan pada fisiknya. Perubahan itu ditandai dengan suatu istilah yang dikenal sebagai pubertas. Pubertas merupakan
suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja (Santrock, 2002). Pada masa ini hormon testosterone pada laki-laki dan hormon estradiol pada
perempuan akan memainkan peran yang sangat penting. Pada laki-laki akan mengalami mimpi basah, tumbuhnya kumis, membesarnya jakun
hingga memberatnya suara, sedangkan perempuan akan mengalami menstrulasi, membesarnya buah dada, membesarnya pinggul, tumbuhnya rambut kemaluan, serta perubahan lainnya.
Adanya perubahan tersebut membuat remaja disibukkan oleh perubahan fisik mereka. Hal ini terbukti dari antara mereka mulai
b. Kognitif
Dalam hal perkembangan kognitifnya, remaja mengalami
peningkatan. Pemikiran mereka semakin abstrak, logis dan idealis. Mereka mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain,
dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka. Selain itu, mereka juga cenderung untuk menginterpretasikan dan memantau dunia sosial. Pemikiran ini oleh Piaget (Santrock, 2002) disebut sebagai tahap
operasional formal. Remaja tidak lagi terbatas pada suatu pengalaman yang nyata, melainkan sudah dapat membangkitkan suatu situasi-situasi
yang khayalan, kemungkinan-kemungkinaan hipotesis atau suatu penalaran-penalaraan abstrak. Selain itu, pada tahap ini mereka juga sudah mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa
depan. Mereka mulai mengembangkan minat mereka dan
mengumpulkan serta mempelajari banyak pengetahuan dan ketrampilan
yang nantinya akan mendukung mereka dalam mencapai cita-citanya. Oleh karena itu, dalam rangka mencapai kebutuhan tersebut, sekolah ikut berperan serta dengan memberikan banyak pengetahuan lewat
kurikulum yang diajarkan serta mengembangkan ketrampilan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler bagi siswa.
c. Sosio- Emosional
Masa remaja, menurut Stanley Hall (1904; dalam Santrock,
Pada masa ini, remaja seolah-olah diombang-ambingkan oleh pertanyaan besar yang mengarah pada identitas mengenai siapa dirinya.
Tahap ini merupakan tahap kelima dalam teori Erik Erikson (Santrock, 2002) yang disebut sebagai tahap identitas dan kebingungan identitas.
Pada masa ini, remaja akan menjadi lebih tertarik mengenai siapa dirinya, bagaimana dirinya, bagaimana mereka nantinya, serta ke arah mana nantinya akan mereka bawa kehidupannya.
Marcia (1987; dalam Santrock, 2002) mengatakan ada tiga aspek perkembangan remaja yang penting dalam pembentukan
identitas. Aspek-aspek tersebut di antaranya remaja harus membangun kepercayaan pada dukungan orang tua, mengembangkan ketekunan serta memperoleh suatu perspektif refleksi diri atas masa depan mereka.
Dalam hal emosional, remaja akan menjadi lebih banyak menuntut otonomi serta tanggung jawab mereka. Mereka menjadi
cenderung untuk melepaskan diri dari cengkraman orang tua dan menjadi lebih senang berkumpul bersama teman-temannya. Maka dari itu pada tahap ini sering terjadi konflik antara orang tua dengan remaja.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Tugas tersebut harus dilaksanakan untuk dapat mendukung keberhasilan pada fase berikutnya. Oleh karena itu pemenuhan dan
sangat berarti bagi perkembangan remaja tersebut. Hal ini senada dengan Yusuf (2009) yang berpendapat bahwa keberhasilan dari tugas
perkembangan pada suatu fase akan sangat menunjang keberhasilan tugas perkembangan pada fase-fase berikutnya. Sebaliknya, ketidakmampuan
individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan pada fase tertentu, justru akan menghambat individu pada pemenuhan tugas perkembangan pada fase selanjutnya.
Remaja, menurut Havighurs (1961; dalam Yusuf, 2009) memiliki tugas perkembangan sebagai berikut :
a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya. b) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
c) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. f) Memilih dan mempersiapkan karier.
g) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h) Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
i) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. j) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk
dan pembimbing dalam bertingkah laku.
Terkait dengan tugas perkembangan remaja di atas, adapun tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja SMA yaitu memilih dan
mempersiapkan kerier. Menurut Yusuf (2009) tujuan tugas ini adalah memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut. Menurutnya tugas ini menjadi minat yang pokok pada usia remaja 15 hingga 20 tahun, baik remaja pria maupun
wanita. Bersamaan dengan itu, Super dan Jordan (dalam Yusuf, 2009) juga mengungkapkan bahwa masa remaja termasuk tahap “eksplorasi” pada
tingkat tentatif (15-17 tahun) dan transisi (18-21 tahun). Pada tahap tentatif, faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan. Pada tahap ini hendaknya remaja
mengumpulkan pengetahuan dengan melalui diskusi, kursus-kursus dan sebagainya. Kemudian pada tahap transisi remaja memiliki pertimbangan
yang objektif, bisa masuk ke pasaran kerja.
4. Sekolah dan Peranannya dalam Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa
Pengertian sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran. Yusuf (2009) mengartikan sekolah sebagai lembaga formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa
moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Hal ini lebih ditegaskan oleh pendapat Arends (2008) yang mengatakan bahwa tujuan
dari lembaga sekolah adalah memberikan pengalaman belajar dengan maksud tertentu dan mengembangkan pelajar-pelajar yang memiliki
pengaturan diri(self regulated).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah suatu lembaga yang secara sistematik berfungsi memberikan
bimbingan dan kegiatan belajar mengajar pada siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi dan pengaturan diri secara maksimal.
Dalam kehidupan sehari-hari, sekolah memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap individu dalam mencapai tugas perkembangannya. Adanya pendidikan di sekolah, diharapkan mampu mendukung
pemenuhan tugas perkembangan secara maksimal. Secara khusus, Hurlock (1986; dalam Yusuf, 2009) mengatakan sekolah merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian seorang anak, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Disini sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, sedangkan guru sebagai substitusi orang tua.
Menurutnya, sekolah memegang arti penting dikarenakan :
a) Seorang anak, yang akhirnya disebut sebagai siswa, nantinya akan
terus menerus memiliki kewajiban untuk hadir di sekolah.
c) Anak-anak akan banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
d) Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses. e) Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk
menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.
Maka dari itu, sekolah turut memiliki andil yang besar terhadap pencapaian tugas perkembangan siswa-siswanya.
B. Motivasi Belajar
1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Menurut A.M Sardiman (2009), kata motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif merupakan daya penggerak dari luar dan di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Maka dari itu berawal dari kata motif tersebut, Sardiman memberikan pengertian bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Adapun Greenberg (dalam Djaali, 2007) juga menyebutkan bahwa motivasi merupakan proses membangkitkan, mengarahkan dan
memantapkan perilaku ke arah suatu tujuan.
tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut.
Dari pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu daya penggerak yang aktif, yang
berasal dari dalam atau luar individu yang membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan individu pada suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu.
b. Fungsi Motivasi
Sardiman (1986) mengungkapkan ada tiga fungsi motivasi yaitu : 1). Mendorong manusia untuk berbuat.
Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakaan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Disini motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh dalam
3). Menyeleksi perbuatan
Motivasi menentukan perbuatan-perbuataan apa yang harus
dikerjakan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan, dengan cara menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning (dalam Purwanto, 1984) mengemukakan bahwa belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.
Bersamaan dengan pengertian belajar di atas, Winkel (1987) mengungkapkan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu
aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, ketrampilan dan nilai- sikap. Perubahan
itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Uno ( 2007) mengartikan bahwa belajar merupakan suatu
Berbeda dengan para ahli sebelumnya, Syah (2004) justru mengartikan belajar sebagai suatu proses yang semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Dari pengertian-pengertian belajar yang diungkapkan para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas, proses pengumpulan informasi, yang terjadi secara
berulang-ulang yang bertujuan mengadakan perubahan pada individu belajar baik dalam pengetahuan, sikap atau ketrampilan-ketrampilan
tertentu.
b. Tujuan Belajar
Sardiman (2009) mengungkapkan bahwa proses belajar, pada umumnya memiliki tujuan. Menurutnya, tujuan tersebut pada
dasarnya dirangkum dalam tiga jenis yaitu : 1). Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
suatu pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan.
2). Penanaman konsep dan ketrampilan
Dalam hal ini penanaman atau perumusan suatu konsep
memerlukan suatu ketrampilan. Ketrampilan ini meliputi ketrampilan jasmani dan rohani.
3). Pembentukkan sikap
Pembentukkan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak lepas dari soal penanaman nilai-nilai atautransfer of values. Dalam
hal ini, guru tidak sekedar sebagai “pengajar” tetapi benar-benar bertindak sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu
kepada anak didiknya. Dengan begitu, diharapkan pada diri siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauan untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2009), motivasi belajar merupakan
keseluruhan daya penggerak yang ada di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Alderfer (dalam Setyowati,
Tokoh lain, Uno (2007) mengemukakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan suatu daya penggerak, hasrat yang ada di dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk
menimbulkan serta melakukan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
guna mengadakan perubahan tingkah laku, mencapai prestasi atau hasil belajar yang sebaik mungkin, atau tujuan lain yang dikehendaki subjek belajar tersebut
b. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Proses belajar dialami oleh setiap orang. Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhinya. Surya (2004) menuliskan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar seseorang yaitu :
1) Faktor kompetisi
Merupakan persaingan secara sehat, baik inter maupun antar
pribadi. Kompetisi interpribadi atau self competition adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari suatu tindakan. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang
dapat ditimbulkan suatu motivasi untuk mempelajari sesuatu secara lebih.
2) Faktor pemacu
Suatu dorongan untuk melakukan sesuatu, terjadi karena
adanya suatu hal yang menjadi pemacu. Pemacu dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, dan lain sebagainya.
3) Faktor adanya penghargaan dan hukuman.
Suatu penghargaan yang diberikan kepada seseorang dari proses belajar, dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk
mempelajari sesuatu secara lebih. Demikian juga berkaitan dengan hukuman. Hukuman yang diberikan dapat menimbulkan motivasi untuk tidak lagi melakukan atau menghindari suatu tindakan yang
dapat menyebabkan timbulnya hukuman itu. 4) Faktor kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan dari proses belajar, maka akan semakin mendorong seseorang untuk semakin lebih belajar dari sebelumnya. Oleh karena itu, berkaitan dengan hal ini,
para siswa diharapkan dapat memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan
tujuan dari suatu tindakan yang diharapkan. 5) Faktor pemahaman akan hasil
Hasil yang dicapai seseorang merupakan suatu timbal balik
tersendiri untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu
memelihara dan bahkan meningkatkan proses kerja selanjutnya. Misalnya seorang siswa yang termotivasi untuk lebih dalam
mempelajari suatu mata pelajaran tertentu setelah dirinya memperoleh nilai dan tanggapan yang baik pada ujiannya. Berkaitan dengan hal ini, para siswa hendaknya selalu dipupuk
untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembanganya rasa gagal.
6) Faktor pengembangan minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya yaitu bahwa
motivasi belajar seseorang akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar terhadap apa yang ia
kerjakan. Motivasi belajar dapat diadakan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa terhadap kegiatan belajarnya. Oleh karena itu para pengajar diharapkan mampu
menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa sehubungan dengan kegiatan belajarnya.
7) Faktor lingkungan yang kondusif
Lingkungan yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan lain sebagainya. Lingkungan sosial psikologis berkaitan dengan hubungan antar
pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan, pengawasan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, atau suasana
kekeluargaan. 8) Faktor keteladanan
Hal ini berkaitan dengan perilaku pengajar. Perilaku pengajar
secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku siswa, baik yang sifatnya positif ataupun yang negatif. Perilaku
seorang guru dapat meningkatkan atau bahkan menurunkan motivasi belajar seorang siswa. Oleh karena itu diharapkan agar perilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi siswanya.
c. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi belajar memiliki indikator-indikator yang dapat kita lihat pada hasil belajarnya. Sardiman (2001; dalam Prasti, 2005) mengemukakan indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas.
Siswa yang memiliki motivasi belajar adalah seseorang
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik adalah
seseorang yang tidak lekas mudah putus asa dan juga tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.
Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar harus peka dan
responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya.
4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
Siswa yang memiliki motivasi dalam belajarnya tidak akan
terjebak pada sesuatu yang rutinitas, mekanis dan berulang-ulang, sehingga tidak kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya.
Siswa yang memiliki motivasi dalam belajarnya akan mempertahankan pendapatnya terhadap sesuatu, jika ia
sudah yakin dan dipandangnya sesuatu tersebut sudah rasional.
Tokoh lain, Martin Handoko (1992; dalam Prasti, 2005) juga menyebutkan bahwa indikator motivasi belajar antara lain :
1) Kuatnya kemauan untuk berbuat.
3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Bersamaan dengan indikator-indikator di atas, Hudgin (dalam Wahyuningtyas dkk, 2000) menyebutkan bahwa indikator motivasi
belajar adalah :
1) Adanya dorongan untuk memulai suatu aktivitas atas kemauannya sendiri.
2) Tugas mampu terselesaikan tepat waktu.
3) Gigih dan tidak mudah putus asa bila menemui kesulitan.
Berdasarkan pernyataan para tokoh di atas mengenai indikator motivasi belajar, penulis menyimpulkan bahwa indikator motivasi belajar dalam penelitian ini ialah :
1) Memiliki semangat dan dorongan yang kuat untuk memulai aktivitas dan menghadapi tugas.
2) Tekun dalam menghadapi tugas/ kesulitan.
3) Menunjukkan minat yang tinggi terhadap macam-macam masalah.
4) Memiliki kerelaan untuk meninggalkan kewajiban/ tugas lain demi mencapai tujuan yang diinginkan.
5) Gigih dan Ulet dalam menemui kesulitan 6) Menyelesaikan tugas tepat waktu.
C. Disiplin di Sekolah
1. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Suryabrata (dalam Harmini dan Wardoyo, 2004) mengatakan
disiplin sebagai proses yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan- kebiasaan tertentu atau membentuk manusia dengan ciri- ciri tertentu, terutama meningkatkan kualitas mental dan moral.
Sama dengan pengertian yang diberikan sebelumnya, Hurlock (1991; dalam Harmini dan Wardoyo, 2004) juga berpendapat bahwa
disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak bertingkah laku moral yang dihargai kelompok. Menurutnya, tujuan dari penanaman disiplin adalah untuk menolong individu agar mampu mengembangkan kontrol
diri, sehingga dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam penyesuaian dirinya.
Berbeda dengan kedua tokoh sebelumnya yang lebih menyoroti disiplin sebagai usaha penanaman perilaku moral, Rayasti (1984; dalam Harmini dan Wardoyo, 2004) justru melihat disiplin sebagai suatu
peraturan tata tertib dan unsur yang penting dalam proses belajar yang berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol diri agar individu dapat
bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh masyarakat.
Bernhardt (1964; dalam Handayani, Siswati dan Andayani , 2004) mengungkapkan bahwa disiplin merupakan suatu rencana pelatihan dan
seseorang diharapkan mampu mengatur urusannya sendiri dan mampu menerima tanggung jawab atas perbuatannya..
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh masyarakat dalam mengajarkan pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan agar siswa mampu mengembangkan kontrol diri atau menerima tanggung jawab atas perbuatannya.
b. Tujuan dan Fungsi Disiplin
Schaefer (1997) mengemukakan dua tujuan penerapan dari disiplin yaitu :
1) Tujuan dekat
Disiplin diberikan dengan tujuan untuk membantu seseorang agar terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk
tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.
2) Tujuan jangka panjang
Tujuan ini yaitu dalam hal perkembangan dari pengendalian diri dan pengarahan diri. Di sini seseorang dilatih untuk dapat
mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar.
Sama dengan tujuan tersebut, Hurlock (1991) juga mengatakan
mengembangkan kontrol diri, sehingga dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam penyesuaian dirinya.
Selain adanya tujuan, penerapan suatu disiplin juga memiliki fungsi. Gunarso (dalam Harmini, 2004) mengungkapkan bahwa fungsi
adanya proses disiplin yaitu untuk membentuk tingkah laku sehingga mengakar menjadi kebiasaan dan tidak lagi dirasakan menekan atau menimbulkan ketegangan.
c. Unsur dalam Disiplin
Edwin (1997, dalam Maretino, 2009) mengungkapkan empat unsur dari disiplin, yaitu :
1). Peraturan
Dalam hal ini ditegaskan bahwa dalam disiplin, terdapat norma-norma, tata aturan yang harus ditaati oleh seseorang.
2). Hukuman
Hukuman diberikan kepada seseorang yang melanggar pelaksanaan disiplin itu sendiri. Dalam hal ini, hukuman dapat berupa
fisik, non fisik, denda, dan sebagainya. 3). Penghargaan
Penghargaan diberikan kepada seseorang yang telah melaksanakan suatu tindakan dengan benar. Penghargaan dalam hal ini tidak harus berupa materi, tetapi dapat pula berupa ucapan terima
4). Konsistensi
Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan dari disiplin itu sendiri,
baik dalam tata aturan yang harus ditaati, penghargaan yang diberikan hukuman bagi yang melanggarnya serta keberlakuan tata tertib itu
sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian disiplin haruslah dilakukan secara ajeg. Hal ini diberikan agar seseorang dapat mengetahui
apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan olehnya.
Menurut Hurlock (1991; dalam Astuti, 2007) keajegan pada
pemberian disiplin akan dapat menimbulkan 3 akibat positif yaitu : a). mempercepat proses belajar
Dalam hal ini, seseorang akan lebih cepat belajar mengenai
suatu aturan karena dengan begitu ia akan menjadi tahu dengan pasti mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan.
b). memberikan nilai motivational yang kuat
Hal ini berkaitan dengan pola reward. Seseorang yang menemukan bahwa suatu hadiah akan muncul mengikuti tingkah
laku yang disetujui, tetapi hukuman selalu mengikuti tingkah laku yang tidak disetujui, maka akan mempunyai keinginan lebih kuat
untuk menghindari tindakan yang dilarang dan berusaha berlaku sesuai dengan yang diharapkan.
c). membantu mengembangkan penghargaan terhadap aturan dan
Perlakuan disiplin yang ajeg akan menyebabkan seseorang merasa diperlakukan secara adil. Oleh karena itu, ia akan menjadi
lebih peka.
d. Pentingnya Disiplin
Brown dan Brown (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk
mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1). Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan
menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2). Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk
menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3). Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai
upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5). Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan
yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam
proses belajar mengajar pada khususnya.
6). Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan
memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
2. Disiplin di Sekolah
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya didapatkan pengertian tentang disiplin dan sekolah. Pengertian disiplin yang disimpulkan oleh penulis merupakan suatu proses yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengajarkan
pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan agar siswa mampu mengembangkan kontrol diri atau menerima tanggung jawab atas
perbuatannya. Di sisi lain, pengertian sekolah yang diperoleh oleh penulis adalah suatu lembaga yang secara sistematik berfungsi memberikan bimbingan dan kegiatan belajar mengajar pada siswa agar mereka mampu
Berdasarkan pengertian disiplin dan sekolah di atas, didapatkan pengertian disiplin di sekolah adalah suatu proses yang dilakukan oleh suatu
lembaga/ masyarakat dalam melakukan bimbingan dan kegiatan belajar mengajarkan pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan untuk
mengembangkan kontrol diri serta penerimaan tanggung jawab atas perbuatannya.
Dalam penelitian ini, disiplin di sekolah akan dilihat dari persepsi
siswa terhadap disiplin di sekolah. Adapun aspek-aspek persepsi menurut Peter dan Olson (1999; dalam Nugrohojati, 2009) yaitu aspek kognitif dan
aspek afektif.
D. Profil SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang
1. Sejarah
SMA Strada Santo Thomas Aquino merupakan satu-satunya SMA
yang dimiliki oleh Perkumpulan Strada wilayah cabang Tangerang. SMA ini didirikan pada tanggal 1 Agustus 1964. Walaupun begitu, kegiatan belajar mengajar sekolah ini baru dimulai pada bulan Januari 1964. Pada awal
berdirinnya, SMA Strada Santo Thomas Aquino berkedudukan di Jalan Daan Mogot nomor 12-14 Tangerang, menjadi satu dengan kompleks wilayah
Begitu panjang perjalanan yang dilalui oleh sekolah ini seiring dengan bergantinya kepala sekolah. Perjalanan itu dimulai dengan diperolehnya SK
Pengukuhan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 03/SMA/YB/III/75 pada tanggal 17 Maret 1975. Setelah itu, SMA ini juga
berhasil memperoleh Jenjang Akreditas Diakui dengan Nomor Data Statistik B04014002 pada tahun 1985. Tak lama setelah itu, SMA ini akhirnya memperoleh Piagam Jenjang Akreditas DISAMAKAN berdasarkan
keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal 20 januari 1990 Nomor 009/C/Kep/I/1990.
Pada tahun 1992, timbul masalah berkaitan dengan keberadaan gedung sekolah.yang membuat kemacetan lalu lintas. Akhirnya atas saran Bapak Walikota Tangerang, diambilah keputusan bahwa SMA ini harus
berpisah dengan kompleks gereja dan berpindah tempat ke komplek Strada Jalan Prambanan, bergabung dengan SLTP Strada Slamet Riyadi dibawah
pimpinan Bapak Drs, Sergius Kelang sebagai kepala sekolah.
Adanya pemikiran kekurangleluasaan aktivitas belajar mengajar, menuntut kepala sekolah untuk mencari lokasi baru untuk didirikannya
kepemilikkan gedung sendiri atas nama SMA Strada Santo Thomas Aquino. Setelah memperoleh lokasi, yang adalah juga tanah milik Perkumpulan
Strada, akhirnya pada tanggal 24 April 1995 didapatkanlah izin mendirikan sekolah di Jalan Kavling Surya Pabuaran. SMA ini didirikan di areal tanah seluas 4.694 m2 dengan luas bangunan 2.816,40 m2. Pembangunan gedung
Drs. H. Djakaria Mahmud pada tanggal 23 Mei 1996. Kegiatan belajar mengajar pun dimulai dengan menempati gedung baru pada tahun 1996
dengan kepala sekolah yang baru yaitu Bapak Gabriel P.Sitanggang hingga sekarang dibawah pimpinan kepala sekolah Ibu Dra. Th. Sri Sulandari.
2. Alamat Sekolah
SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang beralamat di Jalan
Kavling Surya Rt. 02/06 Pabuaran Tangerang (15114), Banten.
3. Visi Sekolah
Visi dari SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang adalah "Manusia bagi sesama yang utuh dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, kepribadian dan iman serta menjadikan unit sekolah terbaik dan terdepan".
4. Strategi Sekolah
Untuk mendukung tercapainya visi dan misi sekolah, SMA Strada
Santo Thomas Aquino Tangerang memiliki beberapa strategi yang menjadi tumpuan dari semua aktivitas sekolah. Strategi-strategi tersebut yaitu :
a) Memberikan pelayanan bagi peserta didik menuju panggilan hidup. b) Melakukan persemaian kader sejak dini dan berkesinambungan. c) Selalu menunjukkan tantangan-tantangan masa depan kepada
d) Mengembangkan daya perseptif dan analitis untuk bersikap kritis dan bertindak.
e) Melibatkan orang tua peserta didik dalam pembinaan panggilan hidup, sebagai bekal peserta didik di masa depan.
f) Menanamkan semangat kerasulan sejak dini.
g) Menyelenggarakan dinamika pendidikan antar peserta didik.
5. Tata Tertib
Demi tercapainya tujuan belajar, diperlukan kerjasama yang baik antara sekolah, orang tua/ wali dan pelajar sendiri. Untuk keperluan itulah disusun tata tertib pelajar yang harus diketahui dan dilaksanakan
sebaik-baiknya : Tabel 1
Tata Tertib Pelajar Strada Santo Thomas Aquino Tangerang
No Peraturan
1. Kehadiran Pelajar :
a) Pelajar sudah hadir di sekolah paling lambat 5 menit sebelum pelajaran di mulai.
b) Pelajar yang terlambat hadir harus melaporkan diri kepada Kepala Sekolah atau guru piket untuk memperoleh ijin masuk kelas.
2. Ketidakhadiran Pelajar :
a) Pelajar harus menggunakan ijin untuk tidak hadir ke sekolah, kecuali karena sakit atau mendapatkan musibeh. Permohonan ijin diajukan selambat-lambatnya sehari sebelum ketidakhadirannya.
b) Pelajar yang tidak hadir karena sakit atau mendapat musibah diharapkan secepatnya memberitahukan kepada sekolah atau paling lambat pada haari pertama hadir di sekolah kembali.
c) Pelajar yang tidak hadir karena sakit lebih dari 3 hari harus dapat menunjukkan surat keterangan dokter.
keterangan lebih dari 2 minggu berturut-turut, pelajar dapat dikeluarkan dari sekolah.
e) Ketidakhadiran pelajar dalam mengikuti kegiatan belajar menjadi pertimbangan dalam kenaikan kelas.
3. Pelajar di Sekolah :
a) Pelajar harus berada di dalam kompleks sekolah dari awal sampai akhir kegiatan sekolah, kecuali mendapat ijin dari Kepala Sekolah atau guru piket. b) Pelajar dilarang keluar/ masuk kelas selama jam pelajaran berlangsung tanpa
ijin dari guru pengajar.
c) Pelajar harus turut menciptakan kebersihan, keindahan, ketertiban kelas di bawah pimpinan ketua kelas dan bimbingan wali kelas.
d) Pelajar harus turut menciptakan kebersihan, keindahan, dan ketertiban sekolah.
e) Pelajar yang dipercaya sebagai pengurus kelas melapor kepada Kepala Sekolah atau guru piket apabila stelah lima menit tanda pelajaran dimulai, guru belum masuk ke kelas.
f) Pelajar wajib melengkapi alat dan sarana belajar sendiri.
g) Pelajar dilarang membawa ke sekolah barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekolah, antara lain: perhiasan berlebihan, majalah, mainan, senjata tajam, VCD/ CD.
h) Pelajar dilarang merokok.
i) Pelajar menggunakan pakaian bersih, rapi dan bersepatu sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah.
j) Pelajar dilarang membawa masalah sekolah keluar atau sebaliknya.
k) Pelajar dilarang meninggalkan sekolah sebelum jam sekolah berakhir, kecuali menbdapat ijin dari Kepala Sekolah atau guru piket.
l) Pelajar dilarang mengaktifkan Handphone atau sarana komunikasi lainnya sewaktu kegiatan belajar berlangsung.
m) Pelajar wajib menghormati dan bersikap sopan kepada tamu, sesame pelajar, guru atau semua karyawan sekolah.
n) Pelajar harus mengikuti tata aturan yang dibuat guru di kelas. o) Pelajar dilarang memiliki rambut yang berwarna
p) Pelajar diharuskan menggunakan seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah.
4. Pelanggaran dengan sanksi berat
Pelajar dapat dikenai sanksi berat, yaitu skorsing atau dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat apabila melakukan pelanggran-pelanggran sebagai berikut :
a) Mengikuti les privat yang dilakukan oleh guru.
b) Menyimpan, mengedarkan, atau menggunakan narkotik dan obat terlarang. c) Merokok dan minum minuman keras.
d) Membawa ke sekolah benda pornografi, senjata tajam, senjata api, senjata api, petasan dan benda-benda berbahaya lainnya.
g) Melakukan tindakan asusila.
h) Mengancam, melawan atau melakukan kekerasan terhadap sesama pelajar, guru dan karyawan.
i) Terkena hukuman kurungan dari pengadilan karena melakukan tindakan pidana.
j) Menikah selama menjadi pelajar
5. Peran serta Orang Tua/ Wali :
Selaku pendidik pertama dan utama Orang Tua/ Wali murid diharapkan : a) Selalu mengontrol dan mendampingi belajar anak-anaknya.
b) Membubuhkan tandatangan pada hasil ulangan anaknya.
c) Memenuhi panggilan/ undangan sekolah sehubungan dengan perkembangan kepribadian dan belajar anaknya.
d) Memberitahukan kepada sekolah apabila anaknya berhalaangan hadir ke sekolah atau ada persoalan lainnya.
e) Memberitahukan kepada sekolah apabila ada perubahan alamat, telepon atau data lainnya.
f) Mengambil sendiri laporan hasil belajar siswa atau keterangan lainnya pada pertengahan dan akhir semester.
g) Selalu mengontrol : Buku Panduan Pelajar Strada dan Kartu Uang Sekolah. h) Memperhatikan program semester setiap mata pelajaran.
6. Iuran Sekolah :
a) Iuran sekolah terdiri dari uang sekolah dan kegiatan yang ditetapkan oleh sekolah dengan memberitahukan secara tertulis kepada Orang Tua/ Wali. b) Uang sekolah harus sudah dilunasi selambat-lambatnya tanggal 10 setiap
bulannya.
c) Uang sekolah yang menunggak 2 bulan berturut-turut tanpa ada pemberitahuan dari Orang Tua/ Wali, pelajar dapat dipulangkan dan dikenakan skorsing.
E. Dinamika Hubungan Antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar
Siswa SMA yang memasuki fase remaja, mengalami banyak perkembangan. Perkembangan tersebut, diiringi dengan munculnya tugas-tugas perkembangan yang baru. Tugas-tugas-tugas perkembangan itu haruslah
mereka penuhi agar tidak menghambat tugas perkembangan selanjutnya. Salah satu tugas perkembangannya adalah memilih dan mempersiapkan
karier. Tugas perkembangan ini merupakan tugas yang bertujuan mempersiapkan kehidupan remaja selanjutnya. Dalam tugas ini, remaja dihadapkan pada kebutuhan untuk mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa yang memiliki pekerjaan dan kemandirian ekonomi yang layak. Tugas ini menuntun remaja SMA untuk dapat memilih suatu pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan dan juga minatnya. Dalam rangka memenuhi tugas tersebut, remaja SMA akan berusaha untuk terus mengembangkan kemampuan intelektual dan konsep-konsep yang ia miliki melalui proses
belajar. Proses belajar ini didapat melalui pendidikan formal di sekolah. Suatu kondisi dikatakan sebagai proses belajar apabila terjadi secara
berulang-ulang dan terus-menerus, sehingga materi yang diajarkan, diharapkan dapat terserap dan dihayati oleh individu belajar.
Pelaksanaan proses belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
dalam dan faktor luar individu.Salah satu faktor dalam yang sangat penting peranannya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan suatu daya
menimbulkan serta melakukan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar guna mengadakan
perubahan tingkah laku, mencapai prestasi atau hasil belajar yang sebaik mungkin, atau tujuan lain yang dikehendaki subjek belajar tersebut.
Motivasi belajar memiliki banyak peranan. Peranannya antara lain membuat seseorang menjadi merasa tergerak dan bergairah. Seseorang menjadi senang, semangat dan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar. Motivasi belajar membuat seseorang ulet dan tekun sehingga mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Seseorang juga
akan menjadi lebih banyak menyediakan waktu untuk belajar serta tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kesulitan. Selain itu, adanya motivasi belajar juga akan menentukan tujuan yang jelas dari mengapa
seseorang belajar. Hal ini, tentunya akan mempengaruhi proses penyerapan materi belajar oleh siswa.
Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor kompetisi, pemacu, adanya penghargaan dan hukuman, kejelasan dan kedekatan tujuan, pemahaman akan hasil, pengembangan
minat, dan keteladanan. Faktor lain yang juga mempengaruhi proses belajar adalah lingkungan belajar. Sekolah adalah lingkungan belajar siswa yang
turut mendukung motivasi belajar. Sekolah merupakan tempat siswa memperoleh berbagai kemampuan. Sekolah sebagai lingkungan belajar, diharapkan mampu mendukung siswanya dalam proses belajar. Sekolah
mampu menciptakan lingkungan yang kondusif. Lingkungan sekolah yang kondusif akan memberikan rasa aman serta nyaman bagi siswa dalam belajar.
Usaha sekolah untuk menciptakan kondisi seperti di atas, dilakukan dengan cara penegakan disiplin. Disiplin di sekolah adalah suatu proses yang
dilakukan oleh sekolah dalam melakukan bimbingan dan kegiatan belajar mengajarkan pola laku moral atau tata tertib yang bertujuan untuk mengembangkan kontrol diri serta penerimaan tanggung jawab atas
perbuatannya. Dalam penegakan disiplin, unsur-unsur yang harus ada adalah peraturan, hukuman, penghargaan, dan adanya konsistensi. Unsur-unsur
tersebut adalah unsur-unsur disiplin yang harus dijalani dan dipatuhi oleh siswa sehingga diharapkan mampu mendukung proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini disiplin sekolah akan dilihat dari pandangan
siswa terhadap unsur-unsur tersebut.
Bagi siswa SMA yang memandang positif disiplin di sekolah, akan
melihat bahwa disiplin di sekolah mendatangkan efek bagi dirinya. Keberadaannya mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Disiplin di sekolah akan membuat sekolah sebagai tempat yang
mendukung dirinya dalam belajar. Sekolah mampu menyediakan tempat belajar yang baik untuk proses belajar mengajar. Penyediaan lingkungan
yang kondusif untuk belajar ini, diharapkan nantinya akan mampu menciptakan motivasi belajar bagi siswa-siswa yang ada di dalamnya.
Sebaliknya, bagi siswa SMA yang memandang negatif disiplin di
pada dirinya. Keberadaannya justru akan dianggap sebagai hal yang merepotkan, boleh dilanggar dan bahkan mengekang. Disiplin di sekolah
akan membuat lingkungan belajarnya sebagai lingkungan yang tidak aman, nyaman dan tidak kondusif untuk belajar. Disiplin sekolah menciptakan
tekanan pada lingkungan belajar sehingga tidak mendukung dirinya dalam belajar. Selain itu, adanya disiplin di sekolah juga akan menciptakan lingkungan belajar yang tidak bebas. Adanya pandangan yang negatif ini,
akan membuat motivasi belajar yang kurang. Secara lebih jelasnya dinamika hubungan antara disiplin di sekolah dan motivasi belajar siswa dapat dilihat