PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
FIKA PUSPITASARI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
Influences of Individual Factor, Family and School towards Elementary Student’s Learning Achievements
Fika Puspitasari
Department of Community Nutrition and Family Resources
Background:
Human resource quality, which is the determination of future development, is defined by how that human resource develops, including school-aged children. According to Erik Erikson’s psychosocial theory, school-school-aged children are on the phase of industry versus inferiority. This is a phase where, normally, a child will try to achieve something. An achievement a school-age may want to make is school learning achievement. Factors that may influence this are the child’s individual factor (academic potential and learning motivation), family (learning care style) and the school itself (student’s perception towards school’s learning concept).
Method:
The method used was a cross sectional study, and the research’s location was determined using a purposive way. The data was analyzed using descriptive statistics, Rank-Spearman test to define relation between variables, and Double Linear Regression test to analyze factors which influences student’s learning achievements.
Result:
Rank-Spearman correlation test shows that there is a positive relation between learning care-style, student’s perception towards school and academic potential with the student’s learning achievement. Students with positive perception tend to have a better achievement. Female students’ achievement are higher than the male students. Students with higher academic potentials also tend to have a higher achievement. Because of that, parents must pay more attention towards the child’s nutrition, health and psychosocial aspect so every potential of a child may have develop optimal.
RINGKASAN
FIKA PUSPITASARI. Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Di bawah bimbingan MELLY LATIFAH.
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya, yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, dan prestasi belajar siswa, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan pola asuh belajar, (3) menganalisis hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar, (5) menganalisis hubungan antara potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa, serta (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di tiga jenis sekolah dasar yang dipilih secara purpossive, yaitu sekolah negeri (SDN Sukadamai 3 Bogor), sekolah swasta Islam (SD Amaliah Ciawi) dan sekolah alam (SD Citra Alam Ciganjur). Total contoh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 90 keluarga siswa. Penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juli 2008.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner, kecuali potensi akademik yang diperoleh dengan tes potensi akademik menggunakan instrumen tes manual Riley Inventory of Basic Learning Skills (RIBLS) yang dimodifikasi oleh Latifah dan Dina (2002). Data sekunder, meliputi nilai rapor, keadaan umum wilayah penelitian, dan profil sekolah, diperoleh dari pihak sekolah. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program
Microsoft Excel 2007dan SPSS 13.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank-Spearman dan analisis regresi linear berganda.
Proporsi terbesar contoh penelitian yaitu berjenis kelamin perempuan (53.3%), berusia 10.1-11 tahun (54.4%), merupakan anak pertama (62.2%), berasal dari keluarga kecil (58.9%), ayah berusia dewasa madya (61.1%), ibu berusia dewasa dini (78.9%), lama pendidikan orangtua 15 tahun ke atas (ayah=88.9%, ibu=78.9%), ayah bekerja sebagai pegawai swasta (50.0%), ibu bekerja sebagai wiraswasta (26.7%), pendapatan utama ayah Rp 7.500.001-10.000.000 per bulan (24.4%), dan pendapatan utama ibu Rp 2.500.001-5.000.000 per bulan (28.9%).
terhadap pembelajaran di sekolah yang baik. Sebanyak 56.7% contoh memiliki prestasi belajar yang tinggi, sedangkan sisanya (43.3%) memiliki prestasi belajar sedang.
Hasil uji korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan positif dengan pola asuh belajar (rs=0.275, p-value≤0.01), artinya pola asuh belajar pada anak perempuan cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola asuh belajar pada anak laki-laki. Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan pola asuh belajar (rs= -0.343, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh, pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan tambahan ayah dengan pola asuh belajar (rs= 0.310, p≤0.01), artinya semakin tinggi tingkat pendapatan tambahan ayah maka pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.525, p≤0.01), artinya semakin baik persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah pun semakin baik.
Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan motivasi belajarnya (rs= -0.412, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh maka motivasi belajarnya akan semakin baik. Terdapat hubungan positif antara kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar (rs=0.648, p≤0.01), artinya semakin baik kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka motivasi belajarnya pun semakin baik. Terdapat hubungan positif antara potensi akademik (rs=0.658, p≤0.01), pola asuh belajar (rs=0.253, p≤0.05), dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.240,p≤0.05) dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin tinggi potensi akademik serta semakin baik pola asuh belajar dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, maka prestasi belajar siswa akan semakin tinggi.
PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : Fika Puspitasari
A54104057
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
Judul : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN
SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR
Nama : Fika Puspitasari
Nomor Pokok : A54104057
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Melly Latifah, M.Si NIP. 131 879 327
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Desember 1985. Penulis
merupakan putri pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak H. Udih
Samanhudi dan Ibu Hj. Jejen.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak ditempuh dari tahun 1991 hingga tahun
1992 di TK Amaliah Ciawi, Bogor. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh
pada tahun 1992-1998 di SD Amaliah Ciawi, Bogor. Penulis melanjutkan sekolah
di SLTP Negeri 1 Bogor hingga tahun 2001. Selanjutnya penulis lulus dari SMU
Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut aktif sebagai sekretaris Divisi
Pers dan Media Himpunan Peminat Ilmu Gizi Pertanian/HIMAGITA IPB
(2005-2006), serta aktif dalam berbagai macam kepanitiaan, baik yang diselenggarakan
oleh HIMAGITA maupun kegiatan kampus lainnya. Pada tahun 2006, penulis
memperoleh kehormatan sebagai finalis Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Kewirausahaan IPB dengan judul ”Pemanfaatan Tepung Sagu Sebagai
Spaghetti dalam Usaha Diversifikasi Pangan yang Praktis dan Ramah
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas karunia yang telah diberikan
Allah SWT sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Adapun penulisan
skripsi yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar” dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 dan
merupakan suatu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis sejak awal penelitian hingga skripsi ini
selesai ditulis, yaitu kepada:
1. Ayah, ibu, dan adik-adikku tersayang (Arie, Fina, dan Dehan) yang selalu
memberikan dorongan dan doa agar teteh selalu bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi.
2. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
selalu membimbing dan memberikan nasihat-nasihatnya hingga akhir
penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pemandu seminar
dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran kritisnya sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.
4. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing akademik dan juga
sebagai ibu kami di kampus, terima kasih atas segala arahan, bimbingan,
nasihat, dan perhatian yang telah diberikan.
5. SDN Sukadamai 3, khususnya kepada Drs. Pipip Rosida (Kepala
Sekolah), Pak Dedi, wali kelas IV dan V, dan adik-adik responden yang
sangat bersemangat beserta orangtua yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
6. SD Amaliah, khususnya kepada Pak Jarkasih (Kepala Sekolah), Bu
Syamsi, Pak Jerry, Bu Erlina, dan adik-adik responden yang sangat
pengertian beserta orangtua yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
7. SD Citra Alam, khususnya kepada Kak Veny (Kepala Sekolah), Kak Heru,
Kak Hendra, Kak Selvi, dan adik-adik responden yang tidak terlupakan
(terutama Rafii) beserta orangtua yang telah membantu kelancaran
8. Teman satu penelitian, Syifa dan Adin, atas kerjasamanya yang
menyenangkan selama penelitian.
9. Monika sahabatku tersayang, yang selalu ada setiap saat aku butuhkan,
yang selalu membantu baik moril maupun materi, yang selalu
mengingatkan aku akan segala hal, semoga persahabatan kita
berlangsung selamanya.
10. Aqsa, Tia, Dhe, Wieke, Bagus, Icha, Lola, Nope, Hono, Mita, Venny,
Cheu-cheu, dan Alia yang sudah sabar menjadi tempat berkeluh kesah
selama 4 tahun bersama.
11. Teman-teman GMSK 41 lainnya (Sri, Friskul, Jeki, Fera, Rizkong, Edo,
DeviP, Chabon, Novmel, Merry, Ahma, Angel, Kiki, Rena, Noormet, Any,
Yuli, Arina, DeviR, Nyoman, Prita, Rika, Pitri, Kokom, Retno, Mba Wie,
Dekus, Ida, Icus, Ira, Daru, Nanad, LiaM, Dausbek, Lesta, Nining, Ibnu,
Noni, Mba Arti, Mba Eka, Lenjoy, Achie, Inur, Pipin, Ari, Devit, Shinta,
Vikahuy, Tiche, LiaR, Tuyul, Chio, Ika, Uya, Oneng, Hakim, Rani) yang
telah menjadi bagian hidupku selama 4 tahun terakhir ini, terima kasih
atas kenangan terindahnya.
12. A Maul yang sudah mengantarkan ke Ciganjur dan juga A Norman yang
selalu dibuat pusing dengan pengolahan data, terima kasih telah
membantu dengan ikhlas.
13. Teman-temanku yang lain, Mba Riri, Winda, Sani, Wawan, Alfa, Ridho,
Anjar, Duvie, Chandri, Neno, Momow, Adhi, adik-adik IKK 42, terima
kasih atas doa dan dukungannya dalam segala bentuk selama ini.
14. Arif Rahman, SE dan Yuddi Yustian, SP yang selalu jadi tempat berkeluh
kesah, terima kasih atas semua nasihatnya, pengertiannya,
kesabarannya, dan hal lainnya yang tidak akan terlupakan.
Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Desember 2008
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP ... i
PRAKATA ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Anak Usia Sekolah... 4
Karakteristik Fisik dan Motorik... 4
Karakteristik Psikologis ... 5
Prestasi Belajar Siswa ... 8
Faktor Individu ... 10
Karakteristik Individu ... 10
Potensi Akademik ... 11
Motivasi Belajar ... 12
Faktor Keluarga ... 14
Karakteristik Keluarga ... 14
Pola Asuh Belajar ... 16
Faktor Sekolah ... 17
Persepsi dan Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 18
KERANGKA PEMIKIRAN ... 19
METODE PENELITIAN... 21
Desain, Tempat, dan Waktu ... 21
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 21
Pengolahan dan Analisis Data ... 22
PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
FIKA PUSPITASARI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
Influences of Individual Factor, Family and School towards Elementary Student’s Learning Achievements
Fika Puspitasari
Department of Community Nutrition and Family Resources
Background:
Human resource quality, which is the determination of future development, is defined by how that human resource develops, including school-aged children. According to Erik Erikson’s psychosocial theory, school-school-aged children are on the phase of industry versus inferiority. This is a phase where, normally, a child will try to achieve something. An achievement a school-age may want to make is school learning achievement. Factors that may influence this are the child’s individual factor (academic potential and learning motivation), family (learning care style) and the school itself (student’s perception towards school’s learning concept).
Method:
The method used was a cross sectional study, and the research’s location was determined using a purposive way. The data was analyzed using descriptive statistics, Rank-Spearman test to define relation between variables, and Double Linear Regression test to analyze factors which influences student’s learning achievements.
Result:
Rank-Spearman correlation test shows that there is a positive relation between learning care-style, student’s perception towards school and academic potential with the student’s learning achievement. Students with positive perception tend to have a better achievement. Female students’ achievement are higher than the male students. Students with higher academic potentials also tend to have a higher achievement. Because of that, parents must pay more attention towards the child’s nutrition, health and psychosocial aspect so every potential of a child may have develop optimal.
RINGKASAN
FIKA PUSPITASARI. Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Di bawah bimbingan MELLY LATIFAH.
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya, yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, dan prestasi belajar siswa, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan pola asuh belajar, (3) menganalisis hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar, (5) menganalisis hubungan antara potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa, serta (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di tiga jenis sekolah dasar yang dipilih secara purpossive, yaitu sekolah negeri (SDN Sukadamai 3 Bogor), sekolah swasta Islam (SD Amaliah Ciawi) dan sekolah alam (SD Citra Alam Ciganjur). Total contoh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 90 keluarga siswa. Penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juli 2008.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner, kecuali potensi akademik yang diperoleh dengan tes potensi akademik menggunakan instrumen tes manual Riley Inventory of Basic Learning Skills (RIBLS) yang dimodifikasi oleh Latifah dan Dina (2002). Data sekunder, meliputi nilai rapor, keadaan umum wilayah penelitian, dan profil sekolah, diperoleh dari pihak sekolah. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program
Microsoft Excel 2007dan SPSS 13.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank-Spearman dan analisis regresi linear berganda.
Proporsi terbesar contoh penelitian yaitu berjenis kelamin perempuan (53.3%), berusia 10.1-11 tahun (54.4%), merupakan anak pertama (62.2%), berasal dari keluarga kecil (58.9%), ayah berusia dewasa madya (61.1%), ibu berusia dewasa dini (78.9%), lama pendidikan orangtua 15 tahun ke atas (ayah=88.9%, ibu=78.9%), ayah bekerja sebagai pegawai swasta (50.0%), ibu bekerja sebagai wiraswasta (26.7%), pendapatan utama ayah Rp 7.500.001-10.000.000 per bulan (24.4%), dan pendapatan utama ibu Rp 2.500.001-5.000.000 per bulan (28.9%).
terhadap pembelajaran di sekolah yang baik. Sebanyak 56.7% contoh memiliki prestasi belajar yang tinggi, sedangkan sisanya (43.3%) memiliki prestasi belajar sedang.
Hasil uji korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan positif dengan pola asuh belajar (rs=0.275, p-value≤0.01), artinya pola asuh belajar pada anak perempuan cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola asuh belajar pada anak laki-laki. Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan pola asuh belajar (rs= -0.343, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh, pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan tambahan ayah dengan pola asuh belajar (rs= 0.310, p≤0.01), artinya semakin tinggi tingkat pendapatan tambahan ayah maka pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.525, p≤0.01), artinya semakin baik persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah pun semakin baik.
Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan motivasi belajarnya (rs= -0.412, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh maka motivasi belajarnya akan semakin baik. Terdapat hubungan positif antara kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar (rs=0.648, p≤0.01), artinya semakin baik kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka motivasi belajarnya pun semakin baik. Terdapat hubungan positif antara potensi akademik (rs=0.658, p≤0.01), pola asuh belajar (rs=0.253, p≤0.05), dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.240,p≤0.05) dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin tinggi potensi akademik serta semakin baik pola asuh belajar dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, maka prestasi belajar siswa akan semakin tinggi.
PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : Fika Puspitasari
A54104057
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
Judul : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN
SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR
Nama : Fika Puspitasari
Nomor Pokok : A54104057
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Melly Latifah, M.Si NIP. 131 879 327
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Desember 1985. Penulis
merupakan putri pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak H. Udih
Samanhudi dan Ibu Hj. Jejen.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak ditempuh dari tahun 1991 hingga tahun
1992 di TK Amaliah Ciawi, Bogor. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh
pada tahun 1992-1998 di SD Amaliah Ciawi, Bogor. Penulis melanjutkan sekolah
di SLTP Negeri 1 Bogor hingga tahun 2001. Selanjutnya penulis lulus dari SMU
Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut aktif sebagai sekretaris Divisi
Pers dan Media Himpunan Peminat Ilmu Gizi Pertanian/HIMAGITA IPB
(2005-2006), serta aktif dalam berbagai macam kepanitiaan, baik yang diselenggarakan
oleh HIMAGITA maupun kegiatan kampus lainnya. Pada tahun 2006, penulis
memperoleh kehormatan sebagai finalis Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Kewirausahaan IPB dengan judul ”Pemanfaatan Tepung Sagu Sebagai
Spaghetti dalam Usaha Diversifikasi Pangan yang Praktis dan Ramah
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas karunia yang telah diberikan
Allah SWT sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Adapun penulisan
skripsi yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar” dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 dan
merupakan suatu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis sejak awal penelitian hingga skripsi ini
selesai ditulis, yaitu kepada:
1. Ayah, ibu, dan adik-adikku tersayang (Arie, Fina, dan Dehan) yang selalu
memberikan dorongan dan doa agar teteh selalu bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi.
2. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
selalu membimbing dan memberikan nasihat-nasihatnya hingga akhir
penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pemandu seminar
dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran kritisnya sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.
4. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing akademik dan juga
sebagai ibu kami di kampus, terima kasih atas segala arahan, bimbingan,
nasihat, dan perhatian yang telah diberikan.
5. SDN Sukadamai 3, khususnya kepada Drs. Pipip Rosida (Kepala
Sekolah), Pak Dedi, wali kelas IV dan V, dan adik-adik responden yang
sangat bersemangat beserta orangtua yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
6. SD Amaliah, khususnya kepada Pak Jarkasih (Kepala Sekolah), Bu
Syamsi, Pak Jerry, Bu Erlina, dan adik-adik responden yang sangat
pengertian beserta orangtua yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
7. SD Citra Alam, khususnya kepada Kak Veny (Kepala Sekolah), Kak Heru,
Kak Hendra, Kak Selvi, dan adik-adik responden yang tidak terlupakan
(terutama Rafii) beserta orangtua yang telah membantu kelancaran
8. Teman satu penelitian, Syifa dan Adin, atas kerjasamanya yang
menyenangkan selama penelitian.
9. Monika sahabatku tersayang, yang selalu ada setiap saat aku butuhkan,
yang selalu membantu baik moril maupun materi, yang selalu
mengingatkan aku akan segala hal, semoga persahabatan kita
berlangsung selamanya.
10. Aqsa, Tia, Dhe, Wieke, Bagus, Icha, Lola, Nope, Hono, Mita, Venny,
Cheu-cheu, dan Alia yang sudah sabar menjadi tempat berkeluh kesah
selama 4 tahun bersama.
11. Teman-teman GMSK 41 lainnya (Sri, Friskul, Jeki, Fera, Rizkong, Edo,
DeviP, Chabon, Novmel, Merry, Ahma, Angel, Kiki, Rena, Noormet, Any,
Yuli, Arina, DeviR, Nyoman, Prita, Rika, Pitri, Kokom, Retno, Mba Wie,
Dekus, Ida, Icus, Ira, Daru, Nanad, LiaM, Dausbek, Lesta, Nining, Ibnu,
Noni, Mba Arti, Mba Eka, Lenjoy, Achie, Inur, Pipin, Ari, Devit, Shinta,
Vikahuy, Tiche, LiaR, Tuyul, Chio, Ika, Uya, Oneng, Hakim, Rani) yang
telah menjadi bagian hidupku selama 4 tahun terakhir ini, terima kasih
atas kenangan terindahnya.
12. A Maul yang sudah mengantarkan ke Ciganjur dan juga A Norman yang
selalu dibuat pusing dengan pengolahan data, terima kasih telah
membantu dengan ikhlas.
13. Teman-temanku yang lain, Mba Riri, Winda, Sani, Wawan, Alfa, Ridho,
Anjar, Duvie, Chandri, Neno, Momow, Adhi, adik-adik IKK 42, terima
kasih atas doa dan dukungannya dalam segala bentuk selama ini.
14. Arif Rahman, SE dan Yuddi Yustian, SP yang selalu jadi tempat berkeluh
kesah, terima kasih atas semua nasihatnya, pengertiannya,
kesabarannya, dan hal lainnya yang tidak akan terlupakan.
Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Desember 2008
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP ... i
PRAKATA ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Anak Usia Sekolah... 4
Karakteristik Fisik dan Motorik... 4
Karakteristik Psikologis ... 5
Prestasi Belajar Siswa ... 8
Faktor Individu ... 10
Karakteristik Individu ... 10
Potensi Akademik ... 11
Motivasi Belajar ... 12
Faktor Keluarga ... 14
Karakteristik Keluarga ... 14
Pola Asuh Belajar ... 16
Faktor Sekolah ... 17
Persepsi dan Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 18
KERANGKA PEMIKIRAN ... 19
METODE PENELITIAN... 21
Desain, Tempat, dan Waktu ... 21
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 21
Pengolahan dan Analisis Data ... 22
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28
Karakteristik Individu ... 30
Jenis Kelamin ... 30
Usia ... 31
Urutan Kelahiran ... 31
Karakteristik Keluarga ... 31
Besar Keluarga ... 32
Usia Orangtua ... 32
Lama Pendidikan Orangtua ... 33
Jenis Pekerjaan Orangtua ... 34
Tingkat Pendapatan Orangtua ... 35
Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 36
Potensi Akademik ... 37
Motivasi Belajar ... 38
Pola Asuh Belajar ... 39
Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 40
Prestasi Belajar Siswa ... 41
Hubungan antar Variabel ... 42
Hubungan karakteristik individu dengan pola asuh belajar ... 42
Hubungan karakteristik keluarga dengan pola asuh belajar ... 44
Hubungan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah ... 49
Hubungan karakteristik individu dengan motivasi belajar ... 50
Hubungan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar ... 51
Hubungan potensi akademik dengan prestasi belajar siswa ... 52
Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa ... 53
Hubungan pola asuh belajar dengan prestasi belajar siswa ... 54
Hubungan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa ... 54
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ... 55
KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
Kesimpulan ... 58
Halaman DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget ... 5
2 Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson ... 7
3 Jenis dan cara pengumpulan data ... 22
4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... 30
5 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 31
6 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran... 31
7 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ... 32
8 Sebaran contoh berdasarkan usia orangtua ... 33
9 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan orangtua ... 33
10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua ... 34
11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan orangtua ... 35
12 Sebaran contoh berdasarkan persepsi siswa terhadap
pembelajaran di sekolah ... 36
13 Sebaran contoh berdasarkan potensi akademik ... 37
14 Sebaran contoh berdasarkan motivasi belajar ... 38
15 Sebaran contoh berdasarkan jenis motivasi belajar ... 39
16 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh belajar ... 39
17 Sebaran contoh berdasarkan kepuasan siswa terhadap
pembelajaran di sekolah ... 41
18 Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar siswa ... 41
19 Sebaran pola asuh belajar menurut jenis kelamin ... 43
20 Sebaran pola asuh belajar menurut usia contoh ... 44
21 Sebaran pola asuh belajar menurut urutan kelahiran ... 44
22 Sebaran pola asuh belajar menurut besar keluarga ... 45
23 Sebaran pola asuh belajar menurut usia orangtua ... 45
24 Sebaran pola asuh belajar menurut lama pendidikan orangtua ... 46
25 Sebaran pola asuh belajar menurut jenis pekerjaan orangtua ... 47
26 Sebaran pola asuh belajar menurut tingkat pendapatan ayah ... 48
27 Sebaran pola asuh belajar menurut tingkat pendapatan ibu... 48
28 Sebaran kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah
menurut persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah... 49
29 Sebaran motivasi belajar menurut jenis kelamin ... 50
Halaman 31 Sebaran motivasi belajar menurut urutan kelahiran ... 51
32 Sebaran motivasi belajar menurut kepuasan siswa terhadap
pembelajaran di sekolah ... 52
33 Sebaran prestasi belajar siswa menurut potensi akademik ... 52
34 Sebaran prestasi belajar siswa menurut motivasi belajar ... 53
35 Sebaran prestasi belajar siswa menurut pola asuh belajar... 54
36 Sebaran prestasi belajar siswa menurut persepsi siswa
terhadap pembelajaran di sekolah... 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap
prestasi belajar siswa sekolah dasar ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Hasil uji reliabilitas motivasi belajar ... 62
2 Hasil uji reliabilitas pola asuh belajar ... 64
3 Hasil uji reliabilitas persepsi siswa terhadap pembelajaran
di sekolah ... 66
4 Hasil uji reliabilitas kepuasan siswa terhadap pembelajaran
di sekolah ... 68
5 Analisis per item pola asuh belajar ... 69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting bagi kemajuan
suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh SDM yang
berkualitas. Kualitas SDM (tenaga kerja) merupakan ujung tombak produksi,
sehingga barang dan jasa yang dihasilkan memiliki kualitas dan daya saing
tinggi. Kualitas SDM di negara-negara maju, seperti Jerman dan Jepang, sudah
sangat baik. Hal ini terbukti dengan kedua negara tersebut sudah menjadi
pemimpin dalam hal teknologi. Produk Jerman dan Jepang terkenal paling bagus
kualitasnya di dunia karena dikerjakan oleh para pekerja yang terampil, pekerja
keras, percaya diri dengan kemampuannya, dan mempunyai kualitas karakter
lainnya yang mendukung. Sebaliknya, kualitas SDM di negara-negara
terbelakang masih buruk. Di Indonesia sendiri, kualitas SDM (tenaga kerja)
termasuk ke dalam rangking yang buruk, bahkan dalam Human Development Index tahun 2005, Indonesia menduduki peringkat ke 107 dari 177 negara (Megawangi, Latifah, dan Dina 2005).
Kualitas SDM yang akan datang, ditentukan oleh kualitas manusia pada
periode usia sebelumnya. Kualitas SDM yang menjadi penggerak pembangunan
di masa yang akan datang ditentukan oleh bagaimana pengembangan SDM saat
ini, termasuk pada usia sekolah. Dengan demikian, kualitas anak usia sekolah
penting untuk diperhatikan.
Setiap manusia memiliki potensi, di antaranya potensi fisik, emosi, sosial,
kreatifitas, spiritual, dan akademik (Megawangi, Latifah, dan Dina 2005),
termasuk pada anak usia sekolah. Berdasarkan teori psikososial Erik Erikson,
anak usia sekolah (6-12 tahun) sedang berada pada tahap perkembangan
psikososial industry versus inferiority (tahap rajin dan rendah diri), yaitu fase dimana secara normal anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan (prestasi). Inisiatif anak membawa hubungan dengan banyak
pengalaman baru. Saat anak berpindah ke masa kanak-kanak tengah dan akhir,
anak mengarahkan energinya menuju penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual. Di waktu yang sama pula anak menjadi lebih antusias
mengenai belajar dibandingkan dengan akhir periode kanak-kanak awal yang
penuh imajinasi, sehingga pada akhirnya industry anak akan terbentuk. Jika lingkungan tidak mendukung, kemungkinan sebaliknya justru terjadi, yaitu
(Santrock 2007). Jika industry lebih berkembang daripada inferiority-nya, maka kelak di masa depan akan terbentuk SDM yang berkualitas.
Salah satu cara untuk mengembangkan industry adalah melalui pengembangan bidang akademik. Salah satu tolak ukur keberhasilan akademik
seorang anak di sekolah adalah prestasi belajar. Dengan kata lain, prestasi
belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan cerminan dari kemampuan kognitif siswa.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak dapat
berasal dari dalam diri anak (faktor internal) maupun dari luar diri anak (faktor
eksternal). Faktor internal di antaranya adalah potensi akademik dan motivasi
belajar, sedangkan faktor eksternal di antaranya adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah (Opit 1996, Hawadi 2001).
Berdasarkan paparan di atas, penelitian untuk melihat seberapa besar
pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa
sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian, para
orangtua dan pendidik dapat mengetahui cara yang tepat untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa sekolah dasar.
Perumusan Masalah
Sekolah saat ini cenderung menghasilkan anak-anak yang kehilangan
gairah untuk belajar dalam dimensi yang lebih luas. Sehingga banyak ahli
pendidikan yang mengembangkan lingkungan pembelajaran alternatif untuk
mengatasi hal tersebut. Lingkungan pembelajaran yang berbeda diharapkan
mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal.
Lingkungan pembelajaran alternatif diharapkan akan membuat persepsi siswa
terhadap pembelajaran di sekolah lebih baik. Persepsi siswa terhadap
pembelajaran di sekolah bersamaan dengan potensi akademik dan motivasi
belajar yang dimiliki siswa dan juga pola asuh belajar yang diterapkan keluarga,
diharapkan akan turut menentukan bagaimana prestasi belajar seorang siswa di
sekolahnya.
Dengan demikian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana prestasi
belajar anak sekolah dasar saat ini? Seberapa besar pengaruh potensi
akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan persepsi siswa terhadap
dengan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah yang semakin baik
berarti bahwa prestasi belajarnya juga semakin baik?
Tujuan Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap
prestasi belajar siswa sekolah dasar.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa
terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola
asuh belajar, kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, dan
prestasi belajar siswa.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik
keluarga dengan pola asuh belajar.
3. Menganalisis hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di
sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan siswa
terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar.
5. Menganalisis hubungan antara potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh
belajar, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan
prestasi belajar siswa.
6. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi para orangtua dan
para guru serta pengambil kebijakan mengenai pengaruh faktor individu,
keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. Dengan
demikian, diharapkan dapat dilakukan perbaikan oleh pihak orangtua, sekolah,
dan pemerintah yang mendukung peningkatan prestasi belajar siswa. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA
Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah merupakan anak yang sudah memasuki sekolah dasar
yang berusia enam hingga dua belas tahun. Masa ini ditandai oleh kondisi yang
sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Label yang sering
dipergunakan orangtua, yaitu usia yang menyulitkan, usia tidak rapih, dan usia
bertengkar. Label yang dipergunakan para pendidik, yaitu usia sekolah dasar
dimana anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang penting untuk
kehidupannya kelak. Sedangkan, para ahli psikologi menyebut masa ini dengan
sebutan usia berkelompok, usia penyesuaian diri, usia kreatif, dan usia bermain
(Hurlock 1980). Anak usia sekolah memiliki karakteristik-karakteristik tertentu
yang dibagi ke dalam karakteristik fisik-motorik dan karakteristik psikologis.
Karakteristik Fisik-Motorik
Fisik. Karakteristik fisik dan motorik anak akan semakin berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Ketika seorang anak memasuki sekolah
dasar, perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar proporsional.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada masa sekolah akan mengalami
proses percepatan pada umur 10-12 tahun. Salah satunya adalah pertumbuhan
berat badan dan tinggi badan, dimana penambahan berat badan per tahun akan
mencapai 2,5 kilogram dan ukuran panjang tinggi badan hingga 5 sentimeter
pertahunnya (Brisbane 1965, Hurlock 1980, Syah 2003, Hidayat 2004).
Perkembangan fisik yang lainnya yaitu pertumbuhan gigi. Sejak usia
enam tahun, gigi susu akan mulai tanggal dan digantikan dengan gigi permanen
hingga usia tiga belas tahun saat gigi permanen sudah mencapai 28 gigi.
Perkembangan fisik lain yang dapat dilihat yaitu perbandingan tubuh dan
perbandingan otot lemak. Meskipun kepala masih terlampau besar, namun
perbandingan wajah yang sebelumnya kurang baik menghilang, badan
memanjang dan lebih langsing, bagian tubuh lainnya tumbuh memanjang serta
membesar (Brisbane 1965, Hurlock 1980, Syah 2003, Hidayat 2004).
Motorik. Perkembangan fisik anak tidak dapat dipisahkan dari perkembangan motoriknya. Aktifitas fisik pada anak yang semakin tinggi akan
memperkuat kemampuan motoriknya. Perkembangan motorik merupakan proses
perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam
ketahanan, koordinasi, kontrol, keakuratan, dan ritme gerak akan menjadi lebih
matang. Permainan anak berkembang, dari hanya sekedar petak umpat kepada
permainan yang menggunakan bola atau alat permainan lainnya. Selain itu,
keterampilan tangan seperti menulis, menggambar, melukis, menjahit, dan
memainkan alat musik pun berkembang. Terdapat empat faktor yang mendorong
kelanjutan perkembangan keterampilan motorik anak, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan sistem syaraf, pertumbuhan otot-otot, perkembangan dan
pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin, serta pertumbuhan struktur jasmani
(Brisbane 1965, Syah 2003).
Karakteristik Psikologis
Selain karakteristik fisik dan motorik, anak usia sekolah juga memiliki
karakteristik psikologis. Karakteristik psikologis ini terdiri dari karakteristik kognitif,
emosi, sosial, dan moral.
Kognitif. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia sekolah yang berumur antara 7-12 tahun berada dalam tahap konkrit operasional. Tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget Tahap
Perkembangan
Umur Perilaku
Sensorimotor 0-2 tahun Kecerdasan motorik berkembang, belum mampu berpikir secara kompleks, tidak perhatian penuh pada objek nyata pada awal perkembangan, membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan fisik. Praoperasional 2-7 tahun Berpikir secara egosentrik, mampu
memberikan alasan menurut persepsi dan memberikan solusi secara intuisi tidak logis, mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Konkrit Operasional 7-11 atau 12
tahun
Formal Operasional 11 atau 12-14 atau 15 tahun
Berpikir secara menyeluruh dan proporsional, mampu berhipotesis, idealisme berkembang
Dalam periode konkrit operasional, anak memperoleh tambahan
kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan ini bermanfaat bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan
idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Pada
periode ini anak sudah dapat mengambil kesimpulan dengan menghubungkan
semua aspek, bukan hanya fokus pada satu aspek saja seperti pada periode
praoperasional. Anak usia sekolah dapat berpikir lebih logis dibandingkan
dengan anak yang lebih muda usianya (Papalia & Olds 1986, Syah 2003).
Emosi. Karakteristik psikologis berikutnya yaitu karakteristik emosi. Perilaku emosi menjadi lebih individual seiring bertambahnya usia. Seseorang
yang lebih dewasa akan lebih mampu menyembunyikan perasaannya. Mereka
mulai belajar bagaimana mengendalikan respon emosional. Anak mulai mengerti
bahwa ungkapan emosi, terutama yang kurang baik, secara sosial tidak diterima
oleh teman-teman sebayanya sehingga anak memiliki keinginan kuat untuk dapat
mengendalikan emosinya. Perasaan takut akan beberapa hal sudah mulai
berkurang. Perhatian yang berlebihan dari orangtua dianggap
kekanak-kanakkan. Anak dapat lebih meredam kemarahan dan kecemburuan dalam
keluarga semakin berkurang dengan meningkatnya usia sekolah (Brisbane 1965,
Hurlock 1980).
Ungkapan emosional pada akhir masa kanak-kanak merupakan
ungkapan yang menyenangkan. Walaupun ungkapan emosional ini dirasa
kurang matang untuk orang dewasa, namun hal ini menandakan bahwa anak
bahagia dan dapat menyesuaikan diri (Hurlock 1980). Usia tujuh hingga dua
belas tahun adalah masa naik turunnya emosi. Secara umum, anak usia tujuh
tahun menjadi lebih resisten dibanding usia enam tahun, pada usia delapan
tahun anak terkadang lebih bossy namun tetap bersahabat, pada usia sembilan tahun anak menjadi lebih menyukai dan disukai orang-orang di sekelilingnya,
pada usia sepuluh dan sebelas tahun (masa pubertas) anak mengalami
perubahan emosi, dan pada usia dua belas tahun anak menjadi lebih pandai
mengatur emosi dan menjadi lebih peduli pada orang lain (Brisbane 1965).
Sosial. Karakteristik psikologis berikutnya adalah karakteristik sosial. Perilaku sosial pada akhir masa kanak-kanak ditandai dengan minat individu
terhadap aktivitas teman-teman dan adanya keinginan untuk diterima sebagai
anggota suatu kelompok. Anak cenderung memilih untuk berada bersama
anggota keluarganya. Anak menyukai berkelompok bersama lebih dari dua atau
tiga orang agar memiliki cukup teman untuk bermain dan berolahraga serta
memberikan kegembiraan. Hal ini akan mencapai puncaknya pada usia delapan
tahun dan berlangsung hingga usia pubertas (Brisbane 1965, Hurlock 1980).
Perkembangan psikososial juga termasuk ke dalam karakteristik sosial.
Hidayat (2004) menyatakan bahwa perkembangan psikososial anak merupakan
perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial. Konsep perkembangan
ini dikemukakan oleh Erik Erikson, yaitu bahwa anak dalam perkembangannya
selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial untuk mencapai kematangan
kepribadian anak. Tahapan perkembangan psikososial anak dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2 Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson
Tahap perkembangan Periode perkembangan
Kepercayaan versus
ketidakpercayaan Masa bayi (tahun pertama)
Otonomi versus malu dan
ragu-ragu Masa bayi (1-3 tahun)
Inisiatif versus rasa bersalah Masa kanak-kanak awal (tahun pra-sekolah, 3-5 tahun)
Rajin versus rendah diri Masa kanak-kanak tengah dan akhir
(usia SD, 6 tahun-remaja) Identitas versus kebingungan
identitas Masa remaja (10-20 tahun)
Keintiman versus isolasi Masa dewasa awal (20-an, 30-an)
Generatifitas versus stagnasi Masa dewasa tengah (40-an, 50-an) Integritas versus keputusasaan Masa dewasa akhir (> 60 tahun)
Sumber : Santrock (2007)
Tahap rajin versus rendah diri (industry versus inferiority) terjadi pada usia sekolah (6-12 tahun). Tahap ini ditandai dengan perkembangan anak yang
selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasi. Oleh
karena itu, pada usia ini anak rajin dalam melakukan sesuatu, tetapi apabila
harapannya tidak tercapai, maka kemungkinan besar anak akan merasa rendah
diri (Hidayat 2004). Para pendidik memandang periode ini sebagai periode kritis
dalam dorongan berprestasi, yaitu suatu masa dimana anak membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Tingkat
perilaku untuk berprestasi pada masa anak-anak mempunyai korelasi yang tinggi
Moral. Karakteristik psikologis berikutnya adalah karakteristik moral. Setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan
perkembangan perilaku moral, yaitu perilaku baik dan buruk menurut
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Piaget, antara usia lima dan dua
belas tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Anak sudah mulai
mengerti salah dan benar. Bila berbohong selalu dianggap buruk oleh anak lima
tahun, lain halnya dengan anak yang lebih besar, yang sadar dalam beberapa
situasi berbohong dapat dibenarkan, karenanya berbohong tidak selalu buruk.
Kode moral pada akhir masa kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh standar moral
dari kelompok tempatnya bergabung (Hurlock 1980, Papalia & Olds 1986, Syah
2003).
Secara khusus, perkembangan anak pada masa ini adalah anak banyak
mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan
budaya dari lingkungan keluarganya, serta mulai mencoba mengambil bagian
dari kelompok untuk berperan. Selain itu terjadi perkembangan secara lebih
khusus lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis,
berhitung, dan juga belajar menghargai di sekolah (Hidayat 2004).
Sesuai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada anak usia
sekolah terdapat dorongan untuk berprestasi yang cukup besar. Salah satu
prestasi yang ingin dicapai anak adalah prestasi belajar.
Prestasi Belajar Siswa
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang utama dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah yang bertujuan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, daya analisis, sintesis, dan
evaluasi. Prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Lebih lanjut dikatakan,
prestasi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
yang diberikan (Opit 1996, Hawadi 2001).
Menurut Hawadi (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
anak dapat berasal dari dalam dirinya sendiri (faktor internal), maupun dari luar
dirinya (faktor eksternal). Faktor internal meliputi:
• Kemampuan intelektual. Dari beberapa penelitian, ditemukan adanya korelasi positif dan cukup kuat antara taraf intelegensi dengan prestasi seseorang,
• Minat. Seseorang akan merasa senang melakukan sesuatu jika sesuai dengan minatnya.
• Bakat. Bakat merupakan kapasitas untuk belajar dan karena itu baru terwujud jika sudah mendapat latihan.
• Sikap. Seseorang akan menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaiannya terhadap objek yang dinilainya berguna atau tidak.
• Motivasi berprestasi. Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, maka akan semakin baik prestasi yang akan diraihnya.
• Konsep diri. Konsep diri menunjukan bagaimana seseorang memandang dirinya serta kemampuan yang dimiliki. Siswa dengan konsep diri positif akan
lebih berhasil di sekolah.
• Sistem nilai. Sistem nilai merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan kondisi akhir dari yang diinginkannya.
Sistem nilai yang dianut dapat mempengaruhi dan menentukan motivasi,
gaya hidup, dan tindakan seseorang.
Faktor eksternal meliputi:
• Lingkungan sekolah. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa di sekolah adalah keadaan fisik sekolah, fisik ruangan, kelengkapan alat pelajaran,
disiplin sekolah, metode belajar mengajar, serta hubungan antara siswa
dengan guru.
• Lingkungan keluarga. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa dari keluarga adalah hubungan siswa dengan anggota keluarganya, ukuran besar
keluarga, bentuk keluarga, pendidikan orangtua, dan keadaan ekonomi
keluarga.
• Lingkungan masyarakat. Hal ini berupa kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh siswa seperti klub olahraga, karang taruna, dan sebagainya (Hawadi 2001).
Pengukuran kecerdasan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan menggunakan tes
psikologi yang menghasilkan taraf kecerdasan yang dikenal dengan IQ,
sedangkan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan cara memonitor
prestasi belajar murid, salah satunya dengan melihat nilai yang diperolehnya
(Opit 1996).
Pencapaian prestasi belajar pada seorang anak akan dipengaruhi oleh
faktor sekolah. Ketiga faktor ini akan bekerja sama membentuk seorang anak
untuk berprestasi di sekolahnya.
Faktor Individu
Faktor individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah faktor
pengaruh yang berasal dari dalam diri individu, yaitu karakteristik individu,
potensi akademik, dan motivasi belajar. Karakteristik individu dalam penelitian ini
adalah keadaan contoh yang meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran.
Karakteristik Individu
Jenis kelamin. Karakteristik anak seperti jenis kelamin akan memberi reaksi yang berbeda terhadap pengasuhan. Jenis kelamin anak akan menjadi
pertimbangan orang tua dalam berinteraksi dengan anak. Dalam menghadapi
anak laki-laki dan perempuan, praktik pengasuhan akan berbeda karena
pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan sosial anak (Gottman & Declaire
1998).
Gottman & Declaire (1998) dalam studinya menyatakan bahwa wanita
jauh lebih leluasa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan mereka dalam
kata-kata, ungkapan-ungkapan wajah, dan bahasa tubuh. Sedangkan kaum pria
lebih cenderung menahan diri, menutup-nutupi, dan meremehkan
perasaan-perasaan mereka. Hal ini terjadi karena, kaum pria lebih cenderung menahan
diri, menutup-nutupi, dan tidak mempedulikan perasaan mereka.
Usia. Bertambahnya usia anak akan menjadikan lingkup sosial anak semakin luas. Pada masa tersebut, pengaruh teman sebaya dan lingkungan luar
semakin kuat, sedangkan pengaruh keluarga semakin berkurang. Menurut
Gunarsa & Gunarsa (2001), perlakuan yang diberikan orangtua harus sesuai
dengan tingkat kematangan anak. Dengan demikian, anak diharapkan siap
menerima apa yang ingin ditanamkan orangtua, sehingga akan tersimpan dan
menjadi bagian dari kepribadiannya.
Urutan kelahiran. Urutan kelahiran dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat pada aspek
perkembangan anak pertama atau tunggal yang secara umum kemampuan
intelektualnya lebih menonjol karena sering berinteraksi dengan orang dewasa.
Akan tetapi, kadang-kadang perkembangan motoriknya terlambat karena tidak
anak kedua atau anak tengah, orangtua cenderung merasa biasa dalam merawat
anak sehingga menjadi lebih percaya diri. Hal ini mengakibatkan kemampuan
anak untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah, namun dalam perkembangan
intelektual terkadang kurang apabila dibanding dengan anak pertamanya
(Hidayat 2004).
Potensi Akademik
Faktor individu selanjutnya yang dilihat dalam penelitian ini yaitu potensi
akademik. Potensi akademik terkait dengan kemampuan kognitif seseorang.
Kemampuan kognitif merupakan suatu keseluruhan kemampuan individu untuk
melakukan tindakan yang bertujuan, berpikir secara rasional, dan untuk
menghadapi lingkungan secara efektif. Kecerdasan kognitif adalah suatu
kemampuan yang melibatkan proses berpikir dan mengamati, yang terbentuk
melalui dua proses, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses
dimana seseorang menghubungkan satu ide dengan ide lainnya, sedangkan
adaptasi merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengalaman baru
yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Riley
1992 dalam Latifah dan Dina 2002).
Kecerdasan kognitif seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
keturunan/genetik (internal) dan faktor lingkungan (eksternal). Lingkungan
merupakan tempat dimana seseorang memperoleh rangsangan sosial ekonomi
yang dapat menunjang kecerdasan kognitif. Rangsangan sosial ekonomi dapat
diperoleh melalui proses pembelajaran (Riley 1992 dalam Latifah dan Dina
2002). Sukmadinata (2003) mengatakan, sejak seseorang lahir di dunia ada
ciri-ciri, sifat, potensi, dan kecerdasan yang sudah tertanam dalam setiap individu.
Hal inilah yang kemudian disebut dengan potensi akademik.
Menurut Riley (1992), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kemampuan kognitif dapat digolongkan menjadi visual processing
(selektifitas melihat), auditory processing (keakuratan pendengaran), verbal processing (kemampuan verbal), kinesthetic processing (kemampuan mengkoordinasikan kegiatan visual dan motorik), dan thinking logically
(kemampuan logika).
Visual processing (selektifitas melihat) berkaitan dengan pemahaman anak akan urutan peristiwa yang dilihat secara rasional dan kemampuan anak
(keakuratan pendengaran) berkaitan dengan pemahaman anak akan informasi
yang didengar dan kemampuan anak untuk dapat menyebutkan kembali urutan
informasi tersebut. Verbal processing (kemampuan verbal) berkaitan dengan kekayaan kosakata yang dimiliki oleh anak. Kinesthetic processing (kemampuan mengkoordinasikan kegiatan visual dan motorik) berkaitan dengan kemampuan
anak untuk mengkoordinasikan apa yang dilihat dengan kecepatan motoriknya.
Thinking logically (kemampuan logika) berkaitan dengan kemampuan anak dalam berhitung dan membuat kata dari huruf-huruf yang disediakan (Riley
1992).
Motivasi Belajar
Selain potensi akademik, seorang anak memiliki motivasi yang akan
mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya yaitu motivasi belajar. Motivasi
belajar merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri
individu untuk menerima dan memahami pelajaran di sekolah. Pada anak yang
masih sekolah, umum didengar keluhan bahwa mereka malas atau kurang
bergairah untuk belajar. Banyak siswa yang malas mengerjakan PR dari gurunya
dan cenderung acuh pada pelajaran yang diberikan di sekolah. Kondisi ini
disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar. Motivasi diartikan sebagai suatu
dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan
apabila berhasil dicapai. Dengan motivasi belajar yang baik maka diharapkan
prestasi akademik siswa pun akan baik. Motivasi memberi arah dan tujuan pada
kegiatan belajar, mempertahankan perilaku berprestasi, serta mendorong siswa
untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar (Hawadi 2001).
Menurut Sardiman (2006), dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subyek belajar itu dapat tercapai. Siswa dengan motivasi kuat akan memiliki
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa dengan
intelegensi yang cukup tinggi akan gagal jika kekurangan motivasi. Hasil belajar
akan optimal dengan motivasi yang tepat. Hal penting untuk diketahui adalah
bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus
Hawadi (2001) dan Sardiman (2006) menyatakan dua bentuk atau ragam
motivasi belajar, yaitu:
a. Motivasi belajar yang datang dari luar diri (ekstrinsik), artinya motivasi belajar
yang muncul karena faktor di luar dirinya, baik dari lingkungan rumah maupun
sekolah. Motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
b. Motivasi belajar yang berasal dari dalam diri (intrinsik), artinya motivasi
belajar yang muncul tanpa dorongan dari pihak luar. Siswa belajar karena
kesadaran atau keinginannya untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan,
dan ahli dalam bidang studi tertentu.
Akan tetapi, pada kenyataannya ada siswa yang motivasi belajarnya lebih
bersifat intrinsik, sedangkan siswa lain lebih bersifat ekstrinsik. Hal ini
disebabkan adanya :
1. Faktor individual
Hasil penelitian Harter pada siswa berdasarkan dimensi intrinsik dan
ekstrinsik, menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan dirinya
untuk berkompetisi dalam bidang akademik yang mampu mengembangkan
motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini dikatakannya lebih menyukai tugas yang
menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan memuaskan rasa ingin
tahunya. Sebaliknya, siswa dengan persepsi diri yang rendah lebih menyukai
tugas sekolah yang mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru.
Salah satu faktor individual antara lain pengaruh orangtua (Hawadi 2001).
2. Faktor situasional
Faktor situasional seperti besar kecilnya kelas berpengaruh terhadap
pembentukan ragam motivasi siswa. Kelas besar cenderung bersifat formal,
penuh persaingan dan kontrol dari guru. Dengan setting seperti ini, setiap siswa cenderung menekankan pentingnya kemampuan, bukan penguasaan
bahan pelajaran. Sebaliknya, pada kelas kecil, siswa akan merasa leluasa
mengatur dirinya. Kelas yang kecil terkesan tidak formal dan hal ini membuat
siswa dapat membuat pilihannya sendiri (Hawadi 2001).
Peraturan ketat di sekolah, yang mengarah pada disiplin siswa,
lingkungan belajar yang kondusif, sikap guru pada siswa yang mampu berperan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Tantangan bagi pihak sekolah yaitu
bagaimana sekolah tidak hanya dilihat sebagai tempat menghadapi ulangan atau
ujian dari bidang-bidang studi yang diajarkan, tetapi bagaimana siswa menguasai
bidang studi tersebut dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan dirinya.
Sehingga kemudian dapat diharapkan prestasi tinggi yang tidak sekadar berupa
nilai rapor, tapi penguasaan ilmu itu sendiri (Hawadi 2001).
Faktor Keluarga
Selain faktor individu, faktor keluarga juga turut mempengaruhi prestasi
belajar seorang anak. Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
karakteristik keluarga (meliputi besar keluarga, usia orangtua, lama pendidikan
orangtua, jenis pekerjaan orangtua, dan tingkat pendapatan orangtua) serta pola
asuh belajar.
Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi
besar keluarga, usia orangtua, lama pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orang
tua, dan tingkat pendapatan orangtua. Orangtua merupakan faktor utama dalam
belajar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap sejumlah
profesional muda (usia 28-35 tahun) yang berhasil dalam kariernya dalam
berbagai lapangan, menunjukkan ciri-ciri yang sama, yaitu keterlibatan langsung
orangtua dalam belajar anak. Dorongan orangtua dilihat sebagai hal utama
dalam mengarahkan tujuan. Salah satu ciri orangtua yang efektif adalah
komunikasi yang terus-menerus dengan anak. Orangtua menanamkan tanggung
jawab pada anak untuk masuk ke sekolah secara rutin, menyimak guru di kelas,
dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah (Hawadi 2001).
Besar keluarga. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Faktor besar keluarga juga memberikan
pengaruh terhadap interaksi antara anggota keluarga itu sendiri. Semakin besar
jumlah anggota keluarga akan semakin banyak interaksi yang terjadi. Menurut
Gunarsa & Gunarsa (2001), perbedaan jenis kelamin, usia, karakter, dan
pendidikan tiap anggota keluarga berpengaruh pada tugas dan kewajibannya.
Perbedaan tersebut berpotensi menimbulkan konflik jika orangtua tidak pandai
memanfaatkannya menjadi sarana mendidik anak. Untuk itu, orangtua harus