• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

FIKA PUSPITASARI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRACT

Influences of Individual Factor, Family and School towards Elementary Student’s Learning Achievements

Fika Puspitasari

Department of Community Nutrition and Family Resources

Background:

Human resource quality, which is the determination of future development, is defined by how that human resource develops, including school-aged children. According to Erik Erikson’s psychosocial theory, school-school-aged children are on the phase of industry versus inferiority. This is a phase where, normally, a child will try to achieve something. An achievement a school-age may want to make is school learning achievement. Factors that may influence this are the child’s individual factor (academic potential and learning motivation), family (learning care style) and the school itself (student’s perception towards school’s learning concept).

Method:

The method used was a cross sectional study, and the research’s location was determined using a purposive way. The data was analyzed using descriptive statistics, Rank-Spearman test to define relation between variables, and Double Linear Regression test to analyze factors which influences student’s learning achievements.

Result:

Rank-Spearman correlation test shows that there is a positive relation between learning care-style, student’s perception towards school and academic potential with the student’s learning achievement. Students with positive perception tend to have a better achievement. Female students’ achievement are higher than the male students. Students with higher academic potentials also tend to have a higher achievement. Because of that, parents must pay more attention towards the child’s nutrition, health and psychosocial aspect so every potential of a child may have develop optimal.

(3)

RINGKASAN

FIKA PUSPITASARI. Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Di bawah bimbingan MELLY LATIFAH.

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya, yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, dan prestasi belajar siswa, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan pola asuh belajar, (3) menganalisis hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar, (5) menganalisis hubungan antara potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa, serta (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di tiga jenis sekolah dasar yang dipilih secara purpossive, yaitu sekolah negeri (SDN Sukadamai 3 Bogor), sekolah swasta Islam (SD Amaliah Ciawi) dan sekolah alam (SD Citra Alam Ciganjur). Total contoh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 90 keluarga siswa. Penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juli 2008.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner, kecuali potensi akademik yang diperoleh dengan tes potensi akademik menggunakan instrumen tes manual Riley Inventory of Basic Learning Skills (RIBLS) yang dimodifikasi oleh Latifah dan Dina (2002). Data sekunder, meliputi nilai rapor, keadaan umum wilayah penelitian, dan profil sekolah, diperoleh dari pihak sekolah. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2007dan SPSS 13.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank-Spearman dan analisis regresi linear berganda.

Proporsi terbesar contoh penelitian yaitu berjenis kelamin perempuan (53.3%), berusia 10.1-11 tahun (54.4%), merupakan anak pertama (62.2%), berasal dari keluarga kecil (58.9%), ayah berusia dewasa madya (61.1%), ibu berusia dewasa dini (78.9%), lama pendidikan orangtua 15 tahun ke atas (ayah=88.9%, ibu=78.9%), ayah bekerja sebagai pegawai swasta (50.0%), ibu bekerja sebagai wiraswasta (26.7%), pendapatan utama ayah Rp 7.500.001-10.000.000 per bulan (24.4%), dan pendapatan utama ibu Rp 2.500.001-5.000.000 per bulan (28.9%).

(4)

terhadap pembelajaran di sekolah yang baik. Sebanyak 56.7% contoh memiliki prestasi belajar yang tinggi, sedangkan sisanya (43.3%) memiliki prestasi belajar sedang.

Hasil uji korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan positif dengan pola asuh belajar (rs=0.275, p-value≤0.01), artinya pola asuh belajar pada anak perempuan cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola asuh belajar pada anak laki-laki. Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan pola asuh belajar (rs= -0.343, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh, pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan tambahan ayah dengan pola asuh belajar (rs= 0.310, p≤0.01), artinya semakin tinggi tingkat pendapatan tambahan ayah maka pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.525, p≤0.01), artinya semakin baik persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah pun semakin baik.

Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan motivasi belajarnya (rs= -0.412, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh maka motivasi belajarnya akan semakin baik. Terdapat hubungan positif antara kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar (rs=0.648, p≤0.01), artinya semakin baik kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka motivasi belajarnya pun semakin baik. Terdapat hubungan positif antara potensi akademik (rs=0.658, p≤0.01), pola asuh belajar (rs=0.253, p≤0.05), dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.240,p≤0.05) dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin tinggi potensi akademik serta semakin baik pola asuh belajar dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, maka prestasi belajar siswa akan semakin tinggi.

(5)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Fika Puspitasari

A54104057

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN

SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR

Nama : Fika Puspitasari

Nomor Pokok : A54104057

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Melly Latifah, M.Si NIP. 131 879 327

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Desember 1985. Penulis

merupakan putri pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak H. Udih

Samanhudi dan Ibu Hj. Jejen.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak ditempuh dari tahun 1991 hingga tahun

1992 di TK Amaliah Ciawi, Bogor. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh

pada tahun 1992-1998 di SD Amaliah Ciawi, Bogor. Penulis melanjutkan sekolah

di SLTP Negeri 1 Bogor hingga tahun 2001. Selanjutnya penulis lulus dari SMU

Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut aktif sebagai sekretaris Divisi

Pers dan Media Himpunan Peminat Ilmu Gizi Pertanian/HIMAGITA IPB

(2005-2006), serta aktif dalam berbagai macam kepanitiaan, baik yang diselenggarakan

oleh HIMAGITA maupun kegiatan kampus lainnya. Pada tahun 2006, penulis

memperoleh kehormatan sebagai finalis Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Kewirausahaan IPB dengan judul ”Pemanfaatan Tepung Sagu Sebagai

Spaghetti dalam Usaha Diversifikasi Pangan yang Praktis dan Ramah

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas karunia yang telah diberikan

Allah SWT sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Adapun penulisan

skripsi yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap

Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar” dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 dan

merupakan suatu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program

Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu penulis sejak awal penelitian hingga skripsi ini

selesai ditulis, yaitu kepada:

1. Ayah, ibu, dan adik-adikku tersayang (Arie, Fina, dan Dehan) yang selalu

memberikan dorongan dan doa agar teteh selalu bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi.

2. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

selalu membimbing dan memberikan nasihat-nasihatnya hingga akhir

penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pemandu seminar

dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan saran kritisnya sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.

4. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing akademik dan juga

sebagai ibu kami di kampus, terima kasih atas segala arahan, bimbingan,

nasihat, dan perhatian yang telah diberikan.

5. SDN Sukadamai 3, khususnya kepada Drs. Pipip Rosida (Kepala

Sekolah), Pak Dedi, wali kelas IV dan V, dan adik-adik responden yang

sangat bersemangat beserta orangtua yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan penelitian ini.

6. SD Amaliah, khususnya kepada Pak Jarkasih (Kepala Sekolah), Bu

Syamsi, Pak Jerry, Bu Erlina, dan adik-adik responden yang sangat

pengertian beserta orangtua yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan penelitian ini.

7. SD Citra Alam, khususnya kepada Kak Veny (Kepala Sekolah), Kak Heru,

Kak Hendra, Kak Selvi, dan adik-adik responden yang tidak terlupakan

(terutama Rafii) beserta orangtua yang telah membantu kelancaran

(9)

8. Teman satu penelitian, Syifa dan Adin, atas kerjasamanya yang

menyenangkan selama penelitian.

9. Monika sahabatku tersayang, yang selalu ada setiap saat aku butuhkan,

yang selalu membantu baik moril maupun materi, yang selalu

mengingatkan aku akan segala hal, semoga persahabatan kita

berlangsung selamanya.

10. Aqsa, Tia, Dhe, Wieke, Bagus, Icha, Lola, Nope, Hono, Mita, Venny,

Cheu-cheu, dan Alia yang sudah sabar menjadi tempat berkeluh kesah

selama 4 tahun bersama.

11. Teman-teman GMSK 41 lainnya (Sri, Friskul, Jeki, Fera, Rizkong, Edo,

DeviP, Chabon, Novmel, Merry, Ahma, Angel, Kiki, Rena, Noormet, Any,

Yuli, Arina, DeviR, Nyoman, Prita, Rika, Pitri, Kokom, Retno, Mba Wie,

Dekus, Ida, Icus, Ira, Daru, Nanad, LiaM, Dausbek, Lesta, Nining, Ibnu,

Noni, Mba Arti, Mba Eka, Lenjoy, Achie, Inur, Pipin, Ari, Devit, Shinta,

Vikahuy, Tiche, LiaR, Tuyul, Chio, Ika, Uya, Oneng, Hakim, Rani) yang

telah menjadi bagian hidupku selama 4 tahun terakhir ini, terima kasih

atas kenangan terindahnya.

12. A Maul yang sudah mengantarkan ke Ciganjur dan juga A Norman yang

selalu dibuat pusing dengan pengolahan data, terima kasih telah

membantu dengan ikhlas.

13. Teman-temanku yang lain, Mba Riri, Winda, Sani, Wawan, Alfa, Ridho,

Anjar, Duvie, Chandri, Neno, Momow, Adhi, adik-adik IKK 42, terima

kasih atas doa dan dukungannya dalam segala bentuk selama ini.

14. Arif Rahman, SE dan Yuddi Yustian, SP yang selalu jadi tempat berkeluh

kesah, terima kasih atas semua nasihatnya, pengertiannya,

kesabarannya, dan hal lainnya yang tidak akan terlupakan.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Desember 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anak Usia Sekolah... 4

Karakteristik Fisik dan Motorik... 4

Karakteristik Psikologis ... 5

Prestasi Belajar Siswa ... 8

Faktor Individu ... 10

Karakteristik Individu ... 10

Potensi Akademik ... 11

Motivasi Belajar ... 12

Faktor Keluarga ... 14

Karakteristik Keluarga ... 14

Pola Asuh Belajar ... 16

Faktor Sekolah ... 17

Persepsi dan Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

METODE PENELITIAN... 21

Desain, Tempat, dan Waktu ... 21

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 21

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

(11)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

FIKA PUSPITASARI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ABSTRACT

Influences of Individual Factor, Family and School towards Elementary Student’s Learning Achievements

Fika Puspitasari

Department of Community Nutrition and Family Resources

Background:

Human resource quality, which is the determination of future development, is defined by how that human resource develops, including school-aged children. According to Erik Erikson’s psychosocial theory, school-school-aged children are on the phase of industry versus inferiority. This is a phase where, normally, a child will try to achieve something. An achievement a school-age may want to make is school learning achievement. Factors that may influence this are the child’s individual factor (academic potential and learning motivation), family (learning care style) and the school itself (student’s perception towards school’s learning concept).

Method:

The method used was a cross sectional study, and the research’s location was determined using a purposive way. The data was analyzed using descriptive statistics, Rank-Spearman test to define relation between variables, and Double Linear Regression test to analyze factors which influences student’s learning achievements.

Result:

Rank-Spearman correlation test shows that there is a positive relation between learning care-style, student’s perception towards school and academic potential with the student’s learning achievement. Students with positive perception tend to have a better achievement. Female students’ achievement are higher than the male students. Students with higher academic potentials also tend to have a higher achievement. Because of that, parents must pay more attention towards the child’s nutrition, health and psychosocial aspect so every potential of a child may have develop optimal.

(13)

RINGKASAN

FIKA PUSPITASARI. Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Di bawah bimbingan MELLY LATIFAH.

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya, yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, dan prestasi belajar siswa, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan pola asuh belajar, (3) menganalisis hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar, (5) menganalisis hubungan antara potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa, serta (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di tiga jenis sekolah dasar yang dipilih secara purpossive, yaitu sekolah negeri (SDN Sukadamai 3 Bogor), sekolah swasta Islam (SD Amaliah Ciawi) dan sekolah alam (SD Citra Alam Ciganjur). Total contoh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 90 keluarga siswa. Penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juli 2008.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner, kecuali potensi akademik yang diperoleh dengan tes potensi akademik menggunakan instrumen tes manual Riley Inventory of Basic Learning Skills (RIBLS) yang dimodifikasi oleh Latifah dan Dina (2002). Data sekunder, meliputi nilai rapor, keadaan umum wilayah penelitian, dan profil sekolah, diperoleh dari pihak sekolah. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2007dan SPSS 13.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank-Spearman dan analisis regresi linear berganda.

Proporsi terbesar contoh penelitian yaitu berjenis kelamin perempuan (53.3%), berusia 10.1-11 tahun (54.4%), merupakan anak pertama (62.2%), berasal dari keluarga kecil (58.9%), ayah berusia dewasa madya (61.1%), ibu berusia dewasa dini (78.9%), lama pendidikan orangtua 15 tahun ke atas (ayah=88.9%, ibu=78.9%), ayah bekerja sebagai pegawai swasta (50.0%), ibu bekerja sebagai wiraswasta (26.7%), pendapatan utama ayah Rp 7.500.001-10.000.000 per bulan (24.4%), dan pendapatan utama ibu Rp 2.500.001-5.000.000 per bulan (28.9%).

(14)

terhadap pembelajaran di sekolah yang baik. Sebanyak 56.7% contoh memiliki prestasi belajar yang tinggi, sedangkan sisanya (43.3%) memiliki prestasi belajar sedang.

Hasil uji korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan positif dengan pola asuh belajar (rs=0.275, p-value≤0.01), artinya pola asuh belajar pada anak perempuan cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola asuh belajar pada anak laki-laki. Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan pola asuh belajar (rs= -0.343, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh, pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan tambahan ayah dengan pola asuh belajar (rs= 0.310, p≤0.01), artinya semakin tinggi tingkat pendapatan tambahan ayah maka pola asuh belajar yang diberikan orangtua semakin baik. Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.525, p≤0.01), artinya semakin baik persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah pun semakin baik.

Terdapat hubungan negatif antara usia contoh dengan motivasi belajarnya (rs= -0.412, p≤0.01), artinya semakin muda usia contoh maka motivasi belajarnya akan semakin baik. Terdapat hubungan positif antara kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar (rs=0.648, p≤0.01), artinya semakin baik kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah maka motivasi belajarnya pun semakin baik. Terdapat hubungan positif antara potensi akademik (rs=0.658, p≤0.01), pola asuh belajar (rs=0.253, p≤0.05), dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah (rs=0.240,p≤0.05) dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin tinggi potensi akademik serta semakin baik pola asuh belajar dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah, maka prestasi belajar siswa akan semakin tinggi.

(15)

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN SEKOLAH

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Fika Puspitasari

A54104057

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU, KELUARGA, DAN

SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR

Nama : Fika Puspitasari

Nomor Pokok : A54104057

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Melly Latifah, M.Si NIP. 131 879 327

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Desember 1985. Penulis

merupakan putri pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak H. Udih

Samanhudi dan Ibu Hj. Jejen.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak ditempuh dari tahun 1991 hingga tahun

1992 di TK Amaliah Ciawi, Bogor. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh

pada tahun 1992-1998 di SD Amaliah Ciawi, Bogor. Penulis melanjutkan sekolah

di SLTP Negeri 1 Bogor hingga tahun 2001. Selanjutnya penulis lulus dari SMU

Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut aktif sebagai sekretaris Divisi

Pers dan Media Himpunan Peminat Ilmu Gizi Pertanian/HIMAGITA IPB

(2005-2006), serta aktif dalam berbagai macam kepanitiaan, baik yang diselenggarakan

oleh HIMAGITA maupun kegiatan kampus lainnya. Pada tahun 2006, penulis

memperoleh kehormatan sebagai finalis Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Kewirausahaan IPB dengan judul ”Pemanfaatan Tepung Sagu Sebagai

Spaghetti dalam Usaha Diversifikasi Pangan yang Praktis dan Ramah

(18)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas karunia yang telah diberikan

Allah SWT sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Adapun penulisan

skripsi yang berjudul ”Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap

Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar” dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 dan

merupakan suatu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program

Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu penulis sejak awal penelitian hingga skripsi ini

selesai ditulis, yaitu kepada:

1. Ayah, ibu, dan adik-adikku tersayang (Arie, Fina, dan Dehan) yang selalu

memberikan dorongan dan doa agar teteh selalu bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi.

2. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

selalu membimbing dan memberikan nasihat-nasihatnya hingga akhir

penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pemandu seminar

dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan saran kritisnya sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.

4. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing akademik dan juga

sebagai ibu kami di kampus, terima kasih atas segala arahan, bimbingan,

nasihat, dan perhatian yang telah diberikan.

5. SDN Sukadamai 3, khususnya kepada Drs. Pipip Rosida (Kepala

Sekolah), Pak Dedi, wali kelas IV dan V, dan adik-adik responden yang

sangat bersemangat beserta orangtua yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan penelitian ini.

6. SD Amaliah, khususnya kepada Pak Jarkasih (Kepala Sekolah), Bu

Syamsi, Pak Jerry, Bu Erlina, dan adik-adik responden yang sangat

pengertian beserta orangtua yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan penelitian ini.

7. SD Citra Alam, khususnya kepada Kak Veny (Kepala Sekolah), Kak Heru,

Kak Hendra, Kak Selvi, dan adik-adik responden yang tidak terlupakan

(terutama Rafii) beserta orangtua yang telah membantu kelancaran

(19)

8. Teman satu penelitian, Syifa dan Adin, atas kerjasamanya yang

menyenangkan selama penelitian.

9. Monika sahabatku tersayang, yang selalu ada setiap saat aku butuhkan,

yang selalu membantu baik moril maupun materi, yang selalu

mengingatkan aku akan segala hal, semoga persahabatan kita

berlangsung selamanya.

10. Aqsa, Tia, Dhe, Wieke, Bagus, Icha, Lola, Nope, Hono, Mita, Venny,

Cheu-cheu, dan Alia yang sudah sabar menjadi tempat berkeluh kesah

selama 4 tahun bersama.

11. Teman-teman GMSK 41 lainnya (Sri, Friskul, Jeki, Fera, Rizkong, Edo,

DeviP, Chabon, Novmel, Merry, Ahma, Angel, Kiki, Rena, Noormet, Any,

Yuli, Arina, DeviR, Nyoman, Prita, Rika, Pitri, Kokom, Retno, Mba Wie,

Dekus, Ida, Icus, Ira, Daru, Nanad, LiaM, Dausbek, Lesta, Nining, Ibnu,

Noni, Mba Arti, Mba Eka, Lenjoy, Achie, Inur, Pipin, Ari, Devit, Shinta,

Vikahuy, Tiche, LiaR, Tuyul, Chio, Ika, Uya, Oneng, Hakim, Rani) yang

telah menjadi bagian hidupku selama 4 tahun terakhir ini, terima kasih

atas kenangan terindahnya.

12. A Maul yang sudah mengantarkan ke Ciganjur dan juga A Norman yang

selalu dibuat pusing dengan pengolahan data, terima kasih telah

membantu dengan ikhlas.

13. Teman-temanku yang lain, Mba Riri, Winda, Sani, Wawan, Alfa, Ridho,

Anjar, Duvie, Chandri, Neno, Momow, Adhi, adik-adik IKK 42, terima

kasih atas doa dan dukungannya dalam segala bentuk selama ini.

14. Arif Rahman, SE dan Yuddi Yustian, SP yang selalu jadi tempat berkeluh

kesah, terima kasih atas semua nasihatnya, pengertiannya,

kesabarannya, dan hal lainnya yang tidak akan terlupakan.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Desember 2008

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anak Usia Sekolah... 4

Karakteristik Fisik dan Motorik... 4

Karakteristik Psikologis ... 5

Prestasi Belajar Siswa ... 8

Faktor Individu ... 10

Karakteristik Individu ... 10

Potensi Akademik ... 11

Motivasi Belajar ... 12

Faktor Keluarga ... 14

Karakteristik Keluarga ... 14

Pola Asuh Belajar ... 16

Faktor Sekolah ... 17

Persepsi dan Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

METODE PENELITIAN... 21

Desain, Tempat, dan Waktu ... 21

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 21

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

(21)

Halaman

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

Karakteristik Individu ... 30

Jenis Kelamin ... 30

Usia ... 31

Urutan Kelahiran ... 31

Karakteristik Keluarga ... 31

Besar Keluarga ... 32

Usia Orangtua ... 32

Lama Pendidikan Orangtua ... 33

Jenis Pekerjaan Orangtua ... 34

Tingkat Pendapatan Orangtua ... 35

Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 36

Potensi Akademik ... 37

Motivasi Belajar ... 38

Pola Asuh Belajar ... 39

Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran di Sekolah ... 40

Prestasi Belajar Siswa ... 41

Hubungan antar Variabel ... 42

Hubungan karakteristik individu dengan pola asuh belajar ... 42

Hubungan karakteristik keluarga dengan pola asuh belajar ... 44

Hubungan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah ... 49

Hubungan karakteristik individu dengan motivasi belajar ... 50

Hubungan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar ... 51

Hubungan potensi akademik dengan prestasi belajar siswa ... 52

Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa ... 53

Hubungan pola asuh belajar dengan prestasi belajar siswa ... 54

Hubungan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa ... 54

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan ... 58

(22)

Halaman DAFTAR PUSTAKA ... 60

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget ... 5

2 Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson ... 7

3 Jenis dan cara pengumpulan data ... 22

4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... 30

5 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 31

6 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran... 31

7 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ... 32

8 Sebaran contoh berdasarkan usia orangtua ... 33

9 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan orangtua ... 33

10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua ... 34

11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan orangtua ... 35

12 Sebaran contoh berdasarkan persepsi siswa terhadap

pembelajaran di sekolah ... 36

13 Sebaran contoh berdasarkan potensi akademik ... 37

14 Sebaran contoh berdasarkan motivasi belajar ... 38

15 Sebaran contoh berdasarkan jenis motivasi belajar ... 39

16 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh belajar ... 39

17 Sebaran contoh berdasarkan kepuasan siswa terhadap

pembelajaran di sekolah ... 41

18 Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar siswa ... 41

19 Sebaran pola asuh belajar menurut jenis kelamin ... 43

20 Sebaran pola asuh belajar menurut usia contoh ... 44

21 Sebaran pola asuh belajar menurut urutan kelahiran ... 44

22 Sebaran pola asuh belajar menurut besar keluarga ... 45

23 Sebaran pola asuh belajar menurut usia orangtua ... 45

24 Sebaran pola asuh belajar menurut lama pendidikan orangtua ... 46

25 Sebaran pola asuh belajar menurut jenis pekerjaan orangtua ... 47

26 Sebaran pola asuh belajar menurut tingkat pendapatan ayah ... 48

27 Sebaran pola asuh belajar menurut tingkat pendapatan ibu... 48

28 Sebaran kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah

menurut persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah... 49

29 Sebaran motivasi belajar menurut jenis kelamin ... 50

(24)

Halaman 31 Sebaran motivasi belajar menurut urutan kelahiran ... 51

32 Sebaran motivasi belajar menurut kepuasan siswa terhadap

pembelajaran di sekolah ... 52

33 Sebaran prestasi belajar siswa menurut potensi akademik ... 52

34 Sebaran prestasi belajar siswa menurut motivasi belajar ... 53

35 Sebaran prestasi belajar siswa menurut pola asuh belajar... 54

36 Sebaran prestasi belajar siswa menurut persepsi siswa

terhadap pembelajaran di sekolah... 55

(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap

prestasi belajar siswa sekolah dasar ... 20

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Hasil uji reliabilitas motivasi belajar ... 62

2 Hasil uji reliabilitas pola asuh belajar ... 64

3 Hasil uji reliabilitas persepsi siswa terhadap pembelajaran

di sekolah ... 66

4 Hasil uji reliabilitas kepuasan siswa terhadap pembelajaran

di sekolah ... 68

5 Analisis per item pola asuh belajar ... 69

(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting bagi kemajuan

suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh SDM yang

berkualitas. Kualitas SDM (tenaga kerja) merupakan ujung tombak produksi,

sehingga barang dan jasa yang dihasilkan memiliki kualitas dan daya saing

tinggi. Kualitas SDM di negara-negara maju, seperti Jerman dan Jepang, sudah

sangat baik. Hal ini terbukti dengan kedua negara tersebut sudah menjadi

pemimpin dalam hal teknologi. Produk Jerman dan Jepang terkenal paling bagus

kualitasnya di dunia karena dikerjakan oleh para pekerja yang terampil, pekerja

keras, percaya diri dengan kemampuannya, dan mempunyai kualitas karakter

lainnya yang mendukung. Sebaliknya, kualitas SDM di negara-negara

terbelakang masih buruk. Di Indonesia sendiri, kualitas SDM (tenaga kerja)

termasuk ke dalam rangking yang buruk, bahkan dalam Human Development Index tahun 2005, Indonesia menduduki peringkat ke 107 dari 177 negara (Megawangi, Latifah, dan Dina 2005).

Kualitas SDM yang akan datang, ditentukan oleh kualitas manusia pada

periode usia sebelumnya. Kualitas SDM yang menjadi penggerak pembangunan

di masa yang akan datang ditentukan oleh bagaimana pengembangan SDM saat

ini, termasuk pada usia sekolah. Dengan demikian, kualitas anak usia sekolah

penting untuk diperhatikan.

Setiap manusia memiliki potensi, di antaranya potensi fisik, emosi, sosial,

kreatifitas, spiritual, dan akademik (Megawangi, Latifah, dan Dina 2005),

termasuk pada anak usia sekolah. Berdasarkan teori psikososial Erik Erikson,

anak usia sekolah (6-12 tahun) sedang berada pada tahap perkembangan

psikososial industry versus inferiority (tahap rajin dan rendah diri), yaitu fase dimana secara normal anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan (prestasi). Inisiatif anak membawa hubungan dengan banyak

pengalaman baru. Saat anak berpindah ke masa kanak-kanak tengah dan akhir,

anak mengarahkan energinya menuju penguasaan pengetahuan dan

keterampilan intelektual. Di waktu yang sama pula anak menjadi lebih antusias

mengenai belajar dibandingkan dengan akhir periode kanak-kanak awal yang

penuh imajinasi, sehingga pada akhirnya industry anak akan terbentuk. Jika lingkungan tidak mendukung, kemungkinan sebaliknya justru terjadi, yaitu

(28)

(Santrock 2007). Jika industry lebih berkembang daripada inferiority-nya, maka kelak di masa depan akan terbentuk SDM yang berkualitas.

Salah satu cara untuk mengembangkan industry adalah melalui pengembangan bidang akademik. Salah satu tolak ukur keberhasilan akademik

seorang anak di sekolah adalah prestasi belajar. Dengan kata lain, prestasi

belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan cerminan dari kemampuan kognitif siswa.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak dapat

berasal dari dalam diri anak (faktor internal) maupun dari luar diri anak (faktor

eksternal). Faktor internal di antaranya adalah potensi akademik dan motivasi

belajar, sedangkan faktor eksternal di antaranya adalah lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah (Opit 1996, Hawadi 2001).

Berdasarkan paparan di atas, penelitian untuk melihat seberapa besar

pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa

sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian, para

orangtua dan pendidik dapat mengetahui cara yang tepat untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa sekolah dasar.

Perumusan Masalah

Sekolah saat ini cenderung menghasilkan anak-anak yang kehilangan

gairah untuk belajar dalam dimensi yang lebih luas. Sehingga banyak ahli

pendidikan yang mengembangkan lingkungan pembelajaran alternatif untuk

mengatasi hal tersebut. Lingkungan pembelajaran yang berbeda diharapkan

mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal.

Lingkungan pembelajaran alternatif diharapkan akan membuat persepsi siswa

terhadap pembelajaran di sekolah lebih baik. Persepsi siswa terhadap

pembelajaran di sekolah bersamaan dengan potensi akademik dan motivasi

belajar yang dimiliki siswa dan juga pola asuh belajar yang diterapkan keluarga,

diharapkan akan turut menentukan bagaimana prestasi belajar seorang siswa di

sekolahnya.

Dengan demikian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana prestasi

belajar anak sekolah dasar saat ini? Seberapa besar pengaruh potensi

akademik, motivasi belajar, pola asuh belajar, dan persepsi siswa terhadap

(29)

dengan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah yang semakin baik

berarti bahwa prestasi belajarnya juga semakin baik?

Tujuan Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap

prestasi belajar siswa sekolah dasar.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi siswa

terhadap pembelajaran di sekolah, potensi akademik, motivasi belajar, pola

asuh belajar, kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah, dan

prestasi belajar siswa.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik

keluarga dengan pola asuh belajar.

3. Menganalisis hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran di

sekolah dengan kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah.

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan siswa

terhadap pembelajaran di sekolah dengan motivasi belajar.

5. Menganalisis hubungan antara potensi akademik, motivasi belajar, pola asuh

belajar, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran di sekolah dengan

prestasi belajar siswa.

6. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi para orangtua dan

para guru serta pengambil kebijakan mengenai pengaruh faktor individu,

keluarga, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. Dengan

demikian, diharapkan dapat dilakukan perbaikan oleh pihak orangtua, sekolah,

dan pemerintah yang mendukung peningkatan prestasi belajar siswa. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak yang sudah memasuki sekolah dasar

yang berusia enam hingga dua belas tahun. Masa ini ditandai oleh kondisi yang

sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Label yang sering

dipergunakan orangtua, yaitu usia yang menyulitkan, usia tidak rapih, dan usia

bertengkar. Label yang dipergunakan para pendidik, yaitu usia sekolah dasar

dimana anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang penting untuk

kehidupannya kelak. Sedangkan, para ahli psikologi menyebut masa ini dengan

sebutan usia berkelompok, usia penyesuaian diri, usia kreatif, dan usia bermain

(Hurlock 1980). Anak usia sekolah memiliki karakteristik-karakteristik tertentu

yang dibagi ke dalam karakteristik fisik-motorik dan karakteristik psikologis.

Karakteristik Fisik-Motorik

Fisik. Karakteristik fisik dan motorik anak akan semakin berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Ketika seorang anak memasuki sekolah

dasar, perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar proporsional.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada masa sekolah akan mengalami

proses percepatan pada umur 10-12 tahun. Salah satunya adalah pertumbuhan

berat badan dan tinggi badan, dimana penambahan berat badan per tahun akan

mencapai 2,5 kilogram dan ukuran panjang tinggi badan hingga 5 sentimeter

pertahunnya (Brisbane 1965, Hurlock 1980, Syah 2003, Hidayat 2004).

Perkembangan fisik yang lainnya yaitu pertumbuhan gigi. Sejak usia

enam tahun, gigi susu akan mulai tanggal dan digantikan dengan gigi permanen

hingga usia tiga belas tahun saat gigi permanen sudah mencapai 28 gigi.

Perkembangan fisik lain yang dapat dilihat yaitu perbandingan tubuh dan

perbandingan otot lemak. Meskipun kepala masih terlampau besar, namun

perbandingan wajah yang sebelumnya kurang baik menghilang, badan

memanjang dan lebih langsing, bagian tubuh lainnya tumbuh memanjang serta

membesar (Brisbane 1965, Hurlock 1980, Syah 2003, Hidayat 2004).

Motorik. Perkembangan fisik anak tidak dapat dipisahkan dari perkembangan motoriknya. Aktifitas fisik pada anak yang semakin tinggi akan

memperkuat kemampuan motoriknya. Perkembangan motorik merupakan proses

perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam

(31)

ketahanan, koordinasi, kontrol, keakuratan, dan ritme gerak akan menjadi lebih

matang. Permainan anak berkembang, dari hanya sekedar petak umpat kepada

permainan yang menggunakan bola atau alat permainan lainnya. Selain itu,

keterampilan tangan seperti menulis, menggambar, melukis, menjahit, dan

memainkan alat musik pun berkembang. Terdapat empat faktor yang mendorong

kelanjutan perkembangan keterampilan motorik anak, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan sistem syaraf, pertumbuhan otot-otot, perkembangan dan

pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin, serta pertumbuhan struktur jasmani

(Brisbane 1965, Syah 2003).

Karakteristik Psikologis

Selain karakteristik fisik dan motorik, anak usia sekolah juga memiliki

karakteristik psikologis. Karakteristik psikologis ini terdiri dari karakteristik kognitif,

emosi, sosial, dan moral.

Kognitif. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia sekolah yang berumur antara 7-12 tahun berada dalam tahap konkrit operasional. Tahap

perkembangan kognitif menurut Piaget disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget Tahap

Perkembangan

Umur Perilaku

Sensorimotor 0-2 tahun Kecerdasan motorik berkembang, belum mampu berpikir secara kompleks, tidak perhatian penuh pada objek nyata pada awal perkembangan, membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan fisik. Praoperasional 2-7 tahun Berpikir secara egosentrik, mampu

memberikan alasan menurut persepsi dan memberikan solusi secara intuisi tidak logis, mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Konkrit Operasional 7-11 atau 12

tahun

Formal Operasional 11 atau 12-14 atau 15 tahun

Berpikir secara menyeluruh dan proporsional, mampu berhipotesis, idealisme berkembang

(32)

Dalam periode konkrit operasional, anak memperoleh tambahan

kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan ini bermanfaat bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan

idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Pada

periode ini anak sudah dapat mengambil kesimpulan dengan menghubungkan

semua aspek, bukan hanya fokus pada satu aspek saja seperti pada periode

praoperasional. Anak usia sekolah dapat berpikir lebih logis dibandingkan

dengan anak yang lebih muda usianya (Papalia & Olds 1986, Syah 2003).

Emosi. Karakteristik psikologis berikutnya yaitu karakteristik emosi. Perilaku emosi menjadi lebih individual seiring bertambahnya usia. Seseorang

yang lebih dewasa akan lebih mampu menyembunyikan perasaannya. Mereka

mulai belajar bagaimana mengendalikan respon emosional. Anak mulai mengerti

bahwa ungkapan emosi, terutama yang kurang baik, secara sosial tidak diterima

oleh teman-teman sebayanya sehingga anak memiliki keinginan kuat untuk dapat

mengendalikan emosinya. Perasaan takut akan beberapa hal sudah mulai

berkurang. Perhatian yang berlebihan dari orangtua dianggap

kekanak-kanakkan. Anak dapat lebih meredam kemarahan dan kecemburuan dalam

keluarga semakin berkurang dengan meningkatnya usia sekolah (Brisbane 1965,

Hurlock 1980).

Ungkapan emosional pada akhir masa kanak-kanak merupakan

ungkapan yang menyenangkan. Walaupun ungkapan emosional ini dirasa

kurang matang untuk orang dewasa, namun hal ini menandakan bahwa anak

bahagia dan dapat menyesuaikan diri (Hurlock 1980). Usia tujuh hingga dua

belas tahun adalah masa naik turunnya emosi. Secara umum, anak usia tujuh

tahun menjadi lebih resisten dibanding usia enam tahun, pada usia delapan

tahun anak terkadang lebih bossy namun tetap bersahabat, pada usia sembilan tahun anak menjadi lebih menyukai dan disukai orang-orang di sekelilingnya,

pada usia sepuluh dan sebelas tahun (masa pubertas) anak mengalami

perubahan emosi, dan pada usia dua belas tahun anak menjadi lebih pandai

mengatur emosi dan menjadi lebih peduli pada orang lain (Brisbane 1965).

Sosial. Karakteristik psikologis berikutnya adalah karakteristik sosial. Perilaku sosial pada akhir masa kanak-kanak ditandai dengan minat individu

terhadap aktivitas teman-teman dan adanya keinginan untuk diterima sebagai

anggota suatu kelompok. Anak cenderung memilih untuk berada bersama

(33)

anggota keluarganya. Anak menyukai berkelompok bersama lebih dari dua atau

tiga orang agar memiliki cukup teman untuk bermain dan berolahraga serta

memberikan kegembiraan. Hal ini akan mencapai puncaknya pada usia delapan

tahun dan berlangsung hingga usia pubertas (Brisbane 1965, Hurlock 1980).

Perkembangan psikososial juga termasuk ke dalam karakteristik sosial.

Hidayat (2004) menyatakan bahwa perkembangan psikososial anak merupakan

perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial. Konsep perkembangan

ini dikemukakan oleh Erik Erikson, yaitu bahwa anak dalam perkembangannya

selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial untuk mencapai kematangan

kepribadian anak. Tahapan perkembangan psikososial anak dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 2 Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson

Tahap perkembangan Periode perkembangan

Kepercayaan versus

ketidakpercayaan Masa bayi (tahun pertama)

Otonomi versus malu dan

ragu-ragu Masa bayi (1-3 tahun)

Inisiatif versus rasa bersalah Masa kanak-kanak awal (tahun pra-sekolah, 3-5 tahun)

Rajin versus rendah diri Masa kanak-kanak tengah dan akhir

(usia SD, 6 tahun-remaja) Identitas versus kebingungan

identitas Masa remaja (10-20 tahun)

Keintiman versus isolasi Masa dewasa awal (20-an, 30-an)

Generatifitas versus stagnasi Masa dewasa tengah (40-an, 50-an) Integritas versus keputusasaan Masa dewasa akhir (> 60 tahun)

Sumber : Santrock (2007)

Tahap rajin versus rendah diri (industry versus inferiority) terjadi pada usia sekolah (6-12 tahun). Tahap ini ditandai dengan perkembangan anak yang

selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasi. Oleh

karena itu, pada usia ini anak rajin dalam melakukan sesuatu, tetapi apabila

harapannya tidak tercapai, maka kemungkinan besar anak akan merasa rendah

diri (Hidayat 2004). Para pendidik memandang periode ini sebagai periode kritis

dalam dorongan berprestasi, yaitu suatu masa dimana anak membentuk

kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Tingkat

perilaku untuk berprestasi pada masa anak-anak mempunyai korelasi yang tinggi

(34)

Moral. Karakteristik psikologis berikutnya adalah karakteristik moral. Setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan

perkembangan perilaku moral, yaitu perilaku baik dan buruk menurut

norma-norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Piaget, antara usia lima dan dua

belas tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Anak sudah mulai

mengerti salah dan benar. Bila berbohong selalu dianggap buruk oleh anak lima

tahun, lain halnya dengan anak yang lebih besar, yang sadar dalam beberapa

situasi berbohong dapat dibenarkan, karenanya berbohong tidak selalu buruk.

Kode moral pada akhir masa kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh standar moral

dari kelompok tempatnya bergabung (Hurlock 1980, Papalia & Olds 1986, Syah

2003).

Secara khusus, perkembangan anak pada masa ini adalah anak banyak

mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan

budaya dari lingkungan keluarganya, serta mulai mencoba mengambil bagian

dari kelompok untuk berperan. Selain itu terjadi perkembangan secara lebih

khusus lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis,

berhitung, dan juga belajar menghargai di sekolah (Hidayat 2004).

Sesuai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada anak usia

sekolah terdapat dorongan untuk berprestasi yang cukup besar. Salah satu

prestasi yang ingin dicapai anak adalah prestasi belajar.

Prestasi Belajar Siswa

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang utama dalam keseluruhan

proses pendidikan di sekolah yang bertujuan menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, daya analisis, sintesis, dan

evaluasi. Prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Lebih lanjut dikatakan,

prestasi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

yang diberikan (Opit 1996, Hawadi 2001).

Menurut Hawadi (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

anak dapat berasal dari dalam dirinya sendiri (faktor internal), maupun dari luar

dirinya (faktor eksternal). Faktor internal meliputi:

Kemampuan intelektual. Dari beberapa penelitian, ditemukan adanya korelasi positif dan cukup kuat antara taraf intelegensi dengan prestasi seseorang,

(35)

Minat. Seseorang akan merasa senang melakukan sesuatu jika sesuai dengan minatnya.

Bakat. Bakat merupakan kapasitas untuk belajar dan karena itu baru terwujud jika sudah mendapat latihan.

Sikap. Seseorang akan menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaiannya terhadap objek yang dinilainya berguna atau tidak.

Motivasi berprestasi. Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, maka akan semakin baik prestasi yang akan diraihnya.

Konsep diri. Konsep diri menunjukan bagaimana seseorang memandang dirinya serta kemampuan yang dimiliki. Siswa dengan konsep diri positif akan

lebih berhasil di sekolah.

Sistem nilai. Sistem nilai merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan kondisi akhir dari yang diinginkannya.

Sistem nilai yang dianut dapat mempengaruhi dan menentukan motivasi,

gaya hidup, dan tindakan seseorang.

Faktor eksternal meliputi:

Lingkungan sekolah. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa di sekolah adalah keadaan fisik sekolah, fisik ruangan, kelengkapan alat pelajaran,

disiplin sekolah, metode belajar mengajar, serta hubungan antara siswa

dengan guru.

Lingkungan keluarga. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa dari keluarga adalah hubungan siswa dengan anggota keluarganya, ukuran besar

keluarga, bentuk keluarga, pendidikan orangtua, dan keadaan ekonomi

keluarga.

Lingkungan masyarakat. Hal ini berupa kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh siswa seperti klub olahraga, karang taruna, dan sebagainya (Hawadi 2001).

Pengukuran kecerdasan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan menggunakan tes

psikologi yang menghasilkan taraf kecerdasan yang dikenal dengan IQ,

sedangkan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan cara memonitor

prestasi belajar murid, salah satunya dengan melihat nilai yang diperolehnya

(Opit 1996).

Pencapaian prestasi belajar pada seorang anak akan dipengaruhi oleh

(36)

faktor sekolah. Ketiga faktor ini akan bekerja sama membentuk seorang anak

untuk berprestasi di sekolahnya.

Faktor Individu

Faktor individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah faktor

pengaruh yang berasal dari dalam diri individu, yaitu karakteristik individu,

potensi akademik, dan motivasi belajar. Karakteristik individu dalam penelitian ini

adalah keadaan contoh yang meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran.

Karakteristik Individu

Jenis kelamin. Karakteristik anak seperti jenis kelamin akan memberi reaksi yang berbeda terhadap pengasuhan. Jenis kelamin anak akan menjadi

pertimbangan orang tua dalam berinteraksi dengan anak. Dalam menghadapi

anak laki-laki dan perempuan, praktik pengasuhan akan berbeda karena

pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan sosial anak (Gottman & Declaire

1998).

Gottman & Declaire (1998) dalam studinya menyatakan bahwa wanita

jauh lebih leluasa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan mereka dalam

kata-kata, ungkapan-ungkapan wajah, dan bahasa tubuh. Sedangkan kaum pria

lebih cenderung menahan diri, menutup-nutupi, dan meremehkan

perasaan-perasaan mereka. Hal ini terjadi karena, kaum pria lebih cenderung menahan

diri, menutup-nutupi, dan tidak mempedulikan perasaan mereka.

Usia. Bertambahnya usia anak akan menjadikan lingkup sosial anak semakin luas. Pada masa tersebut, pengaruh teman sebaya dan lingkungan luar

semakin kuat, sedangkan pengaruh keluarga semakin berkurang. Menurut

Gunarsa & Gunarsa (2001), perlakuan yang diberikan orangtua harus sesuai

dengan tingkat kematangan anak. Dengan demikian, anak diharapkan siap

menerima apa yang ingin ditanamkan orangtua, sehingga akan tersimpan dan

menjadi bagian dari kepribadiannya.

Urutan kelahiran. Urutan kelahiran dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat pada aspek

perkembangan anak pertama atau tunggal yang secara umum kemampuan

intelektualnya lebih menonjol karena sering berinteraksi dengan orang dewasa.

Akan tetapi, kadang-kadang perkembangan motoriknya terlambat karena tidak

(37)

anak kedua atau anak tengah, orangtua cenderung merasa biasa dalam merawat

anak sehingga menjadi lebih percaya diri. Hal ini mengakibatkan kemampuan

anak untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah, namun dalam perkembangan

intelektual terkadang kurang apabila dibanding dengan anak pertamanya

(Hidayat 2004).

Potensi Akademik

Faktor individu selanjutnya yang dilihat dalam penelitian ini yaitu potensi

akademik. Potensi akademik terkait dengan kemampuan kognitif seseorang.

Kemampuan kognitif merupakan suatu keseluruhan kemampuan individu untuk

melakukan tindakan yang bertujuan, berpikir secara rasional, dan untuk

menghadapi lingkungan secara efektif. Kecerdasan kognitif adalah suatu

kemampuan yang melibatkan proses berpikir dan mengamati, yang terbentuk

melalui dua proses, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses

dimana seseorang menghubungkan satu ide dengan ide lainnya, sedangkan

adaptasi merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengalaman baru

yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Riley

1992 dalam Latifah dan Dina 2002).

Kecerdasan kognitif seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

keturunan/genetik (internal) dan faktor lingkungan (eksternal). Lingkungan

merupakan tempat dimana seseorang memperoleh rangsangan sosial ekonomi

yang dapat menunjang kecerdasan kognitif. Rangsangan sosial ekonomi dapat

diperoleh melalui proses pembelajaran (Riley 1992 dalam Latifah dan Dina

2002). Sukmadinata (2003) mengatakan, sejak seseorang lahir di dunia ada

ciri-ciri, sifat, potensi, dan kecerdasan yang sudah tertanam dalam setiap individu.

Hal inilah yang kemudian disebut dengan potensi akademik.

Menurut Riley (1992), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

pengukuran kemampuan kognitif dapat digolongkan menjadi visual processing

(selektifitas melihat), auditory processing (keakuratan pendengaran), verbal processing (kemampuan verbal), kinesthetic processing (kemampuan mengkoordinasikan kegiatan visual dan motorik), dan thinking logically

(kemampuan logika).

Visual processing (selektifitas melihat) berkaitan dengan pemahaman anak akan urutan peristiwa yang dilihat secara rasional dan kemampuan anak

(38)

(keakuratan pendengaran) berkaitan dengan pemahaman anak akan informasi

yang didengar dan kemampuan anak untuk dapat menyebutkan kembali urutan

informasi tersebut. Verbal processing (kemampuan verbal) berkaitan dengan kekayaan kosakata yang dimiliki oleh anak. Kinesthetic processing (kemampuan mengkoordinasikan kegiatan visual dan motorik) berkaitan dengan kemampuan

anak untuk mengkoordinasikan apa yang dilihat dengan kecepatan motoriknya.

Thinking logically (kemampuan logika) berkaitan dengan kemampuan anak dalam berhitung dan membuat kata dari huruf-huruf yang disediakan (Riley

1992).

Motivasi Belajar

Selain potensi akademik, seorang anak memiliki motivasi yang akan

mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya yaitu motivasi belajar. Motivasi

belajar merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri

individu untuk menerima dan memahami pelajaran di sekolah. Pada anak yang

masih sekolah, umum didengar keluhan bahwa mereka malas atau kurang

bergairah untuk belajar. Banyak siswa yang malas mengerjakan PR dari gurunya

dan cenderung acuh pada pelajaran yang diberikan di sekolah. Kondisi ini

disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar. Motivasi diartikan sebagai suatu

dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan

apabila berhasil dicapai. Dengan motivasi belajar yang baik maka diharapkan

prestasi akademik siswa pun akan baik. Motivasi memberi arah dan tujuan pada

kegiatan belajar, mempertahankan perilaku berprestasi, serta mendorong siswa

untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar (Hawadi 2001).

Menurut Sardiman (2006), dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subyek belajar itu dapat tercapai. Siswa dengan motivasi kuat akan memiliki

banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa dengan

intelegensi yang cukup tinggi akan gagal jika kekurangan motivasi. Hasil belajar

akan optimal dengan motivasi yang tepat. Hal penting untuk diketahui adalah

bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus

(39)

Hawadi (2001) dan Sardiman (2006) menyatakan dua bentuk atau ragam

motivasi belajar, yaitu:

a. Motivasi belajar yang datang dari luar diri (ekstrinsik), artinya motivasi belajar

yang muncul karena faktor di luar dirinya, baik dari lingkungan rumah maupun

sekolah. Motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di

dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari

luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

b. Motivasi belajar yang berasal dari dalam diri (intrinsik), artinya motivasi

belajar yang muncul tanpa dorongan dari pihak luar. Siswa belajar karena

kesadaran atau keinginannya untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi

intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan,

dan ahli dalam bidang studi tertentu.

Akan tetapi, pada kenyataannya ada siswa yang motivasi belajarnya lebih

bersifat intrinsik, sedangkan siswa lain lebih bersifat ekstrinsik. Hal ini

disebabkan adanya :

1. Faktor individual

Hasil penelitian Harter pada siswa berdasarkan dimensi intrinsik dan

ekstrinsik, menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan dirinya

untuk berkompetisi dalam bidang akademik yang mampu mengembangkan

motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini dikatakannya lebih menyukai tugas yang

menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan memuaskan rasa ingin

tahunya. Sebaliknya, siswa dengan persepsi diri yang rendah lebih menyukai

tugas sekolah yang mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru.

Salah satu faktor individual antara lain pengaruh orangtua (Hawadi 2001).

2. Faktor situasional

Faktor situasional seperti besar kecilnya kelas berpengaruh terhadap

pembentukan ragam motivasi siswa. Kelas besar cenderung bersifat formal,

penuh persaingan dan kontrol dari guru. Dengan setting seperti ini, setiap siswa cenderung menekankan pentingnya kemampuan, bukan penguasaan

bahan pelajaran. Sebaliknya, pada kelas kecil, siswa akan merasa leluasa

mengatur dirinya. Kelas yang kecil terkesan tidak formal dan hal ini membuat

siswa dapat membuat pilihannya sendiri (Hawadi 2001).

Peraturan ketat di sekolah, yang mengarah pada disiplin siswa,

lingkungan belajar yang kondusif, sikap guru pada siswa yang mampu berperan

(40)

meningkatkan prestasi belajar siswa. Tantangan bagi pihak sekolah yaitu

bagaimana sekolah tidak hanya dilihat sebagai tempat menghadapi ulangan atau

ujian dari bidang-bidang studi yang diajarkan, tetapi bagaimana siswa menguasai

bidang studi tersebut dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan dirinya.

Sehingga kemudian dapat diharapkan prestasi tinggi yang tidak sekadar berupa

nilai rapor, tapi penguasaan ilmu itu sendiri (Hawadi 2001).

Faktor Keluarga

Selain faktor individu, faktor keluarga juga turut mempengaruhi prestasi

belajar seorang anak. Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

karakteristik keluarga (meliputi besar keluarga, usia orangtua, lama pendidikan

orangtua, jenis pekerjaan orangtua, dan tingkat pendapatan orangtua) serta pola

asuh belajar.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi

besar keluarga, usia orangtua, lama pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orang

tua, dan tingkat pendapatan orangtua. Orangtua merupakan faktor utama dalam

belajar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap sejumlah

profesional muda (usia 28-35 tahun) yang berhasil dalam kariernya dalam

berbagai lapangan, menunjukkan ciri-ciri yang sama, yaitu keterlibatan langsung

orangtua dalam belajar anak. Dorongan orangtua dilihat sebagai hal utama

dalam mengarahkan tujuan. Salah satu ciri orangtua yang efektif adalah

komunikasi yang terus-menerus dengan anak. Orangtua menanamkan tanggung

jawab pada anak untuk masuk ke sekolah secara rutin, menyimak guru di kelas,

dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah (Hawadi 2001).

Besar keluarga. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Faktor besar keluarga juga memberikan

pengaruh terhadap interaksi antara anggota keluarga itu sendiri. Semakin besar

jumlah anggota keluarga akan semakin banyak interaksi yang terjadi. Menurut

Gunarsa & Gunarsa (2001), perbedaan jenis kelamin, usia, karakter, dan

pendidikan tiap anggota keluarga berpengaruh pada tugas dan kewajibannya.

Perbedaan tersebut berpotensi menimbulkan konflik jika orangtua tidak pandai

memanfaatkannya menjadi sarana mendidik anak. Untuk itu, orangtua harus

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................
Tabel 1  Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Tabel 2  Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson
Gambar 1  Pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah terhadap prestasi  belajar siswa sekolah dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan transmisi synchronous, ada level lain dari synchronisasi yang perlu agar receiver dapat menentukan awal dan akhir dari suatu blok data.. Untuk itu, tiap blok dimulai

1. Pada dasarnya kaum waria sudah mendapatkan perlindungan HAM, namun belum terlaksana dengan maksimal, karena tidak ada peraturan yang mengakui keberadaan kaum waria. Tapi

Apa saja hambatan komunikasi yang muncul dalam proses pelayanan dukungan pengurus kepada anggotanya dalam menjalani Program Therapy HIV-AIDS.. Faktor-faktor apa saja yang

lanjut meggunakan uji Scheff'e dibuktikan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi jika diajar menggunakan metodwe pembelajaran kontekstual akan memperoleh basil belajar PKLH

Indikator proses adalah indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengambangan Desa Siaga.. Indikator proses terdiri atas

Penerapan Model CICR ( Cooperative Integrated Reading Composition) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas II. Universitas Pendidikan Indonesia

Mencatat berkas perkara pidana dan perdata ke buku agenda berkas perkara pidana, Tipikor dan perdata sesuai dengan tahun dan nomor perkara Berkas perkara, Buku kontrol, dan

Untuk mendapatkan hasil perbandingan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya penulis melakukan perbandingan terhadap ketiga hal dasar yaitu kecepatan akses