• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

B. Diskusi

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan secara umum penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis tergolong baik. Dari 39 subjek penelitian, 20 orang (51,3 %) memiliki penyesuaian diri yang baik, 19 orang (48,7 %) memiliki penyesuaian diri yang tergolong sedang dan tidak ada yang memiliki penyesuaian diri yang buruk. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyesuaian

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

diri orangtua yang memiliki anak autis adalah baik. Mayoritas orangtua yang memiliki anak autis mampu mengatasi secara efektif berbagai tuntutan atau tekanan baik yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus (1976) yang memberikan pengertian bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses psikologis yang digunakan untuk mengatur dan mengatasi berbagai tuntutan dan tekanan. Sehingga bila penyesuaian diri seseorang semakin baik maka tuntutan dan tekanan yang dihadapinya akan semakin rendah dan dalam hal ini adalah tuntutan dan tekanan terhadap orangtua yang berasal dari anak autisnya yang mengharuskan orangtua menerima keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat diubah namun tetap melakukan modifikasi terhadap keterbatasan tersebut seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai penyesuaikan diri yang baik dengan kondisinya yang memiliki anak autis.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari tidak terdapat emosionalitas yang berlebihan termasuk pada kategori sedang. Dari 39 subjek penelitian, 11 orang (28,2 %) berada pada kategori baik, 26 orang (66,7 %) berada pada kategori sedang dan 2 orang (5,1 %) berada pada kategori buruk. Hal ini sejalan dengan pendapat Schneiders (1964) mengatakan jika individu mampu menanggapi situasi atau masalah yang dihadapinya dengan normal akan merasa tenang dan memiliki kontrol emosi yang baik. Dalam hal ini orangtua mampu mengontrol emosi-emosi negatif misalnya rasa marah, terkejut dan rasa kecewa sehubungan dengan kondisinya yang memiliki anak autis.

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari tidak terdapat mekanisme psikologis termasuk pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 27 orang (69,2 %) berada pada kategori baik, 12 orang (30,8 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada subjek yang berada pada kategori buruk. Artinya tidak terdapat mekanisme psikologis pada mayoritas orangtua yang memiliki anak autis. Dalam hal ini orangtua mampu bersikap jujur dan terus terang terhadap adanya masalah atau konflik yang dihadapi dari pada menunjukkan suatu reaksi yang diikuti dengan mekanisme-mekanisme pertahanan diri misalnya malu memiliki anak autis, menolak atau menyangkal diagnosis autis pada anaknya, memberikan perhatian yang berlebihan sehingga anak tidak bebas berekspresi dan tidak mau mengakui anaknya menyandang autis.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari tidak terdapat perasaan frustasi pribadi termasuk pada kategori sedang. Dari 39 subjek penelitian, 19 orang (48,7 %) berada pada kategori baik, 20 orang (51,3 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada subjek yang berada pada kategori buruk. Dalam hal ini orangtua yang memiliki anak autis mampu menghadapi masalah, tidak menjadi cemas dan frustasi baik dalam hal yang berhubungan dengan usaha orangtua memperbaiki perilaku anak mapun hal yang berhubungan dengan masa depan anak.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari kemampuan untuk belajar termasuk pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 25 orang (64,1 %) berada pada kategori baik, 14

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

orang (35,9 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada subjek yang berada pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua yang memiliki anak autis berusaha mempelajari pengetahuan yang mendukung apa yang dihadapi sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Misalnya dengan membaca buku-buku, artikel, mencari informasi – informasi terbaru di internet dan mengikuti seminar – seminar yang berhubungan dengan autisme.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari kemampuan untuk memanfaatkan pengalaman termasuk pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 28 orang (71,8 %) berada pada kategori baik, 11 orang (28,2 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang berada pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis memiliki kemampuan untuk memanfaatkan pengalaman yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua yang memiliki anak autis mampu membandingkan pengalaman dirinya dengan pengalaman orang lain sehingga pengalaman-pengalaman yang diperoleh dapat dipergunakan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Misalnya saling berbagi informasi dan pengalaman dengan sesama orangtua yang memiliki anak autis.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari sikap yang realistis dan objektif berada pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 21 orang (53,8 %) berada pada kategori baik, 18 orang (46,2 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang berada

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis memiliki sikap yang realistis dan objektif yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua mampu menerima kenyataan dengan kehadiran anak autis dalam keluarganya dan tidak menaruh harapan yang berlebihan kepada dirinya maupun orang lain disekitarnya sehingga orangtua mampu memberikan penanganan terhadap anak autisnya sesegera mungkin dan tidak memberikan harapan yang tinggi terhadap perubahan perilaku anak.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari pertimbangan rasional dan pengarahan diri berada pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 37 orang (94,9 %) berada pada kategori baik, 2 orang (5,1) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang berada pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis memiliki pertimbangan yang rasional dan pengarahan diri yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Schneiders (1964) yang menyatakan bahwa pertimbangan rasional akan dapat berjalan dengan baik jika tidak disertai dengan emosi yang berlebihan sehingga individu dapat mengarahkan dirinya.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri subjek berdasarkan jenis kelamin didapatkan skor mean penyesuaian diri subjek perempuan (173,20) lebih tinggi dari skor mean penyesuaian diri subjek laki-laki (164,29). Artinya penyesuaian diri subjek perempuan tergolong lebih baik dari subjek laki-laki. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Cohen & Volkmar, 1997 yang mengatakan bahwa ayah dan ibu menunjukkan penampakan yang berbeda dari stress yang mereka alami yang berhubungan dengan masalah-masalah anak

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

autisnya. Tetapi ibu lebih rentan terhadap masalah penyesuaian. Hal ini disebabkan ibu lebih berperan langsung dalam proses kelahiran anak sehingga ibu cenderung mengalami perasaan bersalah dan depresi yang berhubungan dengan masalah ketidakmampuan anaknya sehingga ibu lebih mudah terganggu secara emosional. Ibu juga merasa tertekan karena perilaku yang ditampilkan anak seperti tantrum, hiperaktif, kesulitan bicara, perilaku yang tidak lazim, ketidakmampuan bersosialisasi dan berteman. Sedangkan ayah yang sebenarnya juga mengalami tekanan yang sama tetapi dampak tekanan yang dialami ayah tidak seberat yang dialami ibu. Ayah cenderung lebih tertekan karena stress yang dialami ibu. Hal ini dikarenakan peran ayah sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga tidak terlalu terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari.

Dari hasil analisa data juga diperoleh tidak ada perbedaan penyesuaian diri orangtua dilihat dari jenis kelamin. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Hadiyono & Kahn (1987) yang mengatakan bahwa ada perbedaan antara penyesuaian diri laki-laki dan perempuan. Laki-laki mempunyai penyesuaian diri yang lebih baik dibandingkan perempuan. karena perempuan memiliki unsur-unsur yang kurang mendukung penyesuaian dirinya.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri subjek berdasarkan usia didapatkan bahwa skor mean penyesuaian diri subjek dewasa madya yang berusia 40-59 tahun (172,10) lebih tinggi dari skor mean subjek dewasa dini yang berusia 18-39 tahun (167,79). Artinya penyesuaian diri dewasa madya tergolong lebih baik dari pada penyesuaian diri dewasa dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Bandura (dalam Erdman & Demorest, 1998), usia merupakan

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Pengaruh usia terhadap penyesuaian diri, tidak dapat hanya dilihat dari usia kronologisnya tetapi juga harus memperhatikan kondisi psikososial individu pada umumnya. Dari hasil analisa data juga diperoleh tidak ada perbedaan penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis ditinjau dari usia yaitu dewasa dini (18-39 tahun) dan dewasa madya (40-59 tahun).

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri subjek berdasarkan pendidikan didapatkan bahwa mean skor penyesuaian diri teringgi adalah subjek dengan pendidikan Diploma (177,33). Artinya bahwa subjek dengan pendidikan Diploma masuk kedalam kategori penyesuaian diri yang lebih baik dari subjek dengan pendidikan Sarjana dan SMU/SMK. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gunarsa & Gunarsa (1989) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah kematangan intelektual.

Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri subjek berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa mean skor penyesuaian diri tertinggi adalah subjek yang tidak bekerja (175,75). Artinya bahwa subjek yang tidak bekerja masuk kedalam kategori penyesuaian diri yang lebih baik dari subjek dengan pekerjaan PNS, Peg. Swasta, Wiraswasta dan TNI/POLRI. Hal ini dikarenakan bahwa orang tua yang tidak bekerja lebih memiliki banyak waktu untuk memberikan perhatian dan penanganan yang serius terhadap perbaikan perilaku anak autisnya.

Begitu pula dengan gambaran penyesuaian diri subjek berdasarkan penghasilan orangtua tiap bulan. Didapatkan bahwa subjek dengan penghasilan

Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. USU Repository © 2009

keluarga > Rp. 5.000.001 memperoleh mean skor tertinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa & Gunarsa (1989) penyesuaian diri juga didukung oleh faktor kematangan sosial.

Dokumen terkait