• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.2. Diskusi

Penulis melakukan penelitian ini karena bertujuan untuk melihat apakah model workforce agility yang diteorikan telah sesuai dengan hasil data penelitian dan berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa model tersebut telah sesuai dengan data yang ada. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa variabel yang diprediksi akan memberikan pengaruh terhadap workforce agility atau biasa disebut independent variable, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan

variabel moderator guna melihat pengaruh yang diberikan IV terhadap DV dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu innovative work behavior, job crafting (increasing structural job resources, decreasing hindering job demands, increasing social job resources dan increasing challenging job demands) dan variabel demografi melalui moderasi enterprise social media.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap workforce agility melalui moderasi enterprise social media.

Tahapan selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melihat besaran pengaruh langsung dari masing-masing variabel terhadap workforce agility yang didapatkan hasil bahwa innovative work behavior, increasing structural job resources, decreasing hindering job demands, increasing social job resources dan masa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap workforce agility. Penulis juga melihat pengaruh langsung dari variabel moderator enterprise social media terhadap IV yang didapatkan hasil bahwa innovative work behavior dan increasing structural job resources sebagai IV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan enterprise social media.

Studi ini berfokus dari beberapa teori dari masing-masing variabel dalam penelitian. Pertama-tama penulis menggabungkan studi independen tentang workforce agility, innovative work behavior, job crafting, penggunaan enterprise social media dan variabel demografi. Kedua, penelitian ini menerapkan teori dari ESM untuk menjelaskan efek yang diberikan IWB, JC dan variabel demografi terhadap WFA. Kemudian yang ketiga, penelitian ini menggunakan hasil dari

studi lapangan terkait penerapan IWB, JC dan variabel demografi yang dimoderasi ESM terhadap WFA. Dalam hal ini penulis meyakini bahwa penggunaan ESM dinilai dapat menjadi alat penting guna memfasilitasi WFA melalui peningkatan komunikasi dan juga kolaborasi. Karena ESM dinilai dapat mengembangkan manajemen pengetahuan, berbagi informasi dan pemecahan masalah dari diri karyawan yang dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dalam konteks penggunaan ESM terhadap diri karyawan guna membangun WFA menyebutkan bahwa ESM memberikan hasil yang baik terhadap WFA. Salah satu hasil penelitian yang menjelaskan hal tersebut adalah hasil penelitian Wei et al., 2020, mereka menyebutkan bahwa setiap individu dengan kefasihan digital dapat secara efisien menggunakan beberapa fungsi teknologi ESM dan merumuskan kembali meta-pengetahuan. Akan tetapi, berdasarkan hasil di lapangan terkait penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ESM tidak memberikan pengaruh yang signifikan dari IWB, JC dan juga variabel demografi terhadap WFA.

Hasil penelitian ini senada dengan yang dijelaskan oleh Chen & Wei, 2019, mereka menjelaskan bahwa penggunaan ESM akan membuat kelebihan beban yang menghasilkan ketegangan dari ESM pada pelaksanaan kerja karyawan. Mereka menjelaskan bahwa fokus pada penggunaan ESM dalam penelitian terlalu membatasi para peneliti dalam menilai kinerja dari karyawan di suatu perusahaan. Karena menurut mereka penilaian terhadap penggunaan media sosial eksternal juga perlu untuk ditinjau kembali, karena dalam bertukar

informasi para karyawan juga menggunakan media sosial eksternal seperti instagram, we-chat dan juga facebook.

Wei et al., 2020, menjelaskan bahwa ESM merupakan media sosial internal dari suatu organisasi yang digunakan oleh para individu di organisasi tersebut dalam bertukar informasi ataupun melaksanakan pekerjaan mereka.

Karena penggunaan ESM pada awalnya dimaksudkan untuk mengurangi informasi dan kelebihan sosial karena potensi manfaat yang terkait dengan penggunaan ESM terkait sosial seperti merangsang pengembangan koneksi sosial yang dekat. Media sosial internal juga dinilai dapat meningkatkan sosialisasi dan komitmen dari masing-masing individu dalam organisasi. Namun, dikarenakan terlalu banyak penggunaan ESM terkait koneksi sosial di suatu perusahaan dapat mengakibatkan informasi dan kelebihan sosial yang tercipta karena terlalu banyaknya koneksi sosial di antara karyawan mengurangi batas antara pekerjaan dan peran sosial mereka (Koch et al., 2012).

Kemudian, Chen & Wei, 2019, juga menyebutkan bahwa penggunaan ESM terkait koneksi sosial dan informasi yang berlebihan akan membebani para individu di perusahaan. Perasaan membebani yang tinggi ini akan membuat para individu di perusahaan yang menggunakan ESM untuk kegiatan yang berhubungan dengan sosial cenderung tidak menghabiskan waktu tambahan untuk memproses informasi. Hal ini disebabkan para karyawan terlalu sering menggunakan media sosial internal yang disediakan perusahaan. Maka dari itu, banyak dari karyawan yang beralih menggunakan media sosial eksternal guna bertukar informasi dengan para koleganya.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah didapat, diketahui bahwa para karyawan yang bekerja di wilayah jabodetabek, dalam hal ini yang merupakan sampel dalam penelitian menjawab pertanyaan terkait ESM sesuai dengan pemahaman mereka yang hal tersebut dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian ini. Kemudian, responden dalam penelitian yang berasal dari berbagai perusahaan yang berbeda tentunya menyebabkan perbedaan budaya dari masing-masing perusahaan yang berbeda. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Davison et al., 2018, yang melakukan penelitian di Cina, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa karyawan Cina mungkin tidak mau berbagi pengetahuan mereka secara terbuka dalam sistem yang dapat diakses publik. Hal ini juga disebabkan karena seluruh responden yang mengisi tidak berasal dari satu perusahaan yang sama dan role business mereka yang berbeda, sehingga menyebabkan terjadi timpang tindih terkait hasil akan ESM.