• Tidak ada hasil yang ditemukan

9.1. Pengertian Distribusi

Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Tujuan diadakannya distribusi adalah untuk meningkatkan daya guna tempat dan daya guna waktu. Kopi di Sumbul tepatnya di Desa Perjuangan dan Desa Pergambiran juga mengalami serangkaian proses distribusi yang sangat panjang hingga sampai ke tangan konsumen.

1. Fungsi Distribusi

 Fungsi Distribusi pokok : pembelian, penjualan, transportasi, pergudangan, dan menanggung resiko.

 Fungsi Distribusi Tambahan penyortiran, pengepakan, dan penyampaian informasi.

Sasaran distribusi adalah untuk meningkatkan penjualan barang dan efesiensi usaha, faktor-faktor yang mempengaruhi saluran distribusi adalah pasar, barang, perusahaan, dan kebiasaan pembeli.

2. Sistem Distribusi

a. Sistem distribusi langsung: produsen-konsumen (tanpa perantara)

b. Sistem semi tak langsung: produsen-perantara (milik produsen)-konsumen c. Sistem tak langsung produsen-perantara orang lain) konsumen

3. Distribusi Kopi yang Berada di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi (Desa Perjuangan dan Desa Pengambiran)

Bulan-bulan terakhir disetiap tahun, biasanya petani kopi di Desa Perjuangan dan Desa Penggambiran Kecamatan Sumbul akan memanen kopinya.

Proses inilah merupakan awal dimulainya distribusi kopi kearah yang lebih

kompleks. Setelah kopi dipanen, selanjutnya petani tersebut akan mengolah kopinya sebelum akhirnya dijual. Biasanya setelah melakukan pemanenan petani akan memmbersihkan kulit kopi dan kemudian dilakukan penjemuran hingga kopi kering. Proses ini memakan waktu dalam beberapa hari hingga dihasilkan kopi dalam bentuk kopi kulit kopi. Kopi dalam bentuk kulit putih ini yang kemudian akan dijual kepada cokang / tengkulak. Cokang Tengkulak adalah agen yang mengumpulkan dan membeli kopi kulit putih dari petani-petani di Desa Perjuangan dan Penggambiran. Kopi-kopi tersebut dihargai Rp 13.000 - Rp 14.000 perkilonya.

Harga ini relatif berubah disetiap waktunya.

Kopi yang biasa ditanam oleh penduduk lokal adalah kopi jenis Arabika atau biasa disebut kopi Ateng. Harga kopi Saat ini dinilai petani lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai harga Rp 30.000 perkilonya.

Selain dalam bentuk kiloan, petani juga menggunakan istilah lokal dalam menjual kopinya keagen. Istilah tersebut antara lain istilah tumbak dan kaleng, Satu tumbuk kopi biasanya seharga dengan 2 liter beras. Petani juga menjual dalam bentuk kopi putih. Satu Kaleng kopi setara dengan 15 kg. Satu kaleng kopi juga setara dengan 2 kaleng beras.

Tahap selanjutnya dalam proses distribusi kopi ini adalah kopi yang akan didistribusikan oleh agen ke agen selanjutnya. Banyaknya agen kopi di Desa Perjuangan dan Desa Pergambiran ini menyebabkan bervariasinya harga kopi tersebut. Harga kopi ini merupakan harga yang ditetapkan oleh agen agen tersebut.

Masalah harga jual menjadi persoalan yang pelik dikalangan petani. Setiap agen mematok harga namun harga tersebut dinilai petani kopi masih dibawah harga rata-rata pasaran Di Desa Perjuangan dan Penggambiran pendistribusian kopi dari Petani ke Agen, Setelah para Petani memetik kopinya dan membuat biji merah dan biji putih maka petani akan menjual kopinya kepada Tengkulak/Agen atau yang disebut pengepul kopi.

Berdasarkan informan dari seorang agen atau tengkulak di desa penggambiran, ia memulai usaha sebagai Tengkulak kopi karena di desa penggambiran sangat banyak masyarakat yang bercocok tanam kopi dan jumlah Tengkulak masih sangat sedikit di desa itu. Tengkulak itu sendiri tinggal di Desa

Perjuangan dan Desa Pergambiran. Penduduk setempat sudah kenal dekat dengan agen tersebut. Desa perjuangan memiliki satu agen yang sudah menjadi agen bertahun tahun lamanya. Bapak Marlon Sinaga adalah agen yang selalu mendatangi rumah- rumah penduduk di Desa Perjuangan untuk menjual kopi putih tersebut kepadanya. Desa Pergambiran mengenal bapak M Sihotang sebagai agen kopi putih di desa tersebut.

Tengkulak memiliki banyak strategi dalam menarik petani kopi untuk menjual kopi tersebut kepadanya. Salah satu strategi tengkulak untuk menarik pelanggan agar petani kopi menjual kopi kepadanya dengan cara memberi modal kepada para petani kopi. Proses pengambilan hasil kopi dari para petani terkadang tengkulak mengambil sendiri ke petani atau petani itu mengantar hasil kopinya kepada tengkulak. Sepeda motor dan betor (becak bermotor) adalah transportasi yang digunakan oleh tengkulak untuk mengangkut kopi putih petani. Waktu yang dibutuhkan tengkulak untuk mengumpulkan kopi yang dibelinya sebelum dijual ke toke besar yang ada di Sumbul tergantung banyaknya kopi yang sudah dikumpulkannya. tengkulak tersebut tidak menjual kopi tersebut ke satu pabrik saja, hal ini disebabkan oleh variasi harga setiap toke yang berbeda-beda, dan mencari harga yang paling mahal.

Sarana yang digunakan Tengkulak untuk mengantarkan kopinya ke toke besar di Sumbul menggunakan becak mesin. Dalam proses pendistribusian tengkulak ke toke besar kendala yang dihadapi adalah negosiasi harga jual yang selalu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tengkulak karena bisa saja harga dalam satu hari dapat berubah.

Di Kecamatan Sumbul tidak terdapat pabrik atau ekspedisi yang mengolah kopi sampai dijadikan produk kopi berupa bubuk yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Tetapi, di Kecamatan Sumbul, terdapat gudang kopi milik toke besar yang hanya mengolah kopi sebatas kulit putihnya saja. Setelah itu, para toke besar kopi menjual kopi ke ekspedisi seperti di Medan, Tebing Tinggi, Gayo, bahkan di ekspor keluar negeri. Salah satu eksportir yang cukup dikenal oleh penduduk Sumbul adalah Eksportir Goves. Goves diambil dari nama anak pemilik usaha tersebut. Goves banyak mengekspor biji kopi robusta. Biji kopi robusta hasil

pengolahan Gove dihargai seharga Rp 40.000/ Kilogram. Hal yang terasa unik, walaupun penduduk lokal menanam kopi jenis arabika tapi ternyata mereka mengkonsumsi kopi jenis robusta. Kopi arabica yang mereka hasilkan ini tidak dikonsumsi melainkan dipasarkan memasuki berbagai daerah. Kopi Gayo yang terkenal ternyata disebutkan oleh penduduk setempat juga berasal dari kota Sumbul.

Kopi biji putih dari Sumbul di distribusikan ke Gayo, Aceh Tengah. Pengolahan biji kopi tersebut mengubah nama kopi Sumbul menjadi kopi Gayo dan menjadi trandmark dipasaran.

Kecamatan Sumbul memiliki UMKM yang berkaitan dengan kopi. UMKM adalah singkatan dari usaha mikro kecil menengah. UMKM bisa berupa usaha perorangan, kelurga maupun usaha milik bersama. Produksi kopi UMKM rumahan di Kecamatan Sumbul salah satunya tepat berada di pajak Sumbul. Usaha ini dimiliki oleh pak Nursalam Sagala, Pak Nursalam adalah salah satu orang yang memproduksi usaha kopi dirumahnya sendiri. Kopi yang didapat berasal dari kebun sendiri dan juga terkadang dari petani dan agen-agen kopi. Pengolahan menjadi bubuk kopi diolah sendiri dibantu oleh Istri dan anak anak beliau. Lahan kopi yang dimiliki beliau seluas 2 hektar dan jauh dari rumah. Maka dari itu, yang mengelolah lahan milik beliau adalah keluarga. Jika masa panen tiba, kopi yang sudah bersih dan dikupas kulitnya diantar kerumah produksi pak Nursalam.

Kopi tersebut dibawa dengan menggunakan pick up. Jika kopi yang didapat dari agen tidaklah memiliki harga tetap. Terakhir kali kopi di dapat seharga Rp 20.000. Disamping itu bapak ini juga menjual hasil kopinya ke agen agen yang mau menerimanya. Bapak ini tidak terfokus satu agen saja tetapi dimana harga yang paling mahal disitulah bapak ini menjualnya. Kopi yang sudah dikumpulkan langsung di proses dirumah, alat yang digunakan masih dengan alat tradisional.

Proses kopi menjadi bubuk kopi yaitu pertama dengan cara digongseng selama 2

Sagala telah dikenal oleh penduduk Kecamatan Sumbul karena kenikmatannya yang khas.

Harga yang sudah menjadi kopi kemasan hasil produksi usaha Pak Nursalam Sagala, yakni :

¼ Kg = Rp12.000

½ Kg = Rp24.000 1 Kg = Rp48.000

Jika kopi dijual dengan pedagang lain kopi ini dikasih harga lebih murah yakni, dalam 1 Kg Rp.42.000. Proses terakhir dari distribusi ini adalah ekspor-impor, distribusi ini berujung di pabrik untuk diolah menjadi bubuk kopi. Bubuk kopi ini diolah berbagai bentuk olahan makanan yang berbahan dasar kopi. Proses distribusi terakhir dari serangkaian distribusi kopi adalah sampainya kopi ketangan konsumen sebagai pengguna produk olahan hasil dari biji-biji kopi tersebut.

Menurut analisis kami proses Distribusi di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut :

PETANI TENGKULAK/AGEN KECIL AGEN BESAR DAERAH LAIN

HOME INDUSTRI

BAB X

Dokumen terkait