• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 1 Distribusi spasial

4.2.1. Distribusi frekuensi panjang mantel

Selama penelitian diperoleh 283 ekor cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak dan 83 ekor di perairan Karang Lebar dan Semak Daun. Ukuran panjang mantel yang ditemukan di perairan Karang Congkak berkisar antara 26-257 mm, sedangkan di perairan Karang Lebar dan Semak Daun berkisar antara 71- 285 mm (Gambar 6).

Gambar 6. Distribusi frekuensi panjang mantel cumi-cumi sirip besar: (a) perairan Karang Congkak, (b) perairan Karang Lebar dan Semak Daun

Cumi-cumi sirip besar tersebar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun mulai dari selang panjang mantel 26-38 mm sampai selang 273- 285 mm. Cumi-cumi sirip besar yang tersebar di perairan Karang Congkak lebih banyak dan lebih merata pada berbagai ukuran yang memiliki frekuensi terbesar pada selang 39-51 mm sebanyak 38 ekor. Frekuensi yang relatif banyak terdapat pada selang 26-38 mm sampai selang 182-194 mm.Kemudian pada selang 195-207 mm sampai selang 273-285 mm frekuensi cumi-cumi sirip besar tidak sampai 10 ekor pada tiap selangnya. Pada selang 260-272 mm sampai selang 273-285 mm sama sekali tidak ditemukan cumi-cumi sirip besar (Gambar 6).

Cumi-cumi sirip besar yang tersebar di perairan Karang Lebar dan Semak Daun memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan perairan Karang Congkak. Cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Lebar dan Semak Daun memiliki frekuensi terbesar pada selang 91-103 mm sebanyak 18 ekor. Berbeda dengan di perairan Karang Congkak, cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Lebar dan Semak Daun memiliki frekuensi yang relatif banyak pada selang 79-90 mm sampai

32

selang 91-103 mm. Pada selang 65-77 mm, 104-116 mm sampai 208-220 mm, dan 260-272 mm sampai 273-285 mm frekuensi cumi-cumi sirip besar tidak sampai 10 ekor tiap selangnya. Pada selang 26-38 mm sampai 52-64 mm, dan 221-233 mm sampai 234-246 mm sama sekali tidak ditemukan cumi-cumi sirip besar (Gambar 6). Hal tersebut menunjukkan ukuran cumi-cumi sirip besar yang tertangkap di perairan Karang Congkak lebih kecil dibandingkan yang tertangkap di perairan Karang Lebar dan Semak Daun. Ketersediaan makanan (Effendie 2002) dan tekanan penangkapan diduga menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan ukuran cumi- cumi sirip besar pada kedua perairan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Cushing (1970) yang mengatakan bahwa ukuran tubuh suatu sumberdaya ikan yang semakin kecil mengecil dari tahun sebelumnya menunjukkan adanya tekanan penangkapan yang meningkat terhadap sumberdaya tersebut. Umumnya nelayan- nelayan Pulau Panggang lebih sering melakukan penangkapan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak dibandingkan dengan perairan Karang Lebar dan Semak Daun, hal tersebut disebabkan sejak beberapa tahun sebelumnya mereka selalu mendapatkan hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar yang banyak di perairan Karang Congkak. Oleh karena itu jumlah contoh yang diperoleh di perairan Karang Congkak lebih banyak dibandingkan perairan Karang Lebar dan Semak Daun.

Penelitian Andy Omar (2002) di Teluk Banten menunjukkan cumi-cumi sirip besar jantan yang telah mengalami matang gonad pertama kali terdapat pada kisaran ukuran panjang mantel 100-109 mm, dan pada cumi-cumi sirip besar betina terdapat pada kisaran ukuran panjang mantel 150-159 mm. Hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun termasuk pada ukuran muda dan dewasa. Hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar yang diperoleh di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang memiliki sebaran ukuran 91-168 mm cukup banyak. Hal tersebut dapat berdampak negatif bagi keberadaan populasi cumi-cumi sirip besar di perairan tersebut apabila didasarkan atas data penelitian Andy Omar (2002). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kematangan gonad cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak dan perairan Karang Lebar dan Semak Daun.

Distribusi ukuran panjang mantel cumi-cumi sirip besar juga dapat dibedakan berdasarkan alat tangkapnya. Pada perairan Karang Congkak diperoleh hasil

tangkapan sebanyak 132 ekor cumi-cumi sirip besar yang berasal dari pancing dengan kisaran panjang mantel 67-257 mm dan 151 ekor berasal dari jaring dengan kisaran panjang mantel 26-239 mm. Pada perairan Karang Lebar dan Semak Daun diperoleh hasil tangkapan sebanyak 67 ekor cumi-cumi sirip besar yang berasal dari pancing dengan kisaran panjang mantel 81-285 mm dan 16 ekor berasal dari jaring dengan kisaran panjang mantel 71-281 mm (Gambar 7).

Gambar 7. Distribusi frekuensi panjang mantel cumi-cumi sirip besar yang tertangkap dengan menggunakan pancing dan jaring: (a) perairan Karang Congkak, (b) perairan Karang Lebar dan Semak Daun

Hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak dengan menggunakan pancing memiliki frekuensi terbesar pada selang 104-116 mm sebanyak 25 ekor sedangkan frekuensi terbesar dengan menggunakan jaring terdapat pada selang 39-51 mm sebanyak 38 ekor. Umumnya cumi-cumi sirip besar yang tertangkap dengan jaring memiliki variasi ukuran yang tersebar dari yang terkecil hingga terbesar.Namun hasil tersebut dapat berdampak negatif bagi populasi cumi- cumi sirip besar, karena cumi-cumi sirip besar yang masih berukuran kecil juga ikut tertangkap sebelum mencapai dewasa. Hal yang sama juga terjadi pada cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Lebar dan Semak Daun di mana yang tertangkap dengan menggunakan pancing berukuran lebih besar dengan frekuensi terbesar

34

terdapat pada selang 91-103 mm sebanyak 16 ekor sedangkan frekuensi terbesar dengan menggunakan jaring terdapat pada selang 78-90 mm sebanyak 4 ekor (Gambar 7).

Penelitian ini memberikan informasi bahwa hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar dengan menggunakan alat tangkap jaring (mata jaring = 1 inch) pada kedua lokasi pengamatan banyak yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan alat tangkap pancing. Hal tersebut menunjukkan penggunaan jaring dengan mata jaring 1 inch kurang baik untuk kegiatan penangkapan cumi-cumi sirip besar yang dapat menghambat pertumbuhannya dan mengakibatkan penurunan populasi cumi-cumi sirip besar di kedua perairan tersebut. Adapun penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pancing lebih selektif karena ukuran cumi-cumi sirip besar yang tertangkap berukuran lebih besar. Adapun intensitas penggunaan alat tangkap yang tidak seimbang antara pancing dengan jaring merupakan kekurangan penelitian ini. Oleh karena itu untuk memperoleh informasi tentang hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap berbeda diperlukan penelitian lebih lanjut.

Hasil tangkapan yang sebaran ukurannya seragam menunjukkan bahwa cumi- cumi sirip besar hidupnya bergerombol. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Roper et al. (1984) in Prasetyo (2007) yang mengatakan bahwa cumi-cumi sirip besar merupakan hewan daerah neritik yang senang hidup bergerombol dan terkonsentrasi pada perairan dangkal yang mempunyai ekosistem terumbu karang dengan daerah sebaran dari permukaan sampai kedalaman 100 m.

Dokumen terkait