• Tidak ada hasil yang ditemukan

FPI = (2) Keterangan :

4.2 Distribusi Klorofil-a secara Spasial dan Temporal

Fitoplankton dapat hidup subur pada perairan disekitar muara sungai atau diperairan lepas pantai dimana terjadi air naik (upwelling). Pada dua lokasi ini terjadi proses penyuburan lingkungan perairan akibat masuknya zat hara dari luar kelingkungan tersebut. Perairan Laut Jawa merupakan perairan yang relatif dangkal dengan rata-rata kedalaman Laut Jawa sekitar 40 meter. Laut Jawa merupakan laut yang kaya akan kandungan zat hara kerena disepanjang pesisir pantai yang berada di Laut Jawa bermuara sungai-sungai besar yang membawa zat hara dari daratan ke wilayah perairan laut khususnya di pesisir pantai Selatan Kalimantan (Hadikusumah, 2008).

Musim barat merupakan musim angin yang membawa banyak hujan sedangkan musim timur sedikit membawa hujan (Nontji, 2005). Pada awal musim barat sekitar bulan Desember penyebaran klorofil-a di Laut Jawa berkisar antara 0.1 mg/m³ – 3 mg/m³ (Gambar 9). Penyebaran klorofil-a terkonsentrasi di

perairan Selatan Pulau Kalimantan dan konsentrasi klorofil-a akan terus menurun menuju perairan lepas pantai. Perairan lepas pantai sendiri menunjukkan

konsentrasi klorofil yang kecil dari 0,5 mg/m³. Untuk perairan Utara Pulau Jawa, penyebaran konsentrasi klorofil-a relatif kecil.

Bulan Januari dan Februari merupakan puncak dari musim barat. Intensitas curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan ini mempengaruhi penyebaran

klorofil-a (Gambar 12) akibat dari banyaknya zat hara yang dibawa oleh aliran sungai yang bermuara di Laut Jawa. Pada Bulan Januari, konsentrasi klorofil-a di Selatan Kalimantan mencapai 3,5 mg/m³ dan di perairan Utara Jawa sebesar 1,5 mg/m³ .

36 Gambar 9. Distribusi Klorofil-a Musim Barat dan Musim Peralihan 1 Tahun 2006

Daerah penyebaran klorofil-a dengan konsentrasi kecil dari 0,5 mg/m³ pada bulan Januari menyempit dan hanya terdapat di Tengah Laut Jawa. Untuk bulan Februari, penyebaran klorofil-a terlihat memiliki kontur yang lebih rapat. Konsentrasi klorofil-a paling besar terdapat di perairan Selatan Kalimantan Selatan dengan konsentrasi besar dari 3,5 mg/m³. Perairan Laut Jawa bagian barat yang berbatasan langsung dengan Pulau Sumatera mengalami kenaikan

konsentrasi klorofil-a. Hal ini terlihat dengan adanya sebaran klorofil-a sampai konsentrasi 3 mg/m³ pada perairan ini.

Memasuki musim peralihan 1 (Maret – Mei) penyebaran konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa masih cukup besar. Hal ini terjadi karena masih adanya pengaruh dari musim barat. Pada bulam Maret terlihat penyebaran klorofil-a masih cukup besar khususnya di daerah perairan Selatan Kalimantan dan Barat Laut Jawa (Gambar 9). Perairan Laut Jawa sudah didominasi oleh konsentrasi klorofil-a kecil dari 0,5 mg/m³.

Pada bulan April dan Mei terlihat penyebaran konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa tidak berbeda jauh dengan bulan Maret. Klorofil-a dengan konsentrasi kecil dari 0,5 mg/m³ masih mendominasi Luat Jawa dengan penyebaran hampir diseluruh perairan lepas pantai. Konsentrasi klorofil-a yang relatif besar masih terjadi di perairan Selatan Pulau Kalimantan dan bagian Barat Laut Jawa. Untuk perairan Utara Pulau Jawa konsentrasi klorofil-a terlihat kecil dengan nilai berkisan antara 0,5 mg/m³ – 1 mg/m³ didaerah sepanjang pesisir pantai.

38 Gambar 10. Distribusi Klorofil-a Musim Timur dan Musim Peralihan 2 Tahun 2006

Memasuki musim timur (Juni – Agustus), penyebaran klorofil-a terlihat cukup besar pada bulan Juni. Klorofil-a dengan konsentrasi berkisar antara 0,5 mg/m³ - 1 mg/m³ memasuki perairan lepas pantai Laut Jawa. Akibatnya perairan dengan konsentrasi klorofil-a kecil dari 0,5 mg/m³ terlihat luasannya menyempit. Pada bulan Juli dan Agustus, Laut Jawa perlahan-lahan kembali didominasi oleh konsentrasi klorofil-a dengan nilai kecil dari 0,5 mg/m³. Konsentrasi klorofil-a yang cukup besar hanya tersebar di parairan Selatan Pulau Kalimantan.

Musim Peralihan 2 (September – November) merupakan musim dengan curah hujan yang cukup sedikit (Gambar 12). Hal ini berdampak pada penyebaran konsentrasi klorofil di Laut Jawa. Pada bulan September terlihat penyebaran konsentrasi klorofil-a hampir merata dengan nilai kecil dari 0,5 mg/m³ (Gambar 10). Konsentrasi klorofil cukup besar hanya terlihat di perairan Selatan Kalimantan saja. Untuk penyebaran klorofil-a bulan Oktober dan November hampir sama dengan bulan September. Penyebaran konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa akan berulang setiap tahunnya mengikuti musim angin dan curah hujan yang turun di Indonesia khususnya di Pulau Kalimanatan yang memiliki banyak sungai besar yang bermuara di Laut Jawa. Pola penyebaran konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa tahun 2007-2010 (Lampiran 2) hampir sama dengan pola penyebaran konsentrasi klorofil-a pada tahun 2006 (Gambar 9 dan Gambar 10).

Secara multi waktu kandungan klorofil-a yang dapat terdeteksi dari citra satelit Aqua MODIS dapat dilihat pada Gambar 11. Kandungan konsentrasi

klorofil-a rata-rata di perairan Laut Jawa berkisar antara 0,22 mg/m³ - 1,15 mg/m³. Trend konsentrasi klorofil-a yang terdapat di Laut Jawa menunjukkan terjadinya penurun yang tidak signifikan dalam kurun waktu tahun 2006 - 2010. Nilai

konsentrasi klorofil setiap bulannya berfluktuasi mengikuti musim angin yang sedang berlangsung.

Gambar 11. Fluktuasi Klorofil-a rata-rata bulanan Januari 2006 – Desember 2010

Angin musim membawa pengaruh besar terhadap curah hujan. Oleh karena itu, jumlah curah hujan yang terjadi pada setiap musim angin juga berpengaruh terhadap konsentrasi klorofil-a yang terdeteksi. Pada musim penghujan khususnya pada musim barat terjadi kenaikan konsentrasi klorofil-a yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena banyaknya masukkan zat hara yang terbawa oleh aliran sungai akibat tingginya curah hujan pada musim barat. Sungai-sungai ini sebagian besar bermuara di Laut Jawa khususnya di perairan Selatan Kalimantan. Sebaliknya pada musim kemarau khususnya musim peralihan 2, curah hujan yang turun relatif sedikt sehingga zat hara yang terbawa oleh aliran sungai menuju Laut Jawa sedikit. Hal ini berakibat turunnya konsentrasi klorofil-a yang terdapat di Laut Jawa.

Curah hujan yang terjadi di Luat Jawa diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Data Curah hujan didapat dari 2 stasiun pengamatan, yaitu: stasiun meteorologi Serang Banten dan stasiun meteorologi Maritim Perak II, Surabaya. Dari data curah hujan yang terekam pada kedua stasiun meteorologi dari Januari 2005 – Desember 2010 memiliki pola curah hujan yang hampir sama pada setiap musim angin. Intensitas curah hujan pada kedua stasiun pengamatan dan konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Curah Hujan dan Konsentrasi Klorofil-a di Laut Jawa

Konsentrasi klorofil-a maksimum setiap tahunnya terjadi pada musim barat (Desember- Februari) dan awal musim peralihan 1 (Maret). Peningkatan intensitas curah hujan yang terekam pada kedua stasiun pengamatan pada bulan- bulan ini diiringi dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a (Gambar 12). Nilai maksimum klorofil-a yang tercatat terjadi pada bulan Februari 2009 dengan

konsentrasi klorofil-a sebesar 1,15 mg/m³ (Lampiran 4). Hal ini diduga terjadi karena besarnya intensitas curah hujan seperti yang terekam pada stasiun Perak II dimana bulan Februari 2009 merupakan bulan dengan nilai curah hujan terbesar dalam rentang waktu 2006 – 2010 yaitu 458 mm (Lampiran 5).

Memasuki musim peralihan 1, curah hujan sedikit bervariasi. Pada stasiun Serang Banten terjadi fluktuasi rata-rata curah hujan yang menggambarkan kenaikan pada bulan-bulan tertentu. Sedangkan untuk stasiun Perak II pada musim peralihan 1, curah hujan cenderung turun dari tahun-ketahunnya. Secara garis besar terjadi penurunan rata-rata curah hujan pada saat musim peralihan 1 jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada musim barat. Keadaan ini juga berdampak pada konsentrasi klorofil-a dimana terjadi fluktusi nilai rata-rata klorofil-a di Laut Jawa pada bulan-bulan musim peralihan 1 setiap tahunnya.

Musim timur dan awal bulan dari musim peralihan 2, rata-rata curah hujan pada kedua stasiun meteorologi mengalami penurunan yang sangat drastis. Dapat dilihat rata-rata curah hujan terendah terjadi sekitar bulan Juli – September dimana rata-rata curah hujan bisa mencapai angka 0 mm. Bulan-bulan ini merupakan puncak dari bulan musim kemarau di Indonesia. Untuk konsentrasi klorofil-a pada musim timur memperlihatkan terjadinya peningkatan pada bulan Juni dan kembali menurun pada bulan Juli dan Agustus. Peningkatan konsentrasi klorofil-a pada awal musim timur diduga terjadi karena masih adanya pengaruh dari musim peralihan 1 dimana curah hujan pada musim angin ini masih cukup tinggi.

Pada musim peralihan 2 (September – November) nilai konsentrasi klorofil-a yang terdapat di Laut Jawa mencapai titik minimumnya. Tercatat nilai

minimum klorofil-a terjadi pada bulan November 2010 dengan nilai 0,22 mg/m³. Bulan-bulan pada musim peralihan 2 merupakan bulan-bulan kering dimana pengaruh dari musim timur sudah mulai hilang sedangkan curah hujan yang turun

disekitar perairan Laut Jawa mencapai titik minimumnya (Gambar11). Secara garis besar intensitas curah hujan dapat menggambarkan bulan-

bulan basah (curah hujan ≥ 150 mm/bulan) dan bulan-bulan kering (curah hujan < 150 mm/bulan) di perairan Laut Jawa. Bulan basah yang terekam oleh kedua stasiun BMKG berkisar antara bulan Desember – April (musim barat dan

peralihan 1) sedangkan bulan kering terjadi antara bulan Mei – November (musim timur dan peralihan 2). Peristiwa ini menyebabkan konsentrasi klorofil-a di

perairan Laut Jawa akan menurun secara drastis (musim timur dan peralihan 2) karena material-material atau zat hara yang masuk ke parairan melalui aliran sungai akan berkurang akibat berkurangnya debit air yang mengalir di sungai menuju laut. Sedangkan keadaan sebaliknya terjadi pada musim barat dan awal musim peralihan 1 dimana konsentrasi klorofi-a mencapai nilai maksimumnya. Runoff dari daratan yang kaya akan zat hara masuk ke perairan laut melalui aliran sungai yang debit airnya cukup besar akibat dari curah hujan yang tinggi.

4.3Tangkapan per Unit Upaya (CPUE) Ikan Pelagis Utama di Laut Jawa