• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFTKota Samarinda yang terletak di tepi sungai Mahakam, adalah ibukota Kalimantan Timur

dan merupakan kota terbesar. Dengan populasi sebesar 620.000, Samarinda lebih besar dari Balikpapan. Bila Balikpapan adalah pusat komersial, maka Samarinda adalah pusat adminstiratif Kalimantan Timur . Dua pertiga dari perekonomiannya yang senilai Rp 9,9 triliun berasal dari sektor jasa, terutama administrasi publik; Samarinda adalah rumah bagi kantor-kantor kementerian tingkat provinsi, parlemen, dan lembaga lainnya. Kota ini memiliki Universitas Mulawarman yang besar dengan lebih dari 33.000 siswa. Walaupun kota ini tidak memiliki perkebunan kelapa sawit atau perkebunan hutan, kota ini memiliki cadangan batu bara, menyumbang 4 persen dari PDB. Dengan emisi hanya sebesar 3,3 MtCO2e, emisi Samarinda hanya berkontribusi sebesar kurang dari 2 persen dari total emisi Kalimantan Timur. Karena kota ini hanya memiliki luas sebesar 72.000 ha dan sebagian besar sudah mengalami deforestasi, masih terdapat beberapa emisi dari perubahan-perubahan penggunaan lahan. Namun demikian, Samarinda memang memiliki sejumlah kecil gambut, sekitar 20.000 ha, yang entah dalam keadaan rusak atau mengalami pembusukan, melepaskan sekitar 1.7 MtCO2e. Namun demikian, sebagian besar emisi kota ini berasal pembangkit listrik dan transportasi yang dipakai sektor manufaktur dan jasa, dengan total 2 MtCO2e.

Opsi pengurangan emisi Samarinda akan menghasilkan penurunan kecil tetapi bisa menjadi simbol keberhasilan. Dengan emisi rendah saat ini, tidak ada terdapat banyak ruang untuk penurunan. Namun, sebagai ibukota provinsi, inisiatif pengurangan Samarinda bisa memiliki nilai simbolis. Acara-acara seperti Bersepeda Hijau Kaltim dapat menunjukkan komitmen untuk menurunkan emisi yang berasal dari transportasi. Merehabilitasi lahan gambut kota ini juga akan menjadi tindakan nyata yang penting. Lahan kota seluas 38.000 ha yang berpotensi kritis dan agak kritis juga dapat direboisasi di bawah program Kaltim Hijau satu orang lima pohon

TARAKAN

Tarakan merupakan satu-satunya kota berbentuk pulau di Kalimantan Timur, dengan perekonomian yang dibangun dari sektor perdagangan dan pariwisata. Lokasinya yang dekat Malaysia telah menjadikan Tarakan sebagai titik persimpangan alami antara kedua negara dengan kapal feri harian. Perekonomiannya senilai Rp 2,1 triliun didominasi oleh sektor jasa (70 persen PDB), yang difokuskan pada perdagangan, hotel, dan pariwisata. Manufaktur (11 persen PDB) dan pertanian (10 persen PDB) merupakan sektor-sektor utama lainnya. Kota terkecil ini, Tarakan masih memiliki tutupan hutan lebih besar dari kota-kota lain dengan 20 persen masih tersisa dari total 25.000 ha . Ini termasuk hutan bakau, yang sangat penting karena melindungi pesisir pulau ini dari kondisi cuaca ekstrem.

Tarakan juga memiliki Emisi CO2e terkecil dengan baseline sebesar 0,3 MtCO2e pada tahun 2005. Tarakan kehilangan hutan sebesar 800 ha hutan setiap tahunnya, dan hanya tersisa 5.800 ha, deforestasi menyumbang 70 persen emisi Tarakan. Sisanya adalah karena konsumsi tenaga listrik dan transportasi oleh sektor jasa dan manufaktur.

Kota Tarakan harus mencari perbaikan skala kecil untuk menurunkan emisi. Menghentikan deforestasi yang sedang terjadi saat ini mampu menghasilkan pengurangan sebesar 0.1 MtCO2e. Selain itu, Tarakan memiliki 7.000 ha lahan agak kritis dan berpotensi kritis yang bisa direboisasi di bawah program satu orang lima pohon. Selain upaya tersebut, Tarakan dapat melakukan penilaian lebih lanjut atas inisiatif-inisiatif terkait transportasi dan tenaga listrik, seperti beralih ke mesin pembakaran yang lebih baik untuk kendaraan, memperbaiki fasilitas kendaraan umum, dan standar efisiensi energi yang lebih tinggi untuk bangunan-bangunan agar sesuai dengan profil emisi Tarakan, yang lebih mirip kota maju daripada kabupaten dengan luas hutan yang besar.

DRAFT

5. Adaptasi

Perubahan iklim memiliki potensi risiko yang signifikan bagi perekonomian dan masyarakat. Seperti banyak negara lain, Indonesia juga rentan terhadap kejadian-kejadian sebagai dampak perubahan iklim seperti banjir, badai tropis dan bencana-bencana cuaca buruk lainnya. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko-risiko tersebut secara signifikan karena peningkatan emisi gas rumah kaca akan menyebabkan perubahan suhu udara global, frekuensi dan jumlah curah hujan, dan suhu dan tinggi permukaan laut. Perubahan iklim merupakan bencana bagi perekonomian lokal melalui kejadian-kejadian berbahaya dan bahaya-bahaya yang bergeser secara bergantian. Kejadian-kejadian berbahaya adalah peristiwa cuaca ektrim seperti badai, angin topan, kekeringan, banjir pesisir, banjir daratan, dan kebakaran. Bahaya-bahaya yang bergeser secara bergantian adalah kenaikan permukaan laut dan kadar garam secara bertahap serta pergeseran zona iklim yang mempengaruhi hasil panen pertanian atau penyebaran penyakit yang dibawa vektor seperti malaria.

Sebuah strategi adaptasi mengenali bahwa pada beberapa tingkat, perubahan iklim tidak bisa dihindari dan oleh karena itu berusaha untuk mempersiapkan perekonomian dan penduduk agar lebih tahan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Bahkan di bawah skenario optimis IPCC, di mana dunia mengambil tindakan substansial untuk memotong emisi gas rumah kaca kini, gas rumah kaca atmosfer diperkirakan mencapai 450 ppm, menaikan suhu global sebesar 2°C. Selain itu, Laporan Penilaian Keempat IPCC menunjukkan bahwa pemanasan global hingga tahun 2030 akan sedikit dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca dalam 20 tahun mendatang karena kelambanan dalam sistem iklim. Dengan demikian, negara harus mengadopsi tindakan adaptasi untuk melindungi rakyat dan ekonomi mereka dari dampak negatif risiko-risiko iklim yang meningkat yang akan terjadi dalam jangka waktu menengah.

IPCC memprediksi beberapa skenario perubahan iklim global yang mencerminkan ketidakpastian emisi gas rumah kaca bumi di masa depan. Skenario B1 mengasumsikan bahwa dunia bergerak pada sebuah model lingkungan yang ramah lingkungan dan suhu rata-rata hanya naik sebesar 1,5°C hingga tahun 2100. Sebuah skenario pertumbuhan ekonomi yang pesat dan terimbangi dengan sumber energi (skenario A1B ) menghasilkan kenaikan sebesar 2,4°C hingga tahun 2100. Akhirnya, skenario di mana dunia secara ekonomi terfokus pada upaya-upaya yang lamban dan minimal untuk mengadopsi dan berbagi teknologi baru dan langkah-langkah pengurangan (skenario A2) menghasilkan kenaikan suhu sebesar 3,2°C hingga tahun 2100. Perubahan suhu di Kalimantan Timur kemungkinan besar akan lebih rendah namun perubahan curah hujan akan lebih besar mengingat karakteristik iklim dan geografisnya (GAMBAR 65). Perubahan suhu semakin besar bila ke arah kutub; karena Kalimantan Timur terletak di sepanjang khatulistiwa dan dekat dengan samudera, maka kenaikan suhu di Kalimantan Timur akan lebih rendah dari kenaikan suhu rata-rata perubahan iklim. Dengan demikian, untuk setiap kenaikan 1°C pada suhu global, diperkirakan Kalimantan Timur akan mengalami kenaikan 0,9°C. Ini berarti bahwa pada tahun 2030, Kalimantan Timur akan mengalami kenaikan suhu sebesar 0,3-0,6°C dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2030 menurut perkiraan, Kalimantan Timur diperkirakan akan mengalami kenaikan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 0,7 mm, tetapi kisaran prediksi ini luas, dari penurunan sebesar 4,6 mm hingga kenaikan 4,0 mm. Seharusnya tidak terdapat perbedaan signifikan dalam hal kenaikan permukaan laut global rata bagi Kalimantan Timur; diperkirakan bahwa permukaan laut di sepanjang garis pantai provinsi ini bisa naik hingga 20 cm pada tahun 2030 dan 1,0 m pada tahun 2100.

Sebuah diagnosis awal untuk Kalimantan Timur menunjukkan bahwa provinsi ini relatif terisolasi dari ancaman perubahan iklim, seperti angin topan, tanah longsor, dan kekeringan. Kalimantan Timur terletak jauh dari jalur utama topan tropis karena posisinya yang dekat dengan khatulistiwa (di mana badai biasanya terjadi di lintang yang lebih tinggi dari 10°), sehingga Kalimantan Timur cenderung tidak akan menghadapi ancaman besar dari badai

DRAFT

Gambar 64

Gambar 65

7. Dampak skala besar dan tidak bisa dibalik

1ºC 2ºC 3ºC 4ºC 5ºC

4. Ekosistem

6. PDB

Perubahan temperatur (relatif terhadap perindustrian

1. Cuaca 2. Air

3. Tanaman

5. Sosial

Peningkatan risiko perubahan sistem iklim skala besar dan berbahaya

1-4 miliar orang menderita karena kekurangan air

Kota-kota besar terancam oleh kenaikan permukaan laut (mis, London)

Banyak spesies ternacam punah (20%-50%)

Terdapat potensi turunnya PDB global sebesar 20%

Panen di banyak negara maju menurun, bahkan bila memiliki pemupukan karbon yang kuat

Terdapat kemungkinan runtuhnya hutan hujan Amazon

Penurunan panen yang tajam di negara-negara tropis

Risiko menurunnya penyerapan karbon alam dan meningkatnya pelepasa gas metana alami

Mencairnya es di Greenland yang tak dapat dibalik (meningkatkan kenaikan permukaan laut sebesar 7 m)

Penurunan ketersediaan air sebesar 20%-30% di Mediterranean dan Afrika Selatan

80% terumbu karang mengalami pemutihan; punahnya 10% spesies darat

Lebih dari 1 miliar orang harus pindah – meningkatnya risiko terjadinya konflik

Turunya PDB di negara-negara berkembang Jatuhnya hasil panen di

banyak negara berkembang

Meningkatnya intensitas badai, kebakaran hutan, kekeringan, banjir, dan gelombang panas

Cakupan risiko-risiko terkait iklim terhadap alam dan masyarakat

SUMBER : Stern Review

B1

A1B

A2

IPCC GCMs memprediksi akan terjadi kenaikan suhu sebesar 0.3-0.6 °C dan perubahan curah hujan per bulan sebesar -4.6-4.0 mm pada tahun 2030

SUMBER: IPCC AR4; Wawancara dengan ahli; analisis tim

Uraian skenario emisi

Dunia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan

Perubahan pada perekonomian informasi dan jasa

Populasi akan mencapai 9 miliar pada tahun 2050 kemudian menurun

Penurunan pada intensitas material dan mengenalkan teknologi yang efisien sumber daya dan bersih

Solusi global bagi stabilitas ekonomi, sosial dan lingkungan Dunia yang perekonomiannya tumbuh pesat, global dan bergantung pada seluruh sumber daya energi Pertumbuhan ekonomi yang pesat

Populasi akan mencapai 9 miliar pada tahun 2050 kemudian menurun

Penyebaran teknologi baru dan efisien yang cepat

Pendapatan dunia dan cara hidup negara berbeda akan menyatu

Interaksi sosial dan budaya yang ekstensif terjadi di seluruh dunia

Penekanan untuk menyeimbangkan seluruh sumber daya energi Dunia yang pertumbuhan ekonominya terpusat secara regional

▪Dunia yang mengelola secara independen, dan negara yang dapat berdiri sendiri

▪Populasi yang terus bertumbuh

▪Pembangunan ekonomi yang terpusat secara regional

▪Perubahan teknologi yang lamban dan semakin terfragmentasi dan peningkatan pendapatan per kapita

Perkiraan untuk Kalimantan Timur (2030 vs. 2010) Perubahan temperatur

° C

Perubahan curah hujan bulanan rata-rata mm, Kalimantan Perkiraan tahun 2030 vs. 2010 0.6 -3.7 0.5 ° C 1.0 ° C 0 ° C -5 mm 00 5 mm -4.6 0.8 -3.7 0.6 0.6 0.4 0.4 Minimum Maximum Nilai tengah 0.5 0.3 0.4 0.5 0.3 0.4 3.2 3.2 4.0

DRAFT

Gambar 66 Permukaan laut diperkirakan akan naik hingga 20 cm pada tahun 2030 dan

1.0 m pada tahun 2100

SUMBER:: 1. Skenario SRES A1B, 2090 hingga 2099 (berdasarkan pada tahun 1980 hingga 1999) 3. Rahmstorf, 2007 2. Beckley et al, 2007

IPCC AR4: observasi kenaikan permukaan laut

Studi-studi baru menunjukkan bahwa laju kenaikan permukaan laut abad 20 lebih tinggi dari perkiraan IPCC Sebagian besar data satelit dan data gelombang menunjukkan bahwa laju kenaikan permukaan laut rata-rata saat ini adalah sebesar 3mm per tahun

Laju kenaikan permukaan laut rata-rata sebesar 3.36+/-0.41 mm/tahun merupakan hasil observasi periode tahun1993-20072

Laju kenaikan permukaan laut di abad ke 20 kemungkinan merupakan yang tertinggi selama 5,000 tahun terakhir

IPCC AR4 : Evolusi permukaan laut global

rata-rata di masa depan1

Kenaikan permukaan laut bisa jadi melebihi perkiraan proyeksi IPCC

Penelitian baru-baru ini menunjukkan kalau permukaan laut saat ini berada di batas atas proyeksi IPCC

Hasil3penelitian baru-baru ini memproyeksikan bahwa pada tahun 2100 akan terjadi kenaikan permukaan laut antara 0.5 dan 1.4 m di atas permukaan laut tahun 1990, jauh di atas kisaran proyeksi IPCC

dan topan. Tanah longsor jauh lebih umum terjadi di Jawa dan Sumatra daripada di Kalimantan Timur. Menurut Badan Pengelola Bencana hanya terdapat 10-12 longsor besar di Kalimantan Timur pada tahun 2008 dan 2009, dan 30 rumah tangga yang terkena dampak. Tanah longsor dapat meningkat seiring dengan deforestasi yang besar, tetapi kepadatan penduduk Kalimantan Timur yang rendah mengurangi tekanan bagi pendatang untuk membangun infrastruktur di wilayah-wilayah rawan bencana, sehingga kecil kemungkinan kehilangan nyawa atau perumahan. Secara historis, kekeringan tidak pernah menjadi sebuah masalah bagi Kalimantan Timur,

mengingat musim hujan di Kalimantan Timur yang teratur; perkiraan perubahan iklim memprediksi kenaikan curah hujan untuk wilayah ini. Terdapat juga mata rantai yang lemah antara perubahan iklim dengan kekeringan meskipun terdapat mata rantai ke El Nino Southern Oscillation (yang berhubungan dengan curah hujan yang rendah dan penyebaran kebakaran yang dramatis tahun 1997 dan 1998 di Kalimantan Timur).

Hasil panen pertanian dapat terkena dampak secara signifikan. Walaupun terdapat banyak spesies tanaman yang mampu menyesuaikan diri dengan variasi suhu musiman, spesies tropis biasanya memiliki toleransi yang jauh lebih rendah terhadap perubahan suhu. Bank Dunia memprediksi bahwa pada tahun 2050 Indonesia akan mengalami penurunan hasil panen utama sebesar 10 persen karena perubahan suhu dan curah hujan. Akhirnya, penyakit yang dibawa vektor dapat meningkat, karena nyamuk pembawa demam berdarah dan malaria memperluas habitat mereka seiring dengan kenaikan suhu. Kalimantan Timur saat ini memiliki insiden malaria yang rendah; kenaikan suhunya yang sedang di masa depan bila dibandingkan dengan rata-rata global dan bagian dalam pegunungan (ketinggian yang lebih tinggi dengan suhu lebih rendah) dapat menahan perluasan habitat dari penyakit yang dibawa oleh berbagai vektor.

Kalimantan Timur memiliki terumbu karang yang luas dan 86 persen berisiko.23 Sistem dinding karang terpanjang Indonesia, yaitu Karang Penghalang Sunda, kurang lebih memiliki

DRAFT