• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terdapat peluang untuk meningkatkan nilai tambah dari pertanian dengan meningkatkan hasil panen, yang bisa menghasilkan tambahan PDB sebesar Rp 3,2 triliun hingga tahun 2030. Hasil panen tanaman pangan utama Kalimantan Timur seperti beras dan singkong, berada 60 persen di bawah panen dari praktik-praktik terbaik di Jawa dan Sumatra. Hal ini sebagian disebabkan oleh perbedaan dalam hal kualitas tanah. Sebagai contoh, Kalimantan Timur tidak memiliki tanah vulkanis yang kaya seperti di Sumatra. Namun demikian, hasil panen yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kondisi tanah yang buruk, tetapi juga oleh karena terbatasnya pasokan bahan-bahan seperti pupuk, bibit, dan peralatan pertanian. Bahkan bila dibandingkan dengan hasil panen di seluruh Indonesia, produksi Kalimantan Timur masih 20 persen di bawah rata-rata produksi (GAMBAR 40). Jika Kalimantan Timur dapat meningkatkan hasil pertaniannya ke tingkat sama seperti panen rata-rata di Indonesia, maka Kalimantan Timur dapat meningkatkan pertumbuhan tahunan PDB pertaniannya dari 3 persen menjadi 6 persen per tahun hingga tahun 2030. Hal ini akan menghasilkan tambahan Rp 3,2 triliun PDB pada tahun 2030 (GAMBAR 41). Meningkatkan hasil panen memerlukan bibit, pupuk, dan praktik-praktik pertanian yang lebih baik, yang semuanya akan memerlukan dukungan yang cukup besar untuk melaksanakan bersama dengan banyak petani rakyat di lahan-lahan mereka. Akan menjadi penting untuk meningkatkan keberlanjutan panen dan bukan hanya dengan penggunaan pupuk yang terlalu banyak, yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan lainnya.

Memperluas budi daya perikanan dan tanaman industri di lahan kritis membuat sektor pertanian mampu memperluas dan meningkatkan pendapatan pertanian rakyat.

Terdapat lebih dari 50.000 ha petak-petak kecil dan 400.000 ha petak-petak lahan kritis berukuran sedang yang dapat digunakan oleh petani rakyat tanaman industri. Berbagai jenis tanaman industri dapat tumbuh di Kalimantan Timur, tetapi harus dikombinasikan sedemikian rupa untuk menyeimbangkan tuntutan modal, laba, dan pekerjaan (GAMBAR 42, GAMBAR 43,). Walaupun kelapa menghasilkan pendapatan tinggi yaitu sebesar Rp 42 juta per ha, kelapa juga memerlukan investasi modal yang tinggi di tahun-tahun awalnya yaitu sebesar Rp 128 juta per ha. Kakao, sebaliknya, hanya menghasilkan Rp 20 juta per ha, tetapi membutuhkan lebih sedikit investasi, yaitu sebesar Rp 20 juta per ha. Rumput laut menghasilkan hampir dua kali lebih banyak pekerjaan per ha daripada karet, namun memerlukan investasi awal sebesar dua puluh kali lipat lebih besar daripada karet. Rumput laut juga memiliki tingkat pengembalian investasi tercepat yaitu hanya dua setengah tahun.

Kebijakan dan Lembaga yang Dibutuhkan

Inisiatif pengurangan emisi sector pertanian memerlukan perubahan-perubahan dalam cara petani mengelola tanahnya. Upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi emisi dengan mengakhiri praktik-praktik pembakaran harus dilakukan dengan secara beriringan, sehingga petani melihat manfaat langsung serta nilai yang tidak tampak dari penurunan emisi. Pendekatan tradisional untuk bekerja sama dengan petani adalah melalui penelitian publik dan petugas penyuluh pemerintah; tetapi pendanaan pendekatan ini telah menurun sejak desentralisasi dan tidak selalu merupakan opsi yang paling efektif. Tujuan kami adalah meningkatkan kontribusi sektor swasta untuk meningkatkan sumber penghidupan dan cara kerja petani, di samping dukungan dari pemerintah. Selain itu, bekerja sama dengan semua petani rakyat Kalimantan Timur secara langsung merupakan tugas yang terlalu besar dan membutuhkan semacam bentuk agregasi untuk bekerja sama dengan petani. Kami telah mengidentifikasi beberapa faktor-faktor pendukung penting bagi sektor pertanian, termasuk perencanaan tata ruang, teknologi, produktivitas petani, akses pasar, dan MRV. Sebuah transformasi pertanian bergantung pada kerja sama di antara semua bagian pada sistem pertanian; walaupun setiap elemen dapat meningkatkan produksi sektor pertanian dan mengurangi emisi pada saat yang sama, untuk mendapatkan solusi berkelanjutan semua elemen harus bekerja sama.

DRAFT

Gambar 40

Gambar 41 Kalimantan Timur memiliki potensi untuk meningkatkan hasil panen

minimal sebesar 20% pada sektor pertanian

SUMBER: BPS 6,038 5,121 Terbaik indo Rata2 INDO KalTim 4,603 +31% +11%

Sawah pada lahan basah

5,756 4,160 2,352 +145% +77% Jagung 1,596 1,227 1,318 +30% +7% Kacang kedelai 4,410 2,958 2,452 +80% +21%

Sawa pada lahan kering

15,500 10,700 9,300 +67% +15% Kentang manis 1,623 1,102 1,214 +47% +10% Kacang 18,200 15,100 24,600 +21% +63% Singkong 1,068 1,079 1,401 +31% +1% Kacang hijau Panen (kg/ton), 2009

Secara rata-rata, hasil panen Kalimantan Timur adalah 20% di bawah rata-rata hasil panen Indonesia dan 60% di bawah propinsi yang memiliki kinerja

terbaik. Terbaik indo Rata2 INDO KalTim Terbaik indo Rata2 INDO KalTim Terbaik indo Rata2 INDO KalTim Terbaik indo Rata2 INDO KalTim Terbaik indo Rata2 INDO KalTim Terbaik indo Rata2 INDO KalTim Terbaik indo Rata2 INDO KalTim 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 2010 15 20 25 2030 2.3 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 25 2030 15 20 2010 0.9

Dengan mencapai rata-rata panen nasional akan meningkatkan PDB provinsi dari sektor pertanian sebesar Rp 3.2 triliun

SUMBER : Analisis tim

PDB dari tanaman pangan

Triliun rupiah PDB dari tanaman industri, tidak termasuk kelapa sawit Triliun rupiah

+2% p.a.

1 Skenario dimana hasil panen Kalimantan Timur mencapai perkiraan panen rata-rata nasional pada tahun 2030; hasil panen nasional tahun 2030 diperkirakan dengan menggunakan angka hasil panen nasional tahun 2009 yang tumbuh berdasarkan pada peningkatan produktivitas tahunan nasional +6% p.a. BSB Peningkatan produktivitas +6% p.a. +3% p.a.

Gambar 42 Kantung-kantung baru pertumbuhan berkelanjutan yang ramah lingkungan dapat dikembangkan dari sektor pertanian dan budi daya perikanan pada lahan kritis

SUMBER: Dewan Investasi Kalimantan Timur Karet:

Total area yang cocok: 3,29 juta Ha

Komoditas utama: Latex

Biaya investasi: 94 miliar rupiah NPV: 176 miliar rupiah Periode pengembalian: 10 tahun Kakao/Coklat: Komoditas utama: Forastero (kakao lindak), criolo (kakao mulia), dan coklat hibrida Biaya investasi: 1.200 miliar rupiah NPV: 160 miliar rupiah Periode pengembalian: 8 tahun Lada

Komoditas utama: Lada untuk industri pangan dan farmasi Biaya investasi: 0,04 miliar rupiah NPV: 0,03 miliar rupiah Periode pengembalian: 3 tahun Kopi:

Komoditas utama: Kopi robusta

Pemerintah telah menetapkan Zona Sasamba (di Balikpapan dan Kutai Kertanegara) sebagai zona pembangun-an terintegrasi ekspor kopi

Peternakan:

Komoditas utama: Daging sapi

Permintaan lokal sebesar 36.000 ekor/tahun, dan persediaan lokal yang ada hanya 3.000 ekor/tahun; permintaan nasional 491,200 ekor/tahun

Jeruk:

Komoditas utama: Jeruk premium borneo Komoditas premium Kalimantan Timur Produktivitas tinggi: 20-25 kg/pohon Biaya investasi: 0.4 miliar rupiah Perikanan:

Area yang cocok untuk perikanan: 72,24 juta Ha

Komoditas utama: Tuna, Kakap, Cakalang, Kuri, Bawal, Udang Windu, Lobster Biaya investasi: 2,7 miliar rupiah NPV: 1,7 miliar rupiah Rumput laut: Komoditas utama: rumput laut untuk makanan, kosmetik, dan obat-obatan Biaya investasi: 1,1 miliar rupiah NPV: 1,5 miliar rupiah Periode pengembalian: 3 tahun Nanas: Komoditas utama: Nanas Srikaya Biaya investasi: 0,05 miliar rupiah NPV: 0,02 miliar rupiah Periode pengembalian: 2 tahun

Beragam macam tanaman industri dengan hasil dan karakteristik berbeda-beda dapat dikembangkan di Kalimantan Timur

Pendapatan (juta rupiah/ha) Pendapatan (juta rupiah/ha) 0 100 Investasi yang dibutuhkan (juta rupiah/ ha)*

Investasi yang dibutuhkan

(juta rupiah/ ha)* 0 150

Pekerjaan

(pekerja/ha)

Pekerjaan

(pekerja/ha)

0 2

Karakteristik tanaman di Kalimantan Timur

SUMBER: Dewan Perijinan dan Investasi Regional Provinsi Kalimantan Timur 40.4 39.1 Periode pengembalian (tahun) Periode pengembalian (tahun) 0 7.6 15 IRR (%) IRR (%) 0 39 19.5 19.4 1.5 35 7.7 0.9 25.9 11.8 28 10 1.0 42.0 128.7 1.2 31 9.1 75.9 66.4 1.7 31 2.5 40 Rumput laut Jeruk Karet Coklat Kelapa Gambar 43

DRAFT

pada upaya mengidentifikasi beberapa daerah ‘lumbung pangan’/ ‘breadbasket’. Strategi

lumbung pangan bertujuan melakukan terobosan dalam hal produksi pangan pada daerah-daerah geografis tertentu yang telah ditetapkan. Lumbung pangan didefinisikan sebagai daerah-daerah pertanian yang memiliki potensi produktivitas tinggi untuk tanaman pangan tertentu, potensi akses pasar yang baik, dan kepadatan penduduk perdesaan yang relatif tinggi. Selain itu, untuk mendukung Kalimantan Timur untuk mengurangi emisi CO2e, lumbung-lumbung pangan juga harus ditempatkan di daerah-daerah lahan kritis atau padang rumput untuk mencegah deforestasi lebih lanjut. Dengan mengidentifikasi daerah-daerah lumbung pangan, perluasan pertanian dapat difokuskan pada daerah-daerah dengan potensi tertinggi serta emisi rendah.

Skema Plasma-Inti (Perkebunan Inti Rakyat) merupakan perangkat yang penting untuk meningkatkan panen petani rakyat tanaman industri yang terletak dekat dengan perkebunan-perkebunan besar. Program-program plasma-inti telah dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit, tetapi dapat diperluas untuk tanaman industri bernilai tinggi lainnya. Program-program ini bekerja dengan cara membuat perusahaan-perusahaan perkebunan mengembangkan petak-petak kelapa sawit atau ‘plasma’ di daerah yang mengelilingi perkebunan mereka sendiri atau ‘inti’. Pengelolaan daerah plasma dijalankan oleh sebuah koperasi petani rakyat, yang biasanya mengontrakkan kembali fungsi-fungsi teknis kepada perusahaan

perkebunan inti, sehingga seringkali petani bekerja sebagai buruh di petak-petak mereka. Petani rakyat menerima bibit, pupuk dan sering harga yang pasti untuk hasil produksi mereka. Skema ini telah berhasil di Kalimantan Timur, dan petani plasma rakyat telah menghasilkan panen dua kali lebih tinggi daripada pertanian rakyat kelapa sawit independen. Namun, skema plasma memiliki kelemahan-kelemahan karena skema ini dapat mengganggu pengelolaan lahan masyarakat tradisional (adat) dan juga mengubah pola kepemilikan tanah tradisional. Skema plasma dapat diperluas ke tanaman industri bernilai tinggi lainnya; untuk tanaman industri yang kurang menguntungkan, mungkin diperlukan subsidi pemerintah untuk mendapatkan dukungan sektor swasta untuk program tersebut.

Pembangunan kapabilitas dapat dicapai dengan menciptakan sejumlah satuan agregasi terbatas yang dioperasikan oleh agen-agen perubahan lokal swasta (misalnya, pengusaha lokal dan petani begitu juga dengan operator gudang kecil di sisi pasca-panen ) yang dapat berkerja sama dengan pemerintah, donor, perusahaan-perusahaan input / pembeli, dan bank dan yang pada gilirannya akan menyatukan dan memperluas dukungan bagi para petani utama dan atau kelompok-kelompok tani dan petani rakyat individu dalam hal produksi. Salah satu opsi adalah untuk membentuk semacam kantor Pusat Pertanian yang akan melakukan tiga jenis kegiatan: (i) menawarkan untuk membeli dari kelompok-kelompok petani, (ii) memberikan masukan mengenai kredit, dan (iii) menyediakan layanan-layanan (misalnya, layanan traktor, penyimpanan). Setiap kantor pusat pertanian ini harus memiliki fasilitas gudang yang besar, semacam Depot Logistik (Dolog). Penelitian secara internasional menunjukkan bahwa Pusat Pertanian semacam ini, ternyata mampu melayani petani dalam radius 20 km dan bekerja dengan sekitar 200-300 petani utama yang pada gilirannya akan mengumpulkan 5,000 petani rakyat secara keseluruhan. Pusat-pusat pertanian tersebut harus ditempatkan di daerah lumbung pangan dengan populasi petani rakyat yang cukup padat; berdasarkan pada lahan pertanian saat ini, jumlah petani rakyat, dan infrastruktur atau akses pasar, percontohan potensial bisa jadi di Kutai Kertanegara, Kutai Timur, dan Penajam Paser Utara.

Layanan-layanan penyuluhan masih merupakan program pemerintah yang penting untuk mendukung petani rakyat, terutama di daerah terpencil. Kerjasama sektor swasta dengan para petani sering terbatas pada petani yang memiliki tanaman industri bernilai tinggi yang terletak di dataran rendah dekat perkebunan dan fasilitas pengolahan mereka. Dengan demikian, pekerja penyuluh pemerintah masih penting, khususnya untuk memberikan akses ke kredit, bibit, dan teknologi bagi petani rakyat yang menanam tanaman pangan dan terletak di pedalaman Kalimantan Timur yang lebih jauh. Baik anggaran dan jumlah pekerja layanan penyuluhan telah menurun di Indonesia, Indonesia memiliki sekitar enam pekerja penyuluhan untuk setiap 10.000

DRAFT

petani, dibandingkan dengan Cina, yang memiliki rasio 16 untuk setiap 10.000. Maka jika ingin sama dengan Cina, maka Kalimantan Timur membutuhkan 200 orang tambahan pekerja penyuluhan.

Diperlukan sistem MRV yang real time dan tersedia bagi masyarakat umum untuk membantu masyarakat melawan kebakaran. Walaupun kebijakan nir pembakaran akan membantu pencegahan pembakaran, tetapi tetap saja tersisa beberapa kebiasaan membakar lading/hutan, sehingga pemadam kebakaran berbasis masyarakat perlu fokus untuk memadamkannya. Walaupun menara kontrol merupakan sarana pemantauan lokal yang efektif, namun detektor satelit dapat mengidentifikasi kebakaran yang terjadi di tempat terpencil atau kebakaran yang lebih besar yang akan membutuhkan dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi untuk membantu menghentikan penyebarannya. Sudah ada perangkat tersedia, seperti layanan online IndoFire, yang tersedia untuk umum dan dapat digunakan untuk mendukung pemantauan ini.