• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DRAFT

DRAF UNTUK DIEDARKAN

Analisis dalam dokumen ini menunjukkan bagaimana Kalimantan Timur berusaha menurunkan emisi gas-gas rumah kaca, dan pada saat bersamaan tetap membangun, terus menciptakan pertumbuhan ekonomi, dan sumber sumber penghidupan yang lebih baik bagi penduduknya yang beragam. Pengalaman kami menunjukkan bahwa rencana yang bersifat satu arah dari atas ke bawah (top-down), memerlukan proses integrasi yang ekstensif, sosialisasi dan berbagai perbaikan di lapangan. Banyak yang perlu dilakukan, khususnya untuk menyelaraskan prioritas yang muncul dari hasil analisis yang kompleks dengan prioritas yang sesungguhnya dianggap penting oleh masyarakat di tingkat akar rumput.

Untuk menyelaraskan kedua prioritas itulah, draf ini diedarkan kepada para pakar, perwakilan masyarakat dan para pihak yang berkepentingan di semua kabupaten/kota di provinsi terkait. Kami mengharapkan adanya banyak perubahan dalam dokumen ini, dalam hal cara kami mengatur dan mengurutkan serta menyajikan prioritas tindakan, dalam usaha kami untuk menganalisis dan menyelaraskan perspektif top-down dengan perspektif yang lebih partisipatif, dari bawah ke atas (bottom-up).

Draf ini diedarkan secara terbatas kepada para pemangku kepentingan, agar dapat dibahas dan untuk memperoleh masukan. Draf ini juga tidak dimaksudkan untuk dikutip serta tidak mewakili kebijakan resmi.

(3)

DRAFT

Strategi Pembangunan

Kalimantan Timur yang

Berkelanjutan dan

(4)

DRAFT

(5)

DRAFT

Daftar Isi

Kata Pengantar

7

Ucapan Terima Kasih

9

Ringkasan Eksekutif

11

Pengurangan Emisi

11

Upaya Pembangunan

Berkelanjutan

13

Faktor Pendukung

14

Program Kaltim Hijau

17

1. Konteks Pembangunan

Kalimantan Timur

19

2. Strategi Pembangunan Kalimantan

Timur Yang Berkelanjutan Dan Ramah

Lingkungan

23

3. Strategi Sektor

29

Sektor Kelapa Sawit

30

Sektor Kehutanan

45

Sektor Pertanian

61

Sektor Batu Bara

70

Sektor Minyak Dan Gas

82

4. Strategi Kabupaten

90

Balikpapan

90

Berau

92

Bontang

93

Bulungan

94

Kutai Barat

96

Kutai Kertanegara

97

Kutai Timur

98

Malinau

99

Nunukan

100

Penajam Paser Utara

101

Pasir

102

Samarinda

103

Tarakan

103

5. Adaptasi

104

Banjir Pesisir

107

Banjir Daratan

108

Proyek-Proyek Percontohan

111

6. Implementasi Dan Faktor-Faktor

Pendukung

112

Tata Kelola Lembaga-Lembaga

Perubahan Iklim

112

Perencanaan Dan Kebijakan Tata

Ruang

116

Mrv Dan Perhitungan Karbon

117

Pelibatan Masyarakat

118

Pembiayaan

121

Implementasi

125

(6)

DRAFT

“Sejak tahun 1950, Kalimantan Timur telah

mengurangi hutannya sebesar 35 persen

(6,9 juta hektar).”

(7)

DRAFT

Kata Pengantar

Dunia telah mencapai suatu kesepakatan global bahwa aktivitas manusia diyakini telah menimbulkan penumpukan karbon dioksida dan gas-gas rumah kaca (GRK) lainnya secara pesat di atmosfer (di bawah 300 ppm pada masa pra-industri hingga mencapai 433 ppm tahun 2005), dan menyebabkan meningkatnya temperatur rata-rata global yang berdampak kepada perubahan iklim. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) telah memperkirakan bermacam skenario tingkat emisi dan tingkat perubahan iklim masa depan; mulai dampak signifikan sampai katastropik, baik terhadap umat manusia, perekonomian global, maupun pada skala komunitas. Walaupun kesepakatan global itu mengakui adanya ketidakpastian mengenai skenario mana yang akan timbul, tetapi risiko-risiko yang ada dianggap cukup besar saat ini, sehingga dibutuhkan aksi global yang terkoordinasi untuk memitigasi perubahan iklim.

Kesepakatan global terbentuk jauh lebih cepat dari respon global. Salah satu alasannya adalah keinginan negara berkembang agar sebelum tercapai sebuah perjanjian global yang melibatkan seluruh negara, hendaknya negara maju yang mengambil tindakan pertama untuk merespon perubahan iklim, karena fakta bahwa sebagian besar emisi yang telah dibuang ke atmosfer berasal dari negara-negara industri maju ini. Andaipun perjanjian yang diinginkan tersebut tercapai, ditambah pula seluruh negara maju mengurangi emisi mereka sampai pada tingkat yang sama dengan emisi tahun 1990 (sebagaimana target Protokol Kyoto), tetap tidak akan cukup untuk menghindari terjadinya perubahan iklim yang serius. Berbagai laporan ilmiah menyimpulkan bahwa negara berkembang kini juga bertanggung jawab atas emisi yang besar dan terus

bertambah, sehingga mereka juga harus mengambil tindakan apabila ingin memitigasi perubahan iklim.

Indonesia yang memahami situasi ini memutuskan bertindak untuk memecahkan kebuntuan dan menciptakan momentum baru dalam perundingan global perubahan iklim. Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia mempelopori beberapa kontribusi penting. Pertama, Indonesia menjadi tuan rumah untuk Konferensi Para Pihak ke-13

(Conference of Parties/COP-13) dari Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC), di Bali pada tahun 2007. Kedua, Indonesia menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam serangkaian pertemuan tingkat tinggi untuk menghadapi persoalan penurunan GRK dari sektor penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan (LUULUCF), yang merupakan sumber utama emisi dalam negara-negara berkembang, tetapi bukan di negara-negara maju. Pada saat KTT G-20 di bulan September 2009 di Pittsburgh, Amerika Serikat, Presiden Yudhoyono secara sukarela menyatakan bahwa Indonesia

berkomitmen pada taget pengurangan emisi yang tinggi sesuai Bali Roadmap, yaitu sebesar 26 persen hingga tahun 2020. Target sukarela ini menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang besar pertama yang menjanjikan komitmen serupa itu. Indonesia kemudian menegaskan kembali komitmennya dalam putaran perundingan COP-15 di Copenhagen bulan Desember 2009, dan saat ini sedang mempersiapkan Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim, yang akan menjelaskan secara detil bagaimana Indonesia akan mencapai komitmen itu.

Secara tradisional berkembang pemikiran bahwa mengurangi emisi karbon akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi, di mana pendanaan lingkungan dan bantuan internasional akan

menyediakan semacam pembayaran kesejahteraan untuk mengkompensasi komunitas lokal yang menderita kerugian tersebut. Skenario ini tidak harus terjadi. Bahkan, skema untuk

(8)

DRAFT

mengurangi emisi dari deforestasi dan perusakan hutan yang dimandatkan di Konferensi

Perubahan Iklim Bali dua tahun yang lalu, dapat membantu Indonesia bergerak ke jalur pertumbuhan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Untuk negara yang demokratis dan terdesentralisasi seperti Indonesia, pemerintahan di tingkat provinsi dan kabupaten merupakan jantung dari tantangan ini. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, di bawah kepemimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak, dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) telah meluncurkan Strategi Pembangunan Ramah Lingkungan ini untuk memetakan rencana bagi Provinsi Kalimantan Timur. Rencana ini diharapkan dapat membuat Kalimantan Timur memelopori jalur pembangunan baru, yang menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan penurunan emisi gas rumah kaca yang signifikan.

Laporan ini mengevaluasi potensi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan di Kalimantan Timur dalam beberapa tahap. Pertama, laporan ini menguraikan penilaian berdasarkan fakta dari emisi GRK saat ini dan di masa depan untuk provinsi Kalimantan Timur kemudian memperhitungkan aksi-aksi potensial untuk menurunkan emisi, volume relatif dari tiap langkah penurunan tersebut, dan indikasi biaya (atau perolehan) dari tiap langkah yang diambil. Kedua, laporan ini kemudian mengidentifikasi bagaimana provinsi ini dapat bergerak ke kegiatan-kegiatan dengan nilai tambah yang lebih besar dan sektor rendah karbon baru sehingga pertumbuhannya di masa depan akan memiliki jejak karbon yang lebih rendah. Laporan ini juga mendeskripsikan tingkat ancaman perubahan iklim akibat peningkatan CO2e yang terjadi belakangan ini, dan di luar aksi-aksi global yang ada, strategi tersebut juga mengeksplorasi langkah-langkah adaptasi yang bertujuan untuk membuat Provinsi Kalimantan Timur lebih tahan terhadap perubahan iklim.

Kalimantan Timur berharap untuk menjadi contoh tidak hanya di Indonesia tapi secara global, tentang bagaimana menggabungkan pengurangan emisi karbon dengan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Kalimantan Timur dan DNPI tidak mengecilkan tantangan-tantangan dalam upaya pergeseran ke model pembangunan yang baru tersebut, tetapi kami berharap dapat mendorong daerah lain untuk mengenail potensi dari pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Seperti di belahan lain Indonesia, pendorong utama emisi adalah kegiatan-kegiatan yang kuat, berakar, seringkali berpusat kepada keuntungan besar, dan ditambah dengan kelemahan yang ada pada institusi-institusi negara ini. Bagaimanapun juga, perjalanan ini harus dimulai selangkah demi selangkah. Presiden Yudhoyono telah mengambil langkah pertama dengan kepemimpinan dan komitmen yang dibuatnya. Gubernur Kalimantan Timur, H. Awang Faroek Ishak telah mengambil langkah berikutnya dengan melakukan komitmen untuk membuat Kalimantan Timur menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan. Strategi ini menandai langkah maju lainnya.

(9)

DRAFT

Ucapan Terima Kasih

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan DNPI ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada the ClimateWorks Alliance, dan Pemerintah Norwegia, yang mendanai sebagian upaya

pengembangan strategi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan bagi Provinsi Kalimantan Timur.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan DNPI juga mengucapkan terima kasih kepada

Daemeter Consulting, McKinsey & Company, Universitas Mulawarman, The Nature Conservancy (TNC), dan World Wide Fund for Nature (WWF) atas dukungan analisisnya terkait studi ini. Pemerintah Kalimantan Timur dan DNPI juga ingin berterima kasih kepada lebih dari 100 staf pemerintah, sektor swasta, dan LSM yang telah memberikan kontribusi penting terhadap proyek ini dalam berbagai lokakarya dan rapat. Meskipun data dan masukan berasal dari banyak pemangku kepentingan dan sumber informasi, tetapi kesimpulan dan hasil yang dijabarkan dalam laporan ini menjadi milik eksklusif DNPI dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

(10)

DRAFT

“Visi kami untuk Kalimantan Hijau adalah juga

melibatkan pengembangan baru, sektor ekonomi

lingkungan yang berkelanjutan yang juga adil dan

memenuhi keyakinan kami yakni “mengembangkan

Kalimantan Timur untuk semua.”

(11)

DRAFT

Kalimantan Timur memiliki sasaran yang dilandasi tekad kuat menjadi Provinsi yang Hijau.

Tercakup di dalam sasaran ini adalah kontribusi kepada target penurunan emisi nasional Indonesia sebesar 26 persen pada tahun 2020. Visi kami Kalimantan Timur yang Hijau juga mencakup membangun sektor-sektor perekonomian ramah lingkungan berkelanjutan baru, yang juga adil dan sesuai dengan keyakinan kami dalam ”membangun Kalimantan Timur untuk semua.” Dokumen ini juga menjabarkan rangkaian inisiatif yang komprehensif yang tertuju pada pembangunan perekonomian berbasis perubahan iklim. Kami mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu kami ambil untuk melindungi masyarakat kami dari dampak perubahan iklim. Langkah-langkah pengurangan, langkah-langkah adaptasi dan peluang-peluang pembangunan merupakan satu kesatuan kerangka kerja strategi pembangunan sesuai iklim provinsi kami.

PENGURANGAN EMISI

Lima inisiatif yang besar berkontribusi sebesar 75 persen dari semua peluang penurunan CO2e di provinsi. Dan sementara kelima inisiatif tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda, semua upaya tersebut memiliki kesamaan: meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.

Satu langkah terpenting yang dapat diambil untuk menurunkan emisi adalah 1.

menerapkan kebijakan nir-pembakaran. Upaya ini menghasilkan pengurangan terbesar dengan biaya terendah. Dengan melarang penggunaan pembakaran sebagai alat untuk membuka lahan, dengan menerapkan larangan ini, dan dengan menciptakan sistem peringatan dini dan pemadam kebakaran, dapat mencegah pembakaran hutan dan lahan gambut yang bersifat merusak. Kebijakan ini dapat menurunkan emisi di Kalimantan Timur sebesar 47 MtCO2e hingga tahun 2030, dengan biaya USD 0.40 per ton.

Sejak perusakan hutan besar-besaran yang terjadi pada dekade 1980-an sampai akhir 1990-an, kami telah belajar banyak tentang kerusakan yang disebabkan oleh pembakar1990-an, dan juga tentang kesulitan-kesulitan praktis dalam mencegahnya. Penegakan hukum tetap merupakan tantangan terbesar. Kami juga belajar bahwa tekanan-tekanan ekonomi mendorong para petani, pemilik perkebunan, dan penambang untuk menggunakan pembakaran sebagai alat yang paling sering digunakan oleh para petani rakyat, dan dengan demikian upaya kami harus memberikan kepada mereka insentif dan cara yang jelas untuk menggunakan metode-metode alternatif pembukaan lahan.

Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi, secara keseluruhan merupakan 2.

peluang pengurangan terbesar kedua, dengan potensi untuk mencegah 34 MtCO2e emisi, dengan biaya USD 1.10 per ton. Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi akan memerlukan investasi yang relatif tinggi, lebih dari USD 100 per ha dan bahkan dapat lebih tinggi apabila diperlukan investasi yang besar dalam pembangunan jalan. Meskipun kontribusi ekonomi sektor kehutanan untuk Kalimantan Timur lebih sedikit dari sebelumnya, namun sektor tersebut tetap penting bagi banyak masyarakat kami yang paling terpencil. Praktik-praktik pembalakan yang buruk, yang seringkali dilakukan dengan melanggar peraturan perundang-undangan yang ada, telah menyebabkan adanya tambahan lima ton karbon dari setiap satu ton karbon yang dihasilkan dari perdagangan kayu. Tambahan ini diemisikan oleh pohon yang rusak dan dibiarkan membusuk atau dibakar sebagai sampah.

Ringkasan Eksekutif

(12)

DRAFT

Kami perlu menyempurnakan perencanaan panen, dan praktik-praktik ekstraksi. Kami perlu mengubah perilaku para pembalak kami, dan hal ini memerlukan investasi yang besar pada kesatuan- kesatuan pengelolaan kehutanan di seluruh daerah di provinsi, serta investasi pada infrastruktur jalan dan penyaradan (skidding), baik dari pemerintah maupun dari perusahaan-perusahaan kehutanan. Tidak kurang pentingnya, investasi pada teknologi penyaradan dan pelatihan para pekerja hutan juga diperlukan. Upaya-upaya tersebut di atas akan membutuhkan investasi yang relatif tinggi, yaitu sebesar USD 150 per ha, meskipun demikian industri kehutanan yang ramah lingkungan bisa menjadi sumber penghidupan yang penting bagi kami untuk tahun-tahun mendatang.

Reboisasi dan rehabilitasi sebagian hutan yang telah rusak akan memulihkan 3.

fungsi ekosistem dan juga menyerap karbon, sehingga mengurangi emisi sebesar 12 MtCO2e dengan biaya USD 2.60 per ton. Kawasan hutan yang dikelola Kementerian Kehutanan mencakup pula sekitar 1,5 juta ha lahan semi kritis yang telah rusak oleh karena praktik-praktik pembalakan yang tidak ramah lingkungan. Hutan-hutan tersebut dapat dipulihkan, dan pada akhirnya berfungsi sebagai wadah penyimpan karbon, tetapi untuk mewujudkannya, hutan-hutan tersebut harus dipisahkan untuk konservasi.

Rehabilitasi dan pengelolaan air lahan-lahan gambut yang telah dibuka sebelumnya, 4.

menawarkan kemungkinan pengurangan 18 MtCO2e dengan biaya rata-rata USD 0.50 per ton. Tanah-tanah gambut memainkan peranan penting dalam emisi karbon di provinsi kami, dan apabila kering dan rusak, tanah gambut dapat mengeluarkan CO2 selama bertahun-tahun. Pemahaman kami tentang kontribusi gambut terhadap emisi relatif baru, namun kami menyadari bahwa pengelolaan tingkat air lahan gambut kami dapat memotong emisi secara dramatis dan untuk lahan yang sudah dibuka masih dapat digunakan secara ekonomis. Selain tingginya emisi karbon akibat pembukaan hutan gambut, terdapat juga argumen tambahan misalnya pencegahan banjir dan melindungi keanekaragaman hayati yang tinggi, dan hal ini harus diperhitungkan dalam pemberian izin untuk memakai lahan-lahan alternatif selain gambut.

Penggunaan lahan kritis untuk perluasan perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman, 5.

dan pertanian di kemudian hari akan membantu kami mengembangkan industri-industri penting tersebut dan pada saat yang sama menghasilkan penurunan emisi sebesar 24 MtCO2e dengan biaya USD 5.50 per ton. Lahan seluas 1.4 juta ha di provinsi Kalimantan Timur dikategorikan sebagai lahan yang sangat kritis atau lahan kritis. Lahan kritis juga mencakup berbagai kategori lahan, termasuk lahan yang ditinggalkan atau sedikit tertutup pohon atau bahkan yang sebagian besar tertutup oleh rumput alang-alang yang tidak berguna. Sekitar sepertiga dari lahan-lahan kritis tersebut dijumpai di ladang-ladang yang berdekatan seluas 500 ha dan lebih. Penggunaan wilayah-wilayah tersebut untuk perkebunan kelapa sawit atau kayu penghasil bubur kertas akan menghindari deforestasi hutan dengan ukuran yang sama.

Satu langkah pertama untuk membantu perluasan perkebunan pada lahan kritis adalah pengembangan basis data lahan kritis provinsi, yang fokus pada tanah, tutupan hutan, tata guna dan kepemilikan lahan yang ada, serta dimensi-dimensi potensi ekonomi lainnya. Lahan-lahan kritis perlu diidentifikasi secara khusus dalam proses perencanaan tata ruang, dan harus menjadi prioritas dibandingkan dengan wilayah-wilayah hutan dalam pemberian izin lokasi perkebunan. Subsidi untuk penggunaan lahan kritis dan/atau pajak karbon tinggi atas lahan hutan mungkin pula diperlukan untuk mendorong sektor swasta menggunakan lahan-lahan

(13)

DRAFT

kritis. Mungkin pula diperlukan untuk memberikan kompensasi bagi para pemilik konsesi

kelapa sawit untuk beralih dari lahan hutan ke lahan kritis.

Dengan memperhitungkan semua batasan praktis tersebut, penggunaan lahan kritis yang tepat waktu dapat menyelamatkan sekitar 500.000 ha hutan di tingkat provinsi. Penggunaan lebih banyak lahan kritis dapat dicapai relatif cepat apabila penerbitan konsesi baru untuk penanaman kelapa sawit secara serentak ditangguhkan, sebagaimana telah diumumkan oleh Presiden sebagai bagian dari Kemitraan REDD+ Norwegia-Indonesia.

UPAYA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Seiring dengan upaya kami untuk mengurangi emisi, terdapat sejumlah inisiatif pertumbuhan pelengkap yang harus segera kami lakukan, sebagai bagian dari upaya pembangunan perekonomian yang berkelanjutan. Lima yang terbesar dari upaya-upaya tersebut dapat meningkatkan PDB sampai dengan Rp 68 triliun pada tahun 2030, dan dengan demikian meningkatkan pertumbuhan kami dari 3 persen per tahun menjadi 5 persen tanpa menambah emisi. Di sini ditekankan untuk memperoleh lebih banyak nilai tambah dari pengolahan sumber daya alam kami.

Pengembangan metana, coal-bed methane – CBM

1. akan menghasilkan persediaan

baru gas alam yang dapat digunakan dalam jumlah besar, dan di waktu yang sama dapat mengurangi dampak negatif emisi metana dari tambang batu bara yang ada. Penggunaan CBM akan memastikan bahwa jaringan dan industri gas alam cair (liquefied natural gas – LNG)

dan gas alam kami di provinsi akan digunakan sepenuhnya karena menurunnya produksi di ladang-ladang minyak lepas pantai kami.

Mengembangkan pabrik-pabrik bubur kertas dan kertas terpadu.

2. Penggunaan kayu

yang saat ini dibuang sebagai limbah, peningkatan produktivitas areal hutan tanaman yang ada dan memulihkan produksi areal hutan tanaman yang tidak beroperasi akan meningkatkan pasokan kayu dari sumber daya yang ramah lingkungan hingga pada kondisi di mana provinsi mampu mengembangkan dua pabrik bubur kertas dan kertas terpadu, dengan kapasitas total sebesar 2,6 juta ton. Perbaikan dalam pengelolaan lahan dan pendekatan pembiayaan bertahap akan mengurangi risiko bahwa pabrik menciptakan kebutuhan akan penebangan kayu yang tidak ramah lingkungan.

Perbaikan pengelolaan hutan tanaman dapat menghasilkan tambahan Produk 3.

Domestik Bruto sebesar Rp 4,9 triliun. Sekitar 600.000 ha lahan yang telah dibuka untuk hutan tanaman tetapi saat ini tidak dikelola, dapat dimanfaatkan untuk produksi. Penyia-nyiaan lahan ini merupakan peninggalan praktik-praktik buruk di masa lalu oleh industri bubur kertas dan kertas. Meskipun demikian, melihat ke depannya, produksi kayu bubur kertas pada lahan yang telah dibuka merupakan hal yang ramah lingkungan, terutama dalam sinergi dengan inisiatif-inisiatif lain yang dijabarkan di sini. Perkebunan dengan siklus penanaman yang pendek merupakan hal yang bersifat karbon netral, tetapi dapat memberikan sumber penghidupan dan membentuk dasar bagi kegiatan yang memimili nilai tambah lebih tinggi. Di samping itu, kami perlu meningkatkan produktivitas perkebunan-hutan tanaman yang kami miliki sampai ke tingkat yang dicapai oleh perkebunan-perkebunan di Sumatera.

Percepatan eksplorasi minyak dan gas juga penting untuk memperlambat 4.

(14)

DRAFT

terbesar dalam perekonomian. Ladang-ladang minyak yang kami miliki sudah tua dan menghadapi penurunan produksi. Masih terdapat perkiraan potensi sumber daya gas yang besar di Provinsi Kalimantan Timur, namun demikian kegiatan eksplorasi telah menurun sebagaimana dengan yang terjadi di seluruh Indonesia oleh karena ketidakpastian dalam peraturan. Kami hendak mendorong lebih banyak eksplorasi bahan bakar minyak dengan bekerja bersama BP MIGAS agar lebih ramah investor dan dengan secara langsung memfasilitasi perizinan dan keamanan daerah.

Peningkatan produktivitas sektor pertanian kami juga penting.

5. Hasil dari pertanian

non kelapa sawit mencapai sekitar 25 persen di bawah standar nasional. Insentif kepada para petani, infrastruktur yang lebih baik, dan pengembangan skema plasma inti inovatif dibutuhkan untuk meningkatkan sinergi antara pertanian perkebunan dengan para petani rakyat dan peningkatan layanan penyuluhan pertanian dapat membantu meningkatkan produktivitas. Hanya dengan mencapai angka rata-rata nasional akan menambahkan sekitar 2,9 triliun kepada PDB provinsi pada tahun 2030, dan memberikan keuntungan kepada penduduk perdesaan.

FAKTOR PENDUKUNG

Terdapat tiga tingkat tindakan yang diperlukan dari pemerintah untuk dapat merealisasikan peluang pengurangan emisi dan mendorong kegiatan ekonomi yang dijabarkan secara singkat di atas, dan secara lebih rinci pada halaman-halaman selanjutnya. Tiga tingkat tindakan tersebut mungkin merupakan rangkaian tindakan terpenting yang diperlukan, karena tanpa pengaturan yang tepat dari mitigasi perubahan iklim dan pembangunan yang berkelanjutan, kami tidak akan berhasil.

Pertama, banyak hal yang perlu dilakukan semata-mata adalah dengan menegakan aturan-aturan yang ada dengan lebih baik. Selama lebih dari sepuluh tahun kami telah mengalami dampak-dampak buruk dari pembakaran lahan gambut dan hutan, dan berjuang untuk mengatasinya. Peraturan kehutanan dan pertambangan kami memiliki banyak kebijakan dan praktik terbaik. Tantangan yang jelas adalah dalam hal melaksanakan aturan-aturan yang kami miliki, dan dalam mengklarifikasi serta menyelesaikan ambiguitas atau tumpang tindih yang menghambat pelaksaan regulasi yang lebih baik. Meskipun kami dapat berharap untuk menarik bantuan tambahan dari luar untuk menunjang penurunan emisi, tetapi akan sangat ideal bila tata kelola hutan yang baik juga menghasilkan penurunan emisi dan peningkatan kesejahteraan. Kedua, terdapat peluang yang jelas untuk menyesuaikan dan mereformasi rejim regulasi dan penegakan hukum, agar lebih sesuai dengan realitas perekonomian saat ini dan tantangan pembangunan yang berkelanjutan. Unsur-unsur peraturan yang ada saat ini tentang kehutanan, sebagai satu contoh, tidak memberikan insentif kepada para pembalak kami untuk mengikuti praktik-praktik yang ramah lingkungan. Peraturan pemerintah tentang investasi energi juga perlu diperbarui agar lebih sesuai dengan persyaratan industri coal-bed methane. Laporan ini merekomendasikan sejumlah reformasi dan penyesuaian tambahan, baik dalam sistem-sistem provinsi kami, atau dalam sistem-sistem nasional atau daerah.

Sebagian besar upaya yang dibutuhkan pada laporan ini termasuk mengklarifikasi dan merasionalisasi sistem pengelolaan tata ruang. Lahan harus dikelola berdasarkan pada faktor-faktor lingkungan hidup dan ekonomi, dan bukan pada klasifikasi birokratis yang tidak merefleksikan kebenaran di lapangan. Menciptakan sistem pengelolaan lahan yang baru tidak

(15)

DRAFT

dapat diselenggarakan sendiri oleh pemerintah provinsi atau oleh salah satu kementerian

tunggal, namun harus menjadi jantung sasaran utama dari peningkatan produktivitas lahan kami. Terkadang kurangnya transparansi dan perizinan merupakan cerminan sederhana dari kerumitan klaim-klaim yang saling tumpang tindih, termasuk juga yang tradisional tentunya. Jadi beriringan dengan seluruh usaha untuk merasionalisasikan basis data rencana dan geografis kami, kami harus menetapkan proses penyelesaian klaim yang sangat sensitif, responsif, dan melibatkan masyarakat setempat dan di saat yang sama, cepat dan tegas.

Terakhir, dalam beberapa kasus kami tidak perlu membangun sistem yang benar-benar baru untuk mengatasi tantangan-tantangan perubahan iklim. Sebagai contoh, kami perlu mulai membangun sistem dan metode untuk mengukur perubahan emisi di provinsi. Sistem MRV yang baik untuk mengukur perubahan emisi merupakan dasar yang penting bagi sistem REDD atau REDD+ yang dapat diukur. Meskipun insentif REDD bukan merupakan salah satu dari langkah-langkah pengurangan emisi yang terpenting pada agenda kami, tetapi insentif tersebut tetap penting dan berpotensi untuk langsung menyalurkan dana kepada mereka yang melindungi hutan, dibandingkan manfaat dari eksploitasi hutan. Skema ini merupakan fungsi baru yang harus diciptakan oleh pemerintah kami, dengan memanfaatkan hasil baik yang dilakukan oleh pemerintah lain, mitra pembangunan dan lembaga swadaya masyarakat di seluruh dunia.

-Analisis menunjukkan bahwa kami dapat mencapai pertumbuhan dan mengurangi emisi karbon. Pengalaman mengatakan bahwa hal ini sulit, tetapi juga memberikan kami keyakinan bahwa banyak hal dapat dicapai, jika melihat catatan pembangunan provinsi dalam beberapa puluh tahun terakhir. Merealisasikan perubahan ini juga akan membutuhkan sumber keuangan yang signifikan, dan kami memperkirakan untuk menurunkan emisi kami melalui inisiatif-inisiatif tersebut akan membutuhkan biaya antara USD 3.10 per ton CO2e terkurangi. Biaya ini akan meningkat seiring dengan waktu, dari USD 20-30 juta di tahun 2012 ke USD 370-570 di tahun 2030. Kalimantan Timur memiliki masyarakat yang sangat beragam, seperti juga kekayaan dan keragaman lingkungan alam kami, dari hutan dan pegunungan sampai pantai dan laut, membentang sepanjang rute perdagangan Asia Tenggara. Untuk berkembang, kami harus memiliki penggerak dan kreativitas dari semua anggota masyarakat. Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan berarti kreativitas dan penggerak ini dibangun berdasarkan rasa hormat terhadap warisan alam yang diberikan oleh Tuhan.

(16)

DRAFT

“…Hutan memberikan ekologi yang sangat penting

dan layanan lingkungan seperti perlindungan

pengaliran air, keanekaragaman hayati, habitat

bagi spesies yang tak terhitung jumlahnya.”

(17)

DRAFT

Pemerintah Kalimantan Timur telah membentuk Program Kaltim Hijau, yang merupakan kerangka

kerja provinsi ini untuk pembangunan berkelanjutan dan penurunan emisi gas rumah kaca. Program ini diresmikan pada acara tingkat provinsi yang bertema “Inisiatif Daerah Dalam Mengantisipasi Pemanasan Global and Mitigasi Perubahan Iklim” yang diadakan pada bulan Desember 2009 di Balikpapan.

Program Kaltim Hijau memiliki empat tujuan:

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kalimantan Timur secara menyeluruh, mencapai

ƒ

keseimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan aspek-aspek lingkungan.

Mengurangi ancaman ekologi dan perubahan iklim, antara lain banjir, tanah longsor,

ƒ

kekeringan, kebakaran hutan di wilayah Kalimantan Timur.

Mengurangi polusi dan perusakan kualitas ekosistem terestrial, air, dan udara di Kalimantan

ƒ

Timur.

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran institusi dan masyarakat Kalimantan Timur akan

ƒ

pentingnya konservasi sumber daya alam sehingga harus digunakan dengan bijaksana. Deklarasi Kaltim Hijau yang disepakati oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten se-Kalimantan Timur mengenali betapa pentingnya tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meliputi lima komitmen:

Melaksanakan pembangunan beremisi rendah karbon; a)

Mengintegrasikan target-target pembangunan berkelanjutan Daerah; b)

Menganalisis dan mereformasi kebijakan pembangunan yang ada saat ini sepantasnya; c)

Mendorong penelitian yang diperlukan di tingkat daerah untuk menanggulangi isu perubahan d)

iklim dengan mendukung jaringan universitas dan perguruan tinggi (terutama dalam bidang kehutanan); dan

Mendukung upaya-upaya mitigasi dalam kerja sama dengan lembaga internasional. e)

Strategi Pembangunan Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan ini telah dibuat sebagai bagian dari Program Kaltim Hijau dan merupakan rencana aksi untuk mencapai visi ini.

(18)

DRAFT

“…kita harus melepaskan dorongan dan kreativitas

dari semua anggota masyarakat kita.”

(19)

DRAFT

1. Konteks Pembangunan Kalimantan Timur

Kalimantan Timur telah mencapai rekor pembangunan ekonomi yang mengesankan bagi rakyatnya. Kalimantan timur merupakan provinsi dengan PDB terbesar kedua di Indonesia dan ekonominya telah mencapai jumlah yang cukup besar pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 103 triliun.1 Semenjak tahun 2000, tingkat kemiskian provinsi telah turun 10 persen per

tahun, sedangkan konsumsi per kapita telah naik 12 persen per tahun. Ini mencerminkan pola pembangunan jangka panjang Kalimantan Timur; sejak tahun 1970an Kalimantan Timur telah meningkatkan usia harapan hidup rakyatnya dari 56 ke 71 tahun, menurunkan tingkat buta huruf dari 50 persen ke 4 persen dan telah menambah pusat kesehatan masyarakat dari hanya 50 ke lebih dari 850.

Sebagian besar pembangunan ini dipicu oleh eksploitasi sumber daya alam yang berlimpah. Eksploitasi, penebangan, penambangan, dan pemrosesan minyak, gas, kayu, batu bara dan deposit mineral lainnya di Kalimantan Timur berkontribusi atas lebih dari 80 persen PDB di awal tahun 1980-an dan dua per tiga di tahun 2008. Minyak telah menjadi andalan bagi ekonomi Kalimantan Timur sejak tahun 1980-an ketika Indonesia menjadi negara ketiga yang mengeksplorasi dan memproduksi minyak secara komersial. Penemuan deposit minyak dan gas yang besar pada tahun 1960-an dan 1970-an telah mengubah provinsi Kalimantan Timur yang memiliki kilang Gas Alam Cair (LNG) terbesar di Indonesia di Bontang, dan memiliki pengolahan minyak terbesar kedua di Indonesia yang berada di Balikpapan. Sejak tahun 1950, Kalimantan Timur telah menurunkan tutupan hutannya hingga 35 persen (6,8 juta ha). Kalimantan Timur memiliki 25 persen dari seluruh deposit batu bara Indonesia dan diperkirakan memiliki deposit emas sekitar 60 juta ton yang belum dieksploitasi.

Pembangunan ekonomi Kalimantan Timur masih merupakan hal yang sangat penting bagi hampir 260,000 jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan. Walaupun Provinsi Kalimantan Timur telah membukukan perolehan yang mengesankan dalam hal standar hidup, sembilan persen dari populasi masih memiliki pendapatan kurang dari Rp 225.000 perbulan yang merupkan garis kemiskinan provinsi. Desentralisasi telah meningkatkan pertanggungjawaban dan tekanan kepada para bupati dan gubernur untuk memperluas peluang-peluang ekonomi dan meningkatkan pendapatan. Walaupun populasi pekerja provinsi telah menyusut sejak tahun 2000, menciptakan lapangan kerja yang baru masih merupakan hal yang penting secara politik, karena tingkat pengangguran berada di nilai 11 persen pada tahun 2008. Begitu juga dengan pendapatan, masih memiliki ruang untuk meningkat; penduduk Kalimantan Timur secara rata-rata hanya membelanjakan Rp 420.000 per bulan untuk keperluan rumah, makanan dan kebutuhan dasar. Di bawah skenario pertumbuhan bisnis seperti biasa, perekonomian Kalimantan Timur hanya akan tumbuh pada tingkat sedang yaitu 3 persen per tahun, karena sumber pertumbuhan baru seperti pertambangan batu bara, kelapa sawit dan jasa sebagian akan diimbangi penurunan yang terjadi pada sektor minyak dan gas (GAMBAR 1). Kontribusi PDB dari minyak dan gas telah menurun sebesar satu persen per tahun dalam beberapa tahun terakhir ini, dan diperkirakan akan terus menurun karena tingkat produksi yang

1 PDB riil dalam harga konstan 2000. Kecuali terdapat informasi lain, seluruh nilai PDB dalam laporan ini adalah dalam harga riil (konstan 2000) dan bukan harga-harga nominal.

(20)

DRAFT

SUMBER: BPS

Pertumbuhan PDB Riil, 1983-2008 IDR Triliun, Harga Konstan 2000

35 Jasa/lainnya Manufaktur Batu bara & pertambangan Kehutanan Kelapa sawit Pertanian 2008 103 07 99 Konstruksi 95 67 94 64 93 55 92 49 91 50 90 47 89 44 88 43 87 44 86 43 85 43 86 2000 82 99 79 98 76 97 76 96 73 +3% p.a.

Minyak dan gas

84 42 1983 06 97 05 94 04 91 03 89 02 88 01 +5% p.a.

Perekonomian Kalimantan Timur digerakkan oleh sektor minyak dan gas, namun saat ini sektor tersebut sedang menurun, sedangkan batu bara, kelapa sawit dan jasa sedang bertumbuh dengan pesat

Ekonomi Kalimantan Timur akan beralih kepada batubara, jasa, dan kelapa sawit

SUMEBR: Analisis Tim

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 Pertanian 2020 18 16 14 12 10 2008 Jasa/lainnya Manufaktur Konstruksi Batu bara & pertambangan Kehutanan Kelapa sawit/ Tanaman Industri

Minyak&Gas Perkiraan kontribusi sektoral

terhadap PDB riil di bawah skenario BSB

Triliun rupiah, Harga konstan 2000

Tk. Pertumbuhan per/tahun dari tahun 2008-2020 Skenario BSB Persen 3 5 -1 6-7 5 -2

Turun menjadi 3% sesuai dengan rata-rata Indonesia sebesar 3% Area perkebunan mencapai 1 juta ha hingga tahun 2025

Penurunan berkurang seiring dengan kenaikan HTI

Pertumbuhan historis yang tinggi akan dipertahankan sesuai dengan tren nasional dan sektor yang kurang berkembang

Produksi batu bara akan menurun seperti tren nasional karena kendala lahan dan infrastruktur

Penurunan terus berlanjut seiring dengan menuanya usia ladang dan diasumsikan tidak terdapat penemuan ladang baru yang besar

Tk. Pertumbu han/tahun 2000-2008 Persen 8 12 -3 6-7 15 -1 Gambar 1 Gambar 2

(21)

DRAFT

dan gas berkontribusi hampir 50 persen atas perekonomian Kalimantan Timur, hal tersebut di

atas bertindak layaknya sebuah rem atas seluruh pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Kedepannya, pertumbuhan ekonomi provinsi akan semakin dipengaruhi oleh sektor-sektor seperti pertambangan batu bara, kelapa sawit dan jasa.

Pembangunan mengarah pada sumber emiter yang cukup besar, diperkirakan 250 MtCO2 emisi akan dilepaskan untuk tahun 2010, membuat Kalimantan Timur sebagai emiter ketiga terbesar di Indonesia. Sektor-sektor yang hanya menyumbang sepersepuluh PDB provinsi berkontribusi atas 68 persen emisi total; sektor seperti pertanian, kehutanan, dan perkebunan kelapa sawit menghasilkan sebagian besar emisi Kalimantan Timur melalui deforestasi, perusakan hutan, pembakaran dan pengeringan lahan gambut kaya karbon. Kalimantan Timur menyimpan (atau menyerap) 4,2 miliar ton karbon (setara 15,4 miliar ton CO2) di dalam hutan dan lahan gambutnya. Perubahan penggunaan pada lahan-lahan tersebut di atas berisiko untuk melepaskan emisi jauh lebih besar dibandingkan sektor-sektor yang sebelumnya dianggap sebagai penghasil emisi tinggi, seperti manufaktur, produksi dan pengolahan minyak dan gas.

Emisi akan terus tumbuh di bawah skenario bisnis seperti biasa, diperkirakan mencapai 303 MtCO2 di tahun 2020 dan 331 MtCO2 di tahun 2030, total kenaikan 32 persen. Seiring dengan pembangunan ekonomi yang beralih ke sektor-sektor bernilai tambah yang lebih tinggi, intensitas karbonnya (CO2 yang dikeluarkan untuk sekian nilai PDB) akan menurun. Namun emisi mutlaknya berdampak pada perubahan iklim dan ini akan meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan lahan hutan oleh sektor kelapa sawit, kehutanan dan pertambangan batu.

Pembangkit listrik baru dan peningkatan sektor transportasi akan memberikan pertumbuhan emisi yang signifikan, namun masih relative kecil bila dibandingkan dengan emisi total.

Gambar 3 Lima sektor yang penting bagi PDB dan emisi CO2e : Pertanian, kelapa

sawit, kehutanan, batu bara dan minyak & Gas

SUMBER: BPS Kaltim; Analisis tim

Persentase 19 45 7 6 8 Emisi CO2e tahun 2010

251 Juta Ton CO2e

1 2 8 14 20 21 PDB 2008 103 Triliun rupiah 100% = Jasa/lainnya Manufaktur Konstruksi Minyak & Gas Batu bara & Pertambangan Kehutanan Pertanian 2 3 46 Lapangan kerja tahun 2008 5 4 1.26 Juta Pekerja 2 3 20 6 18 12 27 1 Kelapa sawit/ tanaman industri

(22)

DRAFT

Gambar 4 Emisi CO2 diperkirakan akan tumbuh dari 251 ke 331 GtCO

2e antara tahun

2010 dan 2030

Proyeksi emisi1, Juta ton CO 2e 73 70 68 56 45 35 4 2 16 11 2020 303 58 Pertanian 21 18 9 6 2010 251 52 50 20 20 Kelapa Sawit2 Kehutanan2 Pertambangan Konstruksi BBM dan Pengolahan Manufaktur Jasa 74 2030 331 61 76 22 20

SUMBER: Kurva Biaya Pengurangan GRK Indonesia 1 Hanya terdiri dari emisi langsung tiap sektor

2 Emisi dari kehutanan dan kelapa sawit berdasarkan atas pendekatan emisi netto, yaitu termasuk penyerapan

Emisi tidak terdistribusi secara merata, di mana tiga kabupaten terbesar menyumbang lebih dari 50% emisi total

Tarakan 0 Sama-rinda 3 Balik-papan 6 Panajam Paser Utara 6 Malinau 7 Bontang 8 Paser 31 Nunukan 40 Kutai Barat 45 Kutai Ker-tanagara 52 12 Bulungan 18 Berau 21 Kutai

Timur Tana Tidung

2

SUMBER : Kaltim Hijau, Wetlands International, Statistik Kalimantan Timur tahun 2009, DNPI – Kurva Biaya Pengurangan GRK Indonesia

Emisi bruto dari kabupaten-kabupaten di Kalimantan Timur terbagi atas 5 sektor penindustrian utama

MtCO2e

Kehutanan Minyak & Gas Pertambangan Sekto lain Kelapa sawit Pertanian Porsi dalam emisi total Kalimantan Timur; Persen 20.5 18.2 16.4 12.9 8.5 7.3 4.8 3.2 2.8 2.6 1.4 0.8 0.5 0.1 Gambar 5

(23)

DRAFT

Kalimantan Timur memiliki profil emisi dan ekonomi yang sangat berbeda, di mana tiga

kabupaten menyumbang 55 persen total emisi CO2 provinsi. Kutai Kertanegara, Kutai Barat dan Nunukan menyumbang 55 persen emisi total provinsi, terutama karena pengeringan dan pembakaran lahan gambut seluas 800.000 ha yang terdapat di ketiga kabupaten tersebut, ditambah deforestasi tahunan sebesar 60.000 ha. Kota-kota seperti Tarakan, Bontang, Samarinda, dan Balikpapan hanya berkontribusi atas 10 persen dari emisi total, namun perekonomian mereka sangat berbeda, di mana Bontang and Balikpapan merupakan pusat minyak dan gas utama, dan Samarinda dan Tarakan didominasi oleh sektor jasa (termasuk administrasi publik untuk kota Samarinda yang merupakan ibu kota provinsi). Baik Berau dan Malinau merupakan daerah besar, dan merupakan kabupaten-kabupaten yang memiliki tutupan hutan yang besar. Malinau adalah bagian dari kawasan yang disebut Jantung Borneo/ Heart of Borneo, yang merupakan kawasan hutan lindung, sehingga emisinya hanya sepertiga emisi Berau walaupun areanya 30 persen lebih luas. Sama seperti itu, produk hutan non-kayu dan kehutanan berkontribusi atas 40 persen PDB Malinau, sedangkan sektor terbesar di Berau adalah batu bara dan pertambangan dengan kontribusi 40 persen atas PDB. Oleh karena itu, kebijakan tunggal untuk semua bagi pertumbuhan rendah karbon provinsi akan menjadi tidak praktis, mengingat begitu berbedanya realitas perekonomian dan emisi yang dihadapi kabupaten-kabupaten di Kalimantan Timur.

2. Strategi pembangunan Kalimantan Timur

yang berkelanjutan dan ramah lingkungan

Kalimantan Timur berkomitmen untuk beralih ke jalur pembangunan berbasis perubahan iklim. Bagi provinsi yang sedang mengembangkan perekonomian seperti Kalimantan Timur, penduduknya tidak akan memilih opsi menurunkan emisi jika hal ini akan menahan pertumbuhan ekonominya, dan strategi ini dapat menghindari pilihan itu. Prinsip utama strategi pembangunan ini adalah baik pembangunan ekonomi dan mitigasi CO2 dapat dikuatkan secara bersama. Strategi pertumbuhan rendah karbon Kalimantan Timur menyatukan pertumbuhan dengan mitigasi perubahan iklim yang berpusat kepada: 1) menurunkan jejak karbon dari sektor ekonomi terkait, 2) beralih kepada kegiatan-kegiatan bernilai tambah lebih tinggi dan kegiatan-kegiatan rendah karbon baru, dan 3) bekerja untuk membuat ekonomi dan infrastruktur memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim.

Mencapai pembangunan yang selaras dengan iklim, memerlukan perubahan besar pada struktur perekonomian Kalimantan Timur, perencanaan penggunaan lahan, dan kebijakan pemerintah. Diperlukan pola pikir baru yang terfokus pada pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan jangka panjang di dalam pemerintahan, masyarakat bisnis, dan sektor nirlaba. Pada akhirnya perubahan-perubahan ini akan memerlukan pembiayaan tambahan. Seperti yang disebutkan di atas, sasaran utama strategi pertumbuhan rendah karbon adalah untuk memastikan bahwa masyarakat Kalimantan Timur tidak mengurangi emisi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonominya. Pembiayaan tambahan dibutuhkan untuk menanggung investasi besar saat transisi ke jalur pembangunan selaras iklim. Sebagian pembiayaan kemungkinan besar akan disediakan oleh pemerintah pusat, sebagian oleh badan donor internasional, dan sebagian lainnya langsung oleh sektor swasta karena perusahaan melihat peluang untuk menghasilkan keuntungan yang besar.

Sampai tahun 2030, Kalimantan Timur dapat menurunkan jejak karbon dari

perekonomiannya sampai 50 persen, dari skenario bisnis normal. Penurunan terutama ini dihasilkan oleh lima sektor utama: kelapa sawit, kehutanan, pertanian, tambang batu bara, dan minyak dan gas. Total 20 inisiatif pada sektor-sektor tersebut dapat menurunkan emisi provinsi ini sebanyak 184 MtCO2 (penurunan tambahan sebesar 13,2 MtCO2e dapat dicapai dengan

(24)

DRAFT

kegiatan-kegiatan yang berpusat kepada sektor lainnya seperti konstruksi) dengan biaya rata-rata USD 2.0 hingga 3,1 per tCO2e terkurangi. Hal ini mencerminkan penurunan sebesar 60 persen dari tingkat emisi, seperti yang diperkirakan dalam skenario bisnis-seperti-biasa tahun 2030. Lima inisiatif pengurangan menyumbang 75 persen dari keseluruhan potensi penurunan emisi CO2 di Kalimantan Timur. Kelima inisiatif ini memfokuskan pada efisiensi penggunaan lahan. Penurunan maksimum yang dapat dihasilkan inisiatif-inisiatif ini adalah 135 MtCO2 hingga tahun 2030, walaupun sejumlah tantangan perlu diatasi terlebih dahulu untuk mencapai hasil tersebut. Seluruh inisiatif pengurangan yang diuraikan dalam Tabel 1 ini dibahas secara lebih rinci pada Bab 3, Strategi Sektor.

Kalimantan Timur dapat meningkatkan PDB dari tingkat bisnis normal 3 persen per tahun menjadi 5 persen per tahun tanpa meningkatkan emisi, yaitu dengan bergerak menuju kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dan mendorong sektor-sektor intensif karbon. Kalimantan Timur mempunyai ekonomi yang relatif beragam, khususnya jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi di luar rantai Sumatera-Jawa-Bali yang padat penduduk. Namun demikian, dengan populasi hanya sekitar 2 juta jiwa, Kalimantan Timur hanya memiliki pasar local yang kecil. Sebagian dari sumber daya alamnya yang melimpah dikirim dalam bentuk bahan mentah ke Jawa, Sumatra dan luar negeri, ke tempat di mana bahan mentah tersebut diubah menjadi barang-barang bernilai tambah tinggi (mis. kayu-kayu batangan di kirim ke pabrik di Sumatra dan manufaktur perabotan di Jawa). Kalimantan Timur mempunyai peluang untuk menangkap lebih banyak pada sektor pengolahan hilir sehingga meningkatkan kontribusi PDB yang diperoleh provinsi dari sumber daya alamnya.

Lima inisiatif ekonomi berikut ini dapat meningkatkan PDB hingga Rp 50 triliun pada tahun 2030, setara dengan Rp 10 juta per individu. Inisiatif-inisiatif tersebut antara lain mengembangkan sumber coal-bed methane yang baru, meningkatkan produktivitas Gambar 6 Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan merupakan sebuah

pendekatan holistik di mana pertumbuhan ekonomi, mitigasi CO2, dan adaptasi berjalan beriringan

Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan

Mitigasi CO2

▪ Memperkirakan besar emisi saat ini dan mendatang

▪ Menilai potensi pengurangan teknis dan

kelayakannya serta biaya implementasi tiap inisiatif mitigasi

Pembangunan ekonomi

▪ Menganalisis kekuatan dan kelemahan daya saing

▪ Mengeksplorasi sumber-sumber pertumbuhan baru (yang memberikan emisi rendah karbon ) Adaptasi

▪ Menganalisis ancaman-ancaman iklim saat ini dan masa depan

▪ Mengeksplorasi tindakan-tindakan adaptasi dan memperkirakan total biaya realisasi

Faktor-faktor pendorong kelembagaan

▪ Mengembangkan strategi untuk faktor-faktor pendorong penting (mis. pemantauan dan evaluasi, perencanaan tata ruang, pelibatan masyarakat)

▪ Menghitung biaya total untuk merealisasikan peluang-peluang tersebut Elemen kunci Mitigasi CO2 Adaptasi Pertumbuhan ekonomi Faktor pendu-kung kelem-bagaan

Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan

(25)

DRAFT

Gambar 7

Gambar 8 Dalam skenario BSB, emisi CO2akan mencapai 331 MT hingga tahun 2030,

walaupun demikian, melalui jalur pertumbuhan berkelanjutan angka ini dapat diturunkan hingga 60 persen

SUMBER: Analisis tim

Emisi bruto tidak memperhitungkan penyerapan dari hutan terkelola dan perkebunan kelapa sawit 70 76 56 20 22 134 331 61 Manu-faktur

Perta-nian BBM &

pengo-lahan Hutan dan Industri hutan per- tam- ba-ngan 16 Kelapa

sawit Bukan

inisi-atif utama Total 11 13 Emisi setelah pengura-ngan Inisi-atif utama Jasa Kons-truksi 184 -60% Porsi emisi, persen 18.5 21.0 22.9 16.8 6.1 4.8 3.2 6.7 100 140 130 120 110 100 10 60 10 80 70 Potensi penurunan

MtCO2e per tahun

0 40 30 90 1.1 Biaya penurunan1

USD per tCO2e

-30 -20 -10 20 1.1 1.3 -28.5 -15.6 3.1 50 -6.4-3.0 0.2 0.2 4.0 8.9 150 9.810.8 14.0 0.6 17.1 28.5 0.7 0.7 1.1 0 170 180 190 0 20 30 40 50 160

Kalimantan Timur memiliki potensi untuk menurunkan emisi CO2hingga

184 MtCO2e sampai dengan tahun 2030 dengan biaya rata-rata USD 2.00 –

3.10 per ton CO2eterkurangi

SUMBER : Kurva Biaya Pengurangan GRK Indonesia

1 Biaya kemasyarakatan dengan menggunakan diskon sebesar 4%

2. Lebar tiap batang mewakili volume penurunan potensial. Tinggi tiap batang mewakili biaya untuk merealisasikan tiap inisiatif penurunan Pembelian kembali konsesi kelapa sawit Lahan kritis -kelapa sawit Reboisasi pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi Pertanian nil pembakaran Rehabilitasi gambut-kehutanan Meminimalisir kebocoran metana

Estimasi biaya tinggi Estimasi biaya rendah

(26)

DRAFT

Gambar 9 Beralih ke kegiatan-kegiatan yang bernilai tambah lebih tinggi

dan sektor rendah karbon dapat mempercepat pertumbuhan PDB riil Kalimantan Timur dari 3% ke 5%

SUMBER : analisis tim 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 Bisnis seperti biasa Strategi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan 2030 25 20 15 10 2005

Perkiraan PRB riil Kalimantan Timur

Triliun rupiah Tk Pertum-buhan Per Tahun PDB per kapita tahun 2030 Juta rupiah 5% 3% 44.6 33.2

sektor-sektor yang kurang dimanfaatkan (khususnya hutan tanaman dan pertanian), dan mengembangkan kegiatan-kegiatan hilir seperti pabrik bubur kertas dan kertas dan pengolahan CPO. Tiap inisiatif diuraikan secara lebih rinci dalam bab tentang strategi sektor.

Peningkatan pertumbuhan ini memerlukan penjagaan untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak memicu sumber emisi lain. Contohnya, dengan meningkatkan produktivitas HTI dan konsesi kelapa sawit, dapat membuat HTI dan konsesi kelapa sawit lebih menarik bagi para investor dan dengan demikian mendorong pengembangan konsesi-konsesi baru di lahan-lahan hutan apabila langkah-langkah seperti REDD tidak tersedia untuk mencegah hal tersebut. Sama seperti di atas, mengembangkan kapasitas tambahan pemrosesan bubur kertas dan kertas tanpa terlebih dahulu memastikan pasokan akasia yang ramah lingkungan dapat mempercepat deforestasi, karena peningkatan kebutuhan kayu tebang yang tidak ramah lingkungan yang terjadi saat ini. Jaminan keuangan, tahapan yang tepat, dan perencanaan ruang yang bijaksana diperlukan untuk memastikan peralihan kepada pertumbuhan PDB berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Meskipun PDB merupakan indikator yang penting dan nyata, PDB bukanlah satu-satunya ukuran yang penting bagi masyarakat Kalimantan Timur. Slogan resmi kami yaitu “Membangun Kalimantan Timur untuk Semua” mengenali situasi di mana terlalu banyak hasil pemanfaatan sumber daya alam provinsi hanya menguntungkan beberapa perusahaan dan perorangan dan sebaliknya tidak menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat kebanyakan. Menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan pedesaan, dan mengurangi kesenjangan juga merupakan bagian penting dari strategi pembangunan berkelanjutan kami. Selain menurunkan emisi CO2e, kami memiliki sasaran lingkungan yang penting untuk menurunkan polusi, memelihara sumber daya alam, melindungi sektor perikanan, melindungi dan menjaga daerah aliran sungai untuk mengurangi banjir. Kalimantan Timur merupakan rumah bagi keanekaragaman penting yang ingin kami lindungi,

(27)

DRAFT

5 INISIATIF PENGURANGAN TERATAS

5 Inisiatif Pengurangan Teratas Uraian Pengurangan MtCO2, 2030 Biaya USD per tCO2 Kebijakan nir pembakaran

Melarang pembakaran sebagai alat untuk mempersiapkan lahan, membentuk unit pemadam kebakaran, dan memastikan penindakan yang tegas dan hukuman yang berat atas pelanggaran sehingga dapat menurunkan emisi dari pembakaran gambut dan hutan

47 0.35 hingga 1.35 Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi

Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi, misalkan jalur penyaradan (skidding), penggunaan derek, dan perencanaan panen dapat memindahkan kayu komersial namun tidak menimbulkan kerusakan yang besar pada biomasa non komersial. Hal ini dapat menurunkan emisi dari deforestasi secara signifikan.

Kesatuan pengelolaan hutan diharuskan untuk mengawasi pembalakan, dengan komposisi 1 petugas hutan mengawasi 15.000 ha konsesi kayu alam.

34 0.40

hingga 1.50

Pemanfaatan lahan kritis

Pemanfaatan lahan kritis dalam perluasan lahan pada perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman dan pertanian dapat memungkinkan terjadinya ekspansi dengan emisi lebih rendah dengan menghindari deforestasi untuk konsesi-konsesi baru

24 2.6 hingga 9.8 Rehabilitasi lahan gambut yang sudah dibuka

Menurunkan emisi dari pembusukan gambut pada kawasan-kawasan pertanian dapat dicapai dengan menyesuaikan dan memelihara tinggi air pada tingkat yang tepat melalui sistem dam dan menerapkan praktik-praktik terbaik budidaya padi.

18 0.20

hingga 0.70 Reboisasi Merehabilitasi lahan yang rusak sebagian dan melakukan

reboisasi, akan memulihkan fungsi ekosistem dan juga menyerap karbon

12 2.0

hingga 3.1

TABEL 2: 5 INISIATIF PDB TERATAS 5 inisiatif PDB teratas Uraian PDB, Tr. rupiah di tahun 2030 Mengembang-kan dan memanfaatkan coal-bed methane

Mendukung pengembangan eksplorasi dan produksi cadangan-cadangan coal-bed methane di Kalimantan Timur dan disalurkan ke Bontang LNG, jaringan gas dalam negeri atau fasilitas hilir tambahan.

27.9 (10%)

Membangun pabrik bubur kertas dan kertas yang berkapasitas 2,6 juta ton

Membangun dua pabrik bubur kertas dan kertas terpadu yang berkapasitas 2,6 juta ton

10.7 (5%)

Memperbaiki pengelolaan hutan tanaman

Mengaktifkan konsesi kayu seluas 600.000 ha yang saat ini tidak aktif supaya dapat mulai berproduksi.

Memberikan insentif bagi investasi pada hutan tanaman yang ada yang berhasil meningkatkan hasil seperti di perkebunan-perkebunan terbaik di Sumatra.

4.9 (2%)

Mempercepat eksplorasi minyak dan gas

Mendorong lebih banyak eksplorasi minyak dengan melobi regulator industri supaya dapat lebih ramah investor dan dengan memfasilitasi izin dan keamanan lokal

4.71 (2%)

Meningkatkan produktivitas pertanian

Mensubsidi petani inti dan menggunakan layanan penyuluhan untuk meningkatkan hasil hingga 20 persen sesuai dengan rata-rata Indonesia

3.20 (1%)

Tabel 1

(28)

DRAFT

yang terutama adalah hewan dan tanaman langka dan indah, seperti orangutan, macan tutul, dan lumba-lumba sungai. Pada akhirnya, Kalimantan Timur ingin dikenal sebagai provinsi hijau dan menjadi kontributor penting bagi upaya Indonesia untuk menjadi pemimpin global dalam mengatasi perubahan iklim.

REDD (Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Perusakan) adalah kerangka kerja baru yang dapat membantu baik untuk menurunkan emisi dan juga meningkatkan PDB. REDD+ adalah mekanisme internasional untuk memitigasi perubahan iklim global dengan menciptakan pembayaran untuk mencegah hutan dan lahan gambut yang akan dikonversikan dari kondisi alamiahnya, misalnya, untuk digunakan sebagai perkebunan. Pada kenyataannya, inisiatif-inisiatif pengurangan tersebut di atas dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi REDD+; menurunkan perusakan hutan melalui teknik-teknik pembalakan yang lebih baik, menghentikan praktek-praktek pembakaran untuk pembukaan lahan, merehabilitasi lahan-lahan gambut kritis, mereboisasi lahan, dan menggunakan lahan kritis dan bukan lahan hutan untuk pertanian. REDD+ dapat menjadi kerangka kerja terpadu yang kuat untuk inisiatif-inisiatif tersebut. Sebagai contoh, setelah konsesi dialihkan dari lahan hutan ke lahan kritis, pembayaran REDD dapat digunakan untuk memberikan jaminan kepada masyarakat dan perusahaan-perusahaan lokal untuk melindungi lahan hutan. Apabila tidak demikian, lahan hutan akan berisiko untuk mendapatkan konsesi berbeda yang diterbitkan untuk lahan hutan tersebut di masa mendatang kecuali lahan tersebut ditetapkan ulang sebagai lahan yang dilindungi.

Skema pembelian kembali konsesi, di mana konsesi dibeli dari pemilik izin konsesi untuk mencegah pembakaran hutan harus menjadi langkah terakhir karena sangat mahal. Apabila konsesi

perkebunan akasia pada lahan hutan tidak dapat dipindahkan ke lahan kritis atau dikurangi luasannya melalui perbaikan panen, maka opsi satu-satunya untuk menghindari deforestasi adalah dengan membeli kembali konsesi secara penuh. Cara pembayaran untuk skema pembelian kembali masih sedang dikerjakan. Untuk situasi di mana kompensasi diberikan untuk mengganti pengeluaran yang sudah terjadi atau pengeluaran masa lalu, biaya untuk skema ini bisa jadi tinggi, namun masih masuk akal jika dalam basis biaya per ton terkurangi. Namun bila diminta untuk memberikan kompensasi kepada pemegang konsesi dan masyarakat setempat atas seluruh pendapatan yang akan hilang di masa depan, maka biayanya akan menjadi sangat tinggi. Pembelian kembali kembali konsesi untuk konsesi kelapa sawit dan akasia masing-masing adalah USD 26 per t CO2e dan USD 12 per t CO2e, menggunakan metodologi biaya peluang penuh.

REDD+ masih dalam pengembangan, dan undang-undang yang mengatur, dan mengizinkan proyek-proyek REDD+ masih sedang dirancang. Namun demikian, negara-negara donor yang menghadiri konferensi tingkat tinggi UNFCC di Kopenhagen pada bulan Desember 2009 menjanjikan USD 3.5 miliar untuk memulai skema-skema REDD+, yang menegaskan pentingnya opsi pengurangan ini. REDD+ sangat mungkin memberikan pendanaan yang besar untuk proyek-proyek pencegahan deforestasi. Walaupun demikian, pendanaan tapi menjadi terealisasi dalam skala besar apabila negara-negara maju telah menetapkan sistem penjualan emisi (yang juga dikenal dengan sistem cap-and-trade) dan sektor swasta menjadi sumber pendanaan REDD utama. Strategi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan milik Kalimantan Timur

berhubungan dengan strategi perubahan iklim Indonesia pada tingkat nasional. Janji Presiden Yudhoyono untuk menurunkan emisi total Indonesia hingga 26 persen terhadap lintasan skenario bisnis seperti biasa tahun 2020 akan memberikan dampak yang luar biasa kepada perencana ekonomi dan bisnis negeri ini, terutama bagi provinsi-provinsi berimisi tinggi seperti Kalimantan Timur. Seluruh provinsi diminta untuk memasukkan rencana realisasi pengurangan emisi. DNPI berusaha untuk memastikan bahwa tiap provinsi mengikuti strategi-strategi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan yang sama, sehingga data dan rekomendasi yang ada di dalam strategi tersebut dapat dengan mudah disatukan ke dalam sebuah Rencana Pertumbuhan Rendah Karbon Nasional.

(29)

DRAFT

untk beralih ke model pembangunan yang lebih selaras dengan iklim, di mana dapat

menurunkan emisi provinsi hingga 60 persen dan meningkatkan pertumbuhan PDB dari 3 menjadi 5 persen per tahun hingga tahun 2030. Untuk mengubah aspirasi tersebut di atas menjadi target dan realisasi akan membutuhkan investasi yang signifikan dalam pengembangan kapasitas, penegakan hukum, teknologi dan perlengkapan, lebih melibatkan komunitas berbasis hutan dan perbaikan rencana tata ruang. Kemajuan dalam bidang tersebut di atas akan menentukan kecepatan Kalimantan Timur untuk beralih ke model pembangunan yang selaras dengan iklim. Tiap kabupaten akan memberikan kontribusi yang berbeda ke dalam sasaran-sasaran tersebut sesuai dengan potensi dan profil emisi mereka. Tiap strategi kabupaten dijelaskan secara detil dalam Bab 4.

3. Strategi Sektor

Kalimantan Timur memiliki peluang yang besar untuk menurunkan emisinya saat ini dan meningkatkan PDBnya. Bagi Kalimantan Timur, penting untuk melihat strategi pembangunan berkelanjutan pada setiap sektor utama perekonomian dan tidak hanya melihat secara keseluruhan. Hal ini sebagian disebabkan oleh karena para pemangku kepentingan penting di provinsi dikelompokkan ke dalam sektor-sektor perekonomian berbeda (misalnya, perusahaan kelapa sawit versus perusahaan pertambangan batu bara) dan sebagian disebabkan oleh karena pemerintah administratif kami diselenggarakan secara per sektor, seperti tanaman industri dan kehutanan, dan tidak berdasarkan atas pendorong-pendorong fisik emisi seperti deforestasi. Apabila setiap sektor perekonomian utama memiliki strategi pembangunan berkelanjutan, kami akan dapat melibatkan para pemangku kepentingan mengenai pelaksanaannya. Kami berharap bahwa dengan memiliki inisiatif yang dapat menurunkan jejak karbon dari kegiatan saat ini dan juga meningkatkan PDB dari kegiatan-kegiatan bernilai tambah lebih tinggi,

perusahaan-Gambar 10 Sebaran penurunan CO2e potensial berdasarkan kabupaten

SUMBER : Analisis tim

Tarakan Tana Tidung Samarinda Pasir Panajam Paser Utara Nunukan Malinau Kutai Timur Kutai Kertanegara Kutai Barat Bulungan Bontang Berau Balikpapan 2-5 5+ 0-1 1-2 Kalimantan timur

Pengurangan berdasarkan sumber, MtCO2e tahun 2030

1 pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi

2 Termasuk penggunaan lahan kritis (13.9 MtCO2e) dan skema pembayaran REDD (9.8 MtCO2e)

Kelapa sawit Nil

pemba-karan Lahankritis Pengel-olaan air POME Pening katan panen Pembe-lian kembali konsesi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 1.5 1.0 0.3 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 1.2 0.2 0.2 0.5 0.6 0.4 4.7 1.2 0.4 1.9 0.7 0.7 3.4 1.9 0.8 2.6 1.8 0.7 2.7 3.4 0.8 0.0 0.3 0.2 0.0 0.2 0.1 0.3 0.0 0.2 0.8 1.5 0.2 0.0 2.8 0.1 0.2 0.1 0.1 0.4 0.0 0.3 1.0 1.8 0.3 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.1 15.6 11.4 3.3 6.0 6.8 Minyak & gas Zero Flaring, Proses -0.8 0.1 -1.4 0.2 -0.0 2.7 0.3 Pertanian Kebija-kan nil pembaka ran Rehabili-tasi gambut 0.0 0.0 0.6 0.2 1.5 0.4 1.9 4.6 1.3 1.0 0.3 0.0 0.0 7.2 2.1 0.0 0.0 0.4 0.1 0.4 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 18.5 5.4 0.9 0.3 0.5 Kehutanan Reha-bilitasi gam-but Kebija kan nil pemba karanReboi-sasi RIL1 Menceg ah defo-restasi2 0.1 0.0 0.0 0.1 4.0 1.0 8.7 2.3 2.0 3.9 2.4 2.7 3.1 0.6 2.8 0.8 2.4 0.0 0.9 0.1 0.3 0.8 2.5 0.5 0.0 4.0 0.0 0.2 0.2 0.0 0.0 0.8 0.4 1.7 1.4 0.0 0.4 0.1 0.5 0.0 0.0 0.0 0.9 0.6 2.8 3.2 0.6 0.5 0.4 1.1 0.1 0.2 0.0 0.0 4.7 0.0 0.5 0.1 0.0 2.5 1.8 6.3 4.7 1.5 2.6 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 23.8 10.0 7.7 12.5 34.0 Rekla-masi Menurun-kan pelepa-san gas metana Menghen tikan penamba ngan ilegal 0.05 0.03 0.08 0.09 0.05 0.16 -0.26 0.14 0.46 0.33 0.18 0.58 0.19 0.10 0.34 0.01 0.00 0.01 0.08 0.04 0.13 0.04 0.02 0.07 0.03 0.02 0.05 0.01 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 -2.90 1.56 2.01 -0.34 0.67 -1.90 2.41 1.39 0.04 0.56 0.30 0.21 0.06 0.02 -8.11 - Pertam-bangan batu bara Efisiensi proses 0.1 0.0 0.1 0.3 0.2 0.1 -0.4 0.2 0.5 0.6 0.3 0.6 2.8 1.5 0.4 0.0 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.5 0.3 0.1 0.0 0.0 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -4.8 2.6 2.0 -0.4 0.9 -2.4 3.0 2.9 0.1 0.7 0.6 0.3 0.1 0.0 -11.3 -Total Total 16.2 2.6 12.2 33.2 34.5 31.5 6.8 25.0 6.3 9.8 1.0 1.5 0.1 184 0.5

(30)

DRAFT

perusahaan dan masyarakat yang bekerja dalam sektor tersebut akan mendukung pembangunan berkelanjutan karena mereka secara langsung akan merasakan manfaatnya.

Bab ini meninjau kembali setiap sektor tersebut berdasarkan urutan situasi usaha seperti biasanya saat ini, peluang pengurangannya, proyek-proyek percontohan, potensi peningkatan PDB, dan kebijakan-kebijakan (atau perubahan-perubahan kebijakan) yang diperlukan untuk melakukan perubahan dalam tiap-tiap sektor.

Kelapa sawit ƒ Kehutanan ƒ Pertanian ƒ Batu bara ƒ

Minyak dan gas

ƒ

Sektor kelapa sawit

Dokumen ini menganalisis kelapa sawit terpisah dari semua tanaman pertanian lain, karena sektor kelapa sawit2 sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian Kalimantan Timur dan juga karena

kelapa sawit merupakan pokok dari profil dan peluang pengurangan emisi CO2enya. Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, namun demikian Kalimantan Timur baru memulai pembangunan sektor tersebut. Meskipun kelapa sawit hanya berkontribusi atas kurang dari 1 persen PDB saat ini, konsesi kelapa sawit saat ini bertambah secara pesat. Kelapa sawit adalah sektor penting terlepas dari kontribusi PDBnya karena merupakan salah satu dari beberapa kegiatan yang sangat menguntungkan di wilayah-wilayah pedesaan, sehingga menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan dan pendapatan yang dibutuhkan bagi masyarakat pedesaan dan menyeimbangkan kesenjangan antara pedesaan dengan perkotaan.

Meskipun tanaman kelapa sawit sangat efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya seperti rapa, dan proses aktual menanam, memanen, dan menggiling kelapa sawit menghasilkan emisi yang relatif sedikit, namun perluasan sektor terkait ke hutan dan lahan gambut menghasilkan emisi yang besar dan telah menjadikan sektor kelapa sawit sebagai penghasil emisi terbesar di provinsi. Kami telah berhasil mengidentifikasi inisiatif-inisiatif untuk menurunkan lebih dari 60 persen emisi usaha seperti biasa kelapa sawit, dengan menggunakan basis lahan kami secara lebih efisien. Daripada melakukan perluasan wilayah ke wilayah hutan, pembangunan perekonomian dapat dicapai melalui intensifikasi pertanian, penggunaan lahan kritis secara lebih baik, dan berpindah ke rantai nilai yang selanjutnya yaitu ke pengolahan minyak kelapa sawit. Namun demikian, perubahan-perubahan ini memerlukan kebijakan pendukung, pelatihan, dan sumber daya keuangan yang mendukung.

Konteks saat ini

Kelapa sawit sangat menguntungkan di Indonesia sehingga mendapat julukan “emas cair.” Kelapa sawit adalah tanaman yang sangat menguntungkan dengan perolehan3 tahunan

berkisar antara USD 1,000 per ha per tahun4 di perkebunan rakyat independen sampai dengan

lebih dari USD 3,000 per ha per tahun di perkebunan milik swasta yang besar (GAMBAR 11). Perolehan yang tinggi ini telah menjadikan kelapa sawit sebagai tanaman perkebunan terpenting di Kalimantan Timur, dengan kontribusi PDB lebih dari Rp 1 triliun pada tahun 2008. Kelapa sawit khususnya penting untuk menurunkan kemiskinan di wilayah-wilayah pedesaan Kalimantan Timur; lebih dari 40.000 petani rakyat telah menanam sekitar 85.000 ha kelapa sawit. Sektor 2 Minyak kelapa sawit menggambarkan sektor industri secara keseluruhan, meskipun minyak kelapa sawit

digunakan untuk menggambarkan operasi-operasi hulu dalam perkebunan, seperti penanaman Elaeis guineensis (kelapa sawit Afrika)

3 Pada harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (CPO) sebesar USD 700 per ton 4 Pada harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (CPO) sebesar USD 700 per ton

(31)

DRAFT

meningkat, didorong oleh pertumbuhan pasar ekspor yang besar seperti Cina dan India.

Budi daya kelapa sawit meluas secara pesat, tumbuh hingga lebih dari 35,000 ha per tahun. Saat ini sekitar 465,000 ha5 lahan ditanami kelapa sawit. Target resmi kami, yang tercatat

pada tahun 2008 adalah untuk melipattigakan kontribusi PDB sektor tersebut dari tahun 2008 sampai dengan 2025,6 di mana memerlukan tambahan lahan seluas 790,000 ha penanaman

dan investasi pada pengolahan CPO bernilai tambah. Dengan demikian, PDB dari kelapa sawit diperkirakan bertumbuh sebesar 7.6 persen per tahun sampai dengan tahun 2020, mencapai Rp 1.8 triliun dalam skenario bisnis seperti biasa. Kelapa sawit bertumbuh pesat secara mutlak tetapi bahkan lebih mengesankan ketika dibandingkan dengan produk pertanian lain, yang diperkirakan memiliki angka pertumbuhan yang sedang yaitu 3 persen per tahun, atau dengan kehutanan, yang diharapkan terus mengalami penurunan sebesar 3 persen per tahun. Meskipun PDB kelapa sawit masih di bawah bayang-bayang sektor minyak, gas, dan batu bara provinsi, kelapa sawit tetap memberikan kontribusi yang penting terhadap pertumbuhan, penciptaan lapangan pekerjaan, dan keadilan.

Kelapa sawit menghasilkan emisi yang besar, yaitu 57 MtCO2e pada tahun 2010, dan diperkirakan meningkat menjadi 67 MtCO2e pada tahun 2030 oleh karena perluasan perkebunan yang pesat secara terus-menerus.

Emisi netto sektor kelapa sawit yang sebesar 57 MtCO2e pada tahun 2010 menjadikannya sebagai sumber emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar provinsi. Perkebunan kelapa sawit memerlukan lahan yang besar; di Kalimantan Timur, lahan tersebut sebagian besar berasal dari hutan dan wilayah lahan gambutnya karena selain hutan dan wilayah lahan gambut memberikan

5 Dinas Perkebunan Kalimantan Timur 6 Bappeda Kalimantan Timur

Gambar 11 Keuntungan perkebunan kelapa sawit yang jauh lebih tinggi

daripada perkebunan lain telah mengakibatkan perluasan lahan yang sangat pesat

SUMBER: APP, Grieg-Gran 2006, BPS Kalimantan Timur, Kementerian Kehutanan, Analisis tim

19 28 480 960 2,000 2,100 3,340 Ubi Lahan padi Karet Petani rakyat mandiri Perkebu-nan kayu bu-bur kertas Perkebun an skala besar-petani rakyat plasma2 Perkebun an skala besar-inti1

Rata-rata keuntungan tahunan dari kelapa sawit dan penggunaan lahan lainnya

USD/ha

Kelapa sawit

1 Dikelola oleh swasta atau perusahaan milik negara; pusat konsentrasi perbukan mencakup min. 80% area perkebunan 2 Dikelola oleh petani rakyat, swasta, atau perusahaan inti milik negara yang menyediakan bantuan teknis

12,840 Padi -91 Jagung Karet 14,518 Ubi 683 Perkebun an kayu 221,200 Kelapa sawit 237,984 Pertumbuhan 2004-08 di area penanaman ha

Gambar

Gambar 3 Lima sektor yang penting bagi PDB dan emisi CO 2 e : Pertanian, kelapa
Gambar 4 Emisi CO2 diperkirakan akan tumbuh dari 251 ke 331 GtCO 2 e antara tahun 2010 dan 2030
Gambar 8Dalam skenario BSB, emisi CO2akan mencapai 331 MT hingga tahun 2030,
Gambar 9 Beralih ke kegiatan-kegiatan yang bernilai tambah lebih tinggi dan sektor rendah karbon dapat mempercepat pertumbuhan PDB riil Kalimantan Timur dari 3% ke 5%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan perekonomian di Kabupaten Mandailing Natal diarahkan pada pengembangan sektor primer dengan memperkuat keterkaitan antarsektor, khususnya dengan sektor

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan air panas dari kondensor dapat meningkatkan efektifitas boiler untuk menghasilkan

Bahagian A mengandungi tujuh item berkaitan latar belakang responden iaitu tingkatan, jantina, umur, keputusan peperiksaan Penilaian Menengah Rendah, keputusan bahasa Inggeris dalam

baik dalam keadaan hidup atau mati akan mengakibatkan perubahan histopatologi pada usus mencit jika diinokulasikan secara oral yang nantinya hasil penelitian ini akan membuktikan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

1) tidak menyelesaikan studi sesuai dengan kualifikasi program yang tertera pada Surat Keputusan Penerima Beasiswa tanpa unsur kesengajaan. 2) mengundurkan diri setelah

Pamerdi Giri Wiloso, M.Si, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Satya Wacana Salatiga, sekaligus dosen pembimbing utama, yang dengan penuh apresiasi dan

Preheating ini dilakukan selama 180 jam pada sagger 1-5 dan ini dilakukan hingga suhu mencapai 800 o C imana akan terjadi pencairan pitch, penguapan pitch hal ini bertujuan