• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFTmemungkinkan pasokan kayu yang ramah lingkungan untuk menyokong industri hilir yang telah

diperluas, dan akan menciptakan 40.000 sampai dengan 60.000 lapangan kerja yang tersedia di daerah dan memberikan kontribusi mencapai Rp 20 triliun ke dalam PDB provinsi.

Konteks saat ini

Industri kehutanan telah mengalami kemerosotan perlahan selama lebih dari sepuluh tahun. Namun demikian, kehutanan masih tetap sektor terbesar Kalimantan Timur dalam hal penggunaan lahan, yang meliputi wilayah seluas lebih dari 7,5 juta ha. Kontras dengan wilayah yang terbentang luas, kontribusi ekonomi sektor kehutanan14 terhadap PDB relatif kecil yaitu sekitar Rp 2,1 triliun saat ini. Kontribusi terhadap PDB ini telah menurun secara terus-menerus sejak akhir tahun 1990-an ketika saat itu mencapai puncaknya pada Rp4 triliun (GAMBAR 21). Kemerosotan pada sektor kehutanan disebabkan oleh karena sejarah pembalakan berlebih serta rendahnya produktivitas perkebunan. Banyak hutan produksi (Hak Pengusahaan Hutan, HPH) mengalami pembalakan berlebih atau pembalakan liar di masa lampau dan saat ini hanya dapat memasok kayu gelondongan bernilai tinggi dalam jumlah sedikit. Lebih jauh lagi, hutan-hutan tanaman di Kalimantan Timur (Hutan Tanaman Industri, HTI) pernah berada pada tingkat produktivitas yang sangat rendah, sebagai akibat dari praktik-praktik pengelolaan yang buruk seperti misalnya pemanfaatan budi daya hutan yang tidak efisien. Produktivitas dan pemanfaatan HTI pun telah diperlambat oleh kebutuhan kayu yang lebih rendah daripada yang diperkirakan (khususnya kayu bubur kertas) di Kalimantan Timur, karena rencana perluasan dan investasi lebih lanjut dalam kapasitas pemrosesan hilir belum terealisasi.

Emisi netto kehutanan mencapai angka yang signifikan yaitu sekitar 45 MtCO2e. Empat faktor utama terkait penggunaan lahan merupakan pendorong emisi yang berasal dari sektor kehutanan; perusakan hutan karena pembalakan liar, deforestasi akibat dari konversi hutan menjadi hutan tanaman, pembusukan gambut akibat pembalakan dan konversi pada lahan gambut, dan pembakaran yang digunakan untuk pembukaan lahan dan pemberisahan puing (GAMBAR 22). Sektor kehutanan juga merupakan penyerap CO2e terbesar di Kalimantan Timur, yang menyerap 34 MtCO2e pada tahun 2010.

Praktik pengelolaan hutan produksi (HPH) di Kalimantan Timur adalah sumber emisi tunggal terbesar di sektor kehutanan yaitu sebesar 34 MtCO2e per tahun. Teknik-teknik pembalakan saat ini menyebabkan kerusakan sampingan yang besar juga ditambah dengan oleh matinya banyak pohon yang tertimbun ketika kayu ditebang dan dikeluarkan dari hutan. Emisi dari kerusakan sampingan ini beberapa kali lipat lebih banyak dibandingkan emisi dari kayu yang ditebang. Kerusakan semacam ini sering terjadi karena praktik-praktik pembalakan tidak ramah lingkungan, perencanaan panen yang kurang, pelatihan para pekerja hutan yang kurang, ketidakmampuan dalam pengelolaan, dan penggunaan teknik penyaradan yang tidak tepat. Semua faktor di atas menyebabkan rendahnya pertumbuhan pohon-pohon yang tersisa. Teknik-teknik pembalakan yang buruk dapat menyebabkan kerugian netto sebesar 30 persen dari stok karbon awal sebuah hutan selama siklus pembalakan.

Perluasan wilayah hutan tanaman di tahun-tahun belakangan ini telah menyebabkan dikonversikannya hutan alam dalam ukuran yang besar, yang menyebabkan emisi sebesar 24 MtCO2e pada tahun 2010. Konversi hutan alam primer dan sekunder menjadi hutan tanaman menyebabkan hilangnya karbon netto sampai dengan 70 persen dari stok karbon awal hutan, menjadikan konversi sebagai sumber emisi terbesar kedua dari sektor kehutanan.

Emisi dari pembusukan gambut relative keccil dibandingkan provinsi lain di Kalimantan, tetapi masih menghasilkan emisi sebesar 13 MtCO2e pada tahun 2010. Lahan-lahan gambut di Kalimantan Timur sebagian diambilalih oleh hutan tanaman dan konsesi pembalakan. Tanah gambut di wilayah-wilayah ini rusak akibat dari pengeringan untuk kegiatan pembalakan dan pemanenan. Karena wilayah lahan gambut yang rusak meningkat dengan adanya konsesi-konsesi baru, emisi diperkirakan mencapai 17 MtCO2e pada tahun 2030.

DRAFT

Gambar 21

Gambar 22

SUMBER : Biro Pusat Statistik

Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB menurun sejak tahun 1990an baik secara mutlak maupun relatif

2.1 2.2 2.3 2.4 2.4 2.6 2.7 2.9 3.1 3.2 3.0 3.4 3.2 3.2 2.8 2.5 2.7 2.7 2.5 1.8 1.6 1.7 1.5 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 1983 84 85 86 87 88 89 90 91

Kontribusi relatif terhadap PDB

persen PDB Riil Triliun rupiah 92 93 94 95 96 97 98 99 2000 01 02 03 04 05 06 07 2008 2.6 2.5 2.4

PDB dari sektor kehutanan (sumbu sebelah kiri)

PDB dari sektor kehutanan sebagai bagian dari toal PDB

(sumbu sebelah kanan)

Emisi yang berasal dari sektor kehutanan disebabkan oleh beberapa hal

SUMBER : Kementerian Kehutanan Indonesia; Dinas Kehutanan; Wetlands International; Van der Werf et al 2008; Analisis Tim

Uraian

Rencana aktivitas-aktivitas pembalakan saat ini akan menyebabkan hilangnya karbon secara permanen di hutan produksi Kalimantan Timur

Pembalakan liar memberikan kontribusi signifikan terhadap perusakan hutan, walaupun demikian, besarnya dampak yang ditimbulkan masih belum jelas

Perusakan hutan

Deforestasi

Konversi hutan alami baik yang terencana maupun yang tidak terencana menghasilkan emisi netto yang signikan bahkan setelah memperhitungkan penyerapan yang dilakukan oleh tanaman

Pembusukan Gambut

Saluran drainase yang digunakan untuk mengeringkan gambut supaya dapat memindahkan kayu dan peralatan pembalakan mengakibatkan terjadinya pembusukan pada bahan organik gambut

Pembakaran

Pembakaran digunakan tidak hanya untuk konversi lahan tapi juga untuk membersihkan lahan dari residu kayu di akhir siklus rotasi

Emisi Mt CO2e 34 24 17 13

DRAFT

Gambar 23 Gambar 24 25 Kutai Barat Kutai Barat Pasir Pasir

Perkebunan kayu yang terencana di hutan alami Kutai Barat and Pasir

Hutan Tanaman Industri Mangrove dan Nipa Hutan Rawa Gambut Dalam Hutan Rawa Gambut Dangkal Hutan Rawa

Hutan Dataran Rendah Hutan Sub Pegunungan Hutan Pegunungan Hutan non-alami/non-hutan Badan Air

26

Beberapa perkebunan kayu terletak pada kawasan gambut dalam di Nunukan dan Tana Tidung

Hutan Tanaman Industri Mangrove dan Nipa Hutan Rawa Gambut Dalam Hutan Rawa Gambut Dangkal Hutan Rawa

Hutan Dataran Rendah Hutan Sub Pegunungan Hutan Pegunungan Hutan non-alami/non-hutan Badan Air

DRAFT