• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV SOLUSI HAMBATAN PERAN DAN FUNGSI

A. Dukungan Peraturan Perundang-Undangan

A. Dukungan Peraturan perundang-Undangan

Berdasarkan pasal 3 huruf (f) Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: “jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas”.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa pada saat sekarang ada keengganan bagi para ASN untuk diangkat menjadi Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Bendaharawan. Keengganan ini muncul sebagai akibat adanya persepsi bahwa mereka yang menjabat jabatan tersebut pada suatu saat terjerat masalah hukum. Kekhawatiran ini telah direspon dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 yaitu adanya jaminan perlindungan dalam pelaksanaan tugas-tugas negara yang diberikan kepada seorang ASN.

Selanjutnya dalam Undang-Undang ASN pada pasal 92 ayat 1 huruf (d) dan ayat 3 disebutkan bahwa :

Ayat (1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan kesehatan

b. jaminan kecelakaan kerja c. jaminan kematian

d. bantuan hukum.

Ayat (3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (d), berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

Dalam pasal 92 ayat 3 ini dikatakan bahwa pemberian bantuan hukum itu dilakukan dalam perkara yang dihadapi di pengadilan yang terkait dengan pelaksanaan tugas belum ada aturan pelaksanaannya, namun Undang-Undang ini merupakan payung hukum pemberian bantuan hukum kepada ASN dalam pelaksanaan tugas. Berbicara tentang payung hukum, Pegawai ASN juga boleh mendapatkan perlindungan hukum yang bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia serta berlandaskan prinsip negara

hukum.59 Payung hukum tersebut berhubungan dengan asas equality before the

law, artinya semua orang baik pejabat pemerintahan maupun masyarakat biasa

adalah sama statusnya menurut pandangan hukum. Unsur ini merupakan hal yang

baik sebab tidak ada rasdikriminasi subjek hukum dalam hukum.60

Pada sisi lain pasal ini merupakan cikal bakal dasar hukum bagi para ASN bisa beracara di muka pengadilan dalam mendampingi ASN yang terkait dengan permasalahan hukum. Walaupun tidak secara eksplisit dikatakan bahwa yang memberikan batuan hukum berupa pendampingan itu adalah pegawai ASN. Setidaknya pegawai ASN yang berhadapan dengan hukum di pengadilan dilindungi dan diberikan bantuan hukum sehingga pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan merasa tenang, tentram, nyaman, dan fokus dalam melaksanakan tugasnya karena adanya perlindungan hukum yang diberikan

59

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, Hlm. 38.

60

C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm. 85.

kepadanya. Dalam pasal ini disebutkan bahwa yang wajib memberikan bantuan

hukum dalam perkara di pengadilan kepada pegawai ASN adalah pemerintah.61

Peraturan perundang-undang yang ada hingga saat ini belum ada yang mengatur tentang pemberian bantuan hukum oleh pegawai ASN kepada pegawai ASN yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas kedinasan sebagaimana dimaksudkan oleh Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Nomor 5 tahun 2014. Walaupun belum ada perundang-undangan khusus yang mengatur masalah pendampingan ini, berdasarkan hasil penelitian sangat yakin bahwa yang dimaksudkan oleh Udang-Undang Aparatur Sipil Negara adalah pemberian bantuan hukum dalam bentuk pendampingan yang dilakukan oleh aparatur sipil Negara, karena tidak masuk dalam ranah Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan

Hukum. 62

1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan

Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan bantuan hukum yang diberikan oleh pemerintah yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin, masyarakat yang tidak mampu, masyarakat yang buta hukum. Dalam hal ini pendampingan dilakukan oleh pengacara (advokat) yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang.

Undang-Undang Bantuan Hukum ini dalam dalam pasal 1 angka 1 sampai dengan angka 3 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan:

61

Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00.

62

2. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin.

3. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi

Kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini.

Selanjutnya dalam pasal 4 menyebutkan bahwa :

(1) Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum yang menghadapi masalah hukum.

(2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi.

(3) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum.

Hal lain yang perlu diketahui adalah sebagaimana diatur dalam pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : Penerima Bantuan Hukum meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa esensi Bantan Hukum yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 adalah bantuan hukum yang diberikan oleh pemerintah kepada orang miskin yang berperkara, dimana dana yang dibutuhkan dalam berperkara tersebut ditanggung pemerintah sedangkan pendampingannya dilakukan oleh advokat, sehingga bantuan hukum

dalam Undang Bantuan Hukum ini yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 dan Permendagri Nomor 12 tahun 2014.

Dalam Permendagri Nomor 12 tahun 2014 dikatakan bahwa pemberian

bantuan itu belum sampai di tingkat pengadilan, hanya sampai pada tingkat penyelidikan dan penyidikan. Walaupun fungsi pemdampingan itu terbatas, namun jiwanya sudah pasti ingin melindungi pegawai ASN dalam melaksanakan tugasnya yang diberikan oleh negara.

Pada sisi lain karena Peraturan Menteri Dalam Negeri ini merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 khususnya mengenai penanganan perkara pidana yang berkaitan dengan tugas kedinasan. Hal ini juga didukung oleh kerena Indonesia adalah Negara Hukum Berdasarkan Pancasila

yang memberikan perlindungan terhadap semua warga negaranya, 63 maka sistem

perlindungan hukum yang dianut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia juga harus berpijak kepada prinsip-prinsip berdasarkan Negara Hukum berdasarkan

Pancasila. 64

Dalam hal negara hukum, hukumlah yang berdaulat. Negara dan pemerintah tetaplah dipandang sebagai subjek hukum dan apabila negara dan pemerintah bersalah, maka mereka dapat dituntut dimuka pengadilan sebagaimana subjek hukum yang lainnya.

65

63

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilana Administrasi di

Indonesia, P.T. Alumni, Bandung, 1985, Hlm. 147.

64

Kotan Y. Stefanus, Mengenal Peradilan Kepegawaian Di Indonesia, Jakarta, P.T. Raja Grafindo Persada, 1995. Hlm. 15.

65

C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm. 85.

memberikan perlindungan hukum terhadap Pegawai ASN disangkakan melakukan tindak pidana korupsi dalam tugas kedinasannya.

Peraturan perundangan ini diharapkan merupakan payung hukum dalam pembentukan undang-undang yang baru yaitu undang-undang tentang pendampingan pegawai ASN yang berperkara yang berkaitan dengan tugas kedinasan oleh pegawai ASN yang profesional, sehingga ada peluang pegawai ASN beracara di pengadilan dengan persyaratan dan profesionalisme yang memadai dan sesuai dengan perundang-undangan. Untuk saat ini Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 dan Permendagri Nomor 12 tahun 2014 merupakan dasar hukum pendampingan yang dilakukan pegawai ASN Biro Hukum.