Rita ayu butar butar1, Ruttama Hutahuruk2, Tiurma Siringo -ringo3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Fraktur Humerus Dextra adalah putusnya hubungan tulang humerus bagian kanan yang sering di sebabkan oleh suatu trauma atau sekunder dari osteoporosis. Fraktur biasanya terjadi setelah jatuh pada posisi lengan (outstrecht hand), atau tanpa trauma yang kuat pada klien osteoporosi dengan kondisi terjadinya fraktur impaksi pada humerus dextra. Kegiatan pengabdian ini dilakukan memberikan Workshop dengan metode ceramah dan diskusi. Dalam memaparkan materi tentang Edukasi Tindakan Bladder Training Dengan Peningkatan Sensasi Berkemih Pada Pasien Post Operasi Fraktur Humerus Dextra dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil Edukasi Tindakan Bladder Training Dengan Peningkatan Sensasi Berkemih Pada Pasien Post Operasi Fraktur Humerus Dextra yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: tindakan baldder training, fraktur humerus dextra Abstract
Right humerus fracture is a disconnection of the right humerus bone which is often caused by trauma or secondary to osteoporosis. Fractures usually occur after a fall in the arm position (outstretched hand), or without strong trauma in osteoporotic clients with an impaction fracture in the right humerus. This service activity is carried out by providing workshops with lecture and discussion methods. In presenting the material on the Education of Bladder Training Actions By Increasing the Sensation of Urination in Postoperative Humerus Dextra Fracture Patients, it was carried out through direct lecture methods and discussions with seminar participants. The results of the service obtained are that the seminar participants have understood and can apply the results of the Bladder Training Action Education With Increased Urinary Sensation in Postoperative Humerus Dextra Fracture Patients as measured by post test scores ranging from 99%.
Keywords: baldder training, humerus dextra fracture
1. Pendahuluan
Insidensi fraktur berbeda-beda di setiap kasusnya, hal ini dikemukakan oleh beberapa sumber. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Dari hasil penelitian 2 yang dilakukan oleh Mohammad Sodikin terdapat 864 kasus fraktur akibat kecelakaan lalu lintas yang datang berobat ke rumah sakit dari jumlah tersebut yang mengalami patah tulang pada anggota gerak bawah dari sendi panggul sampai ke jari kaki yaitu 549 kasus (63,5%), daerah tulang panggul sejumlah 39 kasus (4,5%) dan tulang belakang 26 kasus (3,1%). Data dari Rumah Sakit Ortopedi dan Traumatologi Surabaya menyebutkan dalam bentuk prosentase total kasus yang ditangani selama tahun 2015, yaitu:
90% tulang panggul hingga lutut, 85% tulang ekstremitas bawah, 80% tulang spinal.
(Maryudianto, 2016).
Salah satu tindakan medis yang dilakukan pada pasien fraktur adalah tindakan pembedahan ortopedi. Tindakan pembedahan dalam bidang ortopedi meningkat seiring dengan kasus fraktur yang meningkat pula dari tahun ke tahun. Dengan adanya tindakan pembedahan akan muncul berbagai macam risiko terutama setelah pembedahan, bisa dari fraktur itu sendiri atau efek dari general anestesi yang digunakan saat pembedahan. Selain itu, pemasangan kateter pada tindakan pembedahan ini memerlukan waktu yang cukup lama. Salah satu efek dari general anesthesi adalah pada fungsi perkemihan. (Digiulio, 2014).
Butterworth (2013) menyebutkan bahwa selama pemberian general anestesi dan pembedahan, ada beberapa perubahan pada sistem organ tubuh pasien yaitu:
kardiovaskuler, endokrin dan saraf. Perubahan tersebut secara tidak langsung mengurangi laju RBF (renal blood flow) dan GFR (glomerular filtration rate) tetapi bersifat sementara waktu dan reversible. Setelah pembedahan, laju RBF dan GFR kembali seperti semula dan menyebabkan keinginan berkemih pada pasien.
Tetapi hampir seluruh pasien yang 3 dilakukan tindakan pembedahan ortopedi dengan general anesthesi baik yang terpasang kateter selama 1, 2, maupun 3 hari mempunyai dampak yang hampir sama yaitu tidak bisa merasakan sensasi berkemih. Hal ini berisiko terjadinya retensi urine atau inkontinensia urine.
Menurut Ni Wayan Oktaviani (2014), teknik bladder training sangat efektif untuk
mengembalikan fungsi otot-otot detrusor akibat pemasangan kateter terlalu lama. Bladder training dilakukan untuk mencegah terjadinya inkontinensia urin. Teknik bladder training terbukti efektif dalam mengembalikan fungsi otot-otot detrusor akibat pemasangan kateter terlalu lama. Tindakan bladder schooling dilakukan dengan indikasi pada pasien dengan terpasang kateter urin.
Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dilakukan pada pasien yang terpasang kateter tetap untuk mencegah maupun mengatasi inkontinensia urin yaitu dengan dilakukannya bladder training. Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang “edukasi tindakan bladder training dengan peningkatan sensasi berkemih pada pasien post operasi fraktur humerus dextra”.
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam pemaparan material menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 4
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai edukasi tindakan bladder training dengan peningkatan sensasi berkemih pada pasien post operasi fraktur humerus dextra.
4. Langkah 5
Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk melakukan edukasi tindakan bladder training dengan peningkatan sensasi berkemih pada pasien post operasi fraktur humerus dextra di Rumah Sakit Umum daerah deli serdang. Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop memahami materi mengenai edukasi tindakan bladder training dengan peningkatan sensasi berkemih pada pasien post operasi fraktur humerus dextra.
Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang dapat meningkatkan pemahaman mengenai edukasi tindakan bladder training dengan peningkatan sensasi berkemih pada pasien post operasi fraktur humerus dextra.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit Umum Deli Serdang sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil edukasi tindakan bladder training dengan peningkatan sensasi berkemih pada pasien post operasi fraktur humerus dextra untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan yang semakin meningkat pada saat mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
Aspiani,R.Y. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemiahan. Trans Info Medika.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Budhiarta, Arif. 2016. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
DiGiulio, M., Jackson, D., Keogh, J. 2014.
Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Rapha Publishing.
Febrianto, D.”Gambaran Sensasi Berkemih Pasien Post Operasi Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP) yang diberi tindakan bladder training di RSUD Tugurejo Semarang” Skripsi Program Studi S1 Ilmu keperawatan STIKES Tlogorejo Semarang.
Helmi, Z. N 2015. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan, R. I.
2013.
Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.1, Edisi.5. Jakarta:
EGC.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
WORKSHOP TINDAKAN PENGISAPAN LENDER (SUCTION) ENDOTRACHEAL