• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Komunikasi Publik Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Efek Komunikasi Publik Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Dampak komunikasi, selain positif juga mempunyai dampak negatif.

Menurut Mc. Luhan, membagi tiga aspek mengenai efek dari komunikasi publik, diantaranya:

1) Efek Kognitif. Dimana efek kognitif ini adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif.

2) Efek Afektif. Dalam efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahukan kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya.

3) Efek Behavioral. Efek ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

(Mulyana,2011:34)

d. Penyampaian Komunikasi Publik

Penyampaian yang baik kiranya diikuti dengan cara penyampaian yang baik pula sehingga dapat memungkinkan komunikasi itu terjadi secara efektif. Pembicara bertanggung jawab atas penyampaian informasi

sehingga apa yang diinformasikan dapat seefektif mungkin. Untuk penyampaian yang baik harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya:

1. Kontak Mata

Teknik komunikasi nonverbal yang sangat membantu pembicara dalam hal menjelaskan ide-idenya kepada pendengar. Seorang pembicara yang berhasil haruslah menjaga kontak mata dengar pendengarnya, dengan adanya kontak mata, maka dapat membantu pembicara mengenai pesan yang disampaikan.

2. Vokalik

Kecepatan berbicara, nada, irama dan suara biasanya menekankan pada kata-kata yang disampaikan perlu diperhatikan, sehingga apa yang disampaikan dengan suara yang jelas dan enak didengar dapat memukau pendengar. Akan tetapi ketika apa yang disampaikan kurang maksimal maka pendengar yang mendengarkan akan membosankan.

3. Ketepatan

Terkadang suatu persentasi yang disampaikan dalam situasi informal, maka penyampaian informasi sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Begitu juga sebaliknya, bila keadaannyan formal maka cara proses penyampaiannya juga harus formal. Disamping mempertimbangkan kondisi dan topik sebaiknya mempertimbangkan apa yang diharapkan oleh pendengar.

4. Perencanaan

Kunci strategi yaitu perencanaan. Karena itu, sebelum penyampaian informasi akan lebih baiknya ketika pembicara merencanakan perencanaan yang matang. Kemudian pemilihan topik pembicaraan yang bagus untuk diberikan kepada pendengar didasari pada analisis pendengar. Sehingga informasi yang disampaikan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendengar. (Arni,2008:203-205)

Komunikasi massa itu sendiri menurut Bittner adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Sedangkan menurut De Fleur dan Denis komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara.

Jenis-jenis komunikasi massa itu sendiri adalah sebagai berikut:

1) Iklan 2) Jurnalisme 3) Humas 4) Media sosial

Elizabeth Noelle Neuman (1983:92) menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu:

1) Komunikasi massa bersifat tidak langsung.

2) Komunikasi massa bersifat satu arah.

3) Komunikasi massa terbuka.

4) Memiliki publik yang secara geografis tersebar. (Nurudin, 2015:187)

3. Kecamatan

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 209 dijelaskan bahwa Kecamatan ialah perangkat Daerah Kabupaten/Kota, sebagaimana dijelaskan pada ayat (2) huruf f adalah sebagai berikut:

(2) perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas:

a. Sekretariat daerah b. Sekretariat DPRD c. Inspektorat d. Dinas e. Badan, dan f. Kecamatan

Kedudukan Kecamatan dijelaskan pada pasal 221 UU No. 23 Tahun 2014 sebagai berikut:

1) Daerah Kabupaten/Kota membentuk Kecamatan dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintah, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan.

2) Kecamatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.

3) Rancangan perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan Kecamatan yang telah mendaptkan persetujuan bersama bupati/wali kota dan DPRD Kabupaten/kota, sebelum ditetapkan oleh Bupati/Wali Kota disampaikan kepada Menteri melalui Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat untuk mendapatkan persetujuan.

Jadi Kecamatan dibentuk untuk meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintah artinya dengan adanya kecamatan, Camat sebagai pemimpin tertinggi di Kecamatan mampu mengkoordinasikan segala urusan pemerintah di Kecamatan, dan juga Camat mampu memberikan pelayanan publik di Kecamatan dan juga pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan.

Kemudian arti Camat dalam pasal 224 UU No. 23 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala kecamatan yang disebut camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/kota melalui sekretaris Daerah.

2) Bupati/wali kota wajib megangkat camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Pengangkatan camat yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibatalkan keputusan pengaangkatan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Dari penjelasan diatas tentang pasal 224 UU No. 23 Tahun 2014 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan menguasai pengetahuan teknis pemerintah adalah dengan dibuktikan dengan ijazah diploma/ sarjana pemerintahan.

Tugas camat itu sendiri menurut pasal 225 UU No. 23 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

(1) Camat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 224 ayat (1) mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan urusan pemerintah umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (6).

b. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan manusia.

c. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.

d. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan perda dan perkada.

e. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum.

f. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh perangkat Daerah di Kecamatan.

g. Membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa atau kelurahan.

h. Melaksanakan urusan pemerintah yang menjadi kewenagan Daerah Kabupaten/Kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang ada di Kecamatan, dan

i. Melaksanakan tugas sesuai dengan diterapkan peraturan perundang-undangan.

(2) Pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintah umum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a dibebankan pada APBN dan pelaksanaan tugas lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf I dibebankan kepada yang menguasai.

(3) Camat dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh perangkat Kecamatan.

Selain tugas yang dijelaskan di atas camat juga mendapat pelimpahan wewenang. Hal ini yang di atur dalam pasal 226 uu No. 23 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Selain melaksanakan tugas sebagaimana yang di maksud dalam pasal 225 ayat (1), Camat mendapatkan pelimpahan sebagian kewenangan bupati/wali kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota.

2) Pelimpahan kewenangan Bupati/Wali Kota sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pemetaan pelayanan publik yang sesuai dengan karakteristik Kecamatan atau kebutuhan masyarakat pada Kecamatan yang bersangkutan.

3) Pelimpahan kewenangan Bupati/Wali Kota sebagaimana yang di maksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan bupati/ wali kota berpedoman pada peraturan pemerintahan.

Mengenai pendanaan akibat dari pelimpahan wewenang tersebut di atur dalam pasal 227 UU No. 23 Tahun 2014 yaitu: pendanaan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan yang dilakukan oleh Camat

sebagaimana yang di maksud dalam pasal 225 ayat (1) huruf b sampai dengan huruf h serta pasal 226 ayat (1) dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota. (Ali,2017:362)

4. Partisipasi Masyarakat

Dalam bahasa inggris “participation” yaitu pengambilan bagian atau keikutsertaan seseorang. Menurut Keith Davis, partisipasi ialah suatu keikutsertaan mental dan emosi seseorang terhadap pencapaian tujuan serta ikut bertanggung jawab didalamnya. (Gledis,2013)

Dapat disimpulkan dalam partisipasi masyarakat ialah berupa keikutsertaan seseorang baik secara individu atau kelompok dalam sebuah kegiatan atau program kerja yang di tetapkan oleh camat. Dalam penelitian ini partispasi masyarakat tersebut adalah peran serta dan keikutsertaan dengan sukarela masyarakat yang ada di Desa Kalaena Kiri Kabupaten Luwu Timur.

a. Bentuk partisipasi

Dapat dilihat berbagai macam bentuk partisipasi, tergantung dari situasi dan kondisi partisipasi tersebut. Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1998) membagi bentuk partisipasi sebagai berikut:

1. Konsultasi dalam bentuk jasa

2. Sumbangan secara langsung berupa uang atau barang

3. Mendirikan sebuah proyek yang dananya berasal dari sumbangan individu atau instansi

4. Mendirikan sebuah proyek yang dibiayai oleh seluruh komuniti (biasanya ditentukan oleh rapat komuniti, rapat desa yang menetapkan anggarannya)

5. Sumbangan dalam bentuk kerja, dan dikerjakan oleh tenaga ahli setempat

6. Aksi massa

7. Menggunakan pembangunan dikalangan desa 8. Membangun proyek yang bersifat otonomi

Bentuk-bentuk partisipasi ini dalam kegiatan pelaksanaanya biasanya memerlukan prasyarat, diantaranya yaitu unsur kesukarelaan dalam melakukan peran serta tersebut, karena dalam melakukan partisipasi artinya ikut dalam suatu masalah yang memerlukan peran serta dari berbagai kalangan disekitnya demi mencapai suatu tujuan. (Nuring,2013:13)

b. Macam-macam Partisipasi

Macam-macam partisipasi dapat dilihat berdasarkan cara keterlibatannya, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi langsung. Partisipasi yang terjadi ketika individu turun langsung dalam suatu partisipasi.

2. Partisipasi tidak langsung. Partisipasi yang terjadi ketika individu memberikan hak partisipasinya kepada orang lain. (Nuring,2013:15) c. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Faktor yang mempengaruhi partisipasi menurut Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia berjudul partisipasi (2011) ialah partisipasi yang ikut dalam masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Usia

Merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan kemasyarakatan. Seperti kelompok usia menengah ke atas yang keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat cenderung lebih banyak ikut berpartisipasi dibandingkan dengan mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis Kelamin

Dalam hal ini, jenis kelamin menentukan peran sebagai hal utama dalam proses partisipasi. Seperti peran perempuan yang mampu menggerakkan emansipasi dan pendidikan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap mampu memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan Penghasilan.

Dalam hal pekerjaan dan penghasilan mampu mencukupi kebutuhan seseorang dan mampu mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Pentingnya suatu berpartisipasi dalam kegiatan, harus didukung oleh dana.

5. Lamanya Tinggal.

Seseorang yang sudah lama bertempat tinggal di lingkungan tertentu biasanya berpengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya dapat berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama mereka tinggal di lingkungan tersebut, maka rasa memiliki cenderung dalam berpartisipasi dalam setiap kegiatan. (Wahyuddin,2018:31)

Strategi Komunikasi

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka fokus penelitian tentang

“Strategi Komunikasi Publik Kepala Wilayah Kecamatan dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat (Kantor Camat Kalaena Desa Kalaena kiri Kabupaten Luwu Timur)” adalah sebagai berikut:

STRATEGI KOMUNIKASI CAMAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Efek Komunikasi Publik menurut Mc.

Luhan:

1. efek kognitif 2. efek afektif 3. efek behavioral

1. Strategi komunikasi publik kepala wilayah kecamatan, dan 2. Partisipasi Masyarakat

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada komunikasi Camat di Desa Kalaena kiri, Kabupaten Luwu Timur dengan fokus penelitian tentang bagaimana strategi komunikasi publik Kepala Wilayah Kecamatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Kalaena kiri, Kabupaten Luwu Timur dipengaruh oleh komunikasi publik dan partisipasi masyarakat yaitu:

1. Komunikasi Publik

Komunikasi publik ialah suatu proses komunikasi yang dimana pesan yang disampaikan secara langsung dengan proses tatap muka di depan khalayak. Komunikasi publik bisa dikatakan sebagai komunikasi massa dimana komunikasi publik dan komunikasi massa sama-sama menggunakan media sebagai alat komunikasi.

2. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat ialah keikutsertaan masyarakat baik itu secara individu atau kelompok dalam sebuah kegiatan demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini memerlukan waktu kurang lebih dua bulan lamanya untuk menyelesaikan sebuah penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Kalaena kiri, kecamatan kalaena tepatnya di Kantor Camat Kalaena yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No.3 yang termasuk dalam Kabupaten Luwu Timur

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, dimana jenis penelitian ini mengumpulkan dan menghasilkan data lisan maupun tulisan dari masyarakat yang diamati. Tipe penelitian yang digunakan ialah tipe deskiptif, dimana penelitian ini mengumpulkan data secara langung dari lokasi yang diteliti.

C. Sumber Data

1. Data Primer, merupakan data yang didapatkan secara langsung dari narasumber yang berkaitan dengan penelitian. Informan yang bersangkutan benar-benar mengetahui kondisi di lapangan.

2. Data Sekunder, merupakan data pelengkap dari data primer. Biasanya berupa tulisan atau dokumentasi yang mendukung penelitian seperti arsip, dokumen, laporan tertulis, data dari narasumber maupun dari internet.

(Laliani,2017:793)

D. Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana purposive sampling adalah pemiilihan sampel

berdasarkan karakteristik yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Fitrah, 2017:161).

Informan yang dipilih mampu memberikan informasi yang sesuai yaitu orang-orang yang dapat memahami permasalahan yang sedang diteliti dan mereka yang memiliki informasi yang diperlukan saat penelitian. Adapun informan yang utama dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala Wilayah Kecamatan. : Alimuddin Bahtiar, S.Sos.,MM 2. Lembaga Kemasyarakatan Desa. : Sukeng Prianto

3. Tokoh Agama. : Laginta

4. Tokoh Masyarakat : Masnawati E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara ialah pembicaraan langsung antara informan dengan pewawancara.

2. Observasi yaitu proses pengamatan secara langsung tentang objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan berkenaan dengan topik penelitian.

3. Dokumentasi adalah dengan mengambil gambar yang ada di lingkungan sekitar dan komentar informan melalui handphone untuk memperoleh data yang akurat. (Sianipar,2017:33)

F. Teknik Analisis Data

Menurut miles dan Huberman (Sugiono 2017), dalam penelitian ini, yang digunakan adalah tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Tahap reduksi data, dimana tahap ini dilakukan dengan cara memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal yang penting, dan data yang diperoleh dilapangan kemudian diketik atau ditulis dalam bentuk keterangan atau laporan.

Display data (penyajian data) selanjutnya data yang di peroleh dalam bentuk penjelasan singkat, bagan atau sejenisnya. Penarikan kesimpulan, dimana data yang diperoleh kemudian di kategorikan, mencari tema dan polanya kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan awal masih akan berubah ketika tidak menemukan bukti yang akurat yang mendukung bagian pengumpulan data berikutnya. (Sugiono,2017:246)

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat apabila terjadi keselarasan antara yang dilaporkan dengan perbedaan yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Untuk menguji suatu kebenaran informasi pada metodologi ini dapat digunakan uji kredibilitas (sugiono,2017). Untuk menguji kredibilitas suatu kebenaran dapat dilakukan dengan cara:

1. Perpanjangan pengamatan.

Apabila peneliti masih menemukan kekurangan dalam penelitian, maka peneliti masih bisa mendapatkan informasi yang akurat dari data yang sudah di dapatkan sebelumnya.

2. Triangulasi.

Menurut sugiyono (2017), triagulasi merupakan pemeriksaan data dari berbagai sumber, cara dan waktu. Secara keseluruhan terdapat triagulasi data, triangulasi teknik dan triangulasi waktu antara lain:

a. Triangulasi data, dapat diperoleh dengan cara mengecek kembali data dari beberapa sumber dan dikategorikan berdasarkan pandangan yang sama atau tidak.

b. Triangulasi teknik, yang dilakukan dengan cara mengecek kebenaran data dari sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara pengecekan dengan menggunakan situasi yang berbeda.

3. Menggunakan bahan referensi.

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar, suara/rekaman sehingga ada pembuktian bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian dan menghasilkan data dari penlitian.

4. Mengadakan membercheck.

Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi data kembali oleh peneliti atas data yang diperoleh dilapangan apakah jawaban yang didapatkan

sesuai dari pertanyaan peniliti atau tidak, sehingga data yang didapatkan ialah data yang akurat. (Sugiono,2017:273)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum lokasi Penelitian

1. Kondisi geografis dan Kondisi demografis a. Kondisi grografis

Gambar 4.1. Kantor Camat Kalaena

Kecamatan Kalaena merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Luwu Timur yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 3 dengan kode pos 92973. Kecamatan Kalaena berada posisi 20 03 00 - 20 30 31”

Lintang Selatan dan 1200 4930 - 1210 00 30Bujur Timur. Kecamatan kalaena berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : Kecamatan Wasuponda dan Mangkutana - Sebelah Selatan : Kecamatan Tomoni Timur

- Sebelah Barat : Kecamatan Mangkutana - Sebelah Timur : Kecamatan Angkona

Secara Administrasi Kecamatan Kalaena terbagi menjadi 7 (Tujuh) Desa yaitu :

1. Desa Pertasi Kencana 2. Desa Kalaena Kiri

Wilayah Kecamatan Kalaena merupakan wilayah bukan pantai dengan topografi daratan, hanya desa Argomulyo daan Non Blok yang topografinya berbukit-bukit. Ada dua sungai yang melintasi Kecamatan ini yaitu sungai Wailalo yang melintas di Desa Non Blok, Sumber Makmur dan Sumber Agung dan sungai Manakai yang melintas di Desa Kalaena Kiri, Pertasi Kencana, Sumber Makmur, Sumber Agung dan Argomulyo.

Kecamatan Kalaena memiliki luas wilayah sekitar 372,86 km2 atau sekitar 3,12 % dari luas Kabupaten Luwu Timur, dengan 7 Desa yang masing-masing luas dan jarak tempuh Desa ke ibukota Kecamatan. Desa terluas di Kecamatan Kalaena adalah Desa Non Blok yaitu 15,62 km2 dan terkecil adalah Desa Sumber Agung.

Dari 7 desa di Kecamatan Kalaena, jarak dari yang satu desa yang lain tentunya sangat berbeda. Desa yang cukup jauh dari Kecamatan Kalaena adalah Desa Argomulyo dan desa terdekat adalah desa Kalaena Kiri. tetapi

akses menuju Kecamatan atau Kabupaten sangat mudah untuk dilewati kendaraan roda empat sehingga masyarakat di desa dapat menjangkaunya.

Website : kec-kalaena@luwutimur.go.id No. Telepon : 0473 321005 atau +62474 321005

b. Kondisi demografis

Jumlah penduduk yang berada di Kecamatan Kalaena Desa Kalaena Kiri pada tahun 2019 sebanyak 2.337 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut kebanyakan berprofesi sebagai petani dan berkebun.

2. Sejarah Kecamatan Kalaena

Pada pulan Februari 2003, Kabupaten Luwu Timur pada saat itu terdiri dari 8 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Mangkutana 2. Kecamatan Nuha

3. Kecamatan Towuti 4. Kecamatan Malili 5. Kecamatan Angkona 6. Kecamatan Wotu 7. Kecamatan Burau 8. Kecamatan Tomoni

Ibukota Kabupaten Luwu Timur adalah Malili, di Kecamatan Malili.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 24 Tahun 2011 tentang Perubahan Status Desa Tomoni menjadi Kelurahan

Tomoni Kecamatan Tomoni, Desa Malili menjadi Kelurahan Malili Kecamatan Malili dan Desa Magani menjadi Kelurahan Magani Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Tomoni Timur, Kecamatan Kalaena dan Kecamatan Mangkutana.

3. Visi dan Misi Kantor Camat Kalaena

a. Visi

“Luwu Timur Terkemuka 2021”

Artinya melanjutkan pembangunan daerah menuju Kabupaten Luwu Timur yang lebih maju, sejahtera dan mandiri melalui pengembangan ekonomi kerakyatan secara terpadu dan berkelanjutan yang berbasis sumber daya.

Visi ini bermakna bahwa pada tahun 2021 Luwu Timur merupakan daerah terkemuka disbanding Kabupaten/Kota lain di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Aspek-aspek yang menjadi penanda dari “Luwu Timur Terkemuka” adalah daerah yang masyarakat Luwu Timur Maju, sejahtera, dan mandiri. Yang artinya, Luwu Timur pada tahun 2021 akan terkemuka dibandingkan daerah lain di Sulawesi Selatan dalam hal kemajuan, kesejateraan, dan kemandirian.

Adapun tiga pokok visi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. “Maju” adalah kondisi dimana Kabupaten Luwu Timur yang memiliki infrastruktur yang berkualitas dan sumberdaya manusia yang handal, dengan indikator tersedianya sarana transportasi darat, laut dan udara yang memadai dan realisasi IPM yang tinggi.

2. “Sejahtera” adalah kondisi dimana Kabupaten Luwu Timur memiliki masyarakat yang kemakmuran ekonominya tinggi, kesejahteraan sosialnya tinggi, rendahnya tingkat kemiskinan dengan dilandasi oleh prikehidupan yang religius, dengan indikatirnya adalah PDRB perkapita dan angka kemiskinan.

3. “Mandiri” adalah kondisi dimana Kabupaten Luwu Timur memiliki daya saing yang tinggi ditandai dengan berkembangnya iklim investasi yang atraktif, terpenuhinya fasilitas ekonomi yang memadai dan orientasi hidup masyarakat yang beridiri diatas kemampuan sendiri, dengan indikatirnya adalah jumlah dan nilai investasi.

b. Misi

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah berorientasi ekonomi kerakyatan untuk mencapai kesejahteraan social yang berkeadilan dan berkelanjutan didukung oleh stabilitas keamanan wilayah dan nilai-nilai budaya.

2. Pemanfaatan ruang sesuai dengan tata ruang wilayah untuk menjamin kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan.

4. Meningkatkan infrastruktur daerah.

5. Reformasi Birokrasi untuk tata kelola pemerintahan yang baik.

6. Mendorong berkembangnya masyarakat yang religious dan kerukunan intra dan antarumat beragama.

7. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antardaerah.

4. Tugas dan fungsi kantor Kecamatan Kalaena

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 56 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Kecamatan dalam Wilayah Kabupaten Luwu Timur.

Kantor Kecamtan Kalaena dipimpin oleh seorang camat yang Kedudukan sebagai berikut:

(1). Camat mempunyai tugas pokok membantu bupati dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(2). Camat dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pemerintahan umum;

b. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat desa;

c. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang ketentraman dan ketertiban umum; dan

d. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pelayanan umum.

(3). Camat dalam melaksanakan fungsi tersebut diatas, tugas pokok sebagaimana dimaksud mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

(3). Camat dalam melaksanakan fungsi tersebut diatas, tugas pokok sebagaimana dimaksud mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

Dokumen terkait