• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan atau institusi pada umumnya dipahami sebagai organisasi yang berfungsi sebagai wadah atau tempat (pranata). Sedangkan lembaga dipahami sebagai aturan main, etika, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau system. Kelembagaan berasal dari lembaga yang dimaknai sebagai aturan dalam organisasi untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Lembaga formal mempunyai struktur organisasi yang jelas, hubungan hubungan otoritas, kekuasaan, akuntabilitas, tanggung jawab, interaksi antar manusia dalam organisasi, dan bagaimana bentuk aturan komunikasi berlangsung dengan tugas masing masing anggota. Oleh karena itu kelembagaan menunjukkan suatu hubungan antar anggota organisasi yang melekat, diwadahi dalam suatu organisasi yang dapat menentukan suatu hubungan ditentukan oleh factor factor pembatas dan pengikat berupa norma, etika, kode etik, atau aturan formal dan non formal untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kelembagaan menekankan aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum sesuai struktur, fungsi dan manajemennya. Kelembagaan pendidikan pada tulisan ini lebih pada organisasi sekolah yang menggambarkan aturan main kelembagaan sekolah yang berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang tunduk pada aturan dan perundang undangan yang berlaku. Kelembagaan

sekolah adalah institusi untuk membangun SDM melalui pendidikan dalam suatu wadah kordinasi dan kerjasama dengan dukungan hak dan kewajiban. Kelembagaan pendidikan adalah suatu pola hubungan antara pendidik, tenaga kependidikan, dan warga sekolah dengan siswa dan orang tua siswa yang saling mengikat diwadahi dalam suatu jaringan dalam organisasi sekolah ditentukan oleh faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik, aturan formal, aturan non formal, untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Lembaga pendidikan dikatakan bermutu jika sesuai dengan ‘standar’, sesuai dengan harapan ‘pelanggan’, sesuai dengan harapan ‘pihak-pihak terkait’, sesuai dengan yang ‘dijanjikan’, semua karakteristik produk dan pelayanan yang memenuhi persyaratan atau standar yang ditentukan dan harapan.

Manajemen kelembagaan pendidikan dinyatakan bermutu jika mampu memastikan mutu produk, memastikan mutu proses, dan memastikan mutu sistem (semua proses) kelembagaan pendidikan. Memastikan bahwa semua input memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, siswa, pengajar atau guru, piranti dan peralatan, lingkungan dan budaya sekolah, ketersediaan dan penggunaan anggaran, dokumen semua kegiatan yang tertata rapi, peraturan dan etika, dan lain sebagainya didukung proses yang berkualitas, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkarakter. Proses pembelajaran yang bermutu tampak pada kemampuan lembaga menyediakan fasilitas ruang kelas yang dibutuhkan, ketersediaan buku buku diperpustakaan dengan tata kelola yang baik, ketersediaan bahan dan alat alat yang dapat digunakan di laboratorium untuk meningkatkan kualitas keterampilan siswa, pembelajaran berbasis teknologi informasi dan dukungan kepemimpinan kepala sekolah yang visioner.

Untuk mengetahui apakah lembaga pendidikan termasuk bermutu, perlu dilakukan evaluasi diri didukung data yang akurat dan terkini, ketersediaan dokumen sebagai pedoman untuk melakukan pengembangan, pengawasan terhadap implementasi dalam bentuk praktik dan pemahaman seluruh anggota organisasi, kemudian dilakukan audit dengan cara melakukan pengecekan terhadap kinerja yang dijanjikan dan direncanakan. Dengan demikian lembaga pendidikan yang bermutu, adalah lembaga yang mampu memastikan bahwa semua karakteristik dan kinerja sesuai standar/ harapan/persyaratan yang dapat dilihat melalui dokumen dan hasil audit mutu. Organisasi belajar menurut Senge (1990) adalah suatu organisasi yang terus menerus melakukan perbaikan, perubahan dan pengembangan dalam menciptakan masa depan organisasi yang lebih baik.

berkembang dilandasi konsep bahwa organisasi untuk mampu berubah, maka organisasi itu terus menerus melakukan pembelajaran, sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Lembaga pendidikan melakukan perubahan belajar dari pengalaman, analisa perubahan lingkungan, dan harapan terhadap fungsi lembaga pendidikan tersebut. Perubahan dapat dilakukan dengan cara lembaga pendidikan memfasilitasi penyebaran informasi dan komunikasi yang terbuka kepada seluruh anggotanya, sehingga seluruh anggota memiliki pengetahuan dan mengalami proses pembelajaran terhadap perubahan yang diinginkan untuk mencapai tujuan sesuai visi dan misi lembaga.

Penyebaran informasi dan komunikasi yang terbuka akan mampu merubah konsep pikir seluruh individu untuk mencapai tujuan organisasi dan mendukung visi lembaga. Pembentukan konsep pikir ini sebagai strategi dari lembaga dalam melakukan perubahan menjadi lebih bermutu dengan melakukan inovasi, mengem-bangkan kreatifitas, dan melakukan proses yang efektif, sehingga lembaga memiliki keunggulan bersaing dalam hal mutu layanan belajar. Lembaga pendidikan sebagai organisasi pembelajar mampu merubah resources based competitiveness menjadi knowledge based competitiveness dimana organisasi pembelajar mengutamakan pengetahuan dan proses pembelajaran sebagai keunggulan kompetitifnya. Organisasi belajar melibatkan seluruh individu melalui komunikasi dan dialog menentukan langkah yang tepat.

Proses belajar dilakukan untuk menganalisis norma, prosedur, proses, system, struktur bahkan kebijaksanaan yang tidak mendukung terjadinya perubahan dan pengembangan lembaga dan bukan hanya tindakan memperbaiki kesalahan. Pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan mendorong terjadinya perubahan budaya organisasi, yaitu terjadinya perubahan budaya organisai yang membawa terjadinya proses transformasi dalam lembaga pendidikan sebagai pusat untuk belajar secara berkesinambungan dalam proses kerja sehari hari. Dapat ditegaskan bahwa efektifitas manajemen kelembagaan memiliki struktur organisasi yang jelas dengan aturan main, etika, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau system yang jelas, dalam melakukan aktivitasnya jelas hubungan hubungan otoritas, kekuasaan, akuntabilitas, tanggung jawab, interaksi antar manusia dalam organisasi, dan bentuk aturan komunikasi berlangsung dengan tugas masing masing anggota untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen kelembagaan yang efektif ditampakkan pada suatu hubungan antar anggota organisasi yang melekat, dapat menentukan suatu hubungan sesuai faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, etika, kode etik,

atau aturan formal dan non formal untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan. Efektifitas manajemen kelembagaan mampu menyesuaikan diri, berubah dan berkembang dilandasi konsep mampu berubah, terus menerus melakukan pembelajaran, sehingga lembaga pendidikan tersebut memiliki kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang muncul untuk mencapai tujuan secara efektif dan berkualitas.