• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

2. Efektivitas Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter

2. Efektivitas Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa terutama pada Pramuka Penggalang di SMP

Negeri 10 Surakarta

Efektivitas tidaknya suatu hal dapat dilihat dari berhasil tidaknya program yang telah dijalankan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Untuk mengukur efektivitas kepramukaan dapat menggunakan indikator efektivitas. Adapun indikator efektivitas adalah sebagai berikut :

a. Indikator input: indikator input ini meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.

b. Indikator process: indikator proses meliputi perilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.

c. Indikator output: indikator dari output ini berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan prestasi belajar, dan serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan, dan kesamaan.

Pembahasan mengenai efektivitas kepramukaan dalam menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa terutama pada Pramuka Penggalang di SMP Negeri 10 Surakarta akan dikaji sebagai berikut.

Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib bagi siswa kelas VII. Adapun alasan pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib bagi siswa kelas VII berdasarkan wawancara dengan Ibu Dra. Bety Prihastuti pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012

commit to user 73

yang mengatakan bahwa “Pramuka dijadikan ekstrakurikuler wajib karena di dalam kegiatan pramuka memiliki tujuan mendidik siswa untuk memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan jiwa Pancasila, melatih kemandirian, melatih kedisiplinan, keterampilan, dan melatih bertanggung jawab sehingga pramuka wajib diberikan kepada siswa sejak dini”. (CL. 1).

Hal ini juga dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Putut pada hari Jumat tanggal 20 April 2012 yang mengatakan bahwa “Alasan pramuka dijadikan sebagai ekstrakurikuler wajib karena untuk melatih kedisiplinan, keterampilan, dan melatih bertanggung jawab yang dimulai sejak dini”. (CL. 2).

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hariadi PW, S. Pd, M. Pd pada hari Sabtu tanggal 28 April 2012 mengatakan bahwa “Di dalam kegiatan pramuka memiliki tujuan mendidik siswa untuk memiliki kepribadian yang baik, melatih kemandirian, melatih kedisiplinan, keterampilan, dan melatih bertanggung jawab sehingga pramuka wajib diberikan kepada siswa sejak dini”. (CL. 3).

Jadi, alasan kegiatan pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib di SMP Negeri 10 Surakarta telah menunjukkan bahwa kegiatan ini sudah sesuai dengan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Bab II Pasal 4 Keppres RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang tujuan gerakan pramuka yang intinya kegiatan pramuka ini bertujuan mendidik dan membina kaum muda Indonesia dengan tujuan agar mereka menjadi manusia berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur serta menjadi warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab. Sehingga kegiatan pramuka dapat dikatakan efektif apabila siswa dapat memiliki sikap sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Bab II Pasal 4 Keppres RI Nomor 24 Tahun 2009.

Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti sikap yang ditunjukkan oleh anggota pramuka penggalang masih belum sesuai dengan tujuan pramuka yang terdapat dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Bab II Pasal 4 Keppres RI Nomor 24 Tahun 2009. Peneliti masih menemukan banyak siswa yang mengikuti pramuka dengan tidak serius sehingga nilai positif yang terdapat dalam

commit to user 74

setiap kegiatan tersebut kurang tertanam dalam diri siswa. Untuk dapat mengetahui efektivitas kepramukaan dapat diukur dengan menggunakan indikator efektivitas, jadi efektif atau tidaknya kepramukaan dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya indikator efektivitas tersebut. Adapun indikator efektivitas kepramukaan antara lain :

a. Indikator Input

Indikator input ini mencakup : 1) Karakteristik Pembina Pramuka

Pembina pramuka mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan kepramukaan kepada siswa sebagai anggota pramuka penggalang, dalam hal ini Pembina pramuka harus bisa memberikan motivasi kepada siswa agar terjadi proses interaksi belajar yang kondusif. Pembina pramuka harus siap menjadi mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga Pembina pramuka akan menjadi tokoh atau teladan yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh para siswa anggota pramuka penggalang. Tidak hanya itu saja melainkan juga harus menjadi motivator dalam menanamkan nilai-nilai yang terdapat dalam setiap kegiatan kepramukaan.

Namun kenyataan di lapangan Pembina Lapangan (Binlap) pramuka kadang kebablasan bercandanya dalam menyampaikan materi dan kurang sopan dalam bertutur kata. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan Nimas Dyahayu Dhaning Arasta pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 yang mengatakan bahwa “Kak Putut (Binlap) lucu, menyenangkan dalam mengisi materi diselingi dengan guyon jadi gak terlalu serius. Tapi ya sayangnya guyonnya itu kadang keblablasan mbak kadang ada unsur pornonya mbak.

Saya jadi risih sendiri mbak.” (CL. 6). Jadi dalam hal ini Binlap pramuka yang seharusnya dijadikan teladan yang baik bagi siswa, namun tutur katanya belum mencerminkan jiwa pramuka yang bertentangan dengan Dasar Darma Pramuka.

commit to user 75

Sebagai Pembina pramuka dalam memberikan materi kepramukaan tidak sesuai dengan apa yang telah diprogramkan sendiri oleh Pembina pramuka. Hal ini berdasarkan pada kenyataan di lapangan yang peneliti lihat Pembina pramuka dalam memberikan materi kepramukaan hanya sesuai dengan apa yang ingin diajarkan oleh pembina, jadi tidak mengikuti kegiatan yang telah diprogramkan. Hal ini dikarenakan kepramukaan di sekolah-sekolah hanya merupakan kegiatan ekstrakurikuler sehingga pengajarannya kurang terencana. Selain itu, berdasarkan keterangan yang didapat peneliti dari Ibu Dra. Bety Prihastuti mengatakan bahwa “Mulai tahun 2012 ini Pak Hariadi tidak melaporkan kegiatan pramuka yang seharusnya dilaporkan tiap bulan”.

Untuk jurnal kegiatan, setiap pembina yang selesai mengajar mengisi jurnal kegiatan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab dari pembina dalam memberikan pelatihan kepada anggota pramuka penggalang. Mengenai jurnal absensi Pembina Pramuka dapat dilihat pada lampiran 12.

Namun berdasarkan hasil dari analisis observasi yang dilakukan peneliti di lapangan pada hari Jumat tanggal 4 Mei 2012 bahwa tidak setiap saat pembina pramuka mengisi jurnal kegiatan karena jurnal tersebut dipegang oleh guru pengawas ekstrakurikuler. Jadi jika guru pengawas tersebut tidak masuk maka pembina pramuka tidak mengisi jurnal kegiatan dan dirapel diisi hari berikutnya dan dengan demikian tidak dapat diketahui Pembina pramuka yang tidak masuk pada hari itu karena kebetulan ketika pengawas ekstrakurikuler tidak masuk ada Pembina pramuka yang juga tidak masuk pramuka. Selain itu, tidak semua pembina pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta memiliki pengetahuan tentang kepramukaan. Pendidikan kepramukaan sepenuhnya diserahkan kepada Pembina Lapangan (Binlap), jadi pembina pramuka SMP Negeri 10 Surakarta hanya sebagai pengawas meskipun terkadang memberikan materi namun lebih sedikit dibandingkan dengan Binlap. (CL. 17).

commit to user 76

Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Almira Callista Mahendra pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 yang mengatakan bahwa

“Kebanyakan sih kak Putut (Binlap) mbak yang memberikan materi. Pak Hariadi dan Bu Bety jarang memberikan materi biasanya hanya mendampingi saja. Pak Hariadi dan Bu Bety kadang-kadang saja memberikan pengarahan”.

(CL. 4).

Begitu juga dengan Sabrina Galuh Kusuma berdasarkan wawancara pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 yang mengatakan bahwa “Yang memberikan materi Kak Putut mbak pak Hariadi kadang-kadang memberikan materi. Kalo Bu Bety kalo ada waktu kadang-kadang memberikan pengarahan saja bukan materi pramuka”. (CL. 5).

Hal serupa juga dikatakan oleh Nimas Dyahayu Dhaning Arasta pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012, yang mengatakan bahwa “Kak Putut yang banyak memberikan materi pramuka Pak Hariadi kadang-kadang memberikan materi Bu Bety hanya mengawasi”. (CL. 6).

Seperti halnya dengan Fanny Rizky Fuzia berdasarkan hasil wawancara pada hari Senin tanggal 2 April 2012 yang mengatakan bahwa

“Kak Putut yang memberikan materi. Kalo Pak Hariadi kegiatan pramuka sore kadang-kadang memberikan materi. Biasanya Pak Hariadi memberikan pelatihan, melatih siswa yang akan diikutkan lomba. Bu Bety kadang memberikan tambahan kalo ada pengumuman”. (CL. 7). Hal ini dapat dilihat pada lampiran 4.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Pembina pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta hanya mengawasi kegiatan pramuka dan yang memberikan materi kebanyakan dari Pembina Lapangan (Binlap) sehingga dalam penyampaian materi kurang maksimal karena siswa menganggap sepele materi yang diajarkan dan banyak mengajak bercanda..

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari Jumat tanggal 4 Mei 2012 bahwa Pembina Lapangan banyak yang memberikan

commit to user 77

materi dan Pembina pramuka SMP Negeri 10 Surakarta hanya mengawasi saja.

Selain itu, pembina lapangan dalam memberikan materi banyak bercandanya sehingga siswa kurang serius dalam menerima materi kepramukaan. Selain itu, karena Binlap masih memiliki umur yang masih muda sehingga siswa sering tidak serius dalam mengikuti pramuka dan sering menganggap sepele materi yang diberikan oleh Binlap malah sering mengajak bercanda. (CL. 17).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan materi kepramukaan Pembina pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta menyerahkan sepenuhnya kepada Pembina Lapangan dan Pembina pramuka hanya mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa pramuka penggalang. Selain itu, pembina pramuka dalam memberikan materi kurang terencana sehingga materi yang diajarkan kepada siswa kurang maksimal.

2) Perlengkapan

Perlengkapan dalam kegiatan kepramukaan dikatakan kurang, karena untuk menunjang praktek materi pramuka masih kurang tidak sesuai dengan jumlah siswa maupun jumlah setiap kelompok siswa. Untuk kegiatan tertentu kadang dengan biaya sendiri, baik biaya yang dikeluarkan siswa maupun yang dikeluarkan oleh Pembina Lapangan (Binlap) pramuka. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra.Bety Prihastuti pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012 mengatakan bahwa “Perlengkapan yang disediakan sekolah tongkat, tenda, tali, atribut seragam pramuka misalnya hasduk, topi pramuka. Tapi perlengkapan tersebut masih terbatas jumlahnya”. (CL. 1).

Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Bapak Putut pada hari Jumat tanggal 20 April 2012 mengatakan bahwa :

Perlengkapan yang disediakan sekolah tongkat, tenda, tali, bendera semaphore. Tapi perlengkapan tersebut masih kurang untuk seluruh siswa, saya terkadang menggunakan dana saya sendiri. Ya gak papa mbak keluar dana sedikit demi kelancaran kegiatan pramuka yang saya berikan. (CL. 2).

commit to user 78

Hal ini juga dikuatkan oleh Bapak Hariadi PW, S.Pd, M.Pd berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu tanggal 28 April 2012 mengatakan bahwa :

Perlengkapan yang disediakan sekolah tongkat, tenda, tali, bendera semaphore, lampu badai, atribut seragam pramuka misalnya hasduk dan topi pramuka, perlengkapan memasak, pakaian atau perlengkapan untuk PKS (Polisi/Patroli Keamanan Sekolah). Tapi perlengkapan pramuka yang disediakan sekolah masih terbatas jumlahnya. (CL. 3).

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Almira Callista Mahendra pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 mengatakan bahwa :

Perlengkapan pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta gak terlalu lengkap, bendera semaphore aja beli sendiri mbak. Padahal dulu waktu di SD sudah ada. Waktu di SD saya gak perlu beli apa-apa waktu ikut pramuka.

Di sanggar hanya ada tongkat untuk baris berbaris, ada tali, ada tenda tapi masih kurang untuk kemah. (CL. 4).

Hal ini juga berdasarkan hasil wawancara dengan Sabrina Galuh Kusuma pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 mengatakan bahwa

“Perlengkapan pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta gak terlalu lengkap di sanggar hanya ada tongkat untuk baris berbaris, ada tali, ada tenda tapi masih kurang untuk kemah”. (CL. 5).

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Nimas Dyahayu Dhaning Arasta pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 juga mengatakan bahwa “Perlengkapan pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta gak terlalu lengkap di sanggar hanya ada tongkat untuk baris berbaris, ada tali, ada tenda tapi masih kurang untuk kemah”. (CL. 6).

Hal serupa juga berdasarkan hasil wawancara dengan Fanny Rizky Fuzia pada hari Senin tanggal 2 April 2012 yang mengatakan bahwa

“Menurut saya perlengkapan pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta cukup lengkap cuma jumlahnya kurang, jadi kalo praktek saling pinjam meminjam”.

(CL. 7).

commit to user 79

Dan berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Apriyanto pada hari Senin tanggal 2 April 2012 yang mengatakan bahwa “Perlengkapan yang disediakan sekolah masih kurang belum sepenuhnya menunjang kepramukaan.” (CL. 8). Hal ini dapat dilihat pada lampiran 13.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Senin tanggal 2 April 2012 bawa perlengkapan yang terdapat di sanggar masih kurang menunjang kegiatan pramuka. Peneliti hanya menemukan tongkat, tali, tenda dan perlengkapan memasak. Selain itu, sebagian perlengkapan pramuka yang ada di sanggar rusak tidak dapat digunakan dan jumlahnya pun masih kurang jika digunakan untuk seluruh siswa.

Berikut data perlengkapan pramuka yang ada di SMP Negeri 10.

Tabel 4. Perlengkapan Kepramukaan

No. Jenis Jumlah

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlengkapan pramuka yang disediakan oleh sekolah masih belum maksimal dalam menunjang kegiatan kepramukaan.

3) Materi Kepramukaan

commit to user 80

Peran pembina pramuka harus bisa menjadi fasilitator bagi peserta didiknya dalam menerima materi yang disampaikan, akan tetapi bukan hanya sekedar pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai pembina pramuka hendaknya tetap mengkaitkan materi-materi yang ada di dalam kegiatan pramuka dengan pembentukan karakter kewarganegaraan anggota pramuka penggalang di SMP Negeri 10 Surakarta. Jadi siswa sebagai anggota pramuka penggalang tidak hanya pandai teori saja namun mengerti dan memahami nilai-nilai yang terdapat dalam setiap kegiatan kepramukaan. Di SMP Negeri 10 Surakarta pembina pramuka dalam memberikan materi tidak menggunakan materi yang sesuai dengan yang sudah diprogramkan, pembina pramuka memberikan materi kepramukaan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh pembina. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Ibu Dra. Bety Prihastuti pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012 mengatakan bahwa :

Dalam memberikan materi saya hanya ikut saja, karena yang menentukan materi Pak Hariadi selaku Pembina Pramuka Putra. Setahu saya Pak Hariadi dalam menentukan materi kepramukaan dengan mengikuti program rencana kegiatan pramuka yang sudah dilaporkan tahun kemarin. Tapi kadang-kadang Pak Hariadi spontan memberikan materi browsing dari internet. (CL. 1).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Putut Ismiyanto pada hari Jumat tanggal 20 April 2012 mengatakan bahwa :

Cara saya menentukan materi biasanya saya ambil dari buku pedoman yang saya miliki. Selain itu, saya juga kadang diberikan materi yang sudah diprogramkan oleh Pembina Pramuka SMP N 10. Tapi saya juga kadang-kadang memberi materi tambahan yang saya ambil dari internet ya hanya sebagai bahan pertimbangan saja mbak. (CL. 2).

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hariadi, S.Pd, M.Pd pada hari Sabtu tanggal 28 April 2012 mengatakan bahwa

“Dengan cara melihat program kegiatan pramuka yang sudah saya laporkan tahun kemarin tapi saya juga terkadang memberikan materi dari internet”.

(CL. 3).

commit to user 81

Berdasarkan data yang peneliti peroleh di lapangan pembina pramuka tidak membuat rencana materi yang akan diajarkan kepada siswa hanya saja setiap bulan Pembina pramuka membuat laporan kegiatan yang telah diajarkan kepada siswa yang kemudian diberikan kepada Ibu Bety selaku Pembina pramuka putri karena semua laporan mengenai kegiatan pramuka dipegang oleh Bu Bety. Namun setelah peneliti memperoleh data di lapangan tidak setiap bulan Pembina pramuka melaporkan kegiatan pramuka. Laporan kegiatan tersebut dapat dilihat pada lampiran 14.

Jadi, berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai materi kepramukaan belum efektif, sebab belum disusun secara terprogram hanya melihat dari kegiatan pramuka yang disusun tahun kemarin. Selain itu, dalam memberikan materi kepramukaan pembina pramuka menyampaikan materi kepramukaan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh pembina sehingga kurang terprogram.

b. Indikator Proses

Indikator proses ini mencakup : 1) Perilaku Administratif Guru

Perilaku adalah sikap dan tindakan nyata yang ada pada diri manusia yang merupakan tanggapan atas perilaku yang telah dilakukan manusia tersebut. Perilaku administratif guru merupakan suatu tindakan atau suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh guru untuk membantu, melayani, mengarahkan, ataupun mengatur semua kegiatan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembina pramuka harus mempunyai kemampuan untuk memberikan motivasi kepada siswa sebagai pramuka penggalang untuk menanamkan kepercayaan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan minat dan kemampuannya bahwa mereka memiliki kemampuan dan potensi yang besar yang harus dikembangkan. Sehingga pembina pramuka hendaknya menjadi contoh dan motivator dalam penanaman nilai-nilai yang terdapat dalam setiap kegiatan pramuka. Jika

commit to user 82

seorang pembina pramuka hanya bisa ceramah dan omong kosong saja kemungkinan besar siswa akan kehilangan teladan dari pembina itu sendiri.

Jadi berhasil tidaknya suatu proses pendidikan kepramukaan juga dipengaruhi oleh pembina pramuka. Pembina pramuka harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada semua siswa sebagai anggota pramuka penggalang dan harus pandai dalam memberikan pelatihan kepramukaan kepada siswa agar nilai-nilai positif yang terdapat dalam kegiatan kepramukaan terutama yang terdapat dalam Dasa Darma Pramuka dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Pembina Lapangan (Binlap) hanya memberikan materi tanpa memberikan penjelasan tentang nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam materi kepramukaan yang telah diajarkan. Sehingga siswa hanya menerima materi tanpa mengambil manfaat dari materi kepramukaan yang diajarkan oleh Pembina pramuka.

Selain itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti Pembina pramuka dalam mengajarkan materi lebih banyak bercanda dengan siswa.

2) Alokasi Waktu Anggota Pramuka Penggalang

Alokasi waktu peserta didik dalam mengikuti ekstrakurikuler pramuka di SMP Negeri 10 Surakarta dirasakan sudah cukup bagi anggota pramuka penggalang khususnya siswa kelas VII hanya saja waktu tersebut tidak efektif bagi mereka karena siswa itu sendiri yang membuat waktu tersebut tidak efektif, hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Almira Callista Mahendra pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012, yang mengatakan bahwa :

Saya sukarela ikut pramuka. Tapi memang sih mbak kadang malas karena harus balik lagi ke sekolah. Soalnya rumah saya jauh mbak belum lagi nanti gak ada yang nganter, jadi kadang males kalo sore balik lagi ke sekolah. Soalnya dulu enak mbak waktu di SD pulang sekolah langsung pramuka, jadi gak usah bolak balik. Tapi saya ikhlas kok mbak ikut pramuka karena saya senang kegiatan di alam terbuka ya cuma waktunya itu aja mbak. (CL. 4).

commit to user 83

Hal ini juga dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Sabrina Galuh Kusuma pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 yang mengatakan bahwa “Saya sukarela ikut pramuka tapi memang sih mbak kadang malas karena harus balik lagi ke sekolah. Tapi saya ikhlas kok mbak ikut pramuka karena saya senang kegiatan di alam terbuka.” (CL. 5).

Begitu juga dengan Nimas Dyahayu Dhaning Arasta berdasarkan hasil wawancara pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 juga mengatakan bahwa “Saya sukarela ikut pramuka. Tapi memang sih mbak kadang malas karena harus balik lagi ke sekolah. Tapi saya ikhlas kok mbak ikut pramuka karena saya senang kegiatan di alam terbuka”. (CL. 6). Hal ini dapat dilihat pada lampiran 4.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu alasan siswa malas mengikuti kegiatan pramuka karena mereka malas jika harus balik lagi ke sekolah pada sore harinya. Selain itu, alasan lainnya jarak rumah yang jauh dan terkadang tidak ada yang mengantar kembali lagi ke sekolah.

Setelah peneliti melakukan pengamatan pada lembar absensi siswa kelas VII yang dipegang oleh pembina pramuka menyebutkan bahwa masih banyak siswa yang membolos tidak mengikuti kegiatan pramuka. Daftar absensi siswa dapat dilihat pada lampiran 15.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alokasi waktu anggota pramuka penggalang kelas VII masih kurang efektif dalam menerima materi kegiatan pramuka dalam membentuk karakter kewarganegaraan siswa.

c. Indikator Output

Indikator output ini mencakup :

1) Hasil-Hasil yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang tampak dari kegiatan menggali ilmu dan keterampilan. Prestasi belajar bisa dinilai dari tiga aspek yaitu aspek

commit to user 84

kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu perkembangan mental dan sikap dari siswa sebagai anggota pramuka penggalang juga harus menjadi perhatian pembina pramuka. Oleh karena itu penilaian pada ranah afektif perlu dilakukan secara serius. Sehingga prestasi yang diperoleh dapat benar-benar menunjukkan perubahan ke arah positif pada semua aspek. Baik itu perubahan pengetahuan, sikap, dan skill. Penerapan ekstrakurikuler pramuka tidak hanya melihat pada aspek kecerdasan kognitif saja melainkan juga perlu memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Sebab penerapan pendidikan yang diperoleh melalui kegiatan pramuka sendiri bertujuan untuk menumbuhkan watak maupun karakter kewarganegaraan siswa ke arah yang lebih baik agar menjadi warga negara yang baik. Dalam penilaian mengenai prestasi belajar khususnya dalam hal penilaian sikap dan perilaku peserta didik dalam hal ini adalah para anggota pramuka penggalang khususnya siswa kelas VII dilakukan oleh pembina pramuka dengan memperhatikan beberapa kriteria yang pada hasil akhirnya penilaian tersebutlah yang menentukan apakah siswa ini sudah dirasa cukup untuk mendapatkan keterampilan di dalam kegiatan pramuka yang dilihat dari berbagai aspek. Penilaian tersebut melalui absensi siswa dalam mengikuti kegiatan pramuka di SMP Negeri 10

kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu perkembangan mental dan sikap dari siswa sebagai anggota pramuka penggalang juga harus menjadi perhatian pembina pramuka. Oleh karena itu penilaian pada ranah afektif perlu dilakukan secara serius. Sehingga prestasi yang diperoleh dapat benar-benar menunjukkan perubahan ke arah positif pada semua aspek. Baik itu perubahan pengetahuan, sikap, dan skill. Penerapan ekstrakurikuler pramuka tidak hanya melihat pada aspek kecerdasan kognitif saja melainkan juga perlu memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Sebab penerapan pendidikan yang diperoleh melalui kegiatan pramuka sendiri bertujuan untuk menumbuhkan watak maupun karakter kewarganegaraan siswa ke arah yang lebih baik agar menjadi warga negara yang baik. Dalam penilaian mengenai prestasi belajar khususnya dalam hal penilaian sikap dan perilaku peserta didik dalam hal ini adalah para anggota pramuka penggalang khususnya siswa kelas VII dilakukan oleh pembina pramuka dengan memperhatikan beberapa kriteria yang pada hasil akhirnya penilaian tersebutlah yang menentukan apakah siswa ini sudah dirasa cukup untuk mendapatkan keterampilan di dalam kegiatan pramuka yang dilihat dari berbagai aspek. Penilaian tersebut melalui absensi siswa dalam mengikuti kegiatan pramuka di SMP Negeri 10

Dokumen terkait