• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Usaha Mikro

2.1.4.2 Jenis-Jenis Usaha Mikro

Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk pupuk. Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.

2.1.4.2. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Mikro

Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan / padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan. Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam Usaha Mikro dan Kecil.

Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.

2.1.4.2. Masalah yang Dihadapi Usaha Mikro

Usaha mikro merupakan sektor penting dalam perekonomian, namun usaha mikro masih menemui banyak permasalahan dalam proses pengembangan usahanya, antara lain meliputi:

1. Faktor Internal

a. Kurangnya permodalan

b. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas

c. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar 2. Faktor Eksternal

a. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif b. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha c. Implikasi otonomi daerah

d. Implikasi perdagangan bebas

e. Sifat produk dengan lifetime pendek f. Terbatasnya akses pasar

Menurut Tambunan (2012) permasalahan mendasar yang dihadapi oleh usaha mikro yang tergabung dalam UMKM adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan finansial

Dua permasalahan yang dihadapi pelaku usaha berkaitan dengan finansial adalah mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerjadan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan usaha demi pertumbuhan output jangka panjang. Pada umumnya pelaku usaha menggunakan modal pribadi saat pertama kali

membuka usaha namun lambat laun untuk meningkatkan pertumbuhan outputnya dibutuhkan tambahan modal.

2. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis bagi perkembangan Usaha Kecil dan Mikro. Dari hasil studi yang dilakukan

Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah Negara ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa Usaha Mikro dan Kecil tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi Usaha Kecil dan Mikro untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalh pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.

3. Keterbatasan sumber daya manusia

Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia ialah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas

produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia.

Hal ini dapat disebabkan karena harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usahanya dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatsan bahan baku.

5. Keterbatasan teknologi

Usaha Kecil dan Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.

6. Kemampuan Manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat

pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

7. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Mariana Pane (2007) dengan judul penelitian “Efektivitas Sistem Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap UKM di Bank BRI Binjai”. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara langsung dengan mantri untuk mendapatkan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyaluran KUR di Binjai sudah sesuai dengan standar yang berlaku dan cukup efektif karna sudah mencapai sasaran dan tujuan serta memberikan manfaat yang cukup positif bagi masyarakat di Binjai dan sekitarnya khususnya bagi para pelaku Usaha Kecil Menengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandy Whisnu Aditya (2011) dengan judul penelitian “Efektivitas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Pengembangan Usaha Mikro di PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Diponegoro”. Penelitian ini diambil dengan 60 sampel yang terdiri dari pedagang sayuran, tukang tambal ban, penjual jamu, tukang kerupuk, penjual makanan, dll.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program KUR di BRI Cabang Diponegoro sudah efektif dengan kriteria interval yang telah ditentukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Adrey Julianus Pinem (2011) dengan judul

“Implementasi Kredit Usaha Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kredit usaha rakyat oleh Bank Rakyat Indonesia sudah berjalan dengan baik dan mampu mengembangkan usaha kecil. Hal ini dilihat dari adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi KUR, kapasitas, fasilitas yang diberikan guna mendukung pelaksanaan KUR, kemudahan prosedur atau proses administrasi, memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, serta adanya komunikasi yang baik antara bank dengan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Anggraini dan Syahrir Hakim Nasution (2013) dengan judul penelitian “Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM di Kota Medan pada Bank BRI”. Penelitian ini diambil dengan sampel 67 orang responden dan dibagi berdasarkan umur, jenis kelamin, jenis usaha, lama usaha dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian dengan menggunakan persamaan regresi menunjukkan bahwa usaha yang dimiliki debitur mengalami perkembangan sejak menggunakan KUR BRI.

Penelitian yang dilakukan oleh Anis Ayu Purwatiningsih (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) pada Sektor Pertanian di Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kecamatan Kepung dengan perhitungan koefisen regresi menghasilkan bahwa pengaruh KUR bernilai positif.

2.3. Definisi Konsep

Defenisi konsep ialah abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok, atau individu tertentu.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Menurut Sondang, efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

2. Kredit menurut pendapat Brymont P. Kent adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang pada waktu sekarang.

3. Kredit usaha rakyat (KUR) Mikro adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafond kredit secara total eksposure sampai dengan Rp.

25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) yang diberikan kepada usaha mikro perorangan yang memiliki usaha produktif yang dilayani oleh BRI Unit yang dimintakan penjaminan kepada Penjamin.

4. Usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang didasarkan pada paradigm kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan efektif atau tidaknya Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM).

Pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan tersebut akan berbentuk cerita mendetail (deskripsi-rinci, gambaran mendalam).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Medan Selayang, Kota Madya Medan, Sumatera Utara.

3.3. Informan Penelitian

1. Informan kunci, yaitu para pengusaha Usaha Mikro yang menggunakan KUR BRI sebagai tambahan modal usahanya.

2. Informan tambahan, yaitu mereka yang teribat langsung dalam pelaksanaan KUR pada Bank BRI Unit Gagak Hitam.

3.4. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Jenis Data Primer

Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh atau diterima dari hasil penelitian dan/atau narasumbernya dengan melakukan studi

lapangan terhadap objek penelitian di lapangan, yaitu di Bank BRI Unit Gagak Hitam.

b. Jenis Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan meliputi literature/buku-buku yang terkait dengan penelitian, penelusuran internet, dan dokumentasi berkas-berkas penting dari instansi yang diteliti dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Usaha Mikro.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer berupa wawancara dan observasi kepada objek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder berupa dokumentasi dan studi kepustakaan.

Tahap analisis data menggunakan analisis domain dan taksonomi yang berguna untuk memilah-milah dan memfokuskan data yang dibutuhkan. Selain itu juga dokumen dan data resmi dari Bank BRI Unit Gagak Hitam.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dilakukan dengan wawancara langsung terhadap objek penelitian yang terdiri dari:

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tatap muka langsung atau komunikasi dengan responden penelitian ini.

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literature, peraturan perundang-undangan, keputusan menteri, peraturan BRI.

3.6. Teknik Analisis Data

Penulis menganalisis data bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Data-data yang didapat kemudian direduksi dengan tujuan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif analisis yaitu memaparkan atau menjabarkan dan kemudian dianalisis berdasarkan konsep dan peraturan BRI dan diinterpretasikan dengan memberikan kesimpulan.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Selayang

Menurut data yang diperoleh melalui kantor Kecamatan Medan Selayang disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas dengan perkiraan sekitar 23,89 km² atau 4,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Kecamatan ini berada pada ketinggian 26-50 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Medan Selayang merupakan pecahan dari Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk 8 (delapan) Kecamatan Pemekaran di Kota Medan maka secara resmi Perwakilan Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan defenitif yaitu Kecamatan Medan Selayang. Kantornya pun telah menempati bangunan permanen dengan luas tanah lebih kurang 2000 m² dan luas bangunan 396 m² dan dibangun atas adanya bantuan masyarakat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 146.1/1101/k/1994 tentang Pembentukan 7 (tujuh) Kelurahan Persiapan di Kota Medan maka Kecamatan Medan Selayang berkembang dari 5 (lima) kelurahan menjadi 6 (enam) kelurahan yaitu:

Kelurahan Beringin, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang

Bulan Selayang II, Kelurahan Tanjungsari, Kelurahan Swasembada dan yang terakhir adalah Kelurahan Sempakata.

4.1.2. Letak Geografis

Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0-5% (profil Kecamatan Medan Selayang). Wilayah-wilayah yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah:

- Sebelah Utara: Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal - Sebelah Selatan: Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor - Sebelah Timur: Kecamatan Polonia

- Sebelah Barat: Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha. Disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Kelurahan yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun kelurahan yang lain adalah Kelurahan Tanjung Sari 510 Ha dan memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam) lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan, Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha dan memiliki 10 lingkungan, kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin sebagai Kelurahan terkecil dengan luas yang hanya 79 Ha dan memiliki 6 lingkungan.

4.1.3. Demografis

Kecamatan Medan Selayang dihuni oleh 84.913 jiwa. Diantara keenam kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, kelurahan yang terbanyak penduduknya yaitu Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.319 jiwa dan kelurahan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.662 jiwa.

4.1.4. Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah

Secara garis besar, kawasan Medan Selayang merupakan pemukiman.

Namun masih ada kawasan pertanian yang terdapat di Kelurahan Tanjung Sari, Asam Kumbang, dan Padang Bulan Selayang II, yang masih memiliki peluang untuk mengembangkan kawasan agrobisnis yang bernilai ekonomis. Daerah yang subur bagi pertanian ini ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pertanian yang semakin tinggi, namun justru lahan pertanian banyak yang dijadikan sebagai komplek/perumahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya komplek/perumahan yang telah berdiri di Kecamatan Medan Selayang seperti Taman Setia Budi Indah, Graha Tanjung Sari, Villa Malina Indah, Taman Asoka dan lain-lain. Adapun jenis pemukiman perumahan yang berkembang tersebut yaitu perumahan/komplek berjumlah 13 unit, asrama 1 (satu) unit, rumah sehat 16.816 unit dan rumah sederhana 924 unit (Profil Kelurahan, tahun 2006). Sejak tahun 2006 hingga tahun 2013 lahan pertanian semakin berkurang karena fungsinya telah berubah menjadi komplek/perumahan.

Terdapat beberapa mata pencaharian bagi penduduk Kecamatan Medan Selayang. Diantaranya yaitu Pegawai Negeri sebesar 16,9%, Pegawai

Swasta sebesar 32,9%, ABRI sebesar 6,3%, Petani sebesar 6,4%, Pedagang sebesar 13,4%, Pensiunan sebesar 3,1% dan usaha lainnya yaitu industry sebesar 0,3%.Berikut ini adalah tabel usaha mikro di Kecamatan Medan Selayang.

Tabel 4.1.

Data Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016 No. Sektor

Ekonomi

Jenis Usaha Kelurahan

Asam

Sumber: BRI Unit Gagak Hitam

Dari tabel tersebut didapat data bahwa jumlah Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang adalah 184 dengan berbagai jenis usaha. Tanjung Sari sebagai kelurahan yang paling padat penduduknya disbanding yang lain, juga menjadi kelurahan yang paling banyak Usaha Mikronya dengan jumlah 51 Usaha Mikro.

4.2. Profil Bank BRI

4.2.1. Sejarah umum Bank BRI

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wiraatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuur Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang Berkebangsaan Indonesia (Pribumi). Nama lainnya yaitu Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan Milik Kaum Priyayi Purwokerto. Sebutan lainnya yaitu De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tangal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pada periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Bank Rakyat Indonesia ini pun ditetapkan sebagai Bank Pemerintah pertama sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946 Pasal 1 di Republik Indonesia. Pada saat terjadi situasi perang mempertahankan untuk kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan dari Bank Rakyat Indonesia sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah Perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan

perubahan nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui Peraturan Perundang-undangan No.41 Tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani dan Nederlandsche Maartrschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No.9 Tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Sebulan kemudian keluarlah Penpres No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Ekspor Impor (exim). Berdasarkan undang No. 14 Tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang-undang No. 13 Tahun 1968 tentang Undang undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 Tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas Pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang

saat itu kepemilikannya masih 100 % ditangan pemerintah. Sehingga pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual saham dari Bank ini sebesar 30% sehingga Bank ini menjadi Perusahaan Publik dengan nama resmi yang masih dipakai sampai saat ini yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Sejak didirikan pada tahun 1895, fokus utama dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah konsisten untuk melakukan pelayanan pada masyarakat kecil dan sampai sekarang tetap konsisten yaitu dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini tercermin pada salah satu program perkembangan penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 Milyar yg meningkat menjadi Rp. 8.231,1Milyar pada tahun 1995 sampai dengan Bulan September sebesar Rp. 20.466 Milyar dan dengan masih begitu banyaknya program yang dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yg semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 2 kantor Inspeksi/SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.

4.2.2. Slogan, Visi dan Misi Bank BRI

BRI ini mempunyai slogan atau motto “Melayani dengan Setulus Hati”. Visi: menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

Misi:

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang professional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4.3. Gambaran Umum BRI Unit Gagak Hitam

Terdapat beberapa Kantor Unit Bank BRI di Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) saya ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Gagak Hitam dan tepatnya berada di Jalan Gagak Hitam-Ringroad Blok 8 No 5 Medan. Bank BRI Unit Gagak Hitam didirikan pada tahun 2012, yang bertujuan untuk menggarap pangsa pasar usaha Mikro di sekitar Jalan Gagak Hitam (Ringroad). Pelebaran jalan saat itu memberikan dampak yang cukup signifikan bagi beberapa usaha mikro yang mulai merintis usaha. Atas dasar inilah Bank BRI merasa harus membuka kantor unit di

Jalan Gagak Hitam, sekaligus menolong para usaha mikro di sekitar jalan tersebut yang ingin mengembangkan usahanya.

Dari tahun ke tahun, BRI Unit Gagak Hitam berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk para pelaku Usaha Mikro dengan angka yang besar.

Dari tahun ke tahun, BRI Unit Gagak Hitam berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk para pelaku Usaha Mikro dengan angka yang besar.

Dokumen terkait