• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BRI BAGI PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BRI BAGI PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BRI BAGI PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI KECAMATAN MEDAN

SELAYANG

(Studi Kasus: Nasabah KUR BRI Unit Gagak Hitam)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

DINDA FADHILAH 130903109

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BRI BAGI PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI KECAMATAN MEDAN

SELAYANG

(Studi Kasus: Nasabah KUR BRI Unit Gagak Hitam) NAMA : Dinda Fadhilah

NIM : 130903109

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, MS.P

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yaitu : 1) Bagaimanakah keefektifan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap perkembangan Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang?, 2) Bagaimanakah tahapan-tahapan dan syarat-syarat agar Usaha Mikro dapat memperoleh dana KUR?. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kecamatan Medan Selayang dan perkembangan Usaha Mikro setelah menggunakan KUR BRI dan mengetahui tahapan-tahapan dan syarat-syarat agar Usaha Mikro dapat memperoleh dana KUR.

Data dikumpulkan melalui proses wawancara langsung dengan para responden menggunakan panduan wawancara, observasi langsung terhadap para pelaku Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang yang menjadi nasabah KUR BRI Unit Gagak Hitam dan mantri KUR BRI Unit Gagak Hitam serta studi dokumentasi atas dokumen-dokumen terkait. Informan dalam penelitian ini adalah pelaku Usaha Mikro Kecamatan Medan Selayang yang diambil sampel sebanyak 30 orang dan mantri KUR BRI Unit Gagak Hitam. Hasil wawancara dan data yang telah dikumpulkan tersebut dianalisis melalui metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang diarahkan untuk memberikan gejala- gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa : 1) Secara umum setelah menggunakan KUR BRI, penghasilan Usaha Mikro meningkat dari sebelumnya.

Usaha Mikro lebih berkembang dan ini membuktikan bahwa penyaluran KUR BRI terhadap Usaha Mikro sudah efektif. 2) Ada 4 tahap yang harus dilewati oleh calon debitur yang dalam hal ini adalah Usaha Mikro dalam pengajuan sampai pencairan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR), dimulai dari tahap pengajuan kredit, tahap analisis atau pemeriksaan kredit, tahap pemberian putusan kredit dan yang terakhir adalah tahap pencairan atau akad kredit.

Kata Kunci : Efektivitas Program, Kredit Usaha Rakyat (KUR), Bank BRI

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho-Nya akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, dengan judul “Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI bagi Perkembangan Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang (Studi Kasus: Nasabah KUR BRI Unit Gagak Hitam).”

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis dibantu oleh banyak pihak.Bantuan tersebut berupa materil dan moril sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada:

1. Teristimewa untuk Ayahanda H. Muhammad Saleh dan Ibunda Hj. Nuraini tercinta terimakasih atas doa, dukungan, kesabaran, nasehat serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus kepada penulis hingga saat ini.

2. Untuk seluruh keluarga besar penulis, abang, kakak, ipar tersayang, Bang Ifung, Kak Diana, Bunda, Bang Naldi, Kak Devi, Kak Reni, Bang Usop, terima kasih juga untuk doa, support, moril dan materil serta nasehatnya sampai penulis bisa

(4)

menyelesaikan skripsi ini. Keponakan-keponakan tercinta, Naya, Maira, Ifat, Fahrul terima kasih sudah ada sebagai penghibur penulis saat skripsi.

3. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.Sp, selaku Wakil Dekan I FISIP USU.

4. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

5. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi ilmu, petunjuk serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

7. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama masa perkuliahan.

8. Kepada semua nasabah KUR Bank BRI Unit Gagak Hitam yang telah bersedia membantu Penulis dalam hal pengumpulan data.

9. Kepada Bank BRI Unit Gagak Hitam yang telah memberikan penulis izin untuk melakukan penelitian skripsi ini.

10. Untuk pria paling spesial, terkasih, Wendi Rizkiansyah Meliala, terima kasih untuk semua waktu, nasihat, kesabaran, semangat, dari masih sekolah, pilih- pilih kampus, jurusan, sampai sekarang akhir perkuliahan dan selalu menemani penulis saat survey penelitian sekaligus menjadi informan penelitian.

11. Untuk sahabat-sahabat terdekat jaman SMA yang sampai sekarang masih selalu memberikan semangat dan dukungannya, Ruth Inggrid, Ade Putri, Annisa Firda Ulfah, Dian Silvia Harahap, Fathia Namira, dan Viona. Media Trisesa.

Terutama Ruth Inggrid sahabat rasa kandung, yang sering jadi diary berjalan bagi penulis dan menemani penulis selama skripsi.

(5)

12. Untuk Jabirun, Amira Fatin, Dinda Oktavia Harahap, Hani Syahida Harahap, Rana Kamila, Reynaldi Fadhil, dan Akbar Halim, terima kasih atas semangat dan dukungannya dari awal kenal masih maba sampai sekarang sudah mau alumni. Terima kasih sudah menjadi penghilang bosan selama kuliah. Sukses untuk kita semua.

13. Untuk nu squad, tim Barusjulu, Ayu Wahyuni Rangkuti, Gita Engeline Tarigan, Mella Fitria, Madina Yuli Pulungan, dan Peselia Sagala, terima kasih atas semangatnya. Dua minggu yang luar biasa selama kita PKL disana. Semoga kapan-kapan bisa kita ulang lagi. Sukses semua di perantauan.

14. Kepada teman – teman seperjuangan stambuk 2013 jurusan Ilmu Administrasi Negara khususnya Ica Nabila yang selalu menemani penulis saat terpisah kelas, dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak pada umumnya.Akhirnya Penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, Februari 2017 Penulis

Dinda Fadhilah 130903109

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Efektivitas ... 7

2.1.1.1 Pengertian Efektivitas ... 7

2.1.1.2 Tujuan Efektivitas ... 9

2.1.1.3 Manfaat Efektivitas ... 9

2.1.1.4 Indikator Efektivitas ... 10

2.1.1.5 Efektivitas Program... 12

2.1.2 Konsep Kredit ... 13

2.1.2.1 Pengertian Kredit ... 13

2.1.2.2 Tujuan Kredit ... 15

2.1.2.3 Manfaat Kredit ... 16

2.1.2.4 Indikator Kredit ... 17

2.1.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)Mikro BRI ... 19

2.1.3.1 Pengertian KUR Mikro BRI ... 19

2.1.3.2 Tujuan dan Fungsi KUR Mikro BRI ... 20

(7)

2.1.3.3 Syarat, Ketentuan dan Kebijakan Prosedur KUR ... 21

2.1.3.4 Tingkat Bunga KUR Mikro BRI ... 22

2.1.4 Usaha Mikro ... 23

2.1.4.1 Defenisi Usaha Mikro ... 23

2.1.4.2 Jenis-Jenis Usaha Mikro ... 24

2.1.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Usaha Mikro ... 25

2.1.4.4 Masalah yang Dihadapi Usaha Mikro ... 26

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

2.3 Defenisi Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Metode Penelitian ... 32

3.2. Lokasi Penelitian ... 32

3.3. Informan Penelitian ... 32

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 35

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 35

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Selayang ... 35

4..1.2. Letak Geografis ... 36

4.1.3. Demografis ... 37

4.1.4. Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah ... 37

4.2. Profil Bank BRI ... 39

4.2.1. Sejarah umum Bank BRI ... 39

4.2.2. Slogan, Visi dan Misi Bank BRI ... 41

4.3. Gambaran Umum BRI Unit Gagak Hitam ... 42

(8)

4.3.1. Jumlah Pegawai dan Struktur Organisasi ... 43

4.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai ... 45

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 48

5.1. Penyajian Data ... 48

5.1.1. KarakteristikResponden ... 48

5.2. Analisis Data ... 60

5.2.1. EfektivitasPenyaluran KUR BRI bagiPerkembanganUsaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang………61

5.2.2. Tahapan-TahapandanSyarat-Syarat agar Usaha MikrodapatMemperoleh Dana KUR………... ……….65

BAB VI PENUTUP ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... x LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Data Usaha Mikro Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016 ... 37

Tabel 4.2. Data Perkembangan KUR 2014 sampai 2016... 43

Tabel 5.1. Data Informan Kunci ... 49

Tabel 5.2. Informan Berdasarkan Umur ... 51

Tabel 5.3. Informan Berdasarkan Jumlah Anak dalam Keluarga ... 52

Tabel 5.4. Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 53

Tabel 5.5. Penghasilan Informan Setelah Menggunakan KUR ... 54

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Struktur Organisasi BRI Unit Gagak Hitam ... 44

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengembangkan kesejahteraan rakyat sesungguhnya merupakan kewajiban mutlak dari suatu Negara. Bagi bangsa Indonesia yang berazaskan Pancasila, menggerakan ekonomi adalah untuk mencapai tujuan kemakmuran bersama yang dinyatakan dalam Sila ke Lima dari Pancasila yaitu, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Saat ini, prioritas pembangunan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Untuk mencapai ekonomi yang sejahtera tersebut, masyarakat melakukan usaha dalam berbagai hal. Salah satunya adalah Usaha Kecil Menengah (UKM).

Dalam hal ini pengembangan UKM berkaitan langsung dengan kehidupan dan peningkatan kesejahteran bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dominan sebagai pelaku ekonomi nasional merupakan penggerak dalam pembangunan ekonomi rakyat, khususnya dalam rangka perluasan kesempatan berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran.

Usaha Kecil Menengah (UKM) nerupakan kelompok ekonomi terbesar di Indonesia dan terbukti menjadi pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi. Secara nyata UKM juga sebagai sektor usaha yang berperan besar terhadap pembangunan nasional, terbukti telah mampu menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu dalam mengurangi jumlah pengangguran.

(12)

Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang dihadapi oleh mayoritas pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) saat ini adalah tidak tersedianya modal yang cukup untuk lebih mengembangkan usahanya tersebut. Padahal modal adalah unsur utama sebuah usaha dapat berkembang atau malah akan gulung tikar.

Keterbatasan permodalan para pengusaha mikro mempengaruhi tingkat pendapatan dan kelangsungan hidup usahanya. Timbulnya permasalahan permodalan bagi usaha mikro membuat Pemerintah bekerja sama dengan beberapa Bank Pelaksana untuk menggagas Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR ini merupakan salah satu program pemerintah untuk membantu para pengusaha kecil agar dapat mengembangkan usahanya dengan menambah modal yang didapatkan dari pinjaman bank dengan fasilitas kredit yang diberikan pada perusahaan atau perorangan untuk membiayai kebutuhan dana jangka pendek dalam rangka pembelian, perluasan dan pembaharuan.

Sebagai contoh, Bapak Suryadi mempunyai depot air minum isi ulang.

Saat usahanya telah berjalan enam bulan dia merasa harus mengembangkan usahanya tersebut dengan tempat yang lebih besar dan membeli mobil pick-up sebagai transportasi untuk mengantar pesanan konsumennya. Karena modalnya tidak cukup, Bapak Suryadi kemudian meminjam uang kepada Bank BRI dengan menggunakan KUR. Setelah mengikuti beberapa persyaratan dan prosedur, ia pun kemudian dapat memperbesar usahanya dan membeli mobil pick-up dengan mendapatkan dana KUR dari Bank BRI tersebut.

Sebagai lembaga keuangan yang dibutuhkan masyarakat, bank sangat membantu pemerintah dalam memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan

(13)

taraf hidup masyarakat dengan produk kredit yang dimiliki. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi mengumpulkan dana dari masyarakat dalam berbagai macam simpanan dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam berbagai jenis kredit.

Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank merupakan aset terbesar bagi bank. Dalam hal kegiatan bank memberikan fasilitas kredit, resiko kerugian sebagian besar bersumber pada kegiatan tersebut. Sehingga bila tidak dikelola dengan baik dan disertai pengawasan yang memadai akan mengancam kelangsungan hidup bank tersebut.

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UKM yang diikuti nota kesepahaman bersama antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UKM.

Akhirnya pada tanggal 5 November 2007, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kredit bagi UKM dengan pola penjaminan dengan nama Kredit Usaha Rakyat dan didukung oleh Inpres Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009 untuk menjamin implementasi atau percepatan pelaksanaan kredit usaha rakyat ini.

Dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) usaha kecil dan menengah diharapkan mampu bertahan menguat dan memulihkan perekonomian nasional, disamping bisa lebih berdaya yang menuju kepada kesejahteraan.

Program KUR bertujuan memberikan materil terhadap usaha kecil dan menengah, dimana modal merupakan permasalahan utama usaha kecil dan menengah.

(14)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusunnya menjadi skripsi dengan judul:

“Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI Bagi Perkembangan Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang (Studi Kasus:

Nasabah KUR Bank BRI Unit Gagak Hitam)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah keefektifan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap perkembangan Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang?

2. Bagaimanakah tahapan-tahapan dan syarat-syarat agar usaha mikro dapat memperoleh dana KUR?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kecamatan Medan Selayang dan perkembangan Usaha Mikro setelah menggunakan KUR BRI.

2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dan syarat-syarat agar Usaha Mikro dapat memperoleh dana KUR.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah:

(15)

1. Secara subjektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan sistematis dan menuangkannya dalam suatu karya ilmiah

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak khususnya penyelenggara pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank BRI Unit Gagak Hitam sehingga dapat dijadikan referensi untuk perbaikan mutu pelayanan kredit.

3. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, kerangka teori, dan defenisi konsep.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, jenis dan sumberdata, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data.

(16)

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran umum atau profil dari lokasi penelitian dan pelaksanaan program tersebut.

BAB V : PENYAJIAN & ANALISIS DATA

Bab ini berisi data yang diperoleh dari lapangan berupa dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan analisa data yang diperoleh dari lapangan dan memberikan interpretasi masalah yang diajukan.

BAB VII : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran dari penulis untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

Kerangka teori membantu seorang penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, serta sebagai dasar penelitian agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten. Maka di dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka toeri dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1. Efektivitas

2.1.1.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi atau program. Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut.

Menurut Sondang dalam Othenk (2008: 4), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

(18)

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini.

Sumber: Mahmudi, 2005:92

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target- targetnya.

Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

Jadi dimaksudkan disini yaitu bagaimana penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI itu mencapai titik berhasil sesuai dengan teori-teori yang ada tersebut. Untuk mengetahui apakah penyaluran dana KUR tersebut efektiv atau tidak maka dibutuhkan indikator atau alat ukur yang digunakan

(19)

disini untuk mengetahui apakah penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) itu berhasil ataupun tidak adalah dengan melihat apakah tujuan dari dibentuknya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sudah tercapai dan apakah memberi manfaat bagi masyarakat khususnya para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).

2.1.1.2. Tujuan Efektivitas

Adapun tujuan efektif sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu:

1. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

2. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

3. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

2.1.1.3. Manfaat Efektivitas

Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dalam bukunya Efektrivitas Organisasi mengatakan manfaat efektivitas sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

(20)

Agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan consensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

2.1.1.4. Indikator Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Menurut pendapat Gibson Ivancevich Donnelly dalam bukunya Prilaku, Struktur, Proses, menyebutkan bahwa ukuran efektivitas organisasi sebagai

berikut:

1. Produksi adalah kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

2. Efesiensi adalah perbandingan (ratio) antara output dengan input.

(21)

3. Kepuasaan adalah ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Keunggulan adalah tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

5. Pengembangan adalah mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat.

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas organisasi merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Oleh karenanya, maka hal-hal yang mempengaruhi efektivitas adalah ukuran, tingkat kesulitan, kepuasan, hasil dan kecepatan serta individu atau organisasi dalam melaksanakan sebuah kegiatan/program tersebut, di samping itu evaluasi apabila terjadi kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan tercapai suatu kesinambungan (sustainabillity).

Selanjutnya Strees dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu produktivitas, kemampuan adaptasi kerja, kepuasan kerja, kemampuan berlaba, dan pencarian sumber daya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa ukuran daripada efektivitas harus adanya suatu perbandingan antara input dan output, ukuran daripada efektivitas mesti adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja yang

(22)

kondusif serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran daripada efektivitas adanya rasa saling memiliki dengan tingkatan yang tinggi.

2.1.1.5. Efektivitas Program

Menurut Budiani (2007) dalam jurnalnya yang berjudul “efektivitas program penanggulangan pengangguran Karang taruna “eka taruna bhakti” desa Sumerta Kelod kecamatan denpasar timur kota Denpasar“ menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Ketepatan sasaran program

Yaitu sejauhmana pelanggan dari program tersebut tepat dengan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Sosialisasi program

Yaitu kemampuan penyelenggara program dalam melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan sasaran program pada khususnya.

3. Tujuan program

Yaitu sejauhmana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Pemantauan program

Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah pemberian hasil dari program sebagai bentuk perhatian kepada pelanggan.

(23)

2.1.2. Konsep Kredit

2.1.2.1. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari kata credere (Yunani) atau credetium (Latin) yang berarti kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya, artinya kepercayaan dari kreditor (pemberian pinjaman) bahwa debitornya (penerima pinjaman) akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dari perjanjian kedua belah pihak dalam jangka waktu tertentu.

Kredit menurut pendapat Brymont P. Kent adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang pada waktu sekarang.

Menurut Rolling G. Thomas, pengertian kredit adalah kepercayaan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Firdaus dan Ariyanti mendefinisikan arti kredit adalah suatu reputasi yang dimiliki seseorang yang memungkinkan ia bisa memperoleh uang, barang-barang atau tenaga kerja, dengan jalan menukarkan dengan suatu perjanjian untuk membayarnya disuatu waktu yang akan datang.

Pengertian kredit secara yuridis dapat dilihat pada Undang-Undang No.

10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 11 tentang perbankan, bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.

(24)

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 12 tentang perbankan, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Saat ini kata kredit sebenarnya bukan lagi asing di telinga kita. Dalam kehidupan sehari-hari pun kredit sering kita dengar. Apalagi untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah, kredit sering digunakan. Mereka menggunakan kredit untuk membeli keperluan rumah tangga seperti ember, kursi, mesin cuci, dan sebagainya. Biasanya kredit barang-barang seperti ini berhubungan langsung dengan pedagang yang menjualnya. Dalam jangka waktu tertentu si peminjam diwajibkan untuk membayar sesuai nominal yang telah disepakati.

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga.” Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Dalam perkembangan perbankan modern saat ini, kredit memiliki pengertian sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan

(25)

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk:

1. Overdraft yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari.

2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

3. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

2.1.2.2. Tujuan Kredit

Kredit di awal perkembangan tujuannya untuk merangsang kedua belah pihak untuk saling menolong dengan tujuan pencapaian kebutuhan, baik itu dalam bidang usaha atau kebutuhan sehari-hari. Kredit dapat memenuhi fungsinya jika secara sosial ekonomis baik bagi debitur, kreditur, atau masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik.

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan lepas dari misi bank tersebut didirikan.

Menurut Kasmir (2002:105) dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan lainnya ada beberapa tujuan umu pemberian suatu kredit antara lain :

a. Membantu Usaha Nasabah

Tujuannya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

b. Membantu Pemerintah

(26)

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin bnyak kredit berarti adanya peningkayan pembangunan diberbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengn menyebarkan pemberian kredit adalah:

1. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

2. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.

4. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor. Apabila dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit maka akan dapat menghemat devisa negara.

2.1.2.3. Manfaat Kredit

Menurut Kasmir (2002:106) dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan selain memiliki manfaat pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas, antara lain:

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh tambahan uang dari lainnya.

(27)

c. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

d. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

e. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

2.1.2.4. Indikator Kredit

Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud. Atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu.

Sehingga jika bicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Adapun unsur–unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu kredit. Oleh karena itu sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan

(28)

penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara interen maupun dari eksteren.

2. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak mentandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani oleh kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menegah (1 sampai 3 tahun), atau jangka panjang (diatas 3 tahun).

Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja oleh nasabah maupun resiko yang tidak sengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada

(29)

unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

5. Balas Jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya adminstrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

Berkaitan dengan hal di atas berarti bahwa kredit hanya dapat diberikan kepada mereka yang dipercaya mampu mengembalikan kredit di kemudian hari.

Jika dijabarkan lebih lanjut lagi bahwa pemenuhan kewajiban mengembalikan pinjaman itu sama artinya dengan kemampuan memenuhi prestasi suatu perikatan.

2.1.3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI

2.1.3.1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI

Dalam rangka mendukung kebijakan Pemerintah dalam menggerakkan sektor riil, BRI menjadi salah satu bank pelaksana yang melayani pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah diluncurkan pada tanggal 5 November 2007 oleh Presiden RI. Sebagai pedoman pelaksanaannya, telah terdapat Surat Edaran Nose: S.8-DIR/ADK/02/2008 tanggal 20 Februari 2008 tentang Kredit Usaha Rakyat Kupedes (KUR Kupedes) yang telah mengalami perubahan dalam Surat Edaran Nose S.8a-DIR/ADK/02/2008 tanggal 24 April 2009 serta

(30)

beberapa surat penjelasan mengenai ketentuan pelaksanaan KUR Kupedes yang selanjutnya disebut dengan KUR Mikro.

Kredit usaha rakyat (KUR) Mikro adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafond kredit secara total eksposure sampai dengan Rp.

25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) yang diberikan kepada usaha mikro perorangan yang memiliki usaha produktif yang dilayani oleh BRI Unit yang dimintakan penjaminan kepada Penjamin. Pelayanan KUR Mikro hanya dapat dilaksanakan di BRI Unit. Sumber dana KUR Mikro berasal sepenuhnya dari dana BRI. Putusan pemberian kredit sepenuhnya menjadi wewenang BRI sesuai ketentuan yang berlaku di BRI. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka pengembangan pelayanan usaha berskala mikro, sekaligus mengantisipasi persaingan serta untuk mendukung program pemerintah, Direksi memandang perlu untuk mengatur kembali ketentuan pelayanan KUR Mikro yang dapat dilayani di BRI Unit.

2.1.3.2. Tujuan dan Fungsi KUR Mikro BRI

Tujuan Program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor- sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat

kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Terdapat beberapa tujuan KUR Mikro BRI:

(31)

a. Meningkatkan akses pembiayaan UMKM kepada Bank.

b. Pembelajaran UMKM untuk menjadi debitur yang bankable sehingga dapat dilayani sesuai ketentuan komersial perbankan pada umumnya (sebagai contoh embrio debitur komersial).

c. Diharapkan usaha yang dibiayai dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.

2.1.3.3. Syarat, Ketentuan dan Kebijakan Prosedur KUR

Sejak diberlakukannya KUR ini, beberapa syarat, ketentuan dan kebijakan prosedur yang ingin menggunakan KUR mengalami beberapa kali revisi. Maka yang berlaku saat ini, yaitu:

1. Persyaratan umum Calon Debitur

a. Peminjam adalah individu yang melakukan usaha produktif yang layak namun belum bankable.

b. Calon debitur tidak sedang menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima kredit program dari pemerintah.

c. Perijinan calon debitur

Ijin usaha seperti TDP, SIUP, dan SITU dapat digantikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Lurah/Kepala Desa atau otoritas lain yang berwenang misalnya Surat Keterangan Usaha dari Kepala Pasar untuk Permohonan pedagang Pasar.

2. Persyaratan administratif bagi calon debitur adalah:

(32)

a. Menyerahkan fotocopy KTP atau kartu identitas lainnya dan foto copy Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku serta harus dicocokkan dengan aslinya

b. Pejabat Kredit Lini (PKL) wajib memastikan kebenaran alamat calon debitur.

c. Fotocopy KTP dan kartu identitas lainnya seperti Kartu Keluarga (KK), harus diberi paraf oleh Mantri atau Kaunit sebagai bukti bahwa alamat calon nasabah pada fotocopy KTP tersebut benar dan cocok dengan aslinya.

d. Menyerahkan ijin usaha atau penggantinya.

3. Jenis Kredit dan Jangka Waktu

Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ini dapat diberikan untuk keperluan modal kerja atau investasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kredit Modal Kerja, jangka wajtu maksimal 3 (tiga) tahun.

b. Kredit Investasi, jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun.

2.1.3.4. Tingkat Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI

Suku bunga kredit untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berlaku saat ini adalah sebesar 9%. Kredit Usaha Rakyat adalah kredit program yang disalurkan menggunakan pola penjaminan dan kredit ini diperuntukkan bagi pengusaha mikro dan kecil yang tidak memiliki agunan tetapi memiliki usaha yang layak dibiayai bank. Pemerintah mensubsidi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tujuan memberdayakan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang ada di Indonesia.

(33)

2.1.4. Usaha Mikro

2.1.4.1. Defenisi Usaha Mikro

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria dari usaha mikro kecil tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 ayat (1) dan tersaji dalam tabel berikut ini.

No Sumber Keterangan

1. UU No. 20 Tahun 2008 Usaha Mikro:

a. Jumlah aset maksimal 50 juta

b. Omzet penjualan per-tahun maks. Rp. 300 juta

2. Badan Pusat Statistik (BPS)

Usaha Mikro:

Tenaga kerja <5 orang termasuk anggota keluarga.

3. Bank Indonesia (UU No. 9 Tahun 1995)

Usaha Mikro:

Usaha yang dimiliki oleh sumber daya local

(34)

dengan teknologi sederhana.

4. Bank Dunia Usaha Mikro:

a. Tenaga kerja <10 orang b. Aset <$ 100.000

c. Omset per-tahun <$100.000 Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Adapun yang menjadi karakteristik dari UMKM di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Struktur organisasi dan manajemen sederhana.

2. Memiliki modal terbatas dan kemampuan memperoleh sumber dana rendah.

3. Sistem pembukuan keuangan sangat sederhana.

4. Kurang membedakan antara aset pribadi dengan aset perusahaan.

5. Kemampuan pemasaran produk rendah.

6. Menghadapi persaingan yang tinggi sehingga marjin keuntungan rendah.

2.1.4.2. Jenis-Jenis Usaha Mikro

Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk pupuk. Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.

(35)

2.1.4.2. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Mikro

Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan / padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan. Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam Usaha Mikro dan Kecil.

Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.

(36)

2.1.4.2. Masalah yang Dihadapi Usaha Mikro

Usaha mikro merupakan sektor penting dalam perekonomian, namun usaha mikro masih menemui banyak permasalahan dalam proses pengembangan usahanya, antara lain meliputi:

1. Faktor Internal

a. Kurangnya permodalan

b. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas

c. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar 2. Faktor Eksternal

a. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif b. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha c. Implikasi otonomi daerah

d. Implikasi perdagangan bebas

e. Sifat produk dengan lifetime pendek f. Terbatasnya akses pasar

Menurut Tambunan (2012) permasalahan mendasar yang dihadapi oleh usaha mikro yang tergabung dalam UMKM adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan finansial

Dua permasalahan yang dihadapi pelaku usaha berkaitan dengan finansial adalah mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerjadan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan usaha demi pertumbuhan output jangka panjang. Pada umumnya pelaku usaha menggunakan modal pribadi saat pertama kali

(37)

membuka usaha namun lambat laun untuk meningkatkan pertumbuhan outputnya dibutuhkan tambahan modal.

2. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis bagi perkembangan Usaha Kecil dan Mikro. Dari hasil studi yang dilakukan

Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah Negara ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa Usaha Mikro dan Kecil tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi Usaha Kecil dan Mikro untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalh pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.

3. Keterbatasan sumber daya manusia

Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia ialah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam aspek- aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas

(38)

produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia.

Hal ini dapat disebabkan karena harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usahanya dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatsan bahan baku.

5. Keterbatasan teknologi

Usaha Kecil dan Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.

6. Kemampuan Manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat

pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

(39)

7. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Mariana Pane (2007) dengan judul penelitian “Efektivitas Sistem Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap UKM di Bank BRI Binjai”. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara langsung dengan mantri untuk mendapatkan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyaluran KUR di Binjai sudah sesuai dengan standar yang berlaku dan cukup efektif karna sudah mencapai sasaran dan tujuan serta memberikan manfaat yang cukup positif bagi masyarakat di Binjai dan sekitarnya khususnya bagi para pelaku Usaha Kecil Menengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandy Whisnu Aditya (2011) dengan judul penelitian “Efektivitas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Pengembangan Usaha Mikro di PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Diponegoro”. Penelitian ini diambil dengan 60 sampel yang terdiri dari pedagang sayuran, tukang tambal ban, penjual jamu, tukang kerupuk, penjual makanan, dll.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program KUR di BRI Cabang Diponegoro sudah efektif dengan kriteria interval yang telah ditentukan.

(40)

Penelitian yang dilakukan oleh Adrey Julianus Pinem (2011) dengan judul

“Implementasi Kredit Usaha Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kredit usaha rakyat oleh Bank Rakyat Indonesia sudah berjalan dengan baik dan mampu mengembangkan usaha kecil. Hal ini dilihat dari adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi KUR, kapasitas, fasilitas yang diberikan guna mendukung pelaksanaan KUR, kemudahan prosedur atau proses administrasi, memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, serta adanya komunikasi yang baik antara bank dengan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Anggraini dan Syahrir Hakim Nasution (2013) dengan judul penelitian “Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM di Kota Medan pada Bank BRI”. Penelitian ini diambil dengan sampel 67 orang responden dan dibagi berdasarkan umur, jenis kelamin, jenis usaha, lama usaha dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian dengan menggunakan persamaan regresi menunjukkan bahwa usaha yang dimiliki debitur mengalami perkembangan sejak menggunakan KUR BRI.

Penelitian yang dilakukan oleh Anis Ayu Purwatiningsih (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) pada Sektor Pertanian di Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kecamatan Kepung dengan perhitungan koefisen regresi menghasilkan bahwa pengaruh KUR bernilai positif.

(41)

2.3. Definisi Konsep

Defenisi konsep ialah abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok, atau individu tertentu.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Menurut Sondang, efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

2. Kredit menurut pendapat Brymont P. Kent adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang pada waktu sekarang.

3. Kredit usaha rakyat (KUR) Mikro adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafond kredit secara total eksposure sampai dengan Rp.

25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) yang diberikan kepada usaha mikro perorangan yang memiliki usaha produktif yang dilayani oleh BRI Unit yang dimintakan penjaminan kepada Penjamin.

4. Usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang didasarkan pada paradigm kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan efektif atau tidaknya Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM).

Pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan tersebut akan berbentuk cerita mendetail (deskripsi-rinci, gambaran mendalam).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Medan Selayang, Kota Madya Medan, Sumatera Utara.

3.3. Informan Penelitian

1. Informan kunci, yaitu para pengusaha Usaha Mikro yang menggunakan KUR BRI sebagai tambahan modal usahanya.

2. Informan tambahan, yaitu mereka yang teribat langsung dalam pelaksanaan KUR pada Bank BRI Unit Gagak Hitam.

3.4. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Jenis Data Primer

Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh atau diterima dari hasil penelitian dan/atau narasumbernya dengan melakukan studi

(43)

lapangan terhadap objek penelitian di lapangan, yaitu di Bank BRI Unit Gagak Hitam.

b. Jenis Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan meliputi literature/buku- buku yang terkait dengan penelitian, penelusuran internet, dan dokumentasi berkas-berkas penting dari instansi yang diteliti dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Usaha Mikro.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer berupa wawancara dan observasi kepada objek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder berupa dokumentasi dan studi kepustakaan.

Tahap analisis data menggunakan analisis domain dan taksonomi yang berguna untuk memilah-milah dan memfokuskan data yang dibutuhkan. Selain itu juga dokumen dan data resmi dari Bank BRI Unit Gagak Hitam.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dilakukan dengan wawancara langsung terhadap objek penelitian yang terdiri dari:

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

(44)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tatap muka langsung atau komunikasi dengan responden penelitian ini.

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literature, peraturan perundang-undangan, keputusan menteri, peraturan BRI.

3.6. Teknik Analisis Data

Penulis menganalisis data bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Data-data yang didapat kemudian direduksi dengan tujuan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif analisis yaitu memaparkan atau menjabarkan dan kemudian dianalisis berdasarkan konsep dan peraturan BRI dan diinterpretasikan dengan memberikan kesimpulan.

(45)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Selayang

Menurut data yang diperoleh melalui kantor Kecamatan Medan Selayang disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas dengan perkiraan sekitar 23,89 km² atau 4,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Kecamatan ini berada pada ketinggian 26-50 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Medan Selayang merupakan pecahan dari Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk 8 (delapan) Kecamatan Pemekaran di Kota Medan maka secara resmi Perwakilan Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan defenitif yaitu Kecamatan Medan Selayang. Kantornya pun telah menempati bangunan permanen dengan luas tanah lebih kurang 2000 m² dan luas bangunan 396 m² dan dibangun atas adanya bantuan masyarakat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 146.1/1101/k/1994 tentang Pembentukan 7 (tujuh) Kelurahan Persiapan di Kota Medan maka Kecamatan Medan Selayang berkembang dari 5 (lima) kelurahan menjadi 6 (enam) kelurahan yaitu:

Kelurahan Beringin, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang

(46)

Bulan Selayang II, Kelurahan Tanjungsari, Kelurahan Swasembada dan yang terakhir adalah Kelurahan Sempakata.

4.1.2. Letak Geografis

Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0-5% (profil Kecamatan Medan Selayang). Wilayah-wilayah yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah:

- Sebelah Utara: Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal - Sebelah Selatan: Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor - Sebelah Timur: Kecamatan Polonia

- Sebelah Barat: Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha. Disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Kelurahan yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun kelurahan yang lain adalah Kelurahan Tanjung Sari 510 Ha dan memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam) lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan, Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha dan memiliki 10 lingkungan, kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin sebagai Kelurahan terkecil dengan luas yang hanya 79 Ha dan memiliki 6 lingkungan.

(47)

4.1.3. Demografis

Kecamatan Medan Selayang dihuni oleh 84.913 jiwa. Diantara keenam kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, kelurahan yang terbanyak penduduknya yaitu Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.319 jiwa dan kelurahan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.662 jiwa.

4.1.4. Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah

Secara garis besar, kawasan Medan Selayang merupakan pemukiman.

Namun masih ada kawasan pertanian yang terdapat di Kelurahan Tanjung Sari, Asam Kumbang, dan Padang Bulan Selayang II, yang masih memiliki peluang untuk mengembangkan kawasan agrobisnis yang bernilai ekonomis. Daerah yang subur bagi pertanian ini ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pertanian yang semakin tinggi, namun justru lahan pertanian banyak yang dijadikan sebagai komplek/perumahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya komplek/perumahan yang telah berdiri di Kecamatan Medan Selayang seperti Taman Setia Budi Indah, Graha Tanjung Sari, Villa Malina Indah, Taman Asoka dan lain-lain. Adapun jenis pemukiman perumahan yang berkembang tersebut yaitu perumahan/komplek berjumlah 13 unit, asrama 1 (satu) unit, rumah sehat 16.816 unit dan rumah sederhana 924 unit (Profil Kelurahan, tahun 2006). Sejak tahun 2006 hingga tahun 2013 lahan pertanian semakin berkurang karena fungsinya telah berubah menjadi komplek/perumahan.

Terdapat beberapa mata pencaharian bagi penduduk Kecamatan Medan Selayang. Diantaranya yaitu Pegawai Negeri sebesar 16,9%, Pegawai

(48)

Swasta sebesar 32,9%, ABRI sebesar 6,3%, Petani sebesar 6,4%, Pedagang sebesar 13,4%, Pensiunan sebesar 3,1% dan usaha lainnya yaitu industry sebesar 0,3%.Berikut ini adalah tabel usaha mikro di Kecamatan Medan Selayang.

Tabel 4.1.

Data Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016 No. Sektor

Ekonomi

Jenis Usaha Kelurahan

Asam Kum bang

Tanjung Sari

PB Selaya

ng II

Beringin PB Sela yang

I

Sempakata

1. Perdaga ngan

Pedagang kecil (ecer)

5 15 8 10 6 11

Pedagang besar (grosir)

2 7 5 3 2 6

Pedagang makanan

3 17 8 9 6 8

Pedagang kebutuhan

rumah tangga

2 4 2 6 3 5

2. Jasa Bengkel 1 2 3 2 2 1

Jahit 4 1 3 1 2

Pangkas 1 2 1 2 1 2

Total 14 51 28 35 21 35

Sumber: BRI Unit Gagak Hitam

(49)

Dari tabel tersebut didapat data bahwa jumlah Usaha Mikro di Kecamatan Medan Selayang adalah 184 dengan berbagai jenis usaha. Tanjung Sari sebagai kelurahan yang paling padat penduduknya disbanding yang lain, juga menjadi kelurahan yang paling banyak Usaha Mikronya dengan jumlah 51 Usaha Mikro.

4.2. Profil Bank BRI

4.2.1. Sejarah umum Bank BRI

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wiraatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuur Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang Berkebangsaan Indonesia (Pribumi). Nama lainnya yaitu Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan Milik Kaum Priyayi Purwokerto. Sebutan lainnya yaitu De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tangal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pada periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Bank Rakyat Indonesia ini pun ditetapkan sebagai Bank Pemerintah pertama sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946 Pasal 1 di Republik Indonesia. Pada saat terjadi situasi perang mempertahankan untuk kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan dari Bank Rakyat Indonesia sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah Perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan

(50)

perubahan nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui Peraturan Perundang-undangan No.41 Tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani dan Nederlandsche Maartrschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No.9 Tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Sebulan kemudian keluarlah Penpres No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Ekspor Impor (exim). Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 1967 tentang Undang- undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 Tahun 1968 tentang Undang undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 Tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas Pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang

(51)

saat itu kepemilikannya masih 100 % ditangan pemerintah. Sehingga pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual saham dari Bank ini sebesar 30% sehingga Bank ini menjadi Perusahaan Publik dengan nama resmi yang masih dipakai sampai saat ini yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Sejak didirikan pada tahun 1895, fokus utama dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah konsisten untuk melakukan pelayanan pada masyarakat kecil dan sampai sekarang tetap konsisten yaitu dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini tercermin pada salah satu program perkembangan penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 Milyar yg meningkat menjadi Rp. 8.231,1Milyar pada tahun 1995 sampai dengan Bulan September sebesar Rp. 20.466 Milyar dan dengan masih begitu banyaknya program yang dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yg semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 2 kantor Inspeksi/SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.

(52)

4.2.2. Slogan, Visi dan Misi Bank BRI

BRI ini mempunyai slogan atau motto “Melayani dengan Setulus Hati”. Visi: menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

Misi:

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang professional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4.3. Gambaran Umum BRI Unit Gagak Hitam

Terdapat beberapa Kantor Unit Bank BRI di Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) saya ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Gagak Hitam dan tepatnya berada di Jalan Gagak Hitam-Ringroad Blok 8 No 5 Medan. Bank BRI Unit Gagak Hitam didirikan pada tahun 2012, yang bertujuan untuk menggarap pangsa pasar usaha Mikro di sekitar Jalan Gagak Hitam (Ringroad). Pelebaran jalan saat itu memberikan dampak yang cukup signifikan bagi beberapa usaha mikro yang mulai merintis usaha. Atas dasar inilah Bank BRI merasa harus membuka kantor unit di

(53)

Jalan Gagak Hitam, sekaligus menolong para usaha mikro di sekitar jalan tersebut yang ingin mengembangkan usahanya.

Dari tahun ke tahun, BRI Unit Gagak Hitam berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk para pelaku Usaha Mikro dengan angka yang besar.

Setiap tahun BRI Unit Gagak Hitam memiliki RKA (Rencana Kerja Anggaran) yang harus dicapai.

Tabel 4.2.

Data Perkembangan KUR 2014 sampai 2016

No. Tahun Target RKA

(Rencana Kerja Anggaran)

Realisasi Pencapaian (%)

1. 2014 2.800.000.000 3.000.000.000 107,14%

2. 2015 2.800.000.000 3.500.000.000 125%

3. 2016 2.900.000.000 4.000.000.000 137,93%

Sumber: BRI Unit Gagak Hitam

Dari data di atas, terlihat bahwa setiap tahun target RKA meningkat.

Semua realisasinya setiap tahun mencapai target bahkan melebihi target RKA.

Pencapaiannya bila dilihat dalam persenan pun juga meningkat.

4.3.1. Jumlah Pegawai dan Struktur Organisasi

Jumlah Pegawai

(54)

Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Gagak Hitam ini terdiri dari 1 orang Kepala Unit, 2 orang Mantri Unit, 1 orang Deskman atau Kepala Tata usaha Pembukuan, dan 1 orang Teller dan sebagai tambahan ada 1 orang security atau Petugas Keamanan (Satpam). Jam kerja dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Gagak Hitam ini dimulai dari pukul 08.00 – 15.30wib.

Bagan 4.1.

Struktur Organisasi BRI Unit Gagak Hitam

Sumber: BRI Unit Gagak Hitam

Musi Nurmarheni Kepala Unit BRI Gagak Hitam

Wendi R. Meliala Mantri KUR BRI Gagak Hitam Dede Yusuf

Mantri KUR BRI Gagak Hitam

Fanny

Deskman/CS BRI Gagak Hitam

Risa Marianti

Teller Unit BRI Gagak Hitam

(55)

4.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai

Di Bank BRI Unit Gagak Hitam terdapat struktur organisasi yang terdiri dari beberapa pegawaiyang memilik tugas dan fungsi dari jabatan yang mereka miliki. Berikut adalah tugas-tugas pokok dan fungsi para pegawai di Bank BRI Unit Gagak Hitam dimulai dari jabatan tertinggi.

1. Kepala unit

Tugas pokok dan fungsi dari seorang Ketua Unit yaitu:

a. Memimpin kantor unit di wilayah kedudukannya dan bertindak untuk dan atas nama direksi baik di dalam maupun di luar pengadilan dalam hubungannya dengan pihak lain atau pihak ketiga di wilayah kerjanya yang berkaitan dengan usaha bank.

b. Mengelola keuangan dan harta kekayaan bank dan seluruh kegiatan kantor unit berdasarkan prinsip-prinsip ketatalaksanaan yang sehat dan tertib administrasi sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan direksi.

c. Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan dan peralatan kerja untuk menunjang operasional kantor unit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Pemeliharaan hubungan kedinasan dalam rangka kerjasama antar instansi pemerintah maupun swasta ataupun lembaga perbankan/nonperbankan di wilayah kantor unit untuk memperlancar kegiatan usaha bank.

(56)

e. Mengoptimalisasi pendayagunaan tenaga kerja dan peralatan guna meningkatkan motivasi kerja, keahlian dalam bidangnya, dan hubungan yang baik dengan sesama karyawan sehingga tercapai kerja yang maksimal.

f. Bertanggungjawab atas kebenaran penyusunan laporan keuangan secara berkala dan laporan lainnya yang berhubungan dengan kantor unit.

g. Mengusahakan pengambilan kredit yang telah diterbitkan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

h. Mengadakan koordinator dan pengawasan terhadap tugas- tugas yang diberikan kepada bawahan dengan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas tersebut.

2. Mantri unit

Tugas dan fungsi dari seorang Mantri Unit adalah sebagai berikut:

a. Menangani analisis kredit bagi peminjaman uang di bank dan memastikan bahwa semua data yang diajukan oleh calon debitur itu sudah memenuhi syarat, benar dan layak untuk menerima dana kredit.

b. Melakukan peninjauan langsung ke lokasi dari calon debitur yang akan menerima dana kredit yang diajukannya.

3. Deskman

Tugas dan fungsi dari seorang Deskman yaitu menangani komplain ataupun masukan dari nasabah, serta memberikan solusi bagi permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

Baca kesemua kenyataan tersebut dan anda diminta secara spontan menentukan kedudukan diri anda berhubung dengan kenyataan-kenyataan itu dengan membulatkan satu angka di petak

Perilaku penggunaan sabuk keselamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Health Belief Model yang memandang penggunaan sabuk keselamatan sebagai tindakan pencegahan kecela-

Pengertian Sistem Informasi Pemberitahuan Pembayaran Pajak Berbasis Short Message Service (SMS) Gateway pada Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat)

Oleh karena itu Bank Rakyat Indonesia (BRI) meluncurkan kredit bagi pelaku usaha mikro dan kecil (UMK), dan koperasi berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program ini

Teknik penyadapan dalam penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dilakukan setelah terdapat bukti awal dengan cara menggunakan alat-alat elektronik sesuai

Untuk benang yang mendapatkan perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi berbeda nilai kekuatan putusnya yaitu : perlakuan A memiliki nilai

Berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan aplikasi pada perangkat bergerak ini, pengguna dapat menjalankan kegiatan

meningkatkan konflik manusia dan satwa (Susanto, 2012). Tumbuhan genus ini memiliki berbagai khasiat yang telah dikenal secara luas, sehingga pemanfaatan tumbuhan