• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKANAN DARAH DAN PROFIL LIPID PEKERJA WUS

Pendahuluan

Wanita pekerja merupakan bagian dari Wanita Usia Subur (WUS) yang perlu mendapatkan perhatian karena rentan terhadap masalah gizi disebabkan peran fisiologis wanita untuk melahirkan dan menjalani menstruasi. Selain itu pekerja wanita tersebut jarangnya terpapar dengan sinar matahari. Hal ini terkait dengan jam bekerja dimulai dari pagi hingga sore dan bekerja di dalam ruangan tertutup sehingga berisiko terjadinya kekurangan vitamin D akibat kurangnya sinar matahari (Looker et al. 2008).

Faktor yang menyebabkan defisiensi vitamin D pada perempuan meliputi gaya hidup yang cenderung menghindari sinar matahari, penggunaan sunblock, rendahnya asupan makanan kaya vitamin D serta bekerja di dalam ruangan dalam jangka waktu yang panjang. Defisiensi vitamin ini dapat diatasi dengan meningkatkan sintesis vitamin D melalui pajanan sinar matahari, fortifikasi makanan atau memberikan suplementasi vitamin D (Holick 2007).

Individu akan berisiko mengalami vitamin D apabila tidak cukup serum 25(OH)D), pajanan sinar matahari terbatas, kulit gelap, kulit terlindung dari sinar matahari oleh kaca, pakaian panjang, atau lotion tabir surya dan atau rendah asupan vitamin D dalam diet. Pencegahan defisiensi ini pada usia 19-50 tahun dilakukan dengan mengonsumsi suplemen vitamin D sedikitnya 600 IU/hari sehingga dapat mencegah penyakit tulang dan fungsi otot. Namun untuk meningkatkan serum 25(OH)D hingga di atas 30 ng/mL direkomendasikan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D 1500-2000 IU/hari (Holick et al. 2011). Studi yang dilakukan Major et al. (2007) pada 63 wanita berumur 38-48 tahun diberikan suplementasi vitamin D 200 IU ditambah 600 mg kalsium selama 15 minggu dapat menurunkan rasio K-LDL:HDL (p<0.01), menurunkan K-LDL (p<0.05), namun tidak memperbaiki keadaan hipertensi.

Hasil penelitian yang dilakukan pada wanita berusia 16-50 tahun di berbagai negara menunjukkan rata-rata asupan kalsium masih rendah, antara lain di USA 626 mg/hari, Bangladesh 180 mg/hari, Malaysia 386 mg/hari, Indonesia 270 mg/hari (Peterlik dan Cross 2005). Angka-angka ini masih jauh di bawah AKG pada masing-masing negara. Penambahan kalsium pada penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan asupan kalsium WUS.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kekurangan vitamin D adalah melalui pemberian suplementasi yang bertujuan untuk memperbaiki status serum 25(OH)D kepada pekerja WUS yang bekerja di garmen. Selain itu diharapkan pemberian suplemen vitamin D dapat menurunkan tekanan darah, K-total, K-LDL, menaikkan K-HDL, dan trigliserida, Perbedaan perlakuan dilakukan pada jenis intervensi yaitu suplemen vitamin D ditambah kalsium (VDK), dan suplemen vitamin D saja (VD). Dosis yang diberikan adalah 400 IU vitamin D namun pada salah satu kelompok ditambah 500 mg kalsium. Penelitian ini mengkaji efikasi suplementasi VDK terhadap perbaikan serum 25(OH)D pada kelompok pekerja WUS dan dampak perbaikan tersebut terhadap tekanan darah serta profil

lipid. Efikasi tersebut diuji dengan membandingkannya dengan suplementasi vitamin D saja (VD).

Metode Desain, tempat dan waktu penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimental murni teracak buta ganda (double blind randomized controlled trial) dan telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan No. LB.02.01/5.2/KE.093/2013. Penelitian lapang dilaksanakan 6 bulan pada bulan Februari hingga Juli 2013, di pabrik garmen PT SUI Kota Bogor.

Pemilihan lokasi dan subjek penelitian di pabrik garmen PT SUI, Kota Bogor didasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

1. Karyawati pabrik merupakan kelompok wanita usia subur yang berisiko paparan matahari sangat rendah

2. Jam operasional pabrik ini dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan 18.00 dan tidak memiliki pembagian shift

3. Tingkat sosial ekonomi serta aktifitas fisik karyawati hampir sama

4. Pengaruh makanan dapat dikontrol karena sebagian besar makan pagi dan siang dibeli dari warung sekitar pabrik.

5. Mudah mendistribusikan bahan suplemen dan mudah mengontrol kepatuhan mengkonsumsi suplemen

Formulasi kapsul suplemen

Formulasi kapsul suplemen kedua kelompok perlakuan tersebut berupa serbuk berwarna cream keputihan yang dikemas dalam satu butir kapsul orange dengan ukuran 0 (sedang) kemudian dibungkus kembali/strip. Sebagai filler untuk kedua kelompok formula suplemen digunakan selulosa. Seluruh suplemen untuk penelitian ini diformulasikan di Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi (STTIF) Bogor, kemudian formulasi tersebut diuji kembali di laboratorium keamanan pangan Saraswanti Indo Genetech (SIG) Bogor dan Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor untuk mengetahui kandungan vitamin D dan kalsium masing-masing formulasi serta kehomogenitasan dari kapsul. Formulasi VDK terdiri dari 392.5 IU vitamin D dan 498.6 mg kalsium sedangkan formulasi VD terdiri dari 393.8 IU vitamin D.

Penarikan contoh penelitian

Subjek penelitian adalah wanita pekerja berusia 30-45 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Adapun kriteria inklusi adalah sehat, telah menikah, tidak sedang hamil dan menyusui, tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak sedang menjalani diet, salah satu profil lipid darah tidak normal (K-total >200 mg/dL, K-LDL >130 mg/dL, trigliserida >150 mg/dL, K- HDL <50 mg/dL), dan bersedia menandatangani formulir persetujuan etik informed consent. Sedangkan kriteria eksklusi adalah menderita penyakit infeksi dan belum menikah.

Jumlah minimal subjek penelitian yang ditetapkan untuk penelitian ini

menggunakan asumsi bahwa tingkat kesalahan (α) = 5% (Zα = 1.96), power of test

n = 2 (SD)2 [ Z

α+Zβ]2 d2

a. Berdasarkan perhitungan, diperoleh besar subjek penelitian minimal (n) untuk variabel serum 25(OH)D dengan SD=7.1 ng/mL, d= 9.3 ng/mL (Holick dan Chen (2008) adalah 13 subjek penelitian untuk setiap perlakuan. Untuk mengantisipasi drop out, maka jumlah subjek penelitian ditambah 30 persen masing-masing kelompok perlakuan sehingga diperoleh 17 sampel setiap perlakuan. Besar sampel yang diperlukan sebanyak 34 orang. b. Berdasarkan perhitungan, diperoleh besar subjek penelitian minimal (n)

untuk variabel hipertensi dengan SD = 25.84, d = 39.19 (Pfeifer et al. 2001) adalah 9 orang subjek penelitian untuk setiap perlakuan. Untuk mengantisipasi adanya subjek drop out, maka jumlah subjek penelitian ditambah 30 persen masing-masing kelompok perlakuan sehingga diperoleh 12 sampel setiap perlakuan. Besar subjek penelitian yang diperlukan sebanyak 24 orang.

c. Besar subjek penelitian untuk variabel profil lipid adalah 16 subjek untuk tiap kelompok perlakuan, dimana SD kolesterol total = 0.44, d = 0.5 (Major

et al. 2007). Untuk antisipasi adanya subjek yang drop out, maka jumlah subjek penelitian ditambah 30 persen masing-masing kelompok perlakuan sehingga diperoleh 21 subjek setiap perlakuan. Besar subjek penelitian yang dibutuhkan sebanyak 42 orang.

Berdasarkan perhitungan besar subjek penelitian tersebut, yang dipilih adalah perhitungan jumlah subjek penelitian dengan angka yang paling besar yakni menggunakan variabel profil lipid. Setiap WUS berusia 30-45 tahun di kedua tempat yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dan selanjutnya dilakukan pemilihan secara acak untuk mendapatkan 21 subjek penelitian. Pemilihan subjek untuk kelompok intervensi pemberian suplementasi di pabrik garmen dilakukan dengan random allocation (randomisasi), dengan tujuan agar perbedaan yang terjadi semata-mata disebabkan karena perbedaan perlakuan, dan bukan oleh karena perbedaan karakteristik subjek pada masing-masing kelompok.

Secara acak subjek penelitian dibagi menjadi dua perlakuan, dimana setiap perlakuan terdiri dari 21subjek. Setelah diketahui hasil pemeriksaan darah awal (baseline), kemudian dilakukan penempatan subjek untuk kedua jenis perlakuan yang berbeda secara random untuk menentukan subjek yang mendapat suplemen vitamin D ditambah kalsium (VDK) atau kelompok yang mendapat vitamin D saja (VD). Pengacakan subjek maupun perlakuan hanya diketahui oleh asisten peneliti. Untuk menghindari bias perlakuan, maka seluruh peserta harus menerima kapsul suplementasi yang sama bentuk, kemasan, dan ukurannya.

Pelaksanaan suplementasi

Jumlah kapsul masing-masing formula suplemen diproduksi sebanyak 2000 kapsul yang dibungkus dengan distrip lalu dimasukkan ke dalam amplop tertutup yang diberi label formula A dan formula B. Setiap minggu, kedua formula kapsul dipindahkan ke dalam plastik kecil (sealed) sebanyak 7 kapsul. Pada setiap plastik diberi nama responden dan jenis formula yang diterima responden terlebih dahulu diacak di awal perlakuan. Setiap kantong plastik kecil ini diberikan kepada petugas distribusi yaitu serikat pekerja sebanyak 2 orang. Jenis suplemen dan perbedaan

komposisi yang terdapat dalam kapsul yang diberikan kepada masing-masing wanita pekerja tidak diketahui oleh peneliti maupun petugas distribusi. Setiap Senin pagi, asisten peneliti mengumpulkan kembali kantong plastik kecil yang berisi sobekan strip kapsul dan menukarnya dengan kantong plastik kecil yang berisi 7 kapsul untuk diminum pada minggu berikutnya, yang dititipkan kepada serikat pekerja. Suplemen diminum setiap hari selama 12 minggu.

Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap suplemen, setiap pagi sekitar pukul 07.00 sebelum masuk bekerja, subjek meminum kapsul suplemen menggunakan air minum di depan serikat pekerja dan bekas/sobekan strip kapsul dimasukkan kembali ke dalam kantong plastik. Untuk hari Minggu/libur atau subjek sedang berpuasa, serikat pekerja meminta subjek untuk meminum kapsul di rumah dan membawa sobekannya keesokan harinya. Untuk menjaga kepatuhan konsumsi kapsul (compliance) dilakukan berbagai upaya di antaranya melalui sosialisasi pada awal kegiatan, penjelasan pada saat pengumpulan data baseline, mengingatkan subjek untuk meminum kapsul melalui pesan singkat (SMS) terutama untuk hari libur/Minggu. Selama pelaksanaan suplementasi, subjek direkomendasikan untuk tidak minum suplemen apapun kecuali obat-obat yang diresepkan oleh dokter. Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian meliputi karakteristik subjek, riwayat penyakit, pengukuran antropometri, serum vitamin D (25 (OH)D), profil lipid, kalsium serum, pengukuran tekanan darah. Identitas subjek yang dikumpulkan meliputi nama, tanggal lahir, status perkawinan, pendidikan terakhir, nama, tanggal lahir, suku bangsa, pendidikan, kebiasaan menggunakan kosmetik/tabir surya, aktifitas olahraga. Identitas subjek dikumpulkan satu kali pada saat sebelum pemberian suplementasi.

Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan. Sebelum pengukuran antropometri, subjek diminta untuk mengeluarkan dompet dan

handphone dari saku, tidak mengenakan alas kaki. Untuk pengukuran tinggi badan digunakan alat microtoise dengan ketelitian 0.1 cm sedangkan untuk pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak merek Takana. Data antropometri dikumpulkan dua kali yaitu pada saat sebelum dan 12 minggu sesudah suplementasi. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh seorang dokter, dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum dan 12 minggu sesudah suplementasi.

Pengumpulan data asupan makanan dilakukan dengan menggunakan food recall yang diambil 2 hari yaitu satu hari kerja dan satu hari libur sebelum intervensi dan setelah intervensi. Untuk bahan makanan khususnya jajanan yang sering dikonsumsi oleh subjek, peneliti membeli bahan makanan tersebut di warung sekitar tempat kerja subjek. Semua jenis makanan dan berat makanan dimasukkan ke dalam software Nutrisurvey untuk dihitung energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin D dan kalsium. Khusus untuk vitamin D, peneliti menggunakan Food Composition Database in Japan. Hasil asupan makanan tersebut kemudian dibandingkan dengan AKG 2004 untuk mengetahui kecukupan zat gizi setiap subjek. Data kualitatif asupan pangan dikumpulkan menggunakan Food Frequency Questionnares (FFQ) yang telah dimodifikasi bahan makanannya, merupakan data pendukung kuantitatif diambil satu bulan terakhir untuk menggambarkan frekuensi asupan makanan subjek.

Pengambilan sampel darah pada awal dan akhir perlakuan dilakukan secara serentak pada pagi hari. Subjek diminta untuk tidak makan dan minum sejak jam 21.00 sebelum pengambilan darah dilakukan di pagi hari. Analisis serum darah (kolesterol total, K-HDL, K-LDL, trigliserida, dan kalsium serum) dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor, Laboratorium Hormon Unit Rehabilitasi dan Reproduksi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan untuk pemeriksaan serum 25(OH)D menggunakan kit 25(OH)D EIA 5396.

Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap, mulai dari data yang terkumpul di lapangan hingga data siap untuk dianalisis. Terhadap data hasil pengumpulan di lapangan dilakukan pengeditan (editing), pengkodean (coding), dan pemasukan data ke dalam komputer (entry data). Uji statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan keragaman keseluruhan peubah antar kelompok perlakuan (baseline dan

endline). Uji Chi-Square digunakan untuk menguji kesamaan distribusi proporsi peubah non-parametrik antar kelompok perlakuan. Uji beda independent sample

digunakan untuk membandingkan perbedaan peubah parametrik sebelum perlakuan. Uji paired sample digunakan untuk membandingkan signifikansi peubah parametrik sebelum dan sesudah suplementasi.

Uji efikasi suplementasi dilakukan berdasarkan selisih nilai (sebelum dan sesudah) serum 25(OH)D, tekanan darah sistolik dan diastolik, profil lipid (K-total, K-LDL, K-HDL dan trigliserida) pada kedua perlakuan dan antar perlakuan menggunakan menggunakan Uji t. Untuk itu dilakukan terlebih dahulu uji normalitas terhadap data biomarker menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, sedangkan uji homegenitas varian menggunakan Lavene. Kriteria pengujian adalah p>0.05 untuk menerima hipotesis (Ho) bahwa data berdistribusi normal.

Untuk mengetahui hubungan masing-masing asupan zat gizi terhadap perubahan setiap parameter biokimia darah dan tekanan darah dilakukan uji bivariat dengan uji Pearson bila data terdistribusi normal (delta energi, delta ptotein, delta lemak, delta karbohidrat, delta sistolik, delta kolesterol total, delta HDL, delta LDL) dan uji kolerasi Rank Spearman jika data tidak terdistribusi normal (delta tekanan darah diastolik dan delta trigliserida).

Untuk mengetahui pengaruh variabel lain terhadap selisih serum 25(OH)D dan profil lipid dilakukan uji regresi linier ganda. Variabel yang diuji adalah umur subjek, IMT awal, asupan vitamin D, asupan lemak, serum 25(OH)D awal, K-total awal, K-LDL awal, K-HDL awal, dan trigliserida awal.

Hasil dan Pembahasan Karakteristik Subjek Penelitian

Penentuan subjek terpilih untuk mengikuti intervensi ditetapkan berdasar kriteria awal penapisan ditambah dengan jika salah satu dari kadar profil lipidnya tidak normal. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 42 calon subjek penelitian, masing-masing kelompok perlakuan memiliki 21 subjek namun dimana 1 orang diantaranya hamil pada kelompok VDK sedangkan pada kelompok VD saja 2 orang subjek tidak dapat mengikuti penelitian hingga akhir dikarenakan keluar dari perusahaan pabrik garmen tersebut.

Usia subjek dihitung sejak dari lahir sampai dengan saat awal pemberian suplemen dengan menggunakan satuan tahun. Rata-rata usia subjek sebelum perlakuan kelompok VDK adalah 37.7±4.3 tahun sementara usia subjek kelompok VD 38.8±4.1 tahun. Hasil uji t independent menunjukkan bahwa usia subjek antar kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebagian besar (45.0%) subjek kelompok VD berada pada usia 40-44 tahun sedangkan pada kelompok VD sebagian besar berada pada usia 35-39 tahun.

Tabel 18 Karakteristik subjek menurut Usia, Indeks Massa Tubuh dan tekanan darah sebelum intervensi

Variabel VDK (n = 20) VD (n=19) p value Rerata ± SD Rerata ± SD Usia (tahun) 37.7±4.3 38.8±4.1 0.631 IMT (kg/m2) 27.7±6.5 27.8±3.4 0.07

Tekanan darah sistolik (mmHg) 128.5±22.5 131.1±18.8 0.703 Tekanan darah diastolik (mmHg) 82.5±9.7 86.8±13.8 0.680 Serum 25(OH)D (ng/dL) 16.7±4.5 14.9±5.1 0.263 Kalsium serum (mg/dL) 10.2±0.5 10.3±0.7 0.140

Penilaian status gizi ditetapkan dengan menggunakan ukuran indeks massa tubuh (IMT). Rata-rata IMT subjek kelompok VDK sebelum suplementasi adalah 27.7±6.5 sedangkan rata-rata IMT subjek kelompok VD adalah 27.8±3.4. Hasil uji

t independen menunjukkan bahwa rata-rata IMT antar kelompok tidak beda nyata (p>0.05). Seorang wanita berisiko terjadinya kegemukan semakin meningkat, meskipun pada usia di atas 70-80 tahun risiko tersebut akan menurun kembali. Hal tersebut terbukti bahwa tidak satupun subjek yang tergolong kurus berdasar IMT. Persentasi tertinggi terdapat pada kelompok obesitas (40.0%) pada kelompok VDK dan 68.4% pada kelompok VD saja. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa pada kelompok VDK lebih dari separoh subjek (55.0%) memiliki IMT tidak normal yang terbagi menjadi 15.0% overweight dan 40.0% obesitas. Lebih dari dua per tiga subjek (78.9%) memiliki IMT tidak normal yang terbagi menjadi 10.5% overweight

dan 68.4% obesitas pada kelompok VD.

Subjek yang mengalami hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik tergolong tinggi 35.0% pada kelompok VDK dan 31.6% pada kelompok VD. Rata- rata dan standar deviasi sistolik subjek VDK sebesar 128.5±22.5 mmHg sedangkan kelompok VD sebesar 131.1±18.8 mmHg. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata tekanan darah sistolik sebelum perlakuan antar kelompok (p>0.05). Subjek yang menderita hipertensi berdasarkan tekanan darah diastolik sebesar 47.3% pada kelompok VD lebih tinggi dibanding kelompok VDK (35.0%). Rata- rata dan standar deviasi diastolik subjek VDK sebesar 82.5±9.7 mmHg sedangkan kelompok VD sebesar 86.8±13.8 mmHg. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan antar kelompok tekanan darah diastolik sebelum perlakuan (p>0.05) (Tabel 18).

Asupan dan tingkat kecukupan zat gizi

Rata-rata asupan energi pada kedua kelompok perlakuan sebelum intervensi maupun setelah intervensi berbeda signifikan namun masih jauh dari angka kecukupan, dimana rata-rata asupan energi sebelum intervensi sebesar 62.3% dan terjadi peningkatan asupan energi setelah intervensi menjadi 67.7% pada kelompok VDK. Peningkatan energi juga terjadi pada kelompok VD dimana rata-rata asupan energi sebelum intervensi 66.4% dan terjadi peningkatan setelah mendapat intervensi 12 minggu menjadi 74.3%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata- rata asupan energi sebelum dan setelah intervensi berbeda signifikan (p<0.05). Tabel 19 Asupan zat gizi sebelum dan setelah intervensi

Asupan Sebelum Setelah p value selisih p value

Energi (Kal) VDK 1121±244 1218.8±203 0.023 107±192 VD 1196±237 1336.8±285 0.005 172±234 0.353 p value 0.284 0.068 Protein (g) VDK 36.9±8.6 40.0 ± 8.3 0.165 3.1 ± 9.8 VD 40.0±9.6 41.3±11.6 0.578 1.3±10.3 0.576 p value 0.293 0.689 Lemak (g) VDK 47.2±15.0 49.4±11.6 0.447 2.2±12.7 VD 47.3 ±18.0 56.5± 16.7 0.025 9.2±16.4 0.142 p value 0.988 0.130 Karbohidrat (g) VDK 136.3±38.0 153.8±35.3 0.064 17.5±39.8 VD 152.4±30.4 179.4±49.4 0.016 27.0±44.2 0.485 p value 0.153 0.070 Vitamin D (µg) VDK 0.2±0.2 0.2±0.3 0.777 VD 0.3±0.2 0.3±0.4 0.647 0.627 p value 0.160 0.512 Kalsium (mg) VDK 168±104 156.3 ± 71 0.564 -11.2±85.4 VD 200± 97 202.9±121 0.895 2.9 ± 94.7 0.627 p value 0.323 0.150

1) t-test (p>0.05 tidak terdapat perbedaan nyata antar kelompok)

Tabel 19 menunjukkan bahwa kecukupan protein sebelum dan setelah intervensi tidak berbeda bermakna, yaitu 73.8% dan 80.0% pada kelompok VDK serta 80.0% dan 82.6% pada kelompok VD, keduanya masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein sebelum dan setelah intervensi tidak berbeda signifikan (p> 0.05).

Asupan lemak sebaiknya tidak lebih dari 25% asupan total energi. Jika AKG energi wanita usia 30-49 tahun adalah 1800 Kal, maka 25% AKG energi adalah 48 g lemak, sehingga rata-rata asupan lemak subjek kelompok VDK sebelum intervensi sebesar 47.2 g lemak memenuhi sekitar 98.3% AKG lemak (mendekati

25% total energi). Setelah mendapat intervensi rata-rata asupan lemak subjek kelompok VDK sebesar 49.4 g lemak memenuhi sekitar 102.9% AKG lemak. Rata- rata asupan lemak subjek kelompok VD sebelum intervensi sebesar 47.3g lemak memenuhi sekitar 98.5% AKG lemak (mendekati 25% total energi). Setelah mendapat intervensi rata-rata asupan lemak subjek kelompok VD sebesar 56.5 g lemak memenuhi sekitar 117.7% AKG lemak. Hal ini berarti asupan lemak setelah mendapat intervensi pada kelompok VDK dan VD sudah melebih 25% total energi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata asupan lemak sebelum dan setelah suplementasi pada kelompok VD berbeda signifikan (p<0.05).

Angka Kecukupan Gizi untuk karbohidrat tidak tersedia di Indonesia. Pada penelitian ini, persentasi asupan karbohidrat subjek ditetapkan 65% dari total energi. Jika AKG energi adalah 1800 Kal, maka 65% dari AKG adalah 292.5 g karbohidrat. Rata-rata asupan karbohidrat sebelum intervensi sebesar 46.6% dan terjadi peningkatan asupan karbohidrat setelah intervensi menjadi 52.6% pada kelompok VDK. Peningkatan karbohidrat juga terjadi pada kelompok VD dimana rata-rata karbohidrat sebelum intervensi 52.1% dan terjadi peningkatan setelah mendapat intervensi 12 minggu menjadi 61.3 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata- rata asupan karbohidrat sebelum dan setelah intervensi kelompok VD berbeda signifikan (p<0.05).

Gambaran asupan vitamin D bersumber dari makanan menunjukkan bahwa rata-rata asupan vitamin D tergolong sangat rendah, hanya sekitar 4% AKG pada kelompok VDK dan 6% pada kelompok VD. Jarangnya subjek mengonsumsi jamur,

orange jus, susu, keju, sereal menyebabkan rendahnya konsumsi vitamin D. Bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh sebagian kecil responden adalah telur ayam, energen, ikan sarden, susu serta yogurt sebagai sumber vitamin D. Sumber vitamin D pada makanan hanya berkisar 10%. Sementara hasil FFQ menunjukkan bahwa kebiasaan mengonsumsi suplemen sebelum pemberian suplementasi ini tidak sering dilakukan oleh subjek.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kalsium baik kelompok VDK maupun kelompok VD saja masih di bawah Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan yaitu 800 mg per hari. Rata-rata asupan kalsium sebelum intervensi sebesar 20.9% dan terjadi penurunan asupan kalsium setelah intervensi menjadi 19.5% pada kelompok VDK. Rata-rata asupan kalsium sedikit meningkat pada kelompok VD dimana rata-rata kalsium sebelum intervensi 25.0% dan setelah mendapat intervensi 12 minggu menjadi 25.4%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok intervensi tidak berbeda signifikan (p>0.05).

Penyebab asupan kalsium sangat rendah dikarenakan asupan kalsium yang bersumber dari hewani sangat rendah. Kebiasaan mengonsumsi susu pada kedua kelompok intervensi sangat rendah. Susu yang sering dikonsumsi adalah susu kental manis 25% pada kelompok suplemen VDK dan 21.1% pada kelompok VD, diikuti konsumsi susu UHT hanya 10.0% pada kelompok VDK. Tak satupun subjek di kedua kelompok intervensi mengonsumsi susu bubuk full cream, susu skim, yogurt dalam satu bulan terakhir. Sedangkan sumber kalsium nabati diperoleh dari tempe, lebih dari 60% subjek tergolong sering mengonsumsi pada kedua kelompok namun untuk asupan pangan tahu subjek kelompok VDK lebih tinggi (70%) dibanding VD (42.1%). Subjek yang tergolong sering mengonsumsi kacang-

kacangan masih kurang dari 20% total subjek (15% untuk kelompok VDK dan hanya 5.3% kelompok VD).

Pengaruh asupan terhadap parameter darah

Asupan pangan yang diterjemahkan dalam zat gizi dapat mempengaruhi status biokimia darah seseorang. Pada tabel berikut disajikan hasil uji korelasi Pearson dan Rank Spearman untuk melihat hubungan antara asupan zat gizi dengan perubahan atau delta biokimia darah.

Tabel 20 Uji bivariat asupan makanan dengan parameter biokimia darah

Asupan Delta K- Total Delta K-LDL Delta K- HDL Delta TG Delta TDS Delta TDD Delta 25(OH)D Energi ns ns ns ns ns ns ns Protein ns 0.000 0.002 ns ns ns ns Lemak ns ns ns ns ns ns ns Karbohidrat ns ns ns ns ns ns ns Vitamin D ns ns ns ns ns ns ns Kalsium ns ns ns ns ns ns ns

Keterangan: ns= not significant

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa yang berpengaruh terhadap K- LDL sebelum dan setelah intervensi (delta) adalah konsumsi protein. Terlihat bahwa semakin tinggi asupan protein subjek maka semakin kecil penurunan K-LDL

Dokumen terkait