• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paparan Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin D Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Serum Hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan Profil Lipid Pekerja Wanita Usia Subur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Paparan Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin D Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Serum Hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan Profil Lipid Pekerja Wanita Usia Subur"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PAPARAN SINAR MATAHARI DAN SUPLEMENTASI VITAMIN

D-KALSIUM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

SERUM 25-HIDROKSIVITAMIN D, TEKANAN DARAH DAN

PROFIL LIPID PEKERJA WANITA USIA SUBUR

BETTY YOSEPHIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Paparan Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin D-Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Serum 25-Hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan Profil Lipid Pekerja Wanita Usia Subur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Betty Yosephin

(4)

RINGKASAN

BETTY YOSEPHIN. Paparan Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin D-Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Serum 25-hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan Profil Lipid Pekerja Wanita Usia Subur. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN, DODIK BRIAWAN dan RIMBAWAN.

Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan mengandung struktur molekul steroid. Sumber utama vitamin D berasal dari sinar matahari. Tingginya defisiensi vitamin D sangat terkait dengan paparan sinar matahari yang rendah. Penggunaan tabir surya, pergeseran banyak pekerjaan dari kegiatan di luar ruangan menjadi kegiatan indoor, peningkatan penggunaan angkutan umum juga telah membatasi waktu kegiatan di luar ruangan. Dampak kekurangan vitamin ini menyebabkan penurunan efisiensi penyerapan kalsium dan posfor sehingga meningkatkan level Parathyroid hormone (PTH). Selain itu defisit vitamin D meningkatkan terjadi risiko diabetes melitus tipe 2, gangguan kardiovaskular yang disebabkan hipertensi, obesitas dan gangguan profil lipid.

Indonesia merupakan negara tropis yang sepanjang tahun disinari matahari. Sampai saat ini sangat jarang dilakukan studi tentang prevalensi kekurangan vitamin D khususnya pada pekerja wanita usia subur (WUS). Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D di Indonesia cukup tinggi. Pemberian suplementasi sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki status serum 25(OH)D kepada pekerja WUS terutama bagi pekerja garmen. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis efikasi pemberian suplementasi vitamin D ditambah kalsium pada pekerja WUS terhadap peningkatan konsentrasi serum 25(OH)D, (2) untuk menganalisis efikasi pemberian suplementasi vitamin D ditambah kalsium pada pekerja WUS terhadap tekanan darah, (3) untuk menganalisis efikasi pemberian suplementasi vitamin D ditambah kalsium terhadap profil lipid pada pekerja WUS.

Desain yang digunakan adalah studi eksperimental (randomized control trial), dan telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan RI Nomor LB.02.01/5.2/KE.093/2013, dengan total subjek 39 wanita usia subur yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subjek dialokasikan secara acak ke dalam dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok VDK (400 IU vitamin D ditambah 500 mg kalsium) dan kelompok VD (400 IU vitamin D). Suplemen dikemas dalam bentuk kapsul dengan ukuran dan warna yang sama dibungkus dengan aluminium foil dikonsumsi setiap hari selama 12 minggu. Selain itu penelitian juga dilakukan dengan pemberian paparan sinar matahari 30 menit dari pukul 09.00 sampai dengan 09.30 pada sejumlah 21 orang WUS yang bekerja di Kantor Sekda Kab. Bogor selama 12 minggu. Paparan sinar matahari dapat meningkatkan serum 25(OH)D sebesar 15.9% dan peningkatan serum vitamin ini disertai dengan penurunan kosleterol total (K-total) sebesar 10.3% dan kolesterol LDL (K-LDL) sebesar 17%, tekanan darah sistolik sebesar 9.1% dan diastolik sebesar 7.5%.

(5)

Sebelum suplementasi, rata-rata kadar kalsium serum pada kelompok VDK sebesar 10.2 mg/dL sedangkan kelompok VD 10.3 mg/dL. Setelah suplementasi rata-rata kalsium serum pada kelompok VDK meningkat sedikit yaitu 0.1 mg/dL. Sedangkan pada kelompok VD turun 0.1 mg/dL. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata kadar kalsium sebelum dan setelah suplementasi tidak berbeda nyata (p>0.05) baik pada kelompok VDK maupun kelompok VD.

Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum suplementasi kelompok VDK sebesar 128.5±22.5 mmHg sedikit lebih rendah dibandingkan kelompok VD 131.1±18 mmHg. Setelah pemberian suplementasi, pada kedua kelompok perlakuan terjadi penurunan tekanan darah sistolik namun masih sangat sedikit. Pada kelompok VDK terjadi penurunan sebesar 1.5 mmHg sedangkan pada kelompok VD sebesar 0.5 mmHg.

Rata-rata K-total sebelum suplementasi kelompok VDK sebesar 165.6 ± 39.0 mg/dL sedikit lebih rendah dibandingkan kelompok VD 167.6 ± 25.5 mg/dL. Setelah mendapat suplementasi rata-rata K-total kelompok VDK meningkat menjadi 187.8±46.7 mg/dL. Peningkatan ini juga terjadi pada kelompok VD dengan rata-rata K-total sebesar 187.5 ± 34.8 mg/dL. Meskipun kadar K-total masih di bawah batas normal yaitu 200 mg/dL.

Sebelum suplementasi rata-rata K-LDL kelompok VDK sebesar 94.7 ± 27.7 mg/dL sedikit lebih rendah dibandingkan kelompok VD 104.4 ± 22.0 mg/dL. Setelah suplementasi 12 minggu terjadi K-LDL pada kelompok VDK meningkat menjadi 113.5±26.4 mg/dL dan pada kelompok VD menjadi 121.3 ± 31.5mg/dL. Meskipun kadar K-LDL ini masih di bawah normal yaitu 130 mg/dL.

Sebelum suplementasi rata-rata kolesterol HDL kelompok VDK sebesar 39.7 ± 6.9 mg/dL sedikit lebih rendah dibandingkan kelompok VD yaitu 43.8 ± 6.6 mg/dL. Setelah suplementasi rata-rata K-HDL kelompok VDK meningkat menjadi 40.2 ± 6.8 mg/dL, sementara rata-rata K-HDL kelompok VD justru menurun menjadi 43.2 ± 10.1 mmHg. Dengan uji beda, perbedaan rata-rata K-HDL sebelum dan setelah suplementasi tidak berbeda nyata (p>0.05).

Sebelum suplementasi, rata-rata trigliserida kelompok VDK sebesar 140.3 ± 106.4 mg/dL, lebih tinggi dibandingkan kelompok VD 96.9 ± 39.3 mg/dL. Rata-rata trigliserida setelah suplementasi kelompok VDK sebesar 158.6 ± 127.9 mg/dL lebih tinggi dibandingkan kelompok VD sebesar 116.1 ± 60.3 mg/dL. Dengan uji beda, perbedaan rata-rata trigliserida sebelum dan setelah suplementasi tidak berbeda nyata (p>0.05).

Paparan sinar matahari memperbaiki serum 25(OH)D dan memngurangi kolesetrol total dan LDL serta menurukan tekanan darah. Suplementasi vitamin D dengan dosis 400 IU telah terbukti dapat memperbaiki status vitamin D pada pekerja WUS yang bekerja di pabrik garmen, namun perlu ditingkatkan dosis pemberian mengingat kelompok ini sangat jarang terpapar sinar matahari sebagai prekursor vitamin D.

(6)

SUMMARY

BETTY YOSEPHIN. Sunlight Exposure and Vitamin D-Calcium Supplementation and Its Effect on Serum 25-hydroxyvitamin D, Blood Pressure and Lipid Profiles on working women at childbearing age. Supervised by ALI KHOMSAN, DODIK BRIAWAN and RIMBAWAN.

Vitamin D is a fat-soluble vitamin that contains steroids molecular structure. The main source of vitamin D comes from sunlight. The high vitamin D deficiency is strongly associated with low sun exposure. Use of sunscreen, a shift in the work of many outdoor activities into indoor activities, increasing use of public transportation also reduce time for outdoor activities. The impact of the vitamin deficiency causes a decrease in the efficiency of calcium and phosphorus absorptions, thus increasing the level of paratyroid hormone (PTH). In addition, the deficit of vitamin D increases the risk occurring of type 2 diabetes mellitus, cardiovascular disorder caused by hypertension, obesity and of lipid profiles disorder.

Indonesia is a tropical country exposed to the sunlight throughout the year. Until now, studies on the prevalence of vitamin D deficiency, especially to working women of childbearing age are rarely conducted. However, several researches indicate that vitamin D deficiency in Indonesia is relatively high. Supplementation is one of the efforts to improve the status of serum 25(OH)D of working women at childbearing age especially for garment workers. The purposes of this study were (1) to analyze the efficacy of calcium plus vitamin D supplementation in working women of childbearing age on the increased concentrations of serum 25(OH)D, (2) to analyze the efficacy of calcium plus vitamin D supplementation in working women of childbearing age on the blood pressure, (3) to analyze the efficacy of calcium plus vitamin D supplementation on lipid profile in working women of childbearing age.

(7)

10.2 mg/dL, while the VD group was 10.3 mg/dL. After supplementation, the average serum calcium of VDK group was slightly increased (0.1 mg/dL), while in the VD group decreased was 0.1 mg/dL. Statistical test results showed that the average calcium levels prior to and after the supplementation were not significantly different (p> 0.05), either in VDK group nor VD group.

The average systolic blood pressure prior to supplementation of VDK group was 128.5±22.5 mmHg which was slightly lower than VD group (131.1±18 mmHg). After supplementation, in both treatment groups a very little decreased of systolic blood pressure was occured. In the VDK group, the decrease was 1.5 mmHg, while the VD group was 0.5 mmHg.

The average total cholesterol prior to supplementation of VDK group was 165.6±39.0 mg/dL which was slightly lower than VD group (167.6± 25.5 mg/dL). After receiving supplementation, the average total cholesterol of VDK group increased to 187.8±46.7 mg/dL. This increase was also occurred in VD group with the average total cholesterol of 187.5±34.8 mg/dL. The level of total cholesterol was still on normal value (under 200 mg/dL).

Prior to supplementation, the average LDL cholesterol of VDK group was 94.7±27.7 mg/dL which was slightly lower than VD group (104.4±22.0 mg/dL). After 12 weeks of supplementation, an increase in the average LDL cholesterol was occured which were 113.5±26.4 mg/dL and 121.3±31.5mg/dL in VDK group and VD group, respectively these levels were stillat the normal value (under 130 mg/dL).

Prior to supplementation, average HDL cholesterol of VDK group was 39.7±6.9 mg/dL which was slightly lower than the VD group (3.8±6.6 VD mg/dL). After supplementation, the average HDL cholesterol of VDK group was increased to 40.2±6.8 mg/dL, while the average HDL cholesterol of VD group was decreased to 43.2±10.1 mmHg. The statistical test showed that the average HDL cholesterol between the two groups were not significantly different (p> 0.05).

Prior to supplementation, the average triglycerides of VDK group was 140.3±106.4 mg/dL which was higher than VD group (96.9±39.3 mg/dL). Average triglycerides level after supplementation of VDK group was 158.6±127.9 mg/dL which was higher than VD group at 116.1±60.3 mg/dL. The statistical test showed that the average in triglycerides level between the two groups were not significantly different (p> 0.05).

Sunlight exposure icreased serum 25 (OH)D and decreased total cholesterol and LDL, blood pressure. Suplementation of vitamin D 400 IU improved status of vitamin D of working women at childbearing age. But was increased dose because this group rarely was exposed sunlight.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Gizi Manusia

PAPARAN SINAR MATAHARI DAN SUPLEMENTASI VITAMIN

D-KALSIUM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

SERUM 25-HIDROKSIVITAMIN D, TEKANAN DARAH DAN

PROFIL LIPID PEKERJA WANITA USIA SUBUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(10)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr. Sandjaja

2. Dr. Hadi Riyadi

Penguji pada Ujian Terbuka:

(11)

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Ketua

Prof. Dr.Ir. Dodik Briawan, MCN Dr. Rimbawan

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Gizi Manusia

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

Judul Disertasi : Paparan Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin D-Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Serum Hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan Profil Lipid Pekerja Wanita Usia Subur

Nama : Betty Yosephin

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena dengan rahmat dan segala karuniaNya sehingga penulisan disertasi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih untuk serangkaian

penelitian yang dilaksanakan sejak Januari hingga Juni 2013 adalah: “ Paparan

Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin D-Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Serum Hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan Profil Lipid Pekerja

Wanita Usia Subur”.

Ucapan terima kasih dengan penuh hormat disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS sebagai ketua komisi pembimbing dan juga sebagai Ketua Program Studi Ilmu Gizi Manusia, yang selalu bersedia untuk berdiskusi, memberikan nasihat dan solusi pada setiap masalah yang dihadapi penulis. Sebagai anggota komisi pembimbing dan juga Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Bapak Dr. Rimbawan yang tidak pernah bosan menampung keluh kesah serta selalu memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN yang telah memberikan masukan dan arahan selama penelitian dan penulisan disertasi ini.

Kepada yang terhormat Bapak Dr. Sandjaja dan Dr. Hadi Riyadi sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup serta Bapak dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, SpOK, Ph.D dan Ibu Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi MS sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka, terima kasih atas kesediaan dan masukan serta saran-saran yang sangat berharga untuk disertasi ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Arif Satria MS (Dekan Fakultas Ekologi Manusia), sebagai pimpinan sidang ujian terbuka serta Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman MS (Wakil Dekan Fakultas Ekologi Manusia) sebagai pimpinan sidang ujian tertutup, terimakasih atas segala kesediaan waktu dan masukan yang telah diberikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Ketua Jurusan Gizi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh studi di Sekolah Pasca Sarjana IPB dan terimakasih atas beasiswa yang telah diberikan, serta teman-teman dosen yang telah memberikan dukungan serta menggantikan tugas selama saya menempuh studi S3.

Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB yang telah memberikan reward kepada penulis atas dipublikasinya sebagian disertasi ini ke jurnal internasional. Tak lupa penulis menyampaikan terimakasih kepada Yayasan Supersemar yang telah memberikan bantuan berupa dana penelitian.

Ucapan terimakasih dengan tulus juga penulis sampaikan untuk seluruh Guru Besar dan Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Gizi Manusia Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, yang telah memberikan wawasan keilmuan selama penulis menimbang ilmu di IPB, juga kepada pengelola dan staf yang telah banyak membantu dan memberikan layanan yang baik selama penulis menjadi mahasiswa.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan atas kebaikan, ketulusan dan

(14)

mba Nia, pak Rahman, pak Muksin, pak Widodo dan pak Dady serta kakak-kakak dan adik kelasku bu Wiwik, bu Dewi, pak Mansyur, bu Katrin, bu Iskari, bu Dara dan bu Trini. Terima kasih atas persahabatan yang indah dan semoga tetap terjalin meskipun kita akan kembali ke institusi masing-masing. Juga terimakasih kepada pak Gholib, pak Mury, Desri serta rekan-rekan lain yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data dan penyelesaian disertasi ini.

Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada pihak pengelola jurnal ilmiah yaitu Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,dan Pakistan Journal of Nutrition yang telah menerima sebagian karya ini untuk dipublikasikan.

Ungkapan terimakasih yang setinggi-tingginya disampaikan kepada Bapak dan Ibuku atas doa, kasih sayang dan dukungan materi yang diberikan kepada saya sehingga dapat mencapai strata pendidikan yang tertinggi. Juga kepada Bapak dan Ibu mertua serta kakak adikku terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini.

Terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada suamiku Parlin Hutahaean dan anak-anakku Patrick, Petra dan Paskalis atas doa, limpahan kasih sayang, kesabaran, dukungan dan perhatian yang diberikan selama penulis menempuh studi S3.

Penulis menyadari disertasi ini masih belum sempurna, saran dan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan hasil penelitian ini sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(15)

DAFTAR ISI

PRAKATA xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR SINGKATAN xv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

Hipotesis Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Vitamin D 5

Penilaian Status Vitamin D 11

Hubungan Vitamin D dan Kalsium dengan Hipertensi 11 Hubungan Vitamin D dan Kalsium dengan Profil Lipid 14

Suplementasi Vitamin D dan Kalsium 16

3 METODE PENELITIAN 19

Kerangka Pendekatan Studi 19

Metode Analisis 21

Pengolahan dan Analisis Data 22

4 PROFIL LIPID DAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA

WANITA USIA SUBUR 24

Pendahuluan 24

Metode 25

Analisis data 26

Hasil dan Pembahasan 27

Simpulan 30

5 PENGARUH PAPARAN SINAR MATAHARI TERHADAP PENINGKATAN SERUM 25(OH)D, TEKANAN DARAH DAN

PROFIL LIPID PEKERJA WUS 31

Pendahuluan 31

Metode 32

Hasil dan Pembahasan 34

(16)

6 EFIKASI SUPLEMENTASI VITAMIN D DAN KALSIUM TERHADAP PERBAIKAN STATUS SERUM 25(OH)D,

TEKANAN DARAH DAN PROFIL LIPID PEKERJA WUS 43

Pendahuluan 43

Metode 44

Hasil dan Pembahasan 47

Simpulan 56

7 PEMBAHASAN UMUM 57

Keterbatasan penelitian 62

Implikasi hasil penelitian 62

8 SIMPULAN DAN SARAN 64

Simpulan 64

Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65

(17)

DAFTAR SINGKATAN

AKG Angka Kecukupan Gizi

AMP Adenosin mono posfat

CRE cAMP respon elements

HDL High density lipoprotein

IOM Institute of Medicine

IU International Unit

LDL Low density lipoprotein

MED Minimal Erythemal Dose

PTH Para Thyroid Hormone

RXR Retinoid acid X receptor

SDM Sumber Daya Manusia

Serum 25(OH)D Serum hidroksivitamin D

TDS Tekanan Darah Sistolik

VD Vitamin D

VBD vitamin D-binding protein

VDK Vitamin D Kalsium

VDR Vitamin D Receptor

VDRE Vitamin D Responsive Element

WUS Wanita Usia Subur

(18)
(19)

DAFTAR TABEL

1 Angka kecukupan vitamin D berdasarkan kelompok umur 8 2 Cut off status vitamin D berdasarkan konsentrasi serum 25(OH)D 11 3 Beberapa studi yang telah dilakukan terkait peranan vitamin D dengan

kejadian hipertensi 13

4 Beberapa studi yang telah dilakukan terkait peranan vitamin D terhadap

profil lipid 14

5 Berbagai penelitian suplementasi vitamin D, paparan sinar matahari

dikaitkan dengan tekanan darah dan profil lipid 17

6 Variabel penelitian dan cara pengukurannya 26

7 Distribusi IMT dan tekanan darah saat penapisan 27

8 Distribusi profil lipid darah saat penapisan 28

9 Profil lipid dan tekanan darah pada pekerja WUS berdasarkan IMT 29 10 Distribusi Indeks Massa Tubuh, tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum intervensi 35

11 Distribusi subjek berdasarkan profil lipid sebelum intervensi 36

12 Karakteristik subjek sebelum perlakuan 37

13 Asupan zat gizi sebelum dan setelah intervensi 38 14 Rata-rata kadar serum 25(OH)D dan kalsium serum sebelum dan

setelah intervensi 40

15 Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah

intervensi 41

16 Profil lipid sebelum dan setelah intervensi 42

17 Uji bivariat asupan makanan dengan parameter biokimia darah 42 18 Karakteristik subjek menurut Usia, Indeks Massa Tubuh dan tekanan

darah sebelum intervensi 48

19 Asupan zat gizi sebelum dan setelah intervensi 49 20 Uji bivariat asupan makanan dengan parameter biokimia darah 51 21 Distribusi subjek berdasarkan profil lipid sebelum intervensi 51 22 Rata-rata serum 25(OH)D dan kalsium serum sebelum dan setelah

intervensi 52

(20)
(21)

DAFTAR GAMBAR

1 Mekanisme dan aktifitas vitamin D di dalam tubuh (Mertens dan Muller

2010) 7

2 Peranan vitamin D pada penyakit jantung (Kimura et al. 1999) 15

3 Kerangka pemikiran 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ringkasan hasil olah statistik 73

2 Persetujuan Etik 77

3 Formulir Food Frequency Questionnares (FFQ) 78

(22)
(23)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan mengandung struktur molekul steroid. Vitamin D tidak murni vitamin, karena vitamin D dapat disintesis oleh tubuh dengan bantuan paparan sinar matahari. Secara alami vitamin D ditemukan dalam minyak ikan, telur, mentega, hati, ikan seperti makarel, salmon, sarden dan tuna. Saat ini ada banyak makanan yang sudah difortifikasi vitamin D, terutama produk susu dan sereal. Makanan nabati umumnya rendah kandungan vitamin D (Kauffman 2009).

Indonesia merupakan negara tropis yang sepanjang tahun disinari matahari. Sampai saat ini sangat jarang dilakukan studi tentang prevalensi kekurangan vitamin D apalagi yang secara spesifik ditujukan pada pekerja wanita usia subur (WUS). Beberapa studi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi kekurangan vitamin D sebesar 50% dijumpai pada wanita Indonesia berusia 45-55 tahun (Oemardi et al. 2007). Setiati et al. (2007) pada subjek penelitian yang berusia 60-75 tahun ditemukan sebesar 35.1% mengalami defisiensi vitamin D. Hasil penelitian kolaborasi Malaysia dan Indonesia pada 504 wanita usia subur berumur 18-40 tahun yang dilakukan di Kuala Lumpur dan Jakarta menemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D sebesar 48 nmol/L sedangkan defisiensi vitamin ini di Indonesia sebesar 63% (Green et al. 2008). Dari beberapa studi ini dapat disimpulkan bahwa wanita yang tinggal di negara tropis khatulistiwa tidak sepenuhnya menjamin status vitamin D mereka. Data prevalensi kekurangan vitamin D di berbagai negara sangat bervariasi. Studi terbaru tentangpengukuran konsentrasi serum 25(OH)D pada wanita dewasa berusia di bawah 50 tahun menemukan prevalensi kekurangan vitamin D yang tinggi di beberapa negara yaitu Vietnam 92.4%, Thailand 42-77%, Malaysia 48%, India 47%, 42% wanita Amerika (Khor dan Thuy 2011).

Wanita pekerja merupakan bagian dari WUS yang perlu mendapatkan perhatian karena rentan terhadap masalah gizi. Hal ini terkait dengan peran fisiologis wanita yang mengalami menstruasi dan melahirkan. Beberapa studi menunjukkan bahwa meskipun sinar matahari berlimpah, prevalensi hipovitaminosis D pada wanita usia reproduksi meningkat di negara-negara Asia, dan masalah ini menjadi epidemi. Selain wanita bekerja di dalam ruangan tertutup sehingga jarang terpapar sinar matahari seringkali para pekerja wanita mempunyai aktifitas luar ruangan yang terbatas/ jam bekerja dimulai dari pagi hingga sore, menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuh dan asupan makanan rendah vitamin D dan kalsium sehingga dapat menjadi penyebab keadaan kekurangan vitamin D (Islam et al. 2008; Looker et al. 2008; Islam et al. 2010).

(24)

kanker payudara, kanker prostat, hipertensi dan penyakit kardiovaskular (Stroud et al. 2008).

Penelitian Forman et al. (2007) pada kelompok wanita berusia 40-43 tahun menemukan bahwa dua pertiga wanita mengalami kekurangan vitamin D, dan proporsi kejadian hipertensi pada wanita muda dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin D. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa OR kejadian hipertensi 1.66. Hal ini berarti bahwa wanita yang kekurangan vitamin D berisiko 1.6 kali untuk menderita hipertensi dibanding dengan wanita yang memiliki serum 25(OH)D normal. Sebuah studi metaanalisis yang dilakukan oleh Parker et al.

(2010) menemukan bahwa responden yang memiliki tingkat serum vitamin D tinggi dapat menurunkan 43% gangguan kardiometabolik.

Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular merupakan konsekuensi modernisasi. Penyakit ini merupakan penyakit non infeksi (non communicable disease) yang sedang meningkat di negara maju dan sedang berkembang. Fenomena ini disebut dengan New World Syndrome yang akan menimbulkan beban sosio-ekonomik serta kesehatan masyarakat yang sangat besar di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO (2008) penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian utama seluruh dunia yang terus meningkat, dan menjadi pandemik yang tidak melihat batasan apapun. Hasil pendataan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular mengalami peningkatan tajam. Urutan kematian yang disebabkan penyakit tidak menular didominasi oleh hipertensi pada kelompok usia 24-45 tahun (24.45%) dan penyakit kardiovaskular (15.4%) (Balitbangkes 2007).

Faktor yang menyebabkan defisiensi vitamin D pada perempuan meliputi gaya hidup yang cenderung menghindari sinar matahari, penggunaan sunblock, rendahnya asupan makanan kaya vitamin D serta bekerja di dalam ruangan dalam jangka waktu yang panjang. Defisiensi vitamin ini dapat diatasi dengan meningkatkan sintesis vitamin D melalui pajanan sinar matahari, fortifikasi makanan atau memberikan suplementasi vitamin D (Holick 2007).

Paparan sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang paling baik dan tidak ditemukan kasus intoksikasi vitamin D akibat oleh terpapar sinar matahari berlebihan Webb et al. (1988)(Holick 1988). Individu yang tinggal di dekat ekuator yang terpapar dengan sinar matahari tanpa menggunakan pelindung sejenis

sunblock, tabir surya memiliki konsentrasi 25(OH)D di atas 30 ng/mL (Kauffman 2009).

Hanwell et al. (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh pajanan matahari terhadap kadar serum vitamin D pada pekerja rumah sakit di Italia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata serum 25(OH)D lebih tinggi pada musim panas daripada musim dingin dengan nilai serum 25(OH)D masing-masing 58.6 ±16.5 nmol/ L dan 38.8 ±29.0 nmol/L (p= 0.003). Pilz et al. (2012) meneliti penderita hipertensi berusia 34-64 tahun di Austria yang diberi pajanan matahari pada musim panas dan musim dingin. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil pajanan matahari dapat meningkatkan serum 25(OH)D lebih tinggi di musim panas dibandingkan musim dingin dan menurunkan paratiroid hormon (PTH). Pajanan matahari menjadi penting untuk menjaga fisiologi vitamin D dan status PTH.

(25)

dua kali untuk menderita hipertensi setelah dikontrol usia dan jenis kelamin. Interaksi potensial antara kekurangan vitamin D dan hipertensi dikarenakan kekurangan vitamin D juga dapat mempengaruhi remodeling jantung dan pembuluh darah. Hipertensi berperan dalam pengembangan hipertrofi ventrikel kiri dan

remodeling vaskuler dan pada akhirnya efek merugikan pada sistem kardiovaskular. Martins et al. (2007) dalam penelitiannya pada 7186 laki-laki dan 7902 wanita dewasa berumur >20 tahun menemukan bahwa serum 25(OH)D lebih rendah pada wanita dan berhubungan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular pada orang dewasa AS. Nilai OR serum 25(OH)D terhadap hipertensi sebesar 1.3 sedangkan nilai OR serum 25(OH)D terhadap trigliserida adalah 1.47. Namun nilai OR serum 25(OH)D terhadap kolesterol total adalah sebesar 0.97. Hal ini menunjukan bahwa ada korelasi serum 25(OH)D dengan hipertensi dan trigliserida. Hipertensi dan ketidaknormalan profil lipid berkaitan dengan beragam faktor risiko baik yang tidak dapat diubah maupun faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi genetik, keadaan gizi, riwayat kesehatan masa lalu, jenis kelamin dan umur. Faktor risiko yang dapat diubah adalah kegemukan, asupan makanan, gaya hidup dan aktifitas fisik. Dalam kaitannya dengan upaya preventif dan kuratif prehipertensi dan dislipidemia, faktor risiko yang dapat diubah tersebut perlu dikelola dengan baik melalui perubahan perilaku makan, kesehatan, gaya hidup melalui pemberian suplemen dan paparan sinar matahari.

Vitamin D terutama bertanggung jawab untuk mengatur efisiensi penyerapan kalsium di usus. Defisiensi vitamin D menurunkan penyerapan kalsium dari usus kecil. Penelitian yang dilakukan Major et al. (2007) pada 63 wanita berumur 38-48 tahun diberikan suplementasi vitamin D 200 IU ditambah kalsium 600 mg selama 15 minggu dapat menurunkan rasio kolesterol LDL:HDL (p<0.01), menurunkan kolesterol LDL (p<0.05), namun tidak memperbaiki keadaan hipertensi.

Hasil penelitian yang dilakukan pada wanita berusia 16-50 tahun di berbagai negara menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium masih rendah, antara lain di USA 626 mg/hari, Bangladesh 180 mg/hari, Malaysia 386 mg/hari, Indonesia 270 mg/hari (Peterlik dan Cross 2005). Angka-angka ini masih jauh di bawah AKG di masing-masing negara. Penambahan kalsium pada penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan asupan kalsium WUS.

(26)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh paparan sinar matahari dan suplementasi vitamin D ditambah kalsium terhadap perbaikan serum 25(OH)D, tekanan darah dan profil lipid pada pekerja wanita usia subur. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengukur status gizi, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin D dan kalsium pekerja WUS

2. Mengetahui proporsi hipertensi dengan mengukur tekanan darah pekerja WUS.

3. Menganalisis profil lipid (K-total, K-LDL, K-HDL dan trigliserida) pekerja WUS.

4. Menganalisis pengaruh paparan sinar matahari terhadap perbaikan serum 25(OH)D, tekanan darah dan profil lipid (K-total, K-LDL, K-HDL dan trigliserida) pada pekerja WUS.

5. Mengkaji efikasi suplementasi vitamin D ditambah kalsium (VDK) terhadap perbaikan serum 25(OH)D pekerja WUS dibanding vitamin D (VD).

6. Mengkaji efikasi suplementasi vitamin D ditambah kalsium (VDK) terhadap tekanan darah pekerja WUS dibandingkan dengan vitamin D (VD). 7. Mengkaji efikasi suplementasi vitamin D ditambah kalsium (VDK)

terhadap profil lipid pekerja WUS dibandingkan dengan vitamin D (VD). Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi kajian tentang paparan sinar matahari dan pemberian suplementasi vitamin D sebagai salah satu alternatif pilihan bagi tenaga kerja khususnya wanita usia subur yang bekerja di ruangan tertutup dalam waktu kerja yang panjang (dari pagi hingga sore) dan dampaknya terhadap penyakit degeneratif antara lain hipertensi dan gangguan lipid (K-total, K-LDL, K-HDL serta trigliserida).

Hipotesis Penelitian

1. Paparan sinar matahari meningkatkan serum 25(OH)D, dan memperbaiki tekanan darah dan profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) pekerja WUS

2. Suplementasi VDK meningkatkan serum 25(OH)D pekerja WUS lebih baik dibanding VD.

3. Suplementasi VDK memperbaiki tekanan darah dan profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) pekerja WUS lebih baik dibanding VD.

Manfaat Penelitian

(27)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Vitamin D

Vitamin D merupakan secosteroid yang dibentuk di kulit melalui proses fotosintesis oleh sinar matahari. Struktur vitamin D diturunkan dari senyawa steroid yang memiliki empat cincin senyawa cyclo-pentano-perhydrophenanthrene (cincin A,B,C,D). Cincin A, C dan D merupakan struktur cincin yang utuh, sedangkan struktur cincin B tidak utuh lagi. Dikenal sebagai secosteroid karena cincin B telah lepas ikatan karbon-karbonnya. Vitamin D secara biologik bersifat inert dan menjalani dua (2) kali proses hidroksilasi berturut-turut di hati dan di ginjal sehingga terbentuk metabolit aktif yaitu 1,25(OH)2D3 (Holick 1995). Efek biologik utama vitamin D3 aktif ialah memelihara konsentrasi kalsium serum dalam rentang normal (Holick 2007). Kondisi tersebut dicapai dengan meningkatkan absorpsi usus terhadap kalsium yang berasal dari makanan dan dengan memobilisasi cadangan kalsium di tulang untuk masuk ke sirkulasi (Lips et al. 2001). Vitamin D penting untuk pembentukan skeleton dan untuk hemostatis mineral, termasuk untuk peningkatan absorpsi kalsium dan posfor.

Defisiensi vitamin D ditandai dengan tidak maksimalnya proses mineralisasi tulang pada anak, defisit berat vitamin D dapat menyebabkan kurang maksimalnya pembentukan skeleton (riketsia). Sementara itu kekurangan vitamin D pada kelompok dewasa dapat menyebabkan hipokalsemia dan tingkat lanjut menyebabkan osteomalasia.

Beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan tingginya prevalensi kekurangan vitamin D adalah; (1) rendahnya asupan makanan yang mengandung vitamin D seperti susu dan makanan yang difortifikasi, (2) adanya kecendrungan mengurangi bahan makanan tinggi lemak yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya asupan vitamin D, (3) penggunaan tabir surya dan (4) kurangnya pajanan sinar matahari (Holick 2004).

Eksposur sinar matahari pada kulit merupakan cara terbaik untuk sintesis vitamin D dari previtamin D yang terdapat di bawah kulit. Seseorang terpapar sinar ultraviolet, kulit akan mengubah vitamin D menjadi zat gizi yang esensial (Garrow

et al. 1993). Sinar UVB dengan panjang gelombang 290-315 nm, yang berasal dari matahari akan diserap oleh kulit dan kemudian akan mengubah 7- dehidrokolesterol di kulit menjadi previtamin D3, yang selanjutnya secara spontan akan dikonversikan menjadi vitamin D3 dan seterusnya akan menjalani metabolisme di hati menjadi 25(OH)D dan di ginjal menjadi 1,25(OH)2D3 (Webb dan Holick 1988).

(28)

dalam sehari adalah sekitar 15% dari konsentrasi provitamin D3 awal. Keterpajanan dengan sinar matahari selanjutnya hanya akan menyebabkan previtamin D3 berisomerisasi menjadi dua fotoproduk inaktif secara biologik yaitu lumisterol dan takisterol (Webb dan Holick 1988).

Sintesa, regulasi dan ekskresi vitamin D

Vitamin D3 berasal dari sintesis di kulit berdifusi ke pembuluh darah

menggunakan α 2 globulin vitamin D-binding protein (DBP).Cholecalciferol ini akan diambil dan diangkut oleh DBP. Sekitar 60% cholecalciferol yang terikat dengan DBP akan diangkut ke jaringan tubuh terutama hati serta jaringan lain seperti otot, dan jaringan lemak.

Vitamin D2 dan vitamin D3 yang berasal dari makanan diabsorpsi dalam bentuk misel secara difusi pasif dan masuk ke dalam usus. Hanya sekitar 50% dari asupan vitamin D yang diabsorpsi. Saat berada di dalam usus, vitamin D2 dan D3 bergabung dengan kilomikron selanjutnya menuju sistem limfatik dan dibawa ke sirkulasi pembuluh darah. Kilomikron membawa sekitar 40% vitamin D2 dan D3 dalam sirkulasi darah. Sejumlah vitamin D2 dan D3 dipindahkan dari kilomikron ke DBP untuk diangkut ke jaringan ekstrahepatik, kilomikron remnan akan membawa vitamin D2 dan D3 ke hati (Gropper dan Groff 2009).

Kolekalsiferol setelah mencapai hati akan dimetabolisme oleh enzim hidrosilase hati untuk membentuk metabolit aktif. Hidroksilasi vitamin D3 dilakukan oleh enzim sitokrom P450 yakni 25-hydroxylase, 1-hydroxylase, 24-hydroxylase. Enzim 25-hydroxylase hati akan menghidrolisis karbon 25 kolekalsiferol menjadi kalsidiol, yang sangat tergantung dengan kandungan vitamin D dan metabolitnya. Kerja 25-hydroxylase lebih cepat ketika tubuh kekurangan vitamin D (Cannell et al. 2008). Agar menjadi bentuk aktif, vitamin D2 dan D3 memerlukan dua tahap hidrosilasi, pertama terjadi di hati oleh enzim hidrosilase hati membentuk metabolit aktif. Hidroksilasi vitamin D2 dan D3 dilakukan oleh enzim 25-hidroksilase, menghasilkan 25(OH)D atau kalsidiol yang paling banyak bersirkulasi di dalam darah (Gallagher 2008; Gropper dan Groff 2009). Karena vitamin D yang paling banyak bersirkulasi tersebut memiliki waktu paruh 2-3 minggu, pengukuran konsentrasi 25(OH)D yang bersirkulasi merupakan indikator klinik status nutrisi vitamin D (Lips et al. 2001).

Kalsidiol yang telah dihasilkan merupakan bentuk vitamin D yang paling banyak bersirkulasi dalam darah, namun tidak aktif secara biologik, mempunyai waktu paruh sekitar 10 hari sampai tiga minggu dalam sirkulasi. Agar menjadi aktif senyawa kalsidiol dibawa ke korteks ginjal untuk mengalami hidroksilasi tahap

(29)

untuk dibawa ke jaringan target sedangkan 1,24,25 (OH)2D3 dapat dibawa ke ginjal untuk diubah menjadi senyawa yang dapat diekskresikan (Gropper dan Smith 2012).

Sebagian besar vitamin D akan diekskresikan dari tubuh di dalam feses, melalui empedu; kurang dari lima persen diekskresikan sebagai metabolit larut air di dalam urin. Sekitar 2-3% vitamin D yang terdapat di empedu adalah kolekalsiferol, 25(OH)D dan 1,25(OH)2D3 tetapi sebagian besar adalah metabolit lain seperti 24-oxo-derivative, 23-hydroxylation dan calcitroic acid (Bender 2003). Mekanisme aktifitas vitamin D

Kalsitriol sebagai bentuk aktif dari vitamin D mempunyai dua mekanisme dalam menjalankan fungsinya, yaitu secara genomik dan non genomik. Mekanisme genomik diawali dengan masuknya kalsitriol ke dalam sel target selanjutnya berinteraksi dengan vitamin D receptors (VDRs) di dalam inti sel. Ikatan VDRs-kalsitriol-inti sel akan mengalami fosforilasi, kemudian terikat dengan retinoid acid X receptor (RXR) membentuk kompleks heterodimer yang akan berikatan dengan

vitamin D responsive element (VDRE) dalam DNA membentuk komplek nukleoprotein. Selanjutnya dikenali sebagai specific site di dalam kromosom yang akan meregulasi terjadinya transkripsi gen (transfer informasi dari DNA ke RNA untuk memulai transkripsi gen) (Mertens dan Muller 2010).

Gambar 1 Mekanisme dan aktifitas vitamin D di dalam tubuh (Mertens dan Muller 2010)

(30)

renin aktif di ginjal dan memiliki waktu paruh dalam sirkulasi sekitar 80 menit. Hal ini yang menyebabkan seseorang yang defisiensi VDRs atau vitamin D akan mengalami hiperreninemia dan meningkatkan tekanan darah (Gropper dan Groff 2009).

Mekanisme non genomik vitamin D terjadi tanpa adanya transkripsi gen, misalnya homeostatis kalsium. Sintesis kalsitriol merupakan respon terhadap perubahan kadar kalsium dalam darah dan penglepasan hormon paratiroid. Hipokalsemia menstimulasi sekresi hormon tiroid. Hormon paratiroid ini selanjutnya akan menstimulasi 1-hidroksilase di ginjal yang akan mengubah kalsidiol menjadi kalsitriol. Keberadaan kalsitriol dan hormon paratiroid di jaringan target menyebabkan peningkatan kadar kalsium serum (Gropper dan Smith 2012).

Bioavailabilitas, sumber, angka kecukupan dan toksisitas vitamin D

Bioavailabilitas vitamin D dipengaruhi oleh bentuk vitamin D. Kolekalsiferol (vitamin D3) lebih berperan menyebabkan peningkatan konsentrasi sirkulasi kalsidiol dibandingkan dengan ergokalsiferol (vitamin D2) (Holick 2006). Vitamin D baik vitamin D2 atau vitamin D3 jarang terdapat pada makanan. Sumber utama vitamin D alamiah adalah ikan berlemak, seperti salmon, mackerel, ikan tuna, jamur, kuning telur. Vitamin D juga dapat diperoleh dari makanan yang diperkaya dengan vitamin D, diantaranya produk sereal, produk roti, makanan bayi, susu, mentega, keju, margarin (Holick 2007).

Tabel 1 Angka kecukupan vitamin D berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur dan jenis kelamin Angka Kecukupan Gizi Vitamin D

(31)

Beberapa ahli menganggap hal ini terlalu rendah dan merekomendasikan anak-anak dan orang dewasa yang tidak cukup paparan sinar matahari untuk mengkonsumsi 800 sampai 1000 IU per hari sehingga serum vitamin D tercukupi (Kulie et al. 2009).

Asupan vitamin D yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalsemia dan hiperkalsiurea yang berakibat kurang nafsu makan, haus berlebihan, kencing terus, mual, muntah, lemas, diare dan pertumbuhan terlambat. Toksisitas akan terjadi apabila kadar kalsidiol (25(OH)D) >160 ng/mL. Tolerable upper intake level untuk orang dewasa sekitar 50 mcg atau 2000 IU per hari (Gallagher 2008; Gropper dan Groff 2009; Kulie et al. 2009).

Paparan sinar matahari salah satu cara meningkatkan serum 25(OH)D Variasi konsentrasi 25(OH)D dipengaruhi oleh musim, dengan konsentrasi lebih tinggi pada musim panas, dan lebih rendah pada musim dingin. Selama musim dingin pada lintang utara, sinar matahari harus melalui jarak yang lebih panjang untuk menembus atmosfer dan sebagian besar sinar UV diserap. Pajanan sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang paling baik dan tidak terdapat kasus intoksikasi vitamin D akibat terpapar sinar matahari berlebihan, karena sekali previtamin D3 dan vitamin D3 terbentuk maka akan mengabsorpsi radiasi solar UVB dan mengalami transformasi menjadi beberapa photoproduk secara biologik tidak aktif sehingga tidak akan terjadi intoksikasi vitamin D (Walker et al. 2003).

Negara Indonesia yang kaya matahari sepanjang tahun berada pada 6°LU (Lintang Utara) - 11°08' LS (Lintang Selatan) dan 95°BT - 141° BT. Individu yang tinggal di dekat ekuator yang terpapar dengan sinar matahari tanpa pelindung sinar matahari memiliki konsentrasi 25 (OH)D di atas 30 ng/mL. Penggunaan tabir surya kronik dapat menyebabkan defisiensi vitamin D. Penggunaan tabir surya dengan SPF 8 menurunkan produksi vitamin D kulit hingga 93% dan akan meningkat menjadi 99% bila menggunakan tabir surya dengan SPF 15 (Holick 2003).

Carbone et al. (2008) meneliti pada 50 pria dan wanita dewasa yang diberikan paparan ultraviolet buatan 2 kali seminggu selama 12 minggu memperlihatkan hasil adanya peningkatan serum 25(OH)D dan memiliki korelasi negatif antara konsentrasi 25(OH)D dengan kolesterol HDL dan rasio LDL: HDL.

Faktor-faktor yang mempengaruhi defisiensi vitamin D

(32)

prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63% (Oemardi et al. (2007); Setiati et al.

(2007); Green et al. 2008).

Penyebab utama defisiensi vitamin D adalah kurangnya pajanan sinar matahari, sehingga sintesis vitamin D di kulit menurun. Selain itu kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak dapat seluruhnya dipenuhi dari asupan sumber bahan makanan, karena jumlah bahan makanan yang mengandung vitamin D sangat sedikit, disamping itu makanan yang telah difortifikasi vitamin D belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Holick dan Chen 2008).

Selama musim dingin di lintang utara, sinar matahari harus melalui jarak yang lebih panjang untuk menembus atmosfer dan sebagian besar sinar UV diserap. Jarak yang harus dilalui sinar UVB melalui atmosfer merupakan fungsi sudut zenith matahari dan tergantung pada letak lintang, musim, intensitas dan waktu pajanan sinar matahari. Letak lintang memiliki pengaruh yang penting terhadap kemampuan kulit untuk menghasilkan previtamin D3 (Webb dan Holick 1988).

Orang kulit putih yang terpajan dengan sinar matahari dalam waktu lama selama musim panas tidak akan mengalami toksisitas vitamin D. Hal ini dikarenakan berapapun banyaknya pigmen di kulit, jumlah maksimal previtamin D3 yang dapat difotosintesis di kulit dalam sehari sekitar 15% dari konsentrasi provitamin D3 awal. Keterpajanan dengan sinar matahari selanjutnya hanya akan menyebabkan previtamin D3 berisomerisasi menjadi dua fotoproduk inaktif yaitu lumisterol dan takisterol. Webb dan Holick (1988) merekomendasikan usia lanjut kulit putih untuk memajankan daerah wajah, lengan, dan tangan dengan sinar matahari dua sampai tiga kali seminggu selama seperempat dari waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 1 MED untuk memenuhi kebutuhan vitamin D yang adekuat. Minimal Erythemal Dose adalah dosis terendah pada area kecil kulit dengan panjang gelombang tertentu, yang menimbulkan eritema lambat berwarna merah muda (Holick 2003).

Gaya hidup seperti penggunaan tabir surya, pakaian dan kultur setempat serta obesitas dapat mempengaruhi sintesis vitamin D. Tabir surya seperti asam p-aminobenzoat menghambat absorbsi spektrum sinar matahari yang berguna untuk sintesis vitamin D di kulit (UVB). Nilai rerata serum 25(OH)D lebih rendah pada pengguna tabir surya kronik dibandingkan dengan subjek kontrol (Lips et al. 2001). Selain itu, pakaian juga memberikan perlindungan terhadap spektrum sinar matahari. Penelitian yang dilakukan oleh Robson dan Diffey (1990) menunjukkan bahwa pakaian yang terbuat dari polyester memberikan perlindungan yang rendah terhadap radiasi, sedangkan kapas dan jeans akan memberikan perlindungan yang lebih banyak terhadap sinar matahari. Matsuoka et al. (1992) menemukan bahwa pakaian dapat mengganggu pembentukan vitamin D3. Wanita muslim yang memakai cadar memiliki risiko 2.5 kali defisiensi vitamin D dibandingkan perempuan Eropa (Tsiaras dan Weinstock 2011).

Obesitas juga mempengaruhi kejadian defisiensi vitamin D, akibat penurunan bioavaibilitas vitamin D3 dari kulit dan adanya deposisi di lemak tubuh. Obesitas berkaitan dengan defisiensi vitamin D. Hal ini dikarenakan vitamin D terperangkap di dalam lemak dan tidak dapat dengan mudah keluar. Akibatnya, seseorang yang mengalami obesitas memerlukan setidaknya dua kali lebih banyak vitamin D dibanding dengan individu tidak obesitas untuk mempertahankan status vitamin D yang normal dengan 25(OH)D antara 30-60 ng/mL (Wortsman et al.

(33)

D sangat dipengaruhi musim dan warna kulit. Tapi secara umum faktor umur sebagai faktor yang cukup dominan mempengaruhi kejadian defisiensi vitamin D.

Penilaian Status Vitamin D

Kerja kalsitriol seratus kali lebih poten dibandingkan kalsidiol, namun konsentrasi kalsidiol di dalam darah seratus kali lebih banyak, hal tersebut dikarenakan lebih dari 99% kalsitriol terikat dengan DBP dan albumin serta mempunyai paruh sangat pendek yaitu 4-6 jam; sehingga untuk menilai status vitamin D seseorang digunakan pengukuran konsentrasi kalsidiol (Gropper dan Smith 2012). Selain itu konsentrasi kalsitriol juga bukan merupakan indikator yang baik dalam mengukur status vitamin D, karena (1) penurunan mendadak konsentrasi kalsium akibat defisiensi vitamin D menyebabkan peningkatan hormon paratiroid (PTH) yang menginduksi peningkatan aktifitas 1α-hidroksilase, sehingga kadar konsentrasi 1,25(OH)2D3 tersebut akan menjadi normal atau bahkan akan meningkat. Jadi walaupun terjadi defisiensi vitamin D, konsentrasi 1,25(OH)2D3 bisa tetap normal atau bahkan meningkat, dan (2) konsentrasi 1,25(OH)2D3 yang bersirkulasi dalam darah 100-1000 kali lebih rendah dibandingkan 25(OH)D (Grant dan Holick 2005).

Metabolit yang digunakan untuk penentuan status vitamin D adalah kadar kalsidiol, yang ketersediaannya dipengaruhi oleh asupan vitamin D3 dan pajanan sinar matahari. Sebagian besar peneliti menyetujui penggunaan kalsidiol sebagai indikator penilaian status vitamin D, oleh karena (1) enzim 25 hidroksilase tidak dapat dipengaruhi kerjanya sehingga kadar kalsidiol merupakan indikator adekuat untuk kadar vitamin D yang berasal dari sintesis di kulit dan asupan sehari-hari, (2) konsentrasi kalsidiol berkaitan dengan banyak manifestasi klinis penyakit. Status vitamin D berdasarkan serum 25(OH)D tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Cut off status vitamin D berdasarkan konsentrasi serum 25(OH)D 25(OH)D (ng/mL) 25(OH)D (nmol/L) Implikasi Kesehatan

<12 12.0-19.9

≥ 20

<30 30 – 49.9

≥ 50

Defisiensi Tidak cukup Cukup

Ket: untuk mengkonversi 1 nmol/L menjadi 1 ng/mL dibagi 2.5 (Ross et al. 2011) Hubungan Vitamin D dan Kalsium dengan Hipertensi

Peran utama vitamin D yang selama ini paling banyak diketahui adalah menjaga mineralisasi tulang disebut sebagai efek kalsiotropik, mengatur metabolisme kalsium dan fosfat di usus kecil, osteoblast, ginjal dan kelenjar paratiroid. Studi terbaru diketahui bahwa VDR juga ditemukan pada hampir seluruh sel dan jaringan tubuh seperti otak, jantung, kulit, pankreas, payudara, kolon dan sel imun dan sekaligus diketahui juga adanya produksi 1,25(OH)2D3 ekstrarenal di sel-sel tersebut (Holick 2003).

(34)

reabsorpsi tubular kalsium di dalam ginjal, meningkatkan mobilisasi kalsium tulang dari tulang, dan meningkatkan produksi 1,25(OH)2D3. Ligan 1,25(OH)2D3 berikatan dengan reseptor vitamin D (VDR) dan memicu peningkatan penyerapan kalsium dan fosfor di usus. Vitamin D juga terlibat dalam pembentukan tulang, resorpsi, dan mineralisasi serta menjaga fungsi neuromuskuler. Mekanisme peredaran 1,25(OH)2D3 akan mengurangi PTH dengan cara penurunan aktifitas kelenjar paratiroid (secara langsung dan secara tidak langsung dengan meningkatkan serum kalsium). Ini juga mengatur metabolisme tulang sebagian berinteraksi dengan VDR di osteoblas untuk melepaskan sinyal biokimia, yang mengarah ke pembentukan osteoklas dewasa. Osteoklas dan asam klorida untuk melarutkan matriks dan mineral, melepaskan kalsium ke dalam darah (Ullah et al.

2009).

Studi yang dilakukan Wang et al. (2008) dengan menggunakan desain cohort

pada 120 responden menunjukkan bahwa responden yang memiliki serum vitamin D <15 ng/mL berisiko dua kali untuk menderita hipertensi setelah dikontrol usia dan jenis kelamin. Interaksi potensial antara kekurangan vitamin D dan hipertensi dikarenakan kekurangan vitamin D dapat mempengaruhi remodeling jantung dan pembuluh darah, hipertensi berperan dalam pengembangan hipertrofi ventrikel kiri dan remodeling vaskuler dan pada akhirnya efek merugikan pada sistem kardiovaskular.

Judd et al. (2008) melakukan penelitian cross sectional pada responden berusia 20-80 tahun dari data The Third National Health and Examination Survey

(NHANES III) yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, kemudian dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan status vitamin D yaitu defisiensi, insufisiensi, dan cukup. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara usia dan kadar vitamin D dengan tekanan darah sistolik (TDS) (p<0.05). Subjek dengan kadar kalsidiol <50 nmol/L didapatkan peningkatan TDS sebesar 0.50 mmHg/tahun usia, peningkatan TDS berkurang menjadi 0.48 mmHg/tahun usia pada subyek dengan kadar kalsidiol 50-79 nmol/L dan 0.40 mmHg/tahun usia pada subyek dengan kadar kalsidiol >80 mmHg.

Scragg et al. (2007) melakukan penelitian pada 12.644 responden yang berusia >20 tahun menggunakan data NHANES III dan tidak sedang mendapat obat antihipertensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada usia ≥50 tahun terdapat hubungan terbalik antara kadar kalsidiol dengan TDS dan tekanan nadi dibanding usia yang lebih muda (<50 tahun). Vitamin D dapat mengatur tekanan darah melalui interaksi dengan RAAS. Efek vitamin D pada penekanan aktifitas renin mungkin karena meningkatnya intraseluler kalsium (Burgess et al. 1990).

(35)

Pajanan matahari menjadi penting untuk menjaga fisiologi vitamin D dan status responden berusia ≥ 45 tahun

cross sectional pada 7699 responden yang berusia 20-80 tahun

cross sectional pada 12644 responden yang berusia >20 tahun tekanan darah sistolik

pada usia ≥ 50 tahun

serum 25(OH)D lebih rendah pada wanita dan berhubungan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular pada dengan tingginya risiko hipertensi

(36)

kadar serum 25(OH)D >30ng/mL sebesar 3.53 (CI 95% 1.02-12.3). Sedangkan pada kelompok perempuan dengan kadar serum 25(OH)D <15 ng/mL dibandingkan dengan yang memiliki kadar serum 25(OH)D >30 ng/mL risiko relatif terjadinya hipertensi sebesar 1.7 (Tabel 3).

Hubungan Vitamin D dan Kalsium dengan Profil Lipid

Kekurangan vitamin D mengurangi kadar kalsium serum, menyebabkan peningkatan PTH, akan meningkatkan aterosklerosis dan risiko kardiovaskular. Sebagian besar bukti untuk peran vitamin D dalam penyakit kardiovaskular (CVD) muncul dari penelitian yang melibatkan pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal. Kematian kardiovaskular sepuluh sampai dua puluh kali lebih tinggi pada pasien yang menjalani dialisis. Pada pasien yang menggunakan dialisis, risiko kematian akibat CVD dapat dikurangi dengan penggantian vitamin D. Hal ini terkait dengan fungsi ginjal yang memburuk, sehingga kadar kalsitriol menurun yang akan mengakibatkan hipokalsemia dan meningkatkan PTH. Kelebihan PTH dapat mengganggu metabolisme kalsium intraseluler dan mempromosikan aterosklerosis kronis. Peningkatan PTH dapat meningkatkan kontraktilitas insulin, resistensi jantung, kalsium dan pengendapan fosfat di dinding pembuluh, kalsifikasi miokard kronis, dan kalsifikasi katup jantung kronis (Pilz et al. 2009).

Tabel 4 Beberapa studi yang telah dilakukan terkait peranan vitamin D terhadap profil lipid memiliki risiko 1.47 kali untuk memiliki kadar trigliserida di atas 150 mg/dL dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar serum 25(OH)D dengan K-total Terdapat hubungan yang signifikan antara serum 25(OH)D dengan kolesterol HDL. Setiap kenaikan 25 nmol/L serum 25(OH)D berkaitan dengan kenaikan dari 0.1 nmol/L K-HDL

(37)

Berbagai studi menunjukkan bahwa vitamin D memiliki peranan pada penyakit jantung. Martins et al. (2007) dalam penelitiannya pada 7186 laki-laki dan 7902 wanita dewasa berumur >20 tahun menemukan bahwa serum 25(OH)D berhubungan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular pada orang dewasa AS (Tabel 4). Subjek yang memiliki serum 25(OH) di bawah 21 ng/mL memiliki risiko 1.47 kali untuk memiliki kadar trigliserida di atas 150 mg/dL dan tidak terdapat hubungan signifikan antara kadar serum 25(OH)D dengan kolesterol total (p=0.65). Hasil penelitian juga menemukan bahwa subjek yang memiliki kadar serum

25(OH)D di bawah 21 ng/mL berisiko 1.3 kali untuk terkena hipertensi (≥140/≥90

mmHg).

Maki et al. (2009) melakukan penelitian cross sectional dan menemukan adanya hubungan yang kuat antara serum 25(OH)D dengan kolesterol HDL. Setiap kenaikan 25 nmol/L serum 25(OH)D berkaitan dengan kenaikan dari 0.1 nmol/L kolesterol HDL. Hal ini menjadi penting mengingat setiap kenaikan 0.03 nmol/L kolesterol HDL akan menurunkan risiko penyakit jantung koroner (PJK) dari 3% atau lebih (Gordon et al. 1989).

Mekanisme pengurangan risiko kardiovaskular dengan suplementasi vitamin D dapat terjadi melalui mekanisme penghambatan proliferasi otot polos, penekanan kalsifikasi vaskular, down regulasi inflamasi sitokin, peningkatan regulasi anti-inflamasi sitokin, dan negatif regulasi dari renin-angiotensin aldosterone system (RAAS). Stimulasi RAAS dikaitkan dengan kejadian hipertensi, infark miokard dan stroke. Suplementasi kalsitriol telah terbukti mengurangi tekanan darah, renin, dan tingkat angiotensin II (Kimura et al. 1999). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2 yang menggambarkan peranan vitamin D pada penyakit kardiovaskular.

(38)

Suplementasi Vitamin D dan Kalsium

Berbagai multivitamin mengandung vitamin D3 plain (vitamin D standar) saat ini tersedia di pasaran, sebagai suplemen nutrisi. Di samping itu, sekarang telah tersedia pula vitamin D3 yang sudah terhidroksilasi berupa kalsitriol dan alfakalsidol. Kalsitriol merupakan vitamin D3 aktif (sudah mengalami hidrosilasi sempurna) yang dapat langsung bekerja berikatan dengan reseptor vitamin D di usus sehingga dapat meningkatkan absorpsi kalsium di usus. Alfakalsidol merupakan analog aktif sintetik vitamin D yang telah terhidroksilasi, yang secara fisiologik akan berlangsung di ginjal hanya setelah proses hidroksilasi di hati.

Setelah dikonsumsi secara oral dan diabsorpsi di usus, 1α-OHD akan dihidroksilasi

di hati dan menjadi 1α 25 (OH)2D3 (Grant dan Holick 2005).

Individu berisiko mengalami insufisiensi vitamin D (<30 nmol/L serum 25(OH)D), apabila pajanan sinar matahari terbatas, kulit gelap, kulit terlindung dari sinar matahari oleh kaca, pakaian panjang, atau menggunakan lotion tabir surya dan atau rendah asupan vitamin D dari diet. Pencegahan defisiensi ini pada usia 19-50 tahun dilakukan dengan mengkonsumsi suplemen vitamin D sedikitnya 600 IU/hari sehingga dapat mencegah penyakit tulang dan fungsi otot. Namun untuk meningkatkan serum 25(OH)D sehingga di atas 30 ng/mL direkomendasikan mengkonsumsi suplemen vitamin D 1500-2000 IU/hari (Holick et al. 2011).

Pemberian suplementasi sebagai perlakuan diberikan untuk memperbaiki status serum 25-hidroksivitamin D kepada pekerja WUS. Selain itu diharapkan pemberian suplementasi vitamin D dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, trigliserida, kadar gula darah, menurunkan berat badan serta menaikkan kadar kolesterol HDL. Rekomendasi vitamin D dalam hal pengobatan bervariasi tergantung pada penyebab kekurangannya. Respon biokimia darah setelah diberikan dosis vitamin D bervariasi. Hal ini dikarenakan perbedaan penyebab kekurangan serta tingkat keparahannya. Sebuah rekomendasi menunjukkan bahwa konsumsi suplemen 400 IU per hari akan menaikkan konsentrasi serum 25(OH)D hanya 2.8- 4.8 ng/mL (7-12 nmol/L) dan konsumsi suplemen harian 1700 IU dapat meningkatkan konsentrasi serum 25(OH)D berkisar antara 20 sampai 32 ng/mL (50-80 nmol/ L) (Vieth et al. 2004).

(39)

Tabel 5 Berbagai penelitian suplementasi vitamin D, paparan sinar matahari dikaitkan dengan tekanan darah dan profil lipid

Studi Subjek Perlakuan Hasil Studi

Major et al.

Maki et al. (2011) melakukan penelitian pada 60 subjek berumur ≥ 50 tahun

yang memiliki lingkar pinggang yang tidak normal (wanita ≥ 88 cm, pria ≥ 102 cm)

(40)
(41)

3

METODE PENELITIAN

Kerangka Pendekatan Studi

Kekurangan vitamin D didefinisikan bila kadar 25(OH) D kurang dari 20 ng/mL (50 nmol/L) (Ross et al. 2011). Seharusnya masyarakat yang hidup dekat khatulistiwa yang terkena sinar matahari memiliki 25(OH)D di atas 30 ng/mL, namun kekurangan vitamin D terjadi ketika sebagian besar kulit terlindung dari sinar matahari. Pekerja wanita usia subur yang bekerja di perkantoran dan pabrik garmen merupakan salah satu kelompok produktif dalam masyarakat yang rentan terkena kekurangan vitamin D. Hal ini disebabkan karena pekerja melakukan kegiatan di dalam ruangan (indoor), cara berpakaian yang menutupi seluruh tubuh dan wajah yang sering menggunakan tabir surya, serta perilaku menghindari sinar matahari.

Penyebab utama defisiensi vitamin D adalah kurangnya paparan sinar matahari, sehingga sintesis vitamin D di kulit menurun. Selain itu kebutuhan tubuh vitamin D tidak dapat dipenuhi dari asupan makanan (Holick 2007). Konsentrasi serum 25(OH)D sangat dipengaruhi oleh paparan sinar matahari karena sinar ultraviolet dari matahari akan mengaktifkan sintesis vitamin D di kulit yang selanjutnya berubah menjadi vitamin D dan mengalami perubahan di hati menjadi 25(OH)D dan kemudian mengalami hidroksilasi lagi di ginjal menjadi 1,25 (OH)2D3 atau disebut juga sebagai vitamin D aktif (Cannell et al. 2008).

Kauffman (2009) menyebutkan orang-orang yang tinggal di dekat ekuator yang terpapar sinar matahari tanpa menggunakan pelindung sinar matahari memiliki konsentrasi 25(OH)D di atas 50 nmol/L. Namun penelitian Green et al.

(2008) pada 504 wanita usia subur di Indonesia ditemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D adalah 48 nmol/L dan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63%. Studi ini menyimpulkan wanita yang tinggal di negara khatulistiwa seperti Indonesia tidak sepenuhnya memiliki status vitamin D normal.

Pemberian suplemen merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki status serum 25(OH)D kepada pekerja WUS terutama bagi pekerja garmen. Selain itu diharapkan pemberian suplemen vitamin D dapat menurunkan tekanan darah, K-total, K-LDL dan trigliserida, serta menaikkan K-HDL. Perbedaan perlakuan dibedakan pada jenis intervensi yaitu suplemen vitamin D ditambah kalsium (VDK), dan suplemen vitamin D saja (VD). Dalam penelitian ini dosis suplemen vitamin D sebesar 400 IU per hari (dua kali AKG) karena diasumsikan Indonesia sebagai negara yang memiliki dua musim masih memungkinkan untuk mendapatkan paparan sinar matahari. Adapun jika dosis vitamin D 200 IU per hari pada penelitian terdahulu belum dapat memperbaiki keadaan hipertensi (Major et al. 2007).

(42)

Selain faktor kurangnya paparan matahari dan makanan sumber vitamin D, serum 25(OH)D juga dipengaruhi oleh obesitas. Obesitas berkaitan dengan defisiensi vitamin D. Hal ini dikarenakan vitamin D terperangkap di dalam lemak dan tidak dapat dengan mudah untuk dimetabolisme dalam tubuh. Akibatnya, seseorang yang mengalami obesitas memerlukan setidaknya dua kali lebih banyak vitamin D dibanding dengan individu tidak obesitas untuk mempertahankan serum 25(OH)D antara 30-60 ng/mL (Wortsman et al. 2000).

Oleh karena itu, dalam rangka mengevaluasi pengaruh suplementasi vitamin D sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kurang vitamin D, maka pendekatan studi ini dilakukan melalui 3 tahapan penelitian yaitu:

1. Kajian tentang status gizi, tekanan darah dan profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) pada pekerja wanita usia subur. Desain penelitian pendahuluan (tahap 1) menggunakan desain cross sectional di dua lokasi penelitian yaitu di pabrik garmen PT SUI Kota Bogor dan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, yang diawali dengan mendaftar semua wanita berusia 30-45 tahun di kedua tempat. Calon subjek penelitian diundang untuk mendapat penjelasan tentang penelitian meliputi tahapan penelitian serta kerugian dan keuntungan menjadi subjek penelitian. Calon subjek penelitian yang bersedia mengikuti tahapan penelitian diminta untuk mengisi form persetujuan.

2. Kajian tentang pengaruh paparan sinar matahari terhadap perbaikan serum 25(OH)D, tekanan darah dan profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) pada pekerja wanita usia subur. Rancangan penelitian yang digunakan pada tahap 2 ini adalah penelitian pre-post tanpa kelompok kontrol. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian paparan sinar matahari selama 30 menit, 3 kali seminggu selama 12 minggu dilaksanakan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor. Selama pemajanan subjek diberikan kegiatan senam berupa peregangan sehingga tidak membosankan. 3. Uji efikasi suplementasi vitamin D ditambah kalsium (VDK) terhadap

konsentrasi serum 25(OH)D pekerja WUS dibanding vitamin D (VD). Desain penelitian tahap 3 adalah eksperimental murni teracak buta ganda (double blind randomized controlled trial), dilakukan di pabrik garmen PT SUI di Kota Bogor. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok perlakuan. Randomisasi dilakukan untuk penempatan subjek dalam kelompok. Kelompok perlakuan terdiri dari 1) Kelompok I diberi suplemen berupa kapsul berisi vitamin D3 400 IU ditambah kalsium 500 mg (VDK), 2) Kelompok II diberi suplemen berupa kapsul berisi 400 IU vitamin D3 (VD). Masing-masing suplemen diminum setiap hari selama 12 minggu.

Penelitian ini telah mendapat ethical cleareance dari komisi etik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI No. LB.02.01/5.2/KE.093/2013.

(43)

Gambar 3 Kerangka pemikiran

Metode Analisis

1. Pemeriksaan kolesterol total

Kolesterol total diperiksa dengan menggunakan monotest Cholesterol CHOD-PAP, dengan metoda enzimatik kolorimetrik dengan batas normal < 200 mg/dL. Kolesterol ditentukan secara enzimatik menggunakan kolesterol esterase dan kolesterol oksidase. Sampel dituang dalam kuvet kecil ditambah reagent kolesterol, diletakkan dalam alat dan pembacaan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm dimulai, hasil pemeriksaan akan keluar secara digital.

2. Pemeriksaan kolesterol LDL

Pemeriksaan K-LDL dilakukan dengan menggunakan metode LDL Cholesterol CHOD-PAP dengan batas normal 130 mg/dL. Sample dituang dalam kuvet dan ditambahkan reagent K-LDL dan pembacaan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm dimulai, hasil pemeriksaan akan keluar secara digital.

Kalsium serum Total asupan energi dan zat gizi

(protein, lemak, karbohidrat, vitamin D, kalsium)

Serum 25(OH)D

Tekanan darah (sistolik dan diastolik)

Status gizi (IMT)

Profil lipid (K-total, K-LDL, K-HDL, trigliserida)

Asupan pangan Suplementasi:

(44)

3. Pemeriksaan kolesterol HDL

Pemeriksaan K-HDL dilakukan dengan menggunakan metode HDL Cholesterol CHOD-PAP, secara homogeneous kolorimetrik dengan batas normal 50 mg/dL. Sampel dituang dalam kuvet dan ditambah R1 dan R2 (PEG-modified enzymes/4-amino-antipyrine/buffer) dan pembacaan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm dimulai, hasil pemeriksaan akan keluar secara digital. 4. Pemeriksaan trigliserida

Trigliserida diperiksa dengan menggunakan pemeriksaan enzimatik

kolorimetrik”trigliserida GPO-PAP” dengan batas normal < 150 mg/dL. Sampel dituang dalam kuvet dan ditambah buffer/4-chlorophenol/enzymes dan pembacaan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm dimulai serta hasil pemeriksaan akan keluar secara digital.

5. Pemeriksaan serum 25(OH)D total

Pemeriksaan serum 25(OH)D total menggunakan metode ELISA dengan kit dari Immunodiagnostic System (IDS) 25(OH)D EIA 5396, dengan batas normal < 20 mg/dL. Prinsip pemeriksaan ini berdasarkan pengujian competitive protein binding, dikarenakan semua 25(OH)D terikat dengan vitamin D binding protein

(VBP). Sampel dituangkan ke dalam well, tambahkan VDBP (binding protein), antibodi (Anti-VDBP antibodi), Enzyme conjugate, dan stop solution pada masing-masing well. Pengukuran absorbance dengan alat pembaca ELISA pada panjang gelombang 450 nm.

6. Pemeriksaan kalsium serum

Pemeriksaan kalsium digunakan untuk mengukur konsentrasi kalsium (Ca) di dalam serum, bukan yang tersimpan di dalam tulang. Sebanyak 20 µ L serum dicampur dengan Monoreagen 1000 µL. Dicampur dan diinkubasi ketiga tabung tersebut (sampel, standar, blangko) pada suhu 250C selama 5 menit, kemudian membaca absorban sampel dan standar terhadap blangko dengan panjang gelombang 578 nm.

7. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh seorang dokter menggunakan alat ukur tensimeter digital. Tekanan darah diukur pada lengan kiri subjek penelitian dalam keadaan duduk setelah 10 menit beristirahat. Pengukuran dilakukan dua kali dengan selisih waktu minimal 5 menit, dan kemudian hasil pengukuran dirata-ratakan.

Pengolahan dan Analisis Data

Gambar

Gambar 1 Mekanisme dan aktifitas vitamin D di dalam tubuh (Mertens dan Muller
Tabel 1 Angka kecukupan vitamin D berdasarkan kelompok umur
Tabel 3 Beberapa studi yang telah dilakukan terkait peranan vitamin D dengan
Tabel 4 Beberapa studi yang telah dilakukan terkait peranan vitamin D terhadap
+7

Referensi

Dokumen terkait

In the intrinsic elements of the short story reveal the reflection of love in theme, plot, and characters. Theme of “The Parish Clerk” is about love is blind. Love in the world is

Gambaran deskriptif dari penelitian ini dipandu dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yaitu : (1) Bagaimana tingkat kejujuran mahasiswa terhadap orang tua,

[r]

Oleh karena itu , Islam memandang individu-individu, keluarga, masyarakat dan negara sebagai umat yang satu dan memiliki aturan yang satu. Di mana dengan peraturan dan sistem

Bunty bhi Munna ke badan ki masti lene men doob gaya tha aur dono ek doosre pe apni jaanghen chaDha chaDha kar ek doosre men kho jana chahte the, kuchh der men Bunty ne Munna ki

Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Untuk mengetahui sehat dan tidaknya mental seseorang, pada tahun 1959, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1959) merumuskan kriteria jiwa atau mental yang