ANALISA DATA DAN INTERPRETAS
C. Interpretasi Data 1 Responden 1 (Pacaran)
10) Egalitarian Role
Responden dan istri dapat menjalankan semua peran masing-masing dalam rumah tangga dengan baik. Responden mengerti akan tugasnya sebagai suami untuk mencari nafkah, responden berusaha untuk terus belajar dan melaksanakan tugas dan perannya dengan baik. Istri responden menurut responden sudha sempurna bagi responden. Istri responden sangat mengrti akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri. Responden tidak pernah memberikan batasan pada istri untuk berkarya, responden memberikan izin kepada istri untuk bekerja, namun dengan tidak melalaikan tugasnya sebagai istri.
2. Responden 2 (Pacaran)
a. Gambaran Kepuasan Pernikahan 1) Communication
Komunikasi responden dengan suami berjalan dengan baik. Responden selalu bercerita dan terbuka membicarakan segala yang responden alami kepada suami. Responden menceritakan tentang perasaan-perasaan responden kepada suami. Suami responden menyikapi perasaan responden dengan bijak. Bila responden sedang marah pada seseorang dan bercerita pada suami, maka suami akan menenangkan responden dan memberi saran kepada responden agar tidak mendendam, karena setiap orang pasti tidak luput dari kekhilafan. Menurut responden, suami responden juga terbuka dan sering bercerita kepada responden. Biasanya sehabis pulang kerja, suami akan bercerita pada responden.
Responden berusaha untuk selalu terbuka dan jujur pada pasangan, tidak ada yang responden tutup-tutupi dari pasangan. Responden mengakui bahwa memang ada satu hal yang berkaitan dengan aib keluarga responden yang tidak responden ceritakan pada suami. Menurut responden aib tersebut memang tidak baik untuk diceitakan dan tidak ada gunanya juga diceritakan pada suami, karena itu juga tidak akan menyelesaikan masalah karena responden sendiri selama ini juga tidak bisa banyak membantu atas masalah keluarga responden tersebut. Jadi, menurut responden, lebih baik untuk tidak diceritakan pada suami.
2) Leisure Activity
Responden merasa bahwa suami jarang sekali memiliki waktu luang untuk responden. Responden sering marah kepada suami karena minimnya waktu suami
bersama responden, responden juga marah karena suami tidak pandai mengatur waktu, sehingga suami sering sekali pulang malam, bahkan di hari libur pun suami terkadang tetap bekerja dan tidak di rumah. Menurut Skolnick (dalam Lemme, 1992), salah satu kriteria pernikahan yang memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi yakni bila ada kebersamaan diantara anggota keluarga. Responden merasa suami masih kurang memiliki waktu bersama responden. Bila terkadang suami memiliki waktu luang, responden dan suami pergi silaturahim ke rumah keluarga.
3) Religious Orientation
Menurut responden, setelah menikah responden merasa religiusitas responden menurun dari waktu sebelum menikah. Responden merasa hal itu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana responden berada. Responden merasa bahwa saat masih kuliah, teman-teman kos di lingkungan responden sering membangunkan dan mengajak responden untuk shalat tahaju, puasa sunnah, dan ibadah lainnya, bahkan dalam hal berpakaian responden sangat tertutup karena khawatir bila pakaian responden tidak baik maka temannya akan menegur. Setelah menikah, responden merasa tidak menemukan lingkungan seperti saat kuliah dulu dalam keluarganya. Suami memang terkadang mengingatkan responden dalam hal berpakaian. Tetapi dalam hal ibadah-ibadah sunnah suami responden jarang sekali mengajak responden, suami responden hanya melakukannya sendiri. Awalnya memang responden yang mengajak suami untuk beribada, lama-lama karena responden orang yang tergantung mood, ibadah responden semakin menurun sementara suami tetap meningkat dalam beribadah.
4. Conflict Resolution
Responden akan bersikap diam bila sedang marah kepada suaminya. Biasanya responden marah karena suami yang tidak pandai mengatur waktu, hingga membuat suami sering pulang malam untuk mengerjakan pekerjaannya. Bila sedang diam dan marah, suami responden biasanya akan menegur dan membujuk responden. Jika suami sudah membujuk maka responden akan berbicara dan mengungkapkan keluh kesahnya kepada suami, dan suami akan meminta maaf kepada responden. Responden selalu menyelesaikan masalah yang terjadi antara responden dan suami pada hari itu juga. Responden tidak pernah membiarkan masalah sampai berlarut-larut dan sampai bermalam, selalu dielesaikan pada hari itu juga. Menurut Levenson (dalam Lemme, 1995) salah satu kriteria pernikahan yang memiliki kepuasan yang tinggi digambarkan dengan kemampuan pasangan dalam memecahkan masalah serta strategi yang digunakan pasangan untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan baik. Masalah tidak dihindari melainkan berusaha untuk diselesaikan dengan baik (Skolnick, dalam Lemme, 1995)
5) Financial Management
Responden mengatur sepenuhnya keuangan keluarga, karena suami mempercayakan sepenuhnya kepada responden untuk mengelola keuangan yang ada. Responden memanfaatkan gaji yang diberikan suami untuk memenuhi kebutuhan sehari. Walaupun gaji suami tidak berlebih, namun selama ini sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan responden dan suami. Responden selama ini belum bisa menabung, karena gaji yang diberikan suami selalu habis, kalaupun
terkadang berlebih, uang tersebut akan habis untuk keperluan bulan depan. Jadi sampai saat ini, responden belum memiliki tabungan. Begitupun, responden tidak pernah mempermasalahkan tentang keuangan keluarga responden selama ini. Responden berusaha untuk memanfaatkan apa yang ada saja dan tidak mau terlalu memusingkan tentang masalah keuangan.
6) Sexual Orientation
Responden dan suami selalu mengkomunikasikan keinginan-keinginan seksual mereka. Responden melakukan hubungan seksual dalam keadaan sama- sama mau. Bila ada seorang yang sedang capek, maka responden dan suami tidak berhubungan seksual.
Terkadang, belum hadirnya anak mempengaruhi kualitas hubungan seksual responden dan suami. Responden dan suami sudah pernah berobat ke dokter memeriksakan kesuburan mereka, dan hasilnya baik, tidak ada masalah pada kesehatan responden dan suami. Hanya saja, dokter menyarankan agar responden dan suami mengatur jadwal subur mereka dalam berhubungan seksual. Responden merasa tidak nyaman dan merasa seakan terpaksa saat berhubungan seksual dalam jadwal-jadwal subur yang telah ditentukan. Jadwal tersebut membuat responden tidak menikmati hubungan responden dengan suami karena ada tekanan dalam pikiran responden untuk mendapatkan anak.
7) Family and Friends
Hubungan responden dengan keluarga berjalan dengan baik-baik saja. Keluarga suami responden menurut responden adalah orang-orang yang mudah bergaul, sehingga responden tidak merasa kesulitan dalam berhubungan dengan
mereka dan membuat responden cepat dan mudah akrab dengan pihak keluarga suami. Responden selalu menunjukkan kepeduliannya kepada keluarga. Bila ada keluarga responden yang sakit, responden akan menanyakan kabar dan mengunjunginya. Bila responden ada uang dan perlu obat, maka responden akan membelikan obatnya.
8) Children and Parenting
Pernikahan responden sudah hampir memasuki usia dua tahun. Saat ini responden masih belum juga dikaruniai seorang anak. Responden berharap agar bisa memiliki anak. Namun responden berusaha untuk tidak menjadikan ketidakhadiran anak sebagai beban yang harus dipikirkan. Responden mengakui bahwa sesekali pikiran itu muncul dalam benak responden mengapa belum mendapat anak, namun suami responden berusaha menghibur dan menekankan pada responden bahwa menikah bukan hanya sekedar untuk mendapatkan anak. Responden berusaha menerima dan menjalani kondisinya saat ini yang belum dikaruniai anak. Hendrick & Hendrick (1992) mengatakan bahwa kehadiran anak dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan suami istri berkaitan dengan harapan akan keberadaan anak tersebut.
9) Personality Issue
Responden adalah rang yang ringan tangan dan tidak bisa melihat diam bila melihat pekerjaan yang menumpuk, responden akan ikut membantu mengerjakannya. Menurut responden, suami responden juga adalah orang yang ringan tangan dan mudah membantu orang lain. Responden suka dengan pribadi pasangannya tersebut, hanya saja responden tidak suka karena suami responden
tidak tegas. Suami responden tidak tegas dalam menentukan batasan-batasan dalam membantu orang lain. Walaupun suami responden tahu kalau suami menolong orang tersebut maka bisa menimbulkan efek negatif, suami responden tetap saja sulit untuk menolak permintaa tolong orang lain tersebut. Sifat suami yang tidak tegas inilah yang tidak responden sukai.
Menurut responden, selain tidak tegas, suami responden juga punya kebiasaan yang suka merokok, kemudian tidur kembali setelah shalat shubuh. Responden kurang menyukai sifat-sifat suami responden tersebut. Responden tidak bosan-bosan dalam menegur dan mengingatkan suaminya agar merubah sifat dan kebiasaan buruk suami tersebut. Biasanya, suami responden akan berubah setelah responden ingatkan, namun setelah beberapa hari, suami akan mengulanginya kembali, dan responden tidak merasa bosan untuk selalu mengingatkan suaminya.
10) Egalitarian Role
Responden selalu menjalankan peran-perannya dengan baik. Responden melaksanakan setiap pekerjaan dengan hati senang dan responden berusaha untuk menikmati setiap pekerjaannya. Bila responden sedang ada masalah atau sedang banyak pikiran, maka responden tidak akan mengerjakan tugasnya, karena menurut responden, bila bekerja dengan kesal maka tubuh akan terasa letih. Responden mengerjakan tugasnya selalu dalam keadaan senang, sehingga semua pekerjaan dapat responden selesaikan dengan baik tanpa merasa terpaksa dan terbebani.
3. Responden 3 (Taaruf)
a. Gambaran Kepuasan Pernikahan 1) Communication
Responden sangat menekankan pentingnya komunikasi dalam sebuah rumah tangga kepada istri responden, karena menurut responden rumah tangga itu dibangun dengan komunikasi. Responden mengatakan bahwa salah satu penyebab keretakan dalam rumah tangga itu karena komunikasi yang tidak nyambung. Selama ini komunikasi responden dengan istri sudah cukup baik sekali. Biasanya sebelum tidur, responden dan istri saling bercerita dan saling berbagi tentang hal- hal yang mereka alami setiap harinya. Responden juga selalu terbuka dan jujur pada istri, responden selalu menceritakan segalanya pada istri, hal sekecil apapun selalu responden ceritakan pada istri.
2) Leisure Activity
Responden memanfaatkan waktu luangnya bersama keluarga dengan pergi bersilaturahim ke tempat keluarga, ke tempat teman dan yang paling sering pergi berenang. Istri responden suka berenang, jadi responden merasa ikut senang bila dapat menyenangkan hati istri. Terkadang istri responden mengajak responden untuk pergi berdua tanpa membawa anak-anak. Responden menyadari mungkin karena dahulu responden tidak pacaran jadi istri terkadang masih ingin jalan-jalan berdua. Tapi responden merasa belum bisa untuk pergi berdua saja dan meninggalkan anak-anak dalam waktu lama. Responden merasa tidak lengkap bila anak-anak tidak ikut serta bila responden dan istri pergi berdua. Responden sesekali masih sering pergi berdua dengan istri, misal ketika mengantar istri
mengaji atau kemana, tapi jika untuk pergi dalam waktu lama, responden merasa tidak bisa untuk meninggalkan anak-anak.
3) Religious Orientation
Responden merasa bahwa religiusitas responden setelah menikah mengalami peningkatan dibandingkan dengan saat sebelum menikah. Responden merasa bahwa peningkatan religiusitas dan ibadah-ibadah responden disebabkan karena setelah menikah sudah ada istri yang sering mengingatkan responden akan ibadah-ibadah responden.
4) Conflict Resolution
Menurut responden, masalah dalam rumah tangga dapat mendewasakan dan membuat responden semakin cinta kepada istri. Responden merasa bahwa dengan adanya masalah membuat responden belajar bagaimana menyikapi setiap permasalahan dengan bijak. Masalah juga membuat responden merasa bahwa istri responden semakin dewasa, karena sering diberi masukan dan nasehat membuat istri semakin baik dan berubah pola pikirnya. Perubahan pola pikir istri yang semakin dewasa dan kepatuhan istri dalam menerima dan mengikuti saran dan nasehat responden dalam menghadapi masalah membuat responden semakin cinta pada istri, karena responden merasa senang memiliki istri yang patuh dan taat pada suami dan mau menerima setiap masukan responden dengan baik, sehingga cinta responden menjadi semakin besar kepada istri.
Responden menyikapi masalah dengan bersikap diam. Responden menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan istri bila sedang ada masalah. Ketika responden merasa perasaan istri sudah melunak dan hati istri sudah tenang,
baru kemudian responden menanyakan masalah yang terjadi dan membicarakan bersama solusi atas permasalahan yang terjadi.
5) Financial Management
Responden mempercayakan sepenuhnya kepada istri dalam hal mengelola keuangan. Responden menilai bahwa kondisi ekonomi responden saat ini masih kurang baik. Untuk memnuhi kebutuhan responden dan keluarga selama ini memang sudah mencukupi, namun terkadang responden juga harus membantu membiayai keperluan keluarga responden, sehingga terkadang keuangan responden masih kurang mencukupi. Menurut responden kalau kurang, namanya manusia akan merasa kurang terus.
Responden berusaha untuk memaksimalkan keuangan yang ada agar mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga. Untuk menjaga kepercayaan antara responden dan istri, responden selalu mengkomunikasikan dan meminta izin pada istri bila responden ingin memberikan bantuan keuangan kepada istri, begitu pula sebaliknya dengan istri, bila ada pengeluaran di luar kesepakatan keuangan yang telah ada, maka responden dan istri akan selalu saling mengkomunikasikannya satu sama lain.
6) Sexual Orientation
Responden selalu mengkomunikasikan dengan istri bila ingin melakukan hubungan seksual. Responden selalu melakukan hubungan seksual dengan istri dalam keadaan sama-sama mau. Bila responden sedang capek atau istri sedang capek, responden dan istri tidak akan melakukan hubungan seksual. Menurut responden, lebih baik ditunda bila sedang capek dan cari waktu dimana keduanya
sudah fit untuk melakukan hubungan seksual, misalnya di pagi hari, sehingga keduanya dapat menikmati hubungan seksual tersebut. Setiap kali selesai berhubungan, responden selalu mengucapkan terima kasih kepada istri, begitu pula sebaliknya, istri juga mengucapkan terima kasih kepada responden setiap kali selesai berhubungan seksual.
7) Family and Friends
Hubungan responden dengan keluarga sampai saat ini baik-baik saja. Responden rajin bersilaturahim ke rumah keluarganya. Minimal setiap sebulan sekali responden selalu berkunjung ke rumah sanak keluarga. Tidak ada masalah dalam hubungan responden dengan keluarga. Pihak keluarga responden juga selalu berbuat dengan responden, jadi selama ini hubungan responden dengan keluarga baik-baik saja.
Setelah menikah, responden tetap menjalin silaturahim dengan teman- teman responden. Sesekali responden dan teman-teman membuat acara untuk bisa kumpul-kumpul bersama lagi. Bedanya dengan dulu, sekarang responden dan teman-teman sudah pada menikah, sehingga sekarang bila bertemu sudah bisa membawa istri masing-masing.
8) Children and Parenting
Responden merasa bahagia sekali dengan kehadiran anak dalam rumah tangga responden. Apalagi setelah anak kedua responden lahir, sekarang anak responden sudah sepasang, satu pria dan satu wanita, ini menambah lengkap kebahagian responden, karena apa yang responden doakan dikabulkan oleh Allah. Hal ini tidak sesuai dengan teori Hendrick & Hendrick (1992) yang menyatakan
bahwa kehadiran anak mempengaruhi penurunan kepuasan pernikahan, karena menurut responden, responden merasa sangat bahagia dengan hadirnya anak dalam rumah tangganya.
Menurut istri responden, setelah memiliki anak, perhatian responden kepada istri sudah berkurang. Istri responden merasa responden terlalu banyak ke anak dan melupakan istri. Responden merasa bahwa istri khawatir tidak disayang lagi oleh responden, padahal responden merasa tidak seperti itu. Responden tetap memperhatikan istri, cuma memang diakui responden perhatian responden ke istri berkurang dan memang lebih cenderung ke anak. Sikap istri responden sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa bertambahnya anak menambah stress pasangan dan mengurangi waktu bersama pasangan (Hendrick & Hendrick, 1992). Menyadari perasaan istri responden yang merasa kurang diperhatikan, responden berusaha memperbaiki diri dan memperlakukan istri dengan lebih romantis, sehingga istri tetap merasa diperhatikan.
Responden berusaha untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak. Bila responden atau istri sedang marah atau perasaannya tidak enak, maka pengasuhan anak diserahkan pada pasangan yang perasaannya sedang lebih baik. Sehingga anak tidak merasakan gejolak emosi tidak baik yang dialami orangtuanya. Responden berusaha untuk selalu bersikap baik dihadapan anak- anaknya, karena anak akan mencontoh bagaimana perilaku orangtuanya.
9) Personality Issue
Responden merasa senang dengan sifat istri yang tegas. Sifat istri yang tegas dapat menutupi n melengkapi sifat responden yang responden akui kurang
tegas. Ketegasan istri dapat menguatkan responden dalam mengambil keputusan, dan itu sudah terbukti selama ini. Menurut Skolnick (dalam Lemme, 1995), salah satu kriteria pernikahan yang memiliki kepuasan yang tinggi bila pasangan memiliki kepribadian yang cocok, saling memahami satu sama lain dan dapat saling melengkapi dan menutupi kekurangan yang satu dengan kelebihan yang lainnya. Dibalik ketegasan istri yang bisa melengkapi kekurangan responden yang kurang tegas, istri juga memiliki sifat yang mudah merajuk. Awalnya responden merasa kecewa dengan sifat istri yang mudah sekali merajuk, namun setelah sering diberi nasehat dan masukan, sekarang sifat istri responden yang mudah merajuk sudah berkurang.
10) Egalitarian Role
Responden menekankan pada istri bahwa suami istri adalah sebuah tim dalam rumah tangga. Responden tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa dukungan istri dan sebaliknya istri juga tidak akan bisa maksimal dalam menjalankan peran bila tanpa dukungan suami. Responden dan istri selalu bekerja sama dalam menjalankan peran-perannya, baik dalam mengurus anak dan mengurus semuanya, dilakukan bersama-sama, sehingga semuanya akan terasa lebih ringan bila dilakukan secara bersama-sama.
4. Responden 4 (Taaruf)
1) Communication
Komunikasi responden dengan suami menurut responden lancar dan baik- baik saja. Responden justru merasa terlalu banyak komunikasi dengan suami. Terkadang, responden suka menelepon suami ke kantor, menanyakan bagaimana pekerjaan suami, dan sebaliknya suami pun begitu, selalu menanyakan respondende ketika suami berada di luar. Dimana pun berada, responden dan suami selalu saling mengabari satu sama lain.
Responden selalu terbuka dan jujur pada suami, tidak ada yang ditutup- tutupi dari suami. Ketika responden bercerita, suami meresponnya dengan baik, terkadang suami juga memberi tanggapan dan saran atas apa yang diceritakan responden. Responden merasa bahwa komunikasi responden dengan suami selama ini berjalan dengan lancar.
2. Leisure Activity
Responden menghabiskan waktu luangnya bersama keluarga. Terkadang responden memanfaatkan waktu luangnya bersama keluarga dengan pergi jalan- jalan, silaturahim, atau pergi berenang. Saat sedang jalan-jalan di waktu luang, sesekali responden berdiskusi dengan suami membicarakan target-target rumah tangga ke depannya atau berdiskusi untuk memperbaiki hubungan responden dengan suami agar menjadi lebih baik lagi. Responden selalu berusaha untuk dapat memanfaatkan waktu-waktu luangnya bersama dengan keluarga.
3) Religious Orientation
Responden merasa religiusitas dan ibadah-ibadah responden semakin meningkat setelah responden menikah. Menurut responden, peningkatan ibadah
dan religiusitas responden setelah menikah disebabkan karena adanya dukungan dari suami yang saling mengingatkan dalam peningkatan ibadah-ibadah responden.
4) Conflict Resolution
Pertamanya responden merasa sedih dan kecewa ketika menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Lama-kelamaan responden istighfar dan menyadari bahwa masalah adalah salah satu kendala yang harus dihadapi dalam setiap rumah tangga. Jadi setiap masalah harus dihadapi.
Responden menyikapi masalah yang terjadi dengan menanyakannya pada suami, namun responden mengakui bahwa sebelum ditanyakan, responden sudah lebih dulu merajuk. Responden mengakui bahwa responden memang mudah sekali merajuk, untungnya suami responden mampu menyikapi sikap responden yang mudah merajuk dengan bijaksana.
5) Financial Management
Menurut responden, keuangan keluarga responden selama ini sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan responden dan keluarganya sehari-hari. Suami responden mempercayakan keuangan untuk dikelola oleh responden. Selama ini responden mengelola keuangan yang ada agar dapat mencukupi kebutuhan responden dan keluarga selama sebulan bahkan uangnya selama ini bisa berlebih sehingga bisa ditabung oleh responden. Dari sisa uang yang berlebih selama ini responden tabung, sebagian tabungan responden beritahukan pada suami, dan ada sebagian lagi yang dirahasiakan responden dari suami. Tabungan tersebut reponden rahasiakan dari suami bukan karena responden tidak percaya
pada suami, namun hanya untuk pegangan dan berjaga-jaga bila mana suatu hari ada kebutuhan mendadak yang membutuhkan dana segera, responden sudah memiliki tabungan untuk membiayainya, dan ini sudah terbukti manfaatnya saat tiba-tiba ada keperluan mendesak sementara suami belum gajian, jadi tabungan rahasia ini bisa digunakan.
6) Sexual Orientation
Responden selalu melakukan hubungan seksual dengan suami dalam kondisi sama-sama mau. Bila ada satu yang capek atau bila sedang ada masalah, maka responden dan suami tidak melakukan hubungan seksual, karena bila tetap dilakukan maka akan ada yang merasa tidak enak. Oleh karena itu responden selalu menjaga agar afeksi ketika berhubungan seksual dengan suami selalu dalam keadaan baik, dan tidak merasa terpaksa, sehingga responden selalu merasa senang saat berhubungan, karena keinginan seksual itu selalu dikomunikasikan dengan baik kepada pasangan.
7) Family and Friends
Hubungan responden dengan keluarga selama ini berjalan dengan baik. Responden mampu mendekatkan diri dan berhubungan baik dengan mertua dan keluarga suami responden yang lainnya. Awal pernikahan, setelah akad nikah, responden masih kaku dengan mertua karena baru pertama kali ketemu saat akad nikah. Responden berusaha langsung mengakrabkan diri dan memanggil mertua dengan sebutan “mamak”, sehingga responden merasa langsung dekat dan akrab dengan mertua responden. Hubungan responden dengan anggota keluarga yang
lain juga baik, akur, rukun dan tidak ada masalah antara satu dengan yang lainnya,