Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui tentang formulasi pembelajaran (perencanaan pembelajaran PKn yang optimal) dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan internet.; (2) Untuk mengetahui implementasi pembelajaran (pelaksanakan pembelajaran PKn yang optimal) dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan internet; (3) Untuk mengetahui evaluasi (kemajuan hasil belajar siswa) melalui pemanfaatan internet. Hal ini dapat dipahami dengan memperhatikan beberapa prinsip formulasi, implementasi dan evaluasi dalam proses pembelajaran, menurut Suyatno (2009) yaitu: (a) pembelajaran, bukan pengajaran; (b) guru sebagai fasilitator, bukan instruktur; (c) siswa sebagai subjek, bukan objek; (d) multimedia, bukan monomedia; (e) sentuhan manusiawi, bukan hewani; (f) pembelajaran induktif, bukan deduktif; (g) materi bermakna bagi siswa, bukan sekadar dihafal; (h) keterlibatan siswa partisipasif, bukan pasif.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi secara apa adanya dan tidak melakukan hipotesis. Tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. Dalam penelitian ini secara garis besar peneliti mengenal adanya empat komponen penting yaitu pengembangan plan, act, observe, dan reflect (PAOR) yang dilakukan secara intensif dan sistematis dari seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, setelah guru memakai proses pembelajaran melalui pemanfaatan internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan analisis isi dokumen.
Peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata tes yang diperoleh siswa dari mulai tindakan pertama (siklus ke 1) sampai dengan tindakan ketiga (siklus 3) yang selalu mengalami peningkatan. Diharapkan pemanfaatan internet memperkaya ilmu pengetahuan siswa karena ilmu pengetahuan bukan saja didapatkan dari guru disekolah dan juga buku pelajaran tetapi juga internet sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Kata kunci:
Proses Pembelajaran PKn, Pemanfaatan Internet, Hasil Belajar PENDAHULUAN
Pelaksanaan pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh po-tensi yang ada pada diri peserta didik, baik potensi dalam aspek kognitif aspek afektif, maupun aspek psikomotor.
Perubahan paradigma pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi tidak serta merta membawa dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan di negara tercin-ta ini.
Untuk mengangkat citra bangsa mengenai mutu pendidikan, diperlukan peran dan tang-gung jawab guru dalam meningkatkan kual-itas proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan
tugas pokok bagi para pengelola pendidikan ditingkat satuan pendidikan, dengan kata lain, kualitas proses belajar mengajar adalah deter-minasi dari peningkatan mutu pendidikan. Bila terjadi penurunan mutu pendidikan, yang perta-ma diaperta-mati dan dianalisis adalah proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas yang dilak-sanakan oleh guru.
Berdasarkan fakta yang peneliti lihat di lapangan bahwa, pembelajaran PKn yang sela-ma ini dilaksanakan sela-masih menggunakan pola lama, yaitu guru memberikan catatan kemu-dian, anak menulis, dan guru menjelaskan. Pola-pola seperti ini sesungguhnya tidak ses-uai lagi dengan tuntutan kurikulum yang harus membelajarkan siswa.
Eko Supriatno
Dari analisis terhadap perkembangan pem-belajaran pendidikan kewarganegaraan di Indo-nesia sampai dengan saat ini, dapat dikatakan bahwa baik dalam tataran konseptual maupun dalam tataran praksis terdapat kelemahan para-digmatik yang sangat mendasar. Paling menonjol adalah kelemahan dalam konseptualisasi pendi-dikan kewarganegaraan, penekanan yang sangat berlebihan terhadap proses pendidikan moral yang behavoristik, ketakkonsistenan penjabaran dimensi tujuan pendidikan nasional kedalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan, dan keterisolasian proses pembelajaran nilai Pan-casila dengan konteks disiplin keilmuan dan so-sial-budaya.
Keadaan ini tampaknya disadari oleh para pakar dan pengambil keputusan pendidikan se-bagai suatu tantangan yang perlu segera dijawab. Lebih-lebih lagi karena pada saat ini berbagai perubahan dalam koridor pendemokratisasian pendidikan, termasuk gagasan untuk mengem-bangkan paradigma baru pendidikan demokrasi mulai mengkristal, seperti yang dipikirkan oleh Tim Peduli Reformasi Pendidikan (1999 : 90) yang melihat betapa pentingnya upaya pemanta-pan persatuan dan kesatuan bangsa, alih genera-si, dan pemberdayaan generasi muda untuk masa depan. Keadaan itu menuntut upaya pengemban-gan paradigma baru pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Sebagai seorang yang bertanggung jawab ter-hadap keberhasilan proses pembelajaran, sudah barang tentu guru harus senantiasa meningkat-kan kompetensinya, baik yang berkaitan den-gan subtansi materi yang diajarkan maupun pada berbagai hal yang berkenaan dengan cara mengajarkan materi tersebut.
Sejalan dengan telah terjadinya perubahan paradigma konstitusional kehidupan bermas-yarakat, berbangsa, dan beraegara Indonesia sesuai dengan UUD 1945, telah diundangkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menggantikan Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas. Khusus berke-naan dengan pendidikan kewarganegaraan, di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 terse-but ditegaskan bahwa materi kajian pendidikan kewarganegaraan wajib termuat baik dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah maupun kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentu-kan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (BSNP, 2006)
Keberhasilan memilih pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran merupakan suatu al-tematif bagi guru untuk meningkatkan kemam-puannya dalam menyelenggarakan pembelajaran. Pada akhimya kualitas penyelenggaraan pembe-lajaran di kelas akan diukur dari perolehan hasil belajar yang didapat oleh siswa.
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan ha-sil belajar siswa, dimungkinkan dengan cara me-maksimalkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menempatkan mereka sebagai subjek bela-jar.
Pembelajaran yang optimal adalah pembe-lajaran yang mampu melibatkan semua kom-ponen pembelajar untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Supaya pembelajaran PKn menarik dan menantang perlu diterap-kan proses pembelajaran dan penilaian yang menantang dalam rangka mengembangkan ke-mampuan berpikir kritis siswa. Untuk mendukung pembelajaran yang menarik dan menantang, maka hendaknya guru menggunakan berbagai metoda, media, dan sumber serta penilaian yang men-jadikan guru dan siswa dapat memiliki ke-mampuan berpikir kritis yang akhirnya melahir-kan proses membelajarmelahir-kan dan memberdayamelahir-kan seluruh potensi diri siswa dan kehidupannya.
Dari gambaran di atas sangat jelas bah-wa dalam pembelajaran PKn guru hendaknya mengetahui dan memahami struktur potensi diri siswa agar pola pengajaran yang kita ren-canakan tepat arah dan sasarannya (substansil maupun prosedural serta target potensial dirinya).
Pembelajaran PKn yang secara paradigma-tik sarat dengan muatan afektif namun dilak-sanakan secara keliru, karena kenyataannya PKn lebih berorientasi pada tataran kognitif.
Proses Pembelajaran PKn
Berdasarkan hal itu, maka perlu dilakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap mas-alah-masalah mendasar sehingga pembelajaran PKn dapat diberdayakan menjadi “subjek pem-belajaran yang kuat: (powerful learning area). yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri ber-makna (meaningful), terintegrasi (integrat-ed), berbasis nilai (value-based) ,menantang (chalenging),dan mengaktifkan (activating). Melalui pengalaman belajar semacam itulah para siswa difasilitasi untuk dapat memban-gun pengetahuan, sikap dan keterampilan ke-warganegaraan yang demokratis dalam koridor psikopedagogis-konstruktif. Khusus mengenai Guru PKn sebagai salah satu komponen pem-belajaran, akan turut memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa. Sebagai sebuah pe-lajaran yang wajib diikuti oleh setiap siswa SMA/ MA. PKn menempati posisi penting dalam pem-bentukan sikap dan keperibadian siswa, baik dalam kehidupan di rumah, maupun dalam kehidupan nyata di masyarakat. Fungsi lainnya adalah memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, kesadaran berbangsa dan bemegara, taat azas, taat hukum dan kompetsasi normatif lainnya. Untuk mencapai hal tersebut, seorang guru PKn ditun-tut untuk memiliki formulasi, implementasi dan evaluasi dalam proses pembelajaran.
Tugas guru bukan hanya mengajar dan menstransfer pengetahuan yang dimilikinya, tetapi juga sebagai pembimbing hendaknya dapat mengarahkan siswa untuk mengakses informasi bersifat mendidik dan berguna tentunya, bukan akses informasi yang dapat menyesatkan seperti halnya pornografi, game online dan Iain-lain.
Realitas empirik selama ini di tingkat persekolahan memperlihatkan, dalam proses pembelajaran PKn, guru PKn kurang optimal baik di dalam memanfaatkan maupun mem-berdayakan sumber pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran PKn cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), textbook centered, dan monomedia. Oleh se-bab itu, tidak dapat dipersalahkan apabila
banvak siswa mengganggap proses pembela-jaran PKn sebagai sesuatu yang membosank-an, monoton, kurang menyenangkmembosank-an, terlalu banvak hafalan, kurang variatif, dan berbagai keluhan lainnya.
Padahal pendidikan PKn merupakan ba-gian dari ilmu sosial yang sifatnya dinamis, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobser-vasi setelah fakta terjadi. Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-mas-alah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan media mas-sa, karena media massa diyakini dapat meng-gambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk itu. in-formasi atau pesan yang ditampilkannya se-bagaimana dapat dibaca di surat kabar atau majalah. didengarkan di radio, dilihat di tele-visi atau internet telah melalui suatu saringan dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya, misalnya : untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hibu-ran hingga pendidikan.
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komuni-kasi, baik perangkat keras (hardware) mau-pun perangkat lunak (software) akan mem-bawa perubahan bergesernya peranan guru. Termasuk guru PKn sebagai penyampai pe-san atau informasi. la tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber terutama dari media massa, siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet.
Kenyataan di lapangan, guru dalam melak-sanakan kegiatan proses pembelajaran kurang memperhatikan pemanfaatan – pemanfatan sum-ber belajar dalam hal ini pemanfaatan internet, dan juga sehingga berpengaruh terhadap hasil be-lajar siswa khususnya pada pembebe-lajaran bidang studi PKn.
Eko Supriatno
Karena “ranah” Proses Pembelajaran PKn melalui Pemanfaatan Internet dalam Peningka-tan Hasil Belajar Siswa terdiri dari beberapa hal, maka penelitian ini akan dibatasi kepada formu-lasi, implementasi dan aplikasi proses pembela-jaran melalui pemanfaatan internet dan juga yang berkenaan dengan pengelolaan pembelajaran be-rupa strategi pembelajaran dan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian penting dilakukan untuk mengetahui: (1) formulasi (Perencanaan Pembelajaran) yang mampu dibuat oleh guru PKn melalui pemanfaa-tan internet sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-1 MA ; (2) implementasi (Pelaksanaan Pembelajaran) pada pembelajaran PKn yang mampu dilaksanakan oleh guru melalui pemanfaatan internet sebagai upaya untuk me-ningkatkan hasil belajar siswa kelas X-1 MA ; dan (3) evaluasi (Hasil Belajar Siswa) pada pembelaja-ran PKn setelah guru melakukan Formulasi dan Implementasi melalui pemanfaatan internet seba-gai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-1 MA.
Tujuan Penelitian ini dapat dikemukakan se-bagai berikut: (2) Untuk mengetahui tentang for-mulasi pembelajaran (perencanaan pembelajaran PKn yang optimal) dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan internet. (2) Untuk mengetahui implementasi pembelajaran (pelaksanakan pembelajaran PKn yang optimal) dalam meningkatkan hasil belajar siswa mela-lui pemanfaatan internet ; (3) Untuk mengetahui evaluasi (kemajuan hasil belajar siswa) melalui pe-manfaatan internet.
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat : (1) secara dapat memberikan sumbangan pe-mikiran terhadap pengembangan pemanfaatan internet yang dilakukan guru pendidikan kewar-ganegaraan (PKn), baik bagi guru PKn yang ada di tempat Penulis mengadakan penelitian, mau-pun seluruh guru PKn pada umumnya; (2) Secara praktis dapat menemukan satu kesamaan pan-dangan, kesamaan tindakan dan kesamaan pe-layanan dari guru PKn, dalam upaya mening-katkan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan internet.
KAJIAN PUSTAKA
Proses Pembelajaran PKn
Proses Pembelajaran Pendidikan Kewar-ganegaraan (PKn) merupakan proses pem-belajaran yang memfokuskan pada pemben-tukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa. usia dan suku bang-sa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas. terampil dan berkarakter, yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas 2003:7). Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa :
“Pendidikan Kewarganegaraan wa-jib dimuat dalam kurikulum pedidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi”. Hal ini berarti bahwa pendidikan kewar-ganegaran diberbagai jenjang pendidikan harus tetap ditingkatkan dan dikembang-kan untuk membekali peserta didik den-gan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan mewujudkan warga negara yang dapat diandalkan oleh bang-sa dan negara.”
Dengan demikian melalui pembelajaran PKn atau Civic Education diharapkan mam-pu melahirkan warga negara yang baik. Dari makna yang universal tersebut, maka kita akan mudah memaknai PKn yang khas In-donesia, yang sekarang diberi label dengan nama Pendidikan Kewarganegaraan, dimana jati diri masyarakat adalah Pancasila sebagai landasan nilai normanya.
Menurut Somantri (2000:159) member-ikan batasan terhadap pembelajaran pendi-dikan kewarganegaraan, yang menyatakan bahwa : “Pembelajaran Pendidikan Kewar-ganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu Kewar-ganegaraan, humaniora dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk mencapai salah satu tujuan IPS.
Proses Pembelajaran PKn
Dalam mengembangkan konsep-kon-sep pembelajaran pendidikan kewarganega-raan yang baru tersebut didasari oleh adanya pengaruh dari dalam dan luar sistem politik sebuah negara seperti juga halnya dengan In-donesia akan berpengaruh terhadap penyia-pan individu warga negara,secara singkat di-uraikan oleh Wahab (2009:63), adalah hal-hal yang dianggap berpengaruh itu diantaranya: (1) Gagalnya penerapan konsep pembelajaran pen-didikan kewarganegaraan yang lalu, sebagai akibat dari penekanan pada kebenaran yang bersifat monovision atau jika itu dilakukan ha-nya bersifat semu; (2) Terjadiha-nya perubahan sistem politik yang lebih mengarah pada upaya reformasi diberbegai bidang kehidupan baik sosial dan budaya, politik itu sendiri, ekonomi dan hukum yang meliputi sistem pendidikan umumnya dan pendidikan kewarganegaraan khususnya; (3) Perubahan pada atribut warga negara yang oleh Cogan (1998:2-3) dikelom-pokan kedalam lima kategori seperti berikut; (a) a sense of identity. (b) the enjoyment of certain right. (c) the fulfillment of corresponding ob-ligation. (d) a degree of interest and involve-ment infublicaffairs.and. (e) an acceptance of basic societal values. Cogan (1998;2-3); (4) Pengaruh kecenderungan global yang bersifat umum; (5) Kecenderungan global pendidikan kewarganegaraan untuk demokrasi.
Manfaat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Secara umum pembelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk men-gembangkan potensi individu warga negara Indonesia, yang memiliki wawasan, dispo-sisi, serta keterampilan intelektual dan sosial kewarganegaraan yang memadai, yang memu-ngkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber-negara dan dunia. Selain memiliki tujuan, pem-belajaran PKn memiliki fungsi sebagai wahana
untuk membentuk warga negara yang cerdas terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara dengan mereflesikan diri-nya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat pancasila dan UUD 45. Depdiknas (2003:5)
Dengan demikian pembelajaran PKn di-harapkan dapat mewujudkan warga negara yang baik (good citizenship) yang salah satu perwujudannya adalah membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pembelajaran PKn adalah perwujudan suatu pembelajaran yang berasumsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa. Sedangkan misin-ya adalah warga negara misin-yang baik, misin-yakni war-ga newar-gara yang memiliki kesadaran politik, kesadaran hukum dan kesadaran moral.
Untuk mencapai visi dan misi terse-but, pembelajaran PKn di sekolah menen-gah pertama (SMP), berdasarkan kurikulum 2004 , Depdiknas (2003: 5) bahwa : “secara garis besar mata pelajaran kewarganega-raan di SMA/MA harus memuat beberapa dimensi, antara lain: (1) Dimensi pengeta-huan kewarganegaraan (civics knowledge), yang mencakup bidang politik. hukum dan moral, secara terperinsi. Materi huan kewarganegaraan meliputi pengeta-huan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non pemerintah, identitas nasional, pemerin-tahan berdasarkan hukum (rule of law), dan peradilan yang bebas dan tidak memi-hak, konstitusi. sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manu-sia, hak sipil dan hak politik. (2) Dimen-si keterampilan kewarganegaraan (civics skills), mencakup antara lain keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara misalnya: berperan secara aktif mewujudkan masyarakat madani (civil so-ciety), keterampilan mempengaruhi jamn-ya pemerintahan, dan proses pengambilan
Eko Supriatno
keputusan politik, keterampilan memecah-kan masalah, kerjasama, dan keterampilan mengolah konflik. (3) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values), mencakup antara Iain percaya diri, keadilan, demokra-tis, toleransi, kebebasan individu, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berser-ikat dan berkumpul, dan pelindungan terha-dap minoritas.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganeg-araan (PKn) dimaksudkan untuk peningka-tan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. serta peningkatan kualitas dirin-ya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan pa-triotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bang-sa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Secara umum, sebagaimana pelajaran lainnya, mata pelajaran lainnya, mata pela-jaran pendidikan kewarganegaraan ditunju-kan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik. Serta senantiasa komitmen men-jaga keutuhan negara Indonesia ini dalam kerangka negara Republik Indonesia.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan Ke-warganegaraan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganeg-araan bertujuan agar peserta didik memi-liki kemampuan sebagai berikut: (1) Ber-pikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertang-gung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbang-sa, dan bernegara, serta anti korupsi; (3) Berkembang secara positif dan demokrasi
untuk membentuk diri berdasarkan karak-ter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainn-ya; (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kelompok pembelajaran kewarganegara-an dkewarganegara-an kepribadikewarganegara-an pada satukewarganegara-an pendidikkewarganegara-an dasar dan menengah merupakan kelompok pembelajaran yang dimaksudkan untuk me-ningkatkan kesadaran dan wawasan peser-ta didik akan speser-tatus, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas di-rinya sebagai manusia.
Pembelajaran PPKn di SD bertujuan untuk menanamkan sikap pada pErilaku alam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila baik sebagai priba-di maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Depdiknas (2003 : 11). Sementara itu di SLTP, pembelaja-ran PPKn bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai pancasila da-lam rangka pembentukan sikap dan prilaku sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab serta memberi bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di jenjang pendidikan menengah. Depdiknas (2003 :12). Sedangkan di SMU, pembelajaran PPKn bertujuan untuk menin-gkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami menghayati, dan meyakini nilai-nilai pancasila sebagai pedo-man berprilaku dalam kehidupan bermasya-rakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan, dan memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut. Depdiknas (2003 :12).
Proses Pembelajaran PKn
Standar Kompetensi Pembelajaran PKn Implementasi Undang-Undang Nomor 20 ta-hun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependi-dikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan stan-dar penilaian pendidik.
Dalam dokumen ini dibahas standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pe-merintah Nomor 19 Tahun 2005. yang secara keseluruhan mencakup: (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan; (2) Beban belajar bagi pe-serta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah;(3) Kurikulum tingkat satuan pen-didikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan (4) Kalender pendidikan untuk penyelengggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Kerangka Psiko-pedagogik Pembelaja-ran Civic Education di Sekolah
Jika dianalisis lebih cermat dan menda-lam, pendidikan nilai memiliki dimensi ped-agogis praktis yang jauh lebih kompleks dari-pada dimensi teoritisnya karena terkait dari-pada konteks sosial-kultural, dimana pendidikan nilai itu dilaksanakan. Seperti yang dikemu-kakan oleh Lickona (1992, 12-22) di Amerika dirasakan telah terjadinya penurunan kualitas moralitas di kalangan pernuda termasuk yang juga kaum terdidik. Dari hasil berbagai survey di-laporkan sebagai berikut: (1) 41% Mengendarai
mobil dalam keadaan mabuk atau dalam pen-garuh narkoba; (2) 33% menipu teman baiknya mengenai hal yang penting; (3) 38% berbohong