• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Dampak Pe rubahan Iklim dan Tarif Impor Pada Kasus Negara Besar

4.3. Alat Analisis

4.3.1. Konsep Das ar Global Trade Analysis Project

4.3.1.3. Ekonomi Tertutup denga n Pajak

Dalam model berikutnya, model ekonomi telah memasukkan variabel pajak. Pajak dimaksudkan sebagai pendapatan rumah tangga regional selain pendapatan yang berasal dari pengeluaran masing- masing agen. Semua pajak, baik dari rumah tangga swasta, pemerintah dan produsen ditambahkan pada rumah tangga

regional, sehingga:

VOM = VOA + PTAX

atau, Pendapa tan = VOA + Pajak – Subs idi

sehingga nilai output di tingkat pasar (market) telah memasukkan unsur pajak. Pajak dapat bernilai positif (taxes) yang akan menambah nilai output di tingkat pasar (VOM), atau bernilai negatif yang akan mengurangi nilai output pasar (VOM), yang biasanya disebut subsidi (Oktaviani, 2008). Gambar 21 menggambarkan model ekonomi riil satu wilayah yang lengkap dengan pereko nomian tertutup.

114

Rumah Tangga Regional

Tabungan Produsen PRIVEXP VOA Endw SAVE VDPA VDGA VDFA NETINV Rumah Tangga Taxes Taxes Taxes Pemerintah Sumber: Oktaviani (2008)

Gambar 21. Model Satu Wilayah, Perekonomian Tertutup, dengan Pajak

4.3.1.4. Pajak

Dalam suatu perekonomian, pajak (Tax) ada lah bent uk kekuatan intervensi pasar di domestik. Adanya pajak akan mempengaruhi harga yang terjadi di setiap agen (PA), sehingga PA=PM*T atau T=PA/PM. Dengan kata lain, pajak didefinisakan sebagai rasio nilai transaksi berdasarkan harga produsen (Agen Prices) de ngan transaksi berdasarka n harga pasar (Market Prices) (Oktaviani, 2008).

Pajak biasanya dikenakan pada seluruh aktivitas penjualan dan pembelian ekonomi seperti pajak penjualan penghasilan (PPh), pajak ekspor dan lain sebagainya. Pajak pembelian diberikan kepada pembeli barang dan jasa, seperti Pajak Pembelian (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), pajak impor, dan lain-lain.

Namun demikian, tingkat pajak di dalam mode l GTAP berbeda dengan makna pajak secara harfiah, dalam model GTAP pajak dihitung berdasarkan perbedaan nilai di tingkat-tingkat agen ekonomi. Oleh karena itu, di dalam model

dikenal istilah Power of Tax, dimana besarnya adalah 1 ditambahkan dengan besarnya tax rate. Misalnya, pajak impor untuk produk pertanian sebesar 5%, maka power of tax tersebut bernilai 1,05. Pemahaman atas konsep ini akan membantu analisis selanjutnya di dalam model GTAP. Apabila pajak penjualan bernilai lebih besar dari satu (T>1) maka artinya pajak tersebut berupa subsidi. Sebaliknya untuk pajak pembelian, dikatakan subsidi jika nilai pajak bernilai kurang dari satu (T<1).

Selanjutnya akan dijelaskan pengaruh pajak terhadap o utput nasional sepe rti dijelaskan pada Gambar 22. Apabila kondisi awal perekonomian diasumsikan tidak dikenakan pajak, maka VOM=VOA, ditunjukkan dengan keseimbangan antara permintaan (D0) dan penawaran (S0). Harga kesimbangan pada PM0=PS0.

Selanjutnya, jika dibe rlakuka n pa jak pe njualan, maka agen yang aka n terkena dampak langsungnya adalah produsen. Produsen yang memasukkan pajak di dalam biaya produksi akan merespon dengan meningkatkan harga dan menurunkan produksinya, sehingga kurva penawaran bergeser ke kiri atas (AS1). Secara agregat, harga naik menjadi PM1 dan output nasional riil turun pada Q1. Harga di tingkat prod usen (PS1) lebih renda h dari harga di pasar (PM1). Daerah yang berbe ntuk kot ak pada Gambar 22 menunjukkan besarnya pajak (PTAX). Nilai output di pasar (VOM) adalah daerah PM1-Eq1-Q1-O.

116 +PTAX O PM0=PS0 PS1 PM1 Output Nasional AS1 AS0 AD0 Q0 Q1 Eq1 Eq0 VOM Sumber: Oktaviani, (2008)

Gambar 22. Efek Pajak terhadap O utput

Sebaliknya jika diasumsikan bahwa pada perekonomian diberlakukan pajak negatif (pajak yang mengurangi VOM), misal subsidi impor, maka dampaknya terhadap outpu adalah sebagaimana digambarkan pada Gambar 23.

Pada kondisi dimana belum adanya subsidi, keseimbangan antara permintaan (D0) dan pe nawaran (S0) berada pada titik Eq0. Harga kesimbangan pada PM0=PS0. Kemudian dengan adanya subsidi, harga barang akan turun dan jumlah output akan meningkat. Respon perusahaan terhadap adanya subsidi ini akan menggeser kurva penawaran ke kanan bawah (AS2). Secara agregat, subsidi mengakibatkan harga di pasar turun menjadi PM2 dan output nasional riil meningkat pada Q2. Harga di tingkat produsen (PS2) lebih tinggi dari harga di pasar (PM2). Daerah yang berbentuk kotak menunjukkan besarnya subsidi (-PTAX) dan besarnya nilai output di tingkat pasar (VOM) adalah daerah PS2-E3 -Q2

Tingka t Harga

-PTAX O PM0=PS0 PM2 PS2 Output Nasional AS2 AS0 AD0 Q2 Q0 Eq2 Eq0 VOM E3 Sumber: Oktaviani (2008)

Gambar 23. Efek Subsidi terhadap Output

4.3.1.5. Linearisasi

Pada umumnya, model- model ekonomi parsial menggunakan satuan nilai mata uang (nominal), misalnya rupiah atau dollar, karena perhitungannya dilakukan dengan pendekatan pengeluaran. Namun demikian, orang biasanya tidak begitu memperdulikan besaran nilai yang akan berubah sebagai akibat diberlakukannya suatu kebijakan (misal peningkatan tarif impor ), karena penyebutan angka numerik nilai nominal dari perubahan itu lebih sulit untuk dihapal mengakibatkan orang mengabaikannya. Tetapi biasanya orang akan lebih tertarik untuk memperhatikan angka dalam perubahan persentase. Oleh harena itu, beberapa model CGE dan GTAP menggunakan perubahan persentase dalam perhitungan harga dan kuantitasnya (Oktaviani, 2008).

Menurut Oktaviani (2008), persamaan–persamaan ekonomi yang ada di dalam model GTAP tidak semua merupakan persamaan dengan fungsi linear. Agar persamaan-persamaan tersebut dapat terbaca dengan menggunakan

118 persentase perubahan, maka persamaan-persamaan tersebut harus dilinierkan. Solusi dengan menggunakan software Analisis Keseimbangan Umum (AGE=Analysis General Equilibrium) maupun RunGTAP, dilakukan dengan linearisasi (Pearson, 1991) memecahkan nilai koefisien dengan formula:

dV / v = d(PQ) / PQ = p + q

Perubahan persentase dalam model GTAP disimbolkan dengan huruf- huruf kecil, sehingga bentuk perubahan persentase dari persamaan di atas adalah p dan q.

Secara grafis, ilustrasi linearisasi ini disajikan pada Gambar 24. Misalnya persamaan nonlinear digambarkan seperti kurva Exact. Apabila persamaan tersebut dilinearkan pada tahap 1, maka kurva akan seperti gambar kurva 1 step. Ini disebut de ngan estimasi de ngan pendekatan Johansen (Yj) yang menyediaka n iterasi yang paling sederhana dengan kesalahan (error) Yj>Y1

O dY YJ Y0 Yexact X dX XF . Pendekatan dengan error seperti ini seringkali menuai kritik dari penggunaan model CGE (Oktaviani, 2008).

Sumber: Oktaviani (2008)

Agar bentuk persamaan (kurva) mendekati bentuk yang sebenarnya (Exact), maka dilakukan terus proses linearisasi pada tahap selanjutnya hingga diperoleh bentuk yang mendekati sebenarnya, misalnya pada gambar kurva 3 step pada Gambar 25. Dengan proses multi-step ini dapat menurunkan error pada linearisasi. Metode solusi Euler memberikan pemecahan seperti ini. Semakin banyak iterasi linearisasi, maka solusi model nonlinear akan semakin akurat.

Metode Gragg’s menyediakan iterasi yang seba nyak-banyaknya sampai batas kemampuan komputer mengolahnya dan metode ini dianggap sebagai pendekatan yang paling baik (Oktaviani, 2008).

O Y Y0 Yexact X X1 X2 X3 Y3 Y2 Y1 1 3 Exac XF Sumber: Oktaviani (2008)

Gambar 25. Proses Multistep untuk Menurunkan Error pada Linearisasi