• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Deskripsi dan Zonas

Dalam dokumen Proceeding ToT ICM. Proceeding ToT ICM (Halaman 39-43)

EKOSISTEM DAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT SERTA PENGELOLAAN SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Deskripsi dan Zonas

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang- surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Penyebaran hutan mangrove ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, salah satu diantaranya adalah salinitas. Berdasarkan salinitas kita mengenal zonasi hutan mangrove sebagai berikut (De Haan dalam Russell & Yonge, 1968): (A) Zona air payau hingga air laut dengan salinitas

pada waktu terendam air pasang berkisar antara 10 - 30 0/

00 :

(A1) Area yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan: hanya

Rhizophora mucronata yang masih dapat

tumbuh.

(A2) Area yang terendam 10 - 19 kali per bulan: ditemukan Avicennia (A. alba, A. marina),

Sonneratia griffithii dan dominan Rhizophora

sp.

(A3) Area yang terendam kurang dari sembilan kali setiap bulan: ditemukan Rhizophora sp.,

Bruguiera sp.

(A4) Area yang terendam hanya beberapa hari

dalam setahun: Bruguiera gymnorhiza

dominan, dan Rhizophora apiculata masih

dapat hidup.

(B) Zona air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara 0 - 10 0/

00 :

(B1) Area yang kurang lebih masih dibawah pengaruh pasang surut: asosiasi Nypa.

(B2) Area yang terendam secara musiman: Hi- biscus dominan.

Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di In- donesia adalah sebagai berikut (Gambar 9):

• Daerah yang paling dekat dengan laut sering

ditumbuhi Avicennia dan Sonneratia.

Sonneratia biasa tumbuh pada lumpur dalam

yang kaya bahan organik.

• Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya

didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera dan Xylocarpus.

• Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera

spp. Selanjutnya terdapat zona transisi antara hutan mangrove dan hutan dataran rendah yang

biasanya ditumbuhi oleh nipah (Nypa

fruticans), dan pandan laut (Pandanus spp.).

Struktur Vegetasi dan Daur Hidup

Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga:

Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus.

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi,

dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove . Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/ dominan yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora,

Bruguiera, dan Ceriops),

Sonneratiaceae (Sonneratia), Aviceniaceae (Avicennia), dan

Meliaceae (Xylocarpus)

(Gambar 11).

Gambar 11. Dua jenis tumbuhan mangrove sejati (Avicennia sp. dan Rhizophora sp.)

Bakau (Rhizophora sp.) Api-api (Rhizophora sp.)

Jenis mangrove tertentu, seperti Bakau (Rhizophora sp.) dan Tancang (Bruguiera sp.) memiliki daur hidup yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah,

sehingga menjadi lebih berat pada bagian terluar dan akhirnya lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke perairan dan mengapung di permukaan air.

Semaian ini kemudian terbawa oleh aliran air ke perairan pantai yang cukup dangkal, di mana ujung akarnya dapat mencapai dasar perairan, untuk selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara bertahap tumbuh menjadi pohon (Gambar 12).

Adaptasi Pohon Mangrove

Hutan mangrove yang umumnya didominasi oleh pohon mangrove dari empat genera

(Rhizophora, Avicennia, Sonne-

ratia dan Bruguiera), memiliki kemampuan adaptasi yang khas untuk dapat hidup dan berkembang pada substrat berlumpur yang sering bersifat asam dan anoksik. Kemampuan adaptasi ini meliputi:

Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen Rendah

Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas bertipe cakar ayam, penyangga, papan Gambar 12. Daur hidup pohon mangrove

dan lutut (Gambar 13). Sistem perakaran cakar ayam yang menyebar luas di permukaan substrat, memiliki sederet cabang akar berbentuk pinsil yang tumbuh tegak lurus ke permukaan substrat.

Cabang akar ini disebut pneumatofora dan

berfungsi untuk mengambil oksigen. Sistem perakaran penyangga berbeda dengan sistem perakaran cakar ayam, dimana akar-akar

Adaptasi Terhadap Tanah yang Kurang Stabil dan Adanya Pasang Surut

Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar. Disamping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

Gambar 13. Bentuk-bentuk akar pohon mangrove

penyangga tumbuh dari batang pohon menembus permukaan substrat. Pada akar penyangga ini tidak ditemukan pneumatofora seperti pada akar cakar ayam, tapi mempunyai lobang-lobang kecil yang disebut lentisel yang juga berfungsi untuk melewatkan udara (mendapatkan oksigen).

Adaptasi Terhadap Kadar Garam Tinggi

Berdaun tebal dan kuat yang mengandung kelenjar-kelenjar garam untuk dapat menyekresi garam. Mempunyai jaringan internal penyimpan air untuk mengatur keseimbangan garam. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

Fauna Hutan Mangrove

Komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua) kelompok:

1. Kelompok fauna daratan/terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon man- grove, terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan laut pada saat air surut.

2. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe, yaitu: (a) yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan, dan udang; (b) yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang, dan berbagai jenis invertebrata lainnya (Gambar 14).

Fungsi Ekologis Hutan Mangrove

Sebagai suatu ekosistem khas wilayah pesisir, hutan mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis penting :

• Sebagai peredam

gelombang dan angin badai, pe- lindung pantai dari abrasi, pe- nahan lumpur dan perangkap se- dimen yang di- angkut oleh aliran air permukaan.

• Sebagai penghasil

sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari

daun dan dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi para pemakan de- tritus, dan sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan.

• Sebagai daerah asuhan (nursery ground),

daerah mencari makanan (feeding ground) dan

daerah pemijahan (spawning ground)

bermacam biota perairan (ikan, udang dan kerang-kerangan...) baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai.

Pemanfaatan Hutan Mangrove

Hutan mangrove di- manfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku untuk membuat arang, dan juga

untuk dibuat pulp. Di

samping itu ekosistem man- grove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan dan udang alam (Gambar 15). Gambar 14. Makrofauna hutan mangrove yang memperlihatkan penyebaran

EKOSISTEM PADANG LAMUN

Dalam dokumen Proceeding ToT ICM. Proceeding ToT ICM (Halaman 39-43)