• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASIFIKASI PENYEBAB EROS

Dalam dokumen Proceeding ToT ICM. Proceeding ToT ICM (Halaman 106-110)

EROSI PANTAI ( COASTAL EROSION )

KLASIFIKASI PENYEBAB EROS

Berdasarkan atas analisis data seperti diperlihatkan pada Tabel 1, diperoleh gambaran bahwa terdapat 5 macam klasifikasi penyebab erosi yang terjadi di Indonesia yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia : a. Erosi pantai karena terperangkapnya angkutan sedimen sejajar pantai akibat adanya bangunan tegak lurus garis pantai seperti : groin, jetty,

breakwater pelabuhan dan lain-lain.

104

Ketika gelombang datang menuju pantai dengan membentuk sudut terhadap garis pantai, gelombang akan menimbulkan arus sejajar pantai di zona gelombang pecah. Gaya-gaya dan turbulensi yang ditimbulkan oleh gelombang pecah akan mengerosi sedimen dasar, dan mengaduknya menjadi material tersuspensi. Sedimen ini selanjutnya oleh arus sejajar pantai yang terjadi di zona gelombang pecah dibawa menyusuri garis pantai. Akibat adanya bangunan tegak lurus garis pantai, akan mengakibatkan perubahan konfigurasi pantai sehingga pantai akan menuju keseimbangan dinamis baru. Sedimen yang diangkut oleh arus sejajar pantai tersebut akan terperangkap oleh bangunan dan akan mengakibatkan terjadinya proses sedimentasi di daerah

updrift (hulu) dan erosi di daerah downdrift (hilir). Terjadinya sedimentasi di daerah updrift ini disamping karena sedimen terperangkap oleh bangunan tegak lurus pantai, juga disebabkan karena terjadinya pembelokan dan mengecilnya magnitude arus yang pada gilirannya menyebabkan kecepatan jatuh partikel lebih dominan bekerja terhadap partikel sedimen dibanding transpor arus, sehingga akan terjadi proses sedimentasi. Sebaliknya di daerah downdrift akan terjadi erosi. Erosi ini terjadi karena terperangkapnya

sedimen di sebelah updrift (hulu) sehingga

mempengaruhi keseimbangan transpor sedimen di sebelah downdrift (hilir) juga disebabkan karena adanya arus olakan yang menuju ke arah laut akibat adanya bangunan tegak lurus pantai. Proses erosi ini akan berlangsung terus sampai terjadi keseimbangan

dinamis baru, yaitu apabila sedimentasi yang terjadi di sebelah updrift (hulu) bangunan telah berhenti.

Kasus erosi semacam ini di Indonesia misalnya terjadi akibat dibangunnya breakwater Pelabuhan Pulau Baai, dibangunnya Bandara Sepinggan dengsn jalan reklamasi yang menjorok ke laut, dibangunnya bandara Ngurah Rai di pantai Kuta dengan jalan reklamasi yang menjorok ke laut (Gambar 2), dibangunnya LNG Arun dengan jalan reklamasi yang menjorok ke laut, dibangunnya dermaga jetty di Balongan dan lain sebagainya.

b. Erosi pantai karena terjadinya arus pusaran akibat adanya bangunan seawall.

Gelombang yang mendekati pantai, oleh bangunan massive seawall sebagian dipantulkan oleh

seawall ke arah laut. Gelombang hasil pantulan ini akan berasosiasi dengan gelombang datang sehingga menimbulkan efek standing wave dan menimbulkan arus pusaran (eddy current) di sebelah kiri dan kanan dari seawall. Standing wave tersebut akan bersifat merusak pantai yang terekspose karena mempunyai daya hisap yang besar yang akan menghisap tanah sekitar bangunan seawall. Disamping itu karena tanah sebelah kiri dan kanan seawall merupakan tanah terekspose dan tidak terlindungi oleh seawall maka tanah tersebut akan tererosi sampai mencapai keseimbangan dinamis baru.

Kasus erosi ini terjadi misalnya dibangunnya

seawall di Banda Aceh, dibangunnya seawall di Eretan Indramayu, Malalayang 2 Manado (Gambar 3) dan lain sebagainya.

c. Erosi pantai karena berkurangnya suplai sedimen dari sungai akibat dibangunnya dam di sebelah hulu sungai dan sudetan atau pemindahan muara sungai.

Berkurangnya suplai sedimen dari sungai ini akan menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan transpor sedimen sejajar pantai. Kondisi semula dimana sedimen yang datang dari muara sungai oleh arus sejajar pantai dibawa menyelusuri pantai untuk selanjutnya didistribusikan dan diendapkan di pantai tersebut. Tetapi berhubung suplai sedimen dari sungai berkurang akan mengakibatkan terjadinya erosi pantai di sebelah

downdrift muara sungai untuk mengimbangi

angkutan sedimen yang semula disuplai dari sungai. Kasus erosi semacam ini terjadi karena pembuatan floodway di muara sungai Krueng Aceh, pembuatan banjir kanal di Padang, dan pembuatan sudetan muara Sungai Cidurian, pembuatan kanal wulan di pantai Kedung Semat.

d. Erosi pantai akibat penambangan karang dan pasir pantai.

Penambangan karang atau pasir ini biasanya dilakukan di daerah nearshore dimana di daerah ini gerakan pasir/sedimen di dasar pantai/laut masih dipengaruhi oleh gerakan gelombang.

Penggalian karang atau pasir pantai akan mengakibatkan dampak yang berupa perubahan batimetri, pola arus, pola gelombang, dan erosi. Apabila dasar perairan digali untuk penambangan karang atau pasir, maka dasar perairan akan

mengalami perubahan karena yaitu semakin dalam. Dampak yang timbul adalah :

•• Energi gelombang yang menghantam pantai akan lebih besar karena dasar perairan di depan garis pantai akan menjadi lebih dalam, sehingga mekanisme peredaman energi gelombang oleh dasar peraira berkurang. Dengan demikian erosi atau penggerusan oleh gelombang akan lebih meningkat intensitasnya.

•• Penambangan juga mengakibatkan lereng pantai menjadi lebih terjal sehingga menimbulkan ketidak stabilan lereng pantai yang pada gilirannya akan menimbulkan terjadinya pemacuan erosi.

•• Penambangan akan menimbulkan kawah yang

akan menjadi tempat bagi terperangkapnya sedimen sejajar pantai. Akibat gerakan gelombang maka lubang-lubang/kawah bekas penambangan pasir akan terisi kembali oleh pasir di sekitarnya termasuk pasir yang ada di pantai di muka dan menyebakan terjadinya erosi. Keseimbangan transpor sedimen sejajar pantai akan terganggu yang berupa berkurangnya angkutan sedimen ke arah

downdrift (hilir) tempat penggalian, sehingga menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan garis pantai. Berkurangnya transpor sedimen karena terperangkap oleh kawah galian ini akan menimbulkan erosi di sebelah downdrift (hilir) kawah galian. Kasus ini terjadi di pantai Kepulauan Riau, Bengkulu, Tangerang (Gambar 4.), pantai Marunda, pantai Kepulauan Seribu, pantai Sanur, Pantai Menado, dan lain sebagainya.

106

e. Erosi karena penggundulan hutan mangrove. Pada pantai-pantai berlumpur umumnya ditumbuhi pohon mangrove. Perakaran mangrove yang biasanya merupakan penopang bagi kestabilan pantai yang berlumpur. Hutan mangrove ini berfungsi sebagai peredam energi gelombang yang akan mencapai pantai. Apabila hutan mangrove ini ditebangi maka fungsi peredamannya akan berkurang atau bahkan hilang. Gelombang akan langsung mengenai tanah yang gundul dan lemah sifatnya, dan akan mengaduk dan melarutkan tanah pantai tersebut dalam bentuk suspensi, kemudian diangkut oleh arus dan diendapkan ke tempat lain yang

memungkinkan. Kasus ini banyak terjadi di Lampung Timur, Pantura (Gambar 4), Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Peristiwa erosi ini tentunya tidak perlu dipersoalkan sejauh belum menimbulkan masalah bagi kepentingan manusia. Namun apabila peristiwa tersebut menimbulkan gangguan dan kerusakan terhadap lingkungan di sekitarnya, maka diperlukan usaha-usaha penanganan berupa perlindungan dan kegiatan- kegiatan lainnya.

Peristiwa erosi pantai dapat mengakibatkan gangguan terhadap permukiman, pertambakan dan

Gambar 2b. Erosi pantai akibat adanya reklamasi Bandara Ngurah Rai yang menjorok ke laut kurang lebih 400 m

sarana perhubungan. sedangkan peristiwa pendangkalan atau pengendapan di wilayah pantai dapat merupakan keuntungan dan sebaliknya dapat pula merupakan kerugian; hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan setempat.

Dalam dokumen Proceeding ToT ICM. Proceeding ToT ICM (Halaman 106-110)