• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum perairan pantai Kepulauan Mentawai banyak dijumpai sebaran terumbu karang. Pada perairan Pantai Timur Mentawai umumnya dijumpai terumbu karang tepi (freengings reefs) yang tidak merata. Sementara pada beberapa desa pesisir juga dijumpai terumbu karang yang bersifat tersebar (patchy reefs). Pada sisi barat perairan kepulauan Mentawai dijumpai terumbu karang tepi (freenging reefs) yang relatif merata. Berdasarkan hasil intrepretasi citra satelit didapatkan total luas tutupan terumbu adalah seluas 17.589,61 Ha. Luas tutupan terumbu karang per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.6. dibawah ini.

Tabel 2.6. Luas Tutupan Terumbu Karang

No Kecamatan Luasan (Ha)

1 Pagai Selatan 1.213,75 2 Sikakap 1.115,16 3 Pagai Utara 927,77 4 Sipora Selatan 2.808,32 5 Sipora Utara 5.257,92 6 Siberut Selatan 387,78

7 Siberut Barat Daya 3.629,37

8 Siberut Tengah 1.660,82

9 Siberut Utara 588,72

10 Siberut Barat

-Total 17.589,61

Sumber : BPSPL Padang (2011)

Di Sipora bagian Utara dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, pada umumnya memiliki pantai berpasir yang tidak begitu lebar, dilanjutkan dengan rataan terumbu karang yang semakin jauh dari pantai (50-100m) semakin curam dengan sudut kemiringan 400-600. Karang yang tumbuh pada kedalaman 1-5 m didominasi oleh suku Pocilloporidae dari marga pocillopora, stylophora dan Seriatopora, suku Faviidae dari marga Favia dan Favites dan suku Poritidae dari marga Porites. Karang Pocillopora verrucosa merupakan jenis yang paling dominan, diikuti oleh karang dari marga Porites dan Favia. Pertumbuhan Acropora umumnya dengan koloni yang kecil dan percabangan yang pendek. Pada kedalaman 5-10 meter bentuk pertumbuhan karang lebih bervariasi, tetapi lebih didominasi oleh karang yang mempunyai bentuk pertumbuhan massif dan merayap (encrusting). Pada kedalaman 10-20 meter

pertumbuhan karang sudah jarang dijumpai dan pasir terlihat lebih mendominasi.

Pada Pulau Siberut bagian selatan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, pada umumnya memiliki pantai yang sempit dan ditumbuhi oleh mangrove dari marga Rhizopora. Lebar rataan terumbu berkisar antara 50-100 meter dengan dasar berupa karang mati dan pasir kasar yang ditumbuhi oleh turf algae. sudut kemiringan dasar antara 400-600. Karang yang tumbuh umumnya memiliki pertumbuhan merayap dan masif, antara lain Manitpora

informis, Echinopora mamiformis dan Favia speciosa. Pada kedalaman 2-7

meter, lereng terumbu didominasi oleh pertumbuhan Porites dengan bentuk pertumbuhan masif dan bercabang dengan diselingi oleh pertubuhan

Acropora palifera. Biota lain yang cukup menonjol adalah hydroid, karang

lunak (soft coral) dan sponge.

Pada kedalaman lebih dari 10 meter, karang sudah jarang dijumpai, yang terlihat hanya hamparan pasir yang luas. Baik dan rusaknya tingkat kesehatan/kondisi terumbu karang ditentukan berdasarkan persentase tutupan karang hidup (Hard Living Coral Cover/HLCC). HLCC merupakan penggabungan persentase kelompok karang batu (hermatipic corals) dari jenis Acropora dan Non-Acropora. Acropora dapat dibedakan atas jenis

Encrusting, Branching, Submassive, Digitate dan Tabulate. Sedangkan non

Acropora terdiri dari Branching, Encrusting, Foliose, Massive, Submassive,

Mushroom, Miliopora dan Heliopora. Persentase tutupan karang hidup (HLCC)

dapat menggambarkan kondisi terumbu karang di daerah pengamatan, dimana makin besar persentase tutupan karang hidup di daerah tersebut maka makin baik kondisi terumbu karangnya.

Tabel 2.7. Kondisi Persentase Tutupan Terumbu Karang Hidup

No Lokasi Penutupan KarangPorsentase

Hidup (%) Kriteria

1 Pesisir Timur Pagai Selatan 35,50 % Sedang 2 Bagian Utara Pagai Selatan 52,00 % Baik

3 Desa Sikakap 37,00 % Sedang

4 P. Patotogat (Tua Peijat) 44,00 % Sedang

5 P. Aira (Tua Peijat) 11,00 % Rusak

6 P. Sikubu (Tua Peijat) 11,80 % Rusak

7 Desa Bosua, Sipora 22,00 % Rusak

9 P.Nyangnyang 15,80 % Rusak

10 P.Karangmajat 53,50 % Baik

11 P. Mainu 50,50 % Baik

12 P.Masilok 17,00 % Rusak

13 Desa Saibi Samukop, P.Siberut 20,50 % Rusak 14 Pesisir Timur DesaSaliguma Siberut 24,00 % Rusak

Sumber : BPSPL Padang ( 2011) b. Mangrove

Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit yang telah diverifikasi dengan data survey lapangan dapat dikuantifikasi luas mangrove per kecamatan seperti pada Tabel 2.8. Luas total mangrove di Kabupaten Kepulauan Mentawai

adalah 24.619,43 Ha. Luas tutupan mangrove terbesar berada di Kecamatan Siberut Barat yaitu sebesar 8.514,01 Ha dan luas tutupan mangrove terkecil berada di kecamatan Sipora Selatan 421,66 Ha.

Tabel 2.8 Luasan Mangrove di Kabupaten Kepulauan Mentawai

No Kecamatan Luasan (Ha)

1 Pagai Selatan 3.971,06 2 Sikakap 888,63 3 Pagai Utara 602,87 4 Sipora Selatan 421,66 5 Sipora Utara 1.008,56 6 Siberut Selatan 578,99

7 Siberut Barat Daya 8.514,01

8 Siberut Tengah 2.415,82

9 Siberut Utara 571,79

10 Siberut Barat 5.646,04

Total 24.619,43

Sumber : BPSPL Padang (2011)

Di Kabupaten Kepulauan Mentawai dijumpai 25 jenis mangrove yang termasuk dalam 15 suku. Pada umumnya kondisi mangrove di Kabupaten Kepulauan Mentawai ini tidak begitu tebal, ketebalan mangrove berkisar antara 100-200 m dari batas laut ke arah darat. Jenis Rhizophora mucronata mendominasi di Pulau Sipora, Pulau Kuboi dan Pulau Silebut. Jenis ini umumnya tumbuh baik di habitat yang mempunyai lumpur yang dalam, akan tetapi kondisi habitat bagian dalam berupa batu-batuan atau koral mati maka jenis tersebut tidak bisa tumbuh maksimal. Salah satu faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya tumbuh jenis ini adalah tidak

terdapatnya sungai besar yang membawa substrat. Sedang untuk Pulau Siburu dan Pulau Siberut jenis yang mendominasi adalah Rhizophora

apiculata. Jenis ini umumnya sifat tumbuhnya hampir sama dengan Rhizophora mucronata hanya habitatnya pada lumpur yang agak dalam.

Secara umum hutan mangrove tumbuh di seluruh bagian dimana hempasan gelombangnya kecil, dalam teluk, muara sungai dan tempat-tempat yang terhalang oleh pulau pada bagian depannya. Bagian ke arah utara banyak terdapat pulau-pulau kecil dan teluk, sementara bagian selatan agak terbuka cendrung mempunyai gelombang besar. Secara umum kondisi ekosistem mangrove masih tergolong bagus (70%). Hal ini karena belum adanya eksploitasi yang berlebihan dari masyarakat setempat. Tapi pengaruh pengerukan pasir laut, erosi pantai akibat gelombang pada beberapa titik sudah mulai berimbas pada degradasi vegetasi mangrove.

Tabel 2.9 Jenis Mangrove di Kabupaten Kepulauan Mentawai

No Suku Jenis

1 Acanthaceae Acanthus illicifolius

2 Baringtoniaceae Baringtonia racemosa

3 Combretaceae Lumnitzora littorea, L racemora

4 Euphorbiaceae Exoecaria agallocha

5 Flagellaniaceae Flagellaria indica

6 Goodeniaceae Scaevola taccada

7 Lythraceae Phempis acidula

8 Malvaceae Thespesia populnae

9 Meliaceae Xylocarpus gangeticus, X granatum, Xmoluccensis 10 Myrsinaceae Aegiceras corniculatum

11 Palmae Nypa fruticans

12 Polypodiaceae Acrostichum aureum

13 Rhizophoraceae Bruguiera cylindrica, B gymnorrphiza, B sexángula, Ceriops decandra, C tagal,

Rhizophora apiculata, R mucronata, R stylosa

14 Combretaceae Sonneratia alba

15 Sterculiaceae Heritiera littoralis Sumber: DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai c. Padang Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan perairan pesisir. Jumlah jenis lamun di dunia berjumlah 58 yang dikelompokan ke dalam 12 marga dan dua ordo. Di perairan Indonesia tercatat sebanyak 12 jenis lamun. Padang lamun

mempunyai beberapa fungsi ekologis yaitu sebagai produser primer, dauran ulang unsur hara, stabilisasi substrat dan perangkap sedimen, sebagai habitat dan makanan ikan, tempat pemijahan dan berlindung bagi organisme laut . Padang lamun secara fisik juga membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus yang menuju ke pantai. Tingkat produktivitas primer yang tinggi dari padang lamun erat hubungannya dengan tingkat produksi perikanan yang tinggi. Selain itu, ekosistem padang lamun berhubungan erat dengan ekosistim terumbu karang dan ekosistem mangrove, sehingga penting artinya bagi pengelolaan perairan pantai secara terpadu.

Ekosistem padang lamun terdapat pada Desa Labuanbajau, Malancan, Saibi, Sinakak, Pulau Panjang Sipora, Sikakap dan beberapa pulau di sekitar Pulau Pagai. Adapun jenis pada ekosistem padang lamun yang terdapat di perairan Kepulauan Mentawai didominasi oleh jenis Thallasia hemprichii, Cymodocea

rotundata dan Syringodium isoetifolium. Sebaran padang lamun disajikan

pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Sebaran Padang Lamun Kepulauan Mentawai No. Lokasi SebaranPadang Lamun Pulau Jenis

TRata-Rata Penutupan

(%)

1 Pulau Siruso Pagai Selatan Thallasia hemprichii 15.25

Cymodocea rotundata 14.55

2 Pulau Siopa

Besar Pagai Selatan Thallasia hemprichii 5,12 3 Pulau Lumut Pagai Selatan Thallasia hemprichii 4.77 4 Desa

Labuanbajau Siberut Cymodocea rotundataThallasia hemprichii 30.16,77 5 Desa Malancan Siberut Cymodocea rotundata 31.67

6 Saibi Siberut Cymodocea rotundata 34.95

Thallasia hemprichii 10,77

7 Sikakap Pagai Utara Cymodocea rotundata 20.86

Thallasia hemprichii 15.21

8 Sinakak Pagai Selatan Syringodium isoetifolium 23.12

Thallasia hemprichii 17,77

9 P. Panjang Sipora Thallasia hemprichii 8.99

Syringodium isoetifolium 33.22

d. Ikan Karang

Hasil tangkapan utama nelayan tradisionil di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang, misalnya kelompok ikan dari famili Carangidae dan Lutjanidae. Sementara ikan karang yang dominan tertangkap adalah famili Serranidae. Ada 7 famili ikan dominan yang ditangkap nelayan, dengan tangkapan tertinggi berasal dari famili Lutjanidae (ikan kakap) dan famili Carangidae (ikan kuwe). Selanjutnya ikan yang juga memberikan kontribusi total tangkapan cukup besar adalah berasal dari famili Serranidae (ikan kerapu) dan

Scombridae (ikan tongkol). 2.1.4. Potensi Ekonomi

Pengertian PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Dilihat dari PDRB, struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai masih didominasi oleh sektor pertanian.

Pada tahun 2012, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 53,61%, kemudian diikuti oleh sektor-sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan sumbangan sebesar 19,84%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,82%, sektor industri pengolahan sebesar 6,70%, sektor jasa-jasa sebesar 6,20%, sektor bangunan sebesar 4,82%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,27%, sektor pertambangan dan galian sebesar 0,62%. Sedangkan yang terendah memberikan kontribusi adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu 0,11%. Perkembangan PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai atas Dasar Harga Berlaku, menurut lapangan usaha dari tahun 2008-2012 disajikan pada

Tabel 2.11.

Tabel 2.11. PDRB (Jutaan Rupiah) Kabupaten Kepulauan Mentawai Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012. No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011* ) 2012**) 1. Pertanian 617.891,95 (56,18) 695.919,15 (55,18) 786.132,86 (54,62) 880.194,67 (54,08) 983.746,04 (53,61) a.Pertanian, Tan. 99.291,82 113.202,27 127.618,12 143.222,65 159.864,50

No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011* ) 2012**) Pangan dan Hortikultura (9,03) (8,98) (8,87) (8,80) (8,71) b. Perkebunan 74.821,75 (6,80) 86.666,02 (6,87) 99.208,49 (6,89) 113.70,15 (6,99) 129.592,75 (7,06) c. Peternakan 26.310,30 (2,39) 30.141,14 (2,39) 34.601,07 (2,40) 39.467,05 (2,43) 44.742,16 (2,44) d. Kehutanan 263.484,14 (23,96) 285.686,78 (22,65) 318.799,39 (22,15) 345.579,01 (21,23) 376.222,49 (20,50) e. Perikanan 153.983,94 (14,00) 180.222,94 (14,29) 205.905,79 (14,31) 238.220,81 (14,64) 273.324,14 (14,90) 2. Pertambangan dan Penggalian 5.928,61(0,54) 7.092,26(0,56) 8.428,93(0,59) 9.906,10(0,61) 11.461,39(0,62) 3. Industri Pengolahan 78.495,54(7,14) 89.031,79(7,06) 101.146,65(7,03) 112.035,61(6,88) 122.993,85(6,70) 4. Listrik, Gas, dan

Air Bersih 1.494,22(0,14) 1.588,43(0,13) 1.703,70(0,12) 1.816,45(0,11) 1.980,65(0,11) 5. Bangunan 40.508,44 (3,68) 49.946,79 (3,96) 61.102,31 (4,25) 73.686,00 (4,53) 88.466,59 (4,82) 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 210.137,55 (19,11) 247.722,97 (19,64) 281.387,04 (19,55) 321.000,03 (19,72) 364.042,61 (19,84) 7. Pengangkutan dan Komunikasi 70.129,64(6,38) 81.103,62(6,43) 95.084,07(6,61) 109.468,65(6,73) 125.123,67(6,82) 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 12.688,39 (1,15) 15.501,66 (1,23) 18.679,01 (1,30) 20.385,90 (1,25) 23.266,61 (1,27) 9. Jasa-jasa 62.479,12 (5,68) 73.271,86 (5,81) 85.553,47 (5,94) 99.009,93 (6,08) 113.809,57 (6,20) PDRB 1.099.753, 46 (100,00) 1.261.178, 53 (100,00) 1.439.218, 02 (100,00) 1.627.503, 35 (100,00) 1.834.890,9 6 (100,00) Sumber : BPS ( 2013)

Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara

( ) Distribusi presentase PDRB

Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada Tabel 2.11., sektor pertanian

terdiri dari 5 (lima) subsektor yaitu pertanian tanaman pangan dan holtikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Pada tahun 2012, subsektor perikanan sendiri memberikan kontribusi sebesar 14,90% dan menempati urutan kedua setelah subsektor kehutanan yang memberikan kontribusi sebesar 20,50%. Subsektor yang terendah memberikan kontribusi pada sektor pertanian ini adalah subsektor peternakan dengan kontribusinya 2,44%,

kemudian diikuti oleh subsektor perkebunan dengan kontribusi 7,06%, dan subsektor pertanian, tanaman pangan dan hortikultura dengan kontribusi 8,71%.

Bila dilihat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, persentase kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai meningkat. Pada tahun 2008 kontribusi subsektor perikanan ini terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebesar 14,00% (Rp 153.983.940.000), kemudian tahun 2009 kontribusinya 14,29% (Rp 180.222.940.000), tahun 2010 kontribusinya 14,31% (Rp 205.905.790.000), tahun 2011 kontribusinya 14,64% (Rp 238.220.810.000) serta pada tahun 2012 kontribusinya 14,90% (Rp 273.324.140.000).

Dari kondisi ini dapat dilihat bahwa konstribusi subsektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai masih rendah, padahal Kabupaten ini mempunyai potensi yang cukup besar di sektor perikanan terutama perikanan perikanan tangkap dan perikanan budidaya, yaitu budidaya laut. Disamping subsektor perikanan, Kabupaten Kepulauan Mentawai juga mempunyai potensi yang cukup besar di bidang kelautan yang pemanfaatannya belum optimal, diantaranya bidang pariwisata bahari dan jasa kelautan lainnya. Jadi bila dilihat dari potensi sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil tersebut, maka konstribusi subsektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai masih dapat ditingkat secara signifikan.

2.1.5. Potensi Sosial Budaya

Dokumen terkait