BAB IV PELAKSANAAN EKSEKUSI JAMINAN ATAS GADA
C. Eksekusi Gadai Saham PT (Perseroan Terbatas)
Dalam membicarakan eksekusi gadai saham, kita harus memperhatikan ketentuan tentang pemindahan hak atas saham perseroan yang tercantum berturut- turut dalam Pasal 55, 56, 57, 58 dan Pasal 59 Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007, sehingga tidak dijumpai kendala ketika melakukan eksekusi gadai saham yang bersangkutan. Ketentuan tentang pemindahan hak atas saham dalam anggaran dasar perseroan berbeda dari satu perseroan ke perseroan lain. Alangkah baiknya jika pembuatan konsep perjanjian gadai saham mengingat perbedaan pemindahan hak atas saham yang berbeda tersebut.
Ketentuan yang berkaitan dengan parate executie adalah kalimat pertama Pasal 1155 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut.
”Jika oleh para pihak tidak diperjanjikan lain, maka pihak yang berpiutang berhak, jika para yang berutang atau pemberi gadai cidera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak ditentukan suatu tenggang waktu, setelah diberikan peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang yang digadaikan di muka umum menurut kebiasaan setempat serta dengan syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya, beserta bunga dan biaya dari hasil penjualan tersebut”.
Kalimat pertama Pasal 1155 KUH Perdata mengandung kata-kata ”jika oleh para pihak tidak diperjanjikan lain”. Kata-kata ini sering disalahtafsirkan, yaitu ditafsirkan bahwa jika debitur/pemberi gadai cidera janji, para pihak dalam perjanjian gadai dapat menentukan bahwa kreditur berhak menyuruh agar benda dijual di bawah tangan (private sale).
Tafsiran ini tidak benar karena maksud kalimat pertama Pasal 1155 KUH Perdata adalah sebagai berikut :
Jika debitur/pemberi gadai cidera janji sesudah tenggang waktu yang ditentukan lampau atau jika tenggang waktu tidak ditentukan, maka sesudah disomasi oleh pengadilan untuk memenuhi kewajibannya, dan debitur tetap tidak memenuhi kewajibannya, maka Undang-Undang memberi hak kepada kreditur/pemegang gadai untuk melaksanakan gadai dengan ”parate executie” (zonder tussenkomst van de Rechter, eigenmachtig verkoop). Pemegang gadai siap (paraat) untuk mejual benda yang digadaikan atas kewenangannya sendiri, kecuali para pihak menyetujui eksekusi
perjanjian gadai dengan cara lain, yaitu dengan perantaraan hakim (met tussenkomst van de Rechter).
Hak kreditur / pemegang gadai untuk melelang benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri (parate executie) terjadi demi hukum, yaitu berdasarkan Undang- Undang dan tidak karena diperjanjikan oleh antara kreditur, debitur dan pemberi gadai.
Selanjutnya, akta pemindahan hak atas saham atau salinannya disampaikan kepada Perseroan yang mengeluarkan saham berkaitan dan Direksi Perseroan wajib mencatat pemindahan hak atas saham tersebut dalam DPS/Daftar Khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham itu kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pencatatan pemindahan hak untuk dicatat dalam Daftar Perseroan Terbatas (Pasal 56 Undang- Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007).
Jika debitur/pemberi gadai cidera janji setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak ditentukan suatu tenggang waktu, setelah diberikan peringatan untuk membayar, kreditur / pemegang gadai oleh Undang-Undang diberi hak untuk melaksanakan gadai atas kewenangan sendiri(parate executie)dengan cara menjual barang yang digadaikan di muka umum (lelang) menurut kebiasaan setempat dengan syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan
jumlah piutangnya beserta bunga dan semua biaya yang berkaitan dengan eksekusi tersebut, dari pendapatan penjualan barang yang digadaikan.64
Debitur/pemberi gadai dan kreditur/pemegang gadai dapat membuat perjanjian bahwa apabila debitur/pemberi gadai cidera janji, gadai dapat dilaksanakan dengan perantaraan/izin hakim.
Pasal 1156 KUH Perdata menentukan bahwa dalam segala hal, jika debitur/pemberi gadai cidera janji, kreditur dapat menuntut dihadapan Pengadilan (in rechten vorderen)agar :
1. Benda yang digadaikan dapat dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk dapat melunasi utang debitur beserta bunga dengan biaya
2. Atas tuntutan kreditur, hakim dapat mengabulkan permohonan kreditur agar barang yang digadaikan tetap berada pada kreditur untuk suatu jumlah yang ditetapkan oleh hakim dalam putusannya sampai sejumlah utang debitur beserta bunga dan biaya.
Tentang penjualan benda yang digadaikan, kreditur wajib memberitahukan debitur / pemberi gadai selambatnya pada hari berikutnya jika ada hubungan pos harian atau telegraf, atau jika tidak, dengan pos yang berangkat pertama.
Proess di pengadilan yang ditempuh sesuai dengan Pasal 1156 KUH Perdata harus dilakukan dengan cara mengajukan premohonan. Walaupun diajukan dengan cara permohonan (bukan dengan mengajukan gugatan), karena terdapat kepentingan
64Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum Tentang Eksekusi Gadai Saham¸ NLRP Jakarta, 2010, hal. 11
debitur dan pemberi gadai, debitur dan pemberi gadai sebagai pihak yang berkepentingan harus didengar oleh hakim dalam persidangan.
Berdasarkan Pasal 1156 KUH Perdata dengan cara mengajukan permohonan kepada hakim kreditur/pemegang gadai dapat mohon supaya hakim menetapkan bahwa eksekusi gadai dapat dilakukan melalui penjualan di bawah tangan (private sale), dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan hakim dengan adil sehingga kreditur tidak dapat menentukan harga dengan semena-mena, atau hakim juga dapat menetapkan bahwa benda yang digadaikan itu diperbolehkan tetap dipegang pemegang gadai, dengan membeli sendiri benda yang digadaikan itu, dengan harga yang ditetapkan oleh hakim.
Dalam hal pemberi dan pemegang gadai telah secara eksplisit sekapat di antara mereka tentang suatu cara penjualan barang gadai selain melalui lelang, salah satu cara yang harus diperhatikan adalah dalam hal perjanjian tersebut telah dibuat terlebih dahulu bahwa perjanjian tersebut menjadi dasar permohonan pemegang gadai kepada hakim untuk dikeluarkan suatu penetapan atau perintah hakim yang menyatakan bahwa pemegang gadai, dapat melaksanakan penjualan dengan cara tersebut.65
Jadi, meskipun antara pemberi gadai dan pemegang gadai sudah ada persetujuan tentang penjualan gadai tidak dengan lelang (private), penjualan tidak dengan lelang hanya dapat dilakukan setelah ada penetapan hakim (Pasal 1156 KUH Perdata).
65
Dalam Anggaran Dasar Perseroan, kadang-kadang terdapat faktor yang dapat menghambat penjualan saham yang digadaikan. Misalnya, menurut Pasal 57 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, dalam Anggaran Dasar dapat diatur persyaratan pemindahan hak atas saham, yaitu :
a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham lainnya b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan.
Seandainya terdapat persyaratan seperti dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) dalam Anggaran Dasar Perseroan yang sahamnya digadaikan dan kreditur serta pemberi gadai ingin membuat perjanjian gadai, maka dalam perjanjian gadai saham, kreditur harus mensyaratkan supaya para pemegang saham lainnya secara tertulis dengan tegas melepaskan hak untuk membeli saham yang akan digadaikan itu dan mereka setuju jika debitur / pemberi gadai cidera janji, pemegang gadai dapat melakukan persetujuan saham yang digadaikan tanpa perlu menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham lainnya.
Pada praktiknya, dalam perjanjian gadai, kreditur juga mensyaratkan adanya persetujuan tertulis semua anggota organ Perseroan yang persetujuannya disyaratkan oleh Anggaran Dasar Perseroan, untuk memberi persetujuan kepada pemegang gadai untuk menjual saham yang digadaikan dan selama utang debitur belum terbayar lunas, keanggotaan organ yang bersangkutan tidak dapat diubah tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu kreditur / pemegang gadai.
Dalam putusan PK (Peninjauan Kembali) Nomor 115 PK/Pdt/2007 jo Nomor 157/Pdt.G/2003/PN. JKT. PST Mahkamah Agung (MA) RI menyatakan berlakunya hak gadai atau saham bergantung pada ada atua tidaknya perjanjian pokok atau hutang piutang, artinya jika perjanjian hutang piutang sah, perjanjian gadai sahamnya sebagai perjanjian tambahannya juga sah, sebaliknya jika perjanjian hutang piutang tidak sah, perjanjian gadai sahamnya juga tidak sah. Dalam putusan Mahkamah Agung (MA) RI Nomor 240/PK/PDT/2006/Mahkamah Agung Republik Indonesia menentukan bahwa hak mengeksekusi barang yang digadaikan ada pada pihak penerima gadai selama perjanjian gadai itu masih berlaku. Dengan kata lain apabila berakhir masa berlaku perjanjian gadai hak untuk mengeksekusi demi hukum turut berakhir (gugur).
Dalam putusan PK Nomor 115/PK/Pdt/2007 2007 jo Nomor 157/Pdt.G/2003 /PN. JKT. PST Mahkamah Agung (MA) RI menentukan bahwa perjanjian gadai saham akan berlaku terus dengan sistem diperpanjang selama hutang belum lunas. Dengan demikian dapat dikatakan perjanjian gadai saham berakhir ketika perjanjian pokoknya berakhir karena perjanjian gadai saham bersifat accesoir.Pasal 1554 KUH Perdata menyatakan bahwa ketika debitur cidera janji kreditur dilarang secara serta merta menjadi pemilik benda yang dibebani gadai tersebut. Rasio dari pasal ini adalah mencegah kreditur menerima gadai memiliki benda gadai yang nilainya lebih tinggi dari jumlah hutang debitur beserta bunga dan denda. Dalam praktek pemberian fasilitas kredit oleh bank dan lembaga keuangan non bank, untuk kepentingan
eksekusi dibuat surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney yang isinya debitur memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, kepada kreditur untuk menjual saham-saham yang digadaikan dengan cara dan harga yang ditentukan oleh kreditur. Surat kuasa ini sudah dibuat sebelum debitur cidera janji. Permasalahan hukumnya adalah apakah pembuatan surat kuasa mutlak seperti ini subtansinya merupakan tindakan kepemilikan oleh kreditur menerima gadai saham yang dilarang oleh Pasal 1154 KUH Perdata? Dalam putusan PK Nomor 115/PK/Pdt/2007 2007 jo Nomor 157/Pdt.G/2003/PN. JKT. PST Mahkamah Agung (MA) RI menyatakan bahwa irrevocable power of attorney tidak memenuhi syarat dan tidak memiliki kualitas sebagai kuasa yang berdiri sendiri sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1792, 1996 KUH Perdata karena nyata-nyata power of attorneytidak berdiri sendiri.
Power of attorney lahir karena adanya perjanjian gadai saham dan karenanya demi hukum tidak boleh dipergunakan selain untuk dan dalam rangka eksekusi gadai saham.