• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Saham Menurut Undang-Undang Perseroan

BAB II PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN GADA

B. Pengertian Saham Menurut Undang-Undang Perseroan

Saham pada dasarnya adalah bukti pemilikan atas suatu perusahaan berbentuk perseroan, oleh karenanya setiap usaha berbentuk perseroan wajib memiliki Saham. Pengeluaran Saham adalah suatu upaya pengumpulan modal, maka kewajiban penyetoran atas nama Saham sudah seharusnya dibebankan kepada pihak lain oleh karenanya Perseroan tidak diperbolehkan mengeluarkan Saham untuk dimiliki sendiri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Pasal 48 menegaskan bahwa Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Lebih lanjut berdasarkan undang-undang dijelaskan bahwa dalam anggaran dasar Perseroan dapat ditetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih, dimana setiap Saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama. Apabila ditetapkan lebih dari satu klasifikasi saham, maka anggaran dasar menetapkan satu klasifikasi sebagai Saham biasa.

Kepada pemegang Saham diberikan bukti pemilikan Saham untuk Saham dimilikinya tersebut. Sedangkan pengaturan bentuk bukti pemilikan Saham ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan. Kepemilikan atas Saham ini memberikan hak kebendaan terhadap pemegangnya yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Semua orang yang menghormati adanya hak kepemilikan atau

kebendaan atas Saham ini. Hak atas saham berlaku setelah saham dicatat dalam daftar pemegang saham. Berdasarkan saham yang dimiliki maka kepada pemegang Saham diberikan pula hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembiayaan dividen, sisa kekayaan hasil likuidasi, menjalankan hal halnya berdasarkan undang-undang.

Saham merupakan modal perseroan yang memiliki nilai nominal, dan setiap pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimiliki oleh para persero tersebut. Pengaturan bentuk bukti kepemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan. Sebagai suatu bentuk perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal tertentu yang terbagi antara saham- saham dimana para pemegang saham perseroan terbatas tersebut. Dalam melakukan perbuatan hukum yang dibuat atas nama perseroan, pemegang saham tidak bertanggung jawab sendiri untuk perbuatan-perbuatan hukum perseroan itu. Hal ini berarti para pemegang mempunyai tanggung jawab yang terbatas dalam modal yang disetorkan pada perusahaan.

Berdasarkan Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham paling sedikit Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah). Dan paling sedikit 25% (Dua puluh lima persen) modal dasar harus telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat pendirian Perseroan.

Mengingat Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan usaha berbentuk badan hukum yang modalnya terdiri dari saham-saham, sehingga merupakan persetukuan modal maka dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) ini ditetapkan bahwa semua saham yang ditempatkan harus disetor penuh agar dalam melaksanakan usahanya mampu berfungsi secara sehat, berdaya guna dan berhasil guna.

Hal-hal yang perlu diketahui mengenai modal dan saham ini, antara lain : 1. Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau

dalam bentuk lainnya. Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain, penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.

2. Penyetoran saham dalam bentuk tidak bergerak harus diumumkan dalam satu surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 hari setelah akta pendirian ditandatangani, atau setelah RUPS memutuskan penyetoran saham tersebut. 3. Perseroan dilarang mengeluarkan saham, baik untuk dimiliki sendiri maupun

dimiliki oleh Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung tidak dimiliki oleh Perseroan. Ketentuan larangan kepemilikan saham tersebut tidak berlaku terhadap kepemilikan saham yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat.

4. Penambahan modal Perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS. RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS, sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) untuk jangka waktu paling lama satu tahun.

5. Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan pada setiap pemegang saham, seimbang dengan pemilikan saham untuk diklasifikasi saham yang sama.

6. Dalam hal saham yang dikeluarkan, penambahan modal merupakan saham yang diklasifikasinya belum pernah dikeluarkan, dan yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham, sesuai dengan penimbangan jumlah saham yang dimilikinya.

7. Keputusan RUPS tentang pengurangan modal ditempatkan dan disetorkan dilakukan dengan cara penarikan kembali saham atau penurunan nilai nominal saham

8. Sahan Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam Anggaran Dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

9. Dalam hal persyaratan kepemilikan saham tersebut telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak

diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar.

10. Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah, sementara saham tanpa nilai, nominal tidak dapat dikeluarkan

11. Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham yang memuat sekurang-kurangnya :

a. Nama dan alamat pemegang saham

b. Jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham dan klasifikasnya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham c. Jumlah yang disetor atau setiap saham

d. Nama serta alamat dari orang perseroangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham, dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut.

Modal Perseroan Terbatas terdiri dari saham-saham yang merupakan modal Perseroan dengan nilai nominal yang ditetapkan, dan setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas menetapkan satu klasifikasi saham atau lebih, dengan setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama. Apabila terdapat lebih dari satu klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama. Apabila terdapat lebih dari satu klasifikasi saham, maka Anggaran Dasar menetapkan

salah satu di antaranya sebagai saham biasa. Adapun yang dimaksud dengan klasifikasi saham adalah pengelompokkan saham berdasarkan karakteristik yang sama (penjelasan Pasal 53 Ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007). Sedangkan saham biasa adalah saham yang mempunyai hak suara untuk mengembil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurus Perseroan, mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam Ayat (1) yang menentukan bahwa, ”Anggaran Dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih”. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, Anggaran Dasar menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham biasa. Adapun klasifikasi saham sebagaimana dimaksud tersebut, antara lain:

1. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara

2. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris

3. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain

4. Sahm yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara akumulatif dan nonkumulatif.

5. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi

6. Adanya bermacam-macam klasifikasi saham tersebut, tidak selalu menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-masing berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) klasifiksai atau lebih.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saham sebagai modal Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Ayat (1) Jo Pasal 33 ayat (1) Undang- Undang No. 40 Tahun 2007, yang terdiri dari modal dasar dan modal ditempatkan serta modal disetor, dimana jumlah modal dasar Perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling sedikit 25% (duapuluh lima persen) dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh.

Modal dasar menyatakan modal maksimum yang dipergunakan oleh pemegang saham untuk ikut ambil andil di dalam suatu Perseroan Terbatas.58 sedangkan modal ditempatkan adalah modal yang sudah dicadangkan untuk para pemegang saham, sehingga para pemegang saham dapat menyetor modal sesuai dengan peruntukan/yang dicadangkan baginya. Dan modal disetor penuh adalah modal yang diserahkan oleh pemegang saham kepada Perseroan (telah disetor penuh) sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan operasional Perseroan. Selanjutnya

58 Robbert Ang, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Inteligent Guide to Indonesian

dijelaskan bahwa modal disetor penuh harus selalu lebih kecil atau sama dengan modal yang ditempatkan harus selalu lebih kecil atau sama dengan modal dasar. Dan selisih antara modal dan dengan modal disetor penuh disebut modal saham dalam simpanan (Portepel).

Atas dasar modal yang disetor penuh oleh para pemegang saham Perseroan Terbatas tersebut, maka modal disetor penuh ini menjadi modal yang dapat dipergunakan untuk keperluan dari jalannya Perseroan tersebut yang berasal dari jumlah saham yang dikeluarkan dengan nilai nominal yang telah ditentukan.

Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut, sistem yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Adapun hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham antara lain :59

1. Hak Pemegang Saham a. Hak Memesan Terdahulu

pasal 60 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa ”saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar”. Pasal 60 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 lebih lanjut menyatakan bahwa ”gadai saham atau jaminan fidusia atau saham yang telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib dicatat

59Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, CV Nuansa Aulia, Bandung, 2006, hal.61

dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 50 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Selanjutnya Pasal 60 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan, ”hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada pemegang saham. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 60 ayat (2), (3) dan (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tersebut di atas maka dapat dilakukan perjanjian gadai saham perseroan terbatas sebagai perjanjian jaminan tambahan yang mengikuti perjanjian pokoknya. Perjanjian gadai tersebut dapat dilakukan melalui suatu akta otentik notaril sebagai bukti terkuat dan paling sempurna. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 bila perseroan terbatas memberikan saham yang baru, terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama. Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut maka pihak manajemen perusahaan menawarkan kepemegang saham lama. Sedangkan pemegang saham lama akan melakukan pemesanan saham yang akan diterbitkan.

b. Hak Mengajukan Gugatan ke Pengadilan

Bila pemegang saham melihat tindakan yang dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Komisaris, Direksi dapat membahayakan kelangsungan PT, maka pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke pengadilan bahwa tindakan yang dilakukan oleh organ PT tersebut dapat merugikan pemegang

saham. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 61 UUPT yang mengemukakan, setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri, apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Komisaris, Gugatan semacam ini dinamakan dengan personal rights yang dimiliki oleh setiap pemegang saham. Selain itu, terdapat juga bentuk gugatan

ceivatieve action, yaitu suatu gugatan berdasarkan atas hak utama (primary rights) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang saham atas nama perseroan, atau dengan perkataan lain,ceivative actionmerupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemegang saham untuk dan atas nama perseroan.60

c. Hak saham dibeli dengan harga wajar

Ada kemungkinan perseroan akan membeli kembali saham yang telah dikeluarkan. Bila terjadi hal semacam ini, dalam UUPT dijelaskan bahwa para pemehang saham berhak mendapatkan harga yang wajar terhadap saham yang dipegangnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 62 ayat (1) UUPT, yang mengemukakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa :

1) Perubahan anggaran dasar

2) Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (limapuluh persen) kekayaan bersih perseroan

3) Penggabungan peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.

Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atau saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Dalam hal saham yang minta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perseroan, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.

d. Hak meminta ke pengadilan negeri menyelenggarakan RUPS

Pada dasarnya penyelenggarakan RUPS dilakukan sekali dalam setahun, namun dalam hal tertentu, para pemegang saham dapat meminta diadakan RUPS. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 79 UUPT yakni sebagai berikut :

1) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya dengan didahului pemanggilan RUPS

2) Penyelenggarakan RUPS dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/100 (satu persepuluh)

atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali dengan anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang kecil atau dewan komisaris 3) Permintaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada

direksi dengan surat tercatat disertai alasannya.

4) RUPS diselenggarakan Diresi berdasarkan panggilan RUPS membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan mata acara lainnya yang dipandang perlu oleh Direksi.

5) RUPS yang diselenggarakan Dewan Komisaris berdasarkan panggilan RUPS sebagaimana pada ayat (6) huruf b dan ayat (2) hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

C. Akibat Hukum Dari Gadai Saham Terhadap Perseroan Terbatas Yang