• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELEMEN PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

C. ELEMEN PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

Sekolah-sekolah yang menerapkan program promosi kesehatan me-rupakan suatu komunitas sekolah yang melakukan kegiatan dan mem-berikan prioritas pada terbentuknya lingkungan kondusif yang dapat menciptakan dampak terbaik bagi guru dan staf yang bekerja di sekolah. Sasaran terbentuknya sekolah yang berwawasan promosi kesehatan anta-ra lain untuk mengembangkan setiap insan yang terlibat di sekolah, serta pembentukan jaringan yang baik dengan masyarakat dan keluarga yang membutuhkan, sehingga dapat menimbulkan rasa kepemilikan (sense of

ownership) dari stakeholder dan rasa keterlibatan (sense of involvement)

da-lam berbagai aspek kegiatan sekolah.

Pembentukan suatu sekolah berwawasan promosi kesehatan merupa-kan aplikasi pola pikir yang baru. Sekolah berwawasan promosi kesehatan memandang kesehatan sebagai suatu keadaan “sejahtera” (wellbeing) yang meliputi kesehatan fisik, sosial, dan emosional individu. Hal ini merupa-kan perpaduan dari berbagai aspek kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses pembentukan sekolah berwawasan promosi kesehat-an mencakup proses adaptasi pendekatkesehat-an struktural ykesehat-ang digunakkesehat-an oleh WHO. Lebih lanjut, WHO merumuskan enam elemen yang membentuk sekolah berwawasan kesehatan, yaitu:

1. Perlibatan staf kesehatan dan pendidikan, guru, orangtua, tokoh-tokoh masyarakat dalam upaya promosi kesehatan di sekolah. 2. Penjaminan lingkungan yang sehat dan aman, baik fisik maupun

psi-kososial.

3. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan berbasis keterampilan yang efektif dan “life skill”.

4. Penyediaan akses terhadap pelayanan kesehatan.

5. Penerapan kebijakan sekolah dan aktivitas yang menunjang kesehat-an.

6. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Keenam elemen ini merupakan satu kesatuan yang tidak hanya saling terkait dan memengaruhi satu sama lain, tetapi juga berlangsung pada berbagai tingkat, baik di tingkat makro (filosofi, kebijakan, peraturan, undang-undang, dan sebagainya), tingkat meso (antar-departemen, dinas, sekolah, dan instansi terkait lainnya), maupun tingkat mikro (orangtua, guru, tokoh masyarakat, dan lainnya).

1. Kebijakan Sekolah Sehat

Kebijakan sekolah Sehat merupakan suatu pedoman yang dirumuskan secara jelas dan perinci, yang dapat memengaruhi kegiatan-kegiatan di sekolah dan pengalokasian sumber daya dalam rangka promosi kesehat-an bagi guru, karyawkesehat-an sekolah, keluarga serta masyarakat secara luas. Kebijakan ini dapat membantu mengarahkan sekolah untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan promosi kesehatan, serta dapat dijadikan kerangka kerja (framework) untuk implementasi, su-pervisi dan evaluasi kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan di seko-lah. Kebijakan juga dapat memberikan pengarahan secara mudah bagi staf baru, orangtua dan orang-orang di luar sekolah untuk memahami pedoman, budaya serta nilai-nilai dan kepercayaan (belief) yang menda-sari kegiatan sekolah.

2. Gerakan Kantin Sehat

Orangtua yang memiliki anak sekolah masih banyak yang tidak sem-pat menyiapkan sarapan pagi buat anak-anak mereka sebelum berangkat ke sekolah. Banyak pula orangtua yang kesulitan mengajak anak-anak agar sebelum berangkat ke sekolah sarapan dahulu di rumah. Saat ini kebiasaan tersebut banyak dialami anak-anak usia PAUD dan SD, Namun tidak sedikit pula dengan anak-anak yang berusia SMP, SMA bahkan ma-hasiswa. Kondisi ini memberikan peluang untuk sarapan di kantin seko-lah, orangtua harus memberikan uang jajan yang cukup buat anak-anak mereka kemudian anak-anak akan jajan di sekolah.

Anak-anak akhirnya memilih jajan di sekolah, seperti di kantin se-kolah dan juga bahkan jajan pada para penjaga makanan yang berjualan di lingkungan luar pagar sekolah, di mana anak-anak bisa membeli lewat pagar. Ketika anak-anak membeli dan makan jajanan di sekolah, keba-nyakan orangtua tidak peduli bahkan tidak sadar apa jajan makanan yang dikonsumsi oleh anak-anaknya tentang kandungan gizi makanan jajanan, keamanan pangan makanan tersebut, kandungan zat berbahaya di dalam makanan bahkan racun yang ada di makanan tersebut.

Ketidaklayakan jajanan bisa terjadi pada kualitas kebersihan jajan tersebut. Makanan-makanan atau minuman yang menjadi jajanan anak tersebut. Kita bisa buktikan ketika kita berada di sekolah anak-anak, saat menjemput anak pada siang hari. Banyak orangtua yang bahkan ikut membeli jajanan yang dijual dalam keadaan terbuka di pinggir jalan di

mana debu-debu yang banyak berterbangan karena banyaknya kendaraan yang lalu lalang. kasus kedua adalah terkait dengan makanan atau jajanan yang bahan-bahannya terbuat dari bahan yang membayakan kesehatan anak, misalnya penggunaan pewarna makanan, serta zat-zat penyedap makanan serta pengawet yang membahayakan kesehatan. Akibat yang terjadi, tidak jarang anak-anak mengalami kondisi kesehatan yang buruk akibat memakan dan meminum jajanan yang kurang sehat, kurang bersih atau tidak higeienis tersebut sehingga menderita sakit perut, diare bahkan keracunaan makanan.

Idealnya, setiap orangtua harus peduli atau aware terhadap masalah ini. Bukan hanya itu, pihak sekolah juga harus didorong untuk menyedia-kan menyedia-kantin sekolah yang sehat. Komite sekolah dan orangtua, serta pihak sekolah harus memiliki peraturan dan ketersediaan kantin sekolah yang sehat. Kantin sehat yaitu kantin yang dikelola dengan kebersihan terjaga, menyediakan makanan-makanan sehat yang tidak menggunakan penye-dap, pengawet dan pewarna yang membahayakan anak. Paling kurang dengan adanya kantin sekolah yang sehat, maka anak-anak akan terbiasa dengan makanan sehat dan sekaligus menyadarkan anak dan orangtua untuk segera kembali ke makanan atau jajanan sehat. Kantin sekolah ha-rus memastikan bahwa kantin memang bersih dan sehat.

Untuk merealisasikan kantin sekolah yang sehat seperti ini memang berat dan banyak tantangannya, apalagi kalau oritentasinya hanya un-tuk mengejar keuntungan yang besar. Kerja sama pihak sekolah dengan orangtua, serta komite sekolah mewujudkan kantin sekolah sehat. Wa-laupun berat, ada baiknya pihak sekolah, orangtua dan komite sekolah mewujudkan kantin sekolah sehat.

3. Klub Pita Pelangi

Bersamaan dengan proses adopsi kebijakan sekolah berwawasan pro-mosi kesehatan, sekolah perlu memastikan bahwa para mempraktikkan perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Klub yang dikembangkan di sekolah merupakan bentuk inovatif bagi untuk mempraktikan perilaku promosi kesehatan. Klub ini dinamakan “klub pita pelangi” sesuai warna 7 (tujuh) tema pendidikan kesehatan. Klub ini harus dapat menggerakkan aktivitas yang diperlukan untuk menjadikan sekolah berwawasan promosi kesehatan. Klub Pita Pelangi dapat dibentuk di sekolah melalui perwakil-an para, guru, dperwakil-an unsur lainnya.

Klub ini juga beranggotakan para konselor yang berasal dari kilan wali kelas dari tiap tingkat atau kelas, wakil orangtua dan perwa-kilan guru. Klub ini dapat difasilitasi oleh infrastruktur yang memadai. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh Klub Pita Pelangi. Klub Pita Pelangi dapat melakukan berbagai kegiatan yang betujuan untuk mem-promosikan gaya hidup sehat di kalangan siawa, guru dan anggota masya-rakat lainnya. Beberapa kegiatan lainnya yang direkomendasikan sebagai berikut.

a. Pembuatan lagu-lagu dengan topik-topik kesehatan untuk memper-kuat terbentuknya perilaku sehat.

b. Film-film kesehatan dapat diputar pada saat pertemuan.

c. Pembentukan perpustakaan yang berisi buku, majalah atau buletin tentang kesehatan.

d. Penyebaran informasi melalui majalah dinding (mading) secara peri-odik.

e. Peringatan Hari Kesehatan Dunia (7 April), hari tanpa tembakau (31 Mei), Hari AIDS sedunia (1 Desember), dan sebagainya.

f. Diskusi tentang kesehatan yang diselenggarakan di sekolah. g. Proyek Imunisasi.

h. Kegiatan Skrining Kesehatan.

i. Kegiatan yang diselenggarakan melalui organisasi orangtua. j. Pertunjukan drama, pertunjukan boneka, dan sebagainya. k. Program Quiz kesehatan.

4. Kelompok Konselor Sebaya

Konselor sebaya kesehatan merupakan sebuah bantuan yang dilaku-kan oleh seseorang kepada orang lainnya yang memiliki usia sebaya atau tidak jauh berbeda dengan tujuan untuk membantu individu yang memi-liki permasalahan kesehatan dalam memahami, menerima, mengarahkan, mengaktualisasi diri, menjadi jembatan dan pendengar yang baik dalam melaksanakan perilaku yang berwawasan kesehatan. Konselor sebaya ini akan sangat penting untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di sekolah terutama permasalahan yang bersifat pribadi atau rahasia. Kon-selor sebaya akan sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai tempat curahan hati karena remaja akan lebih nyaman menceritakan permasalahannya de-ngan teman sebayanya. Seorang konselor sebaya diharapkan dapat memo-tivasi dan memberikan informasi yang benar mengenai kesehatan remaja.

Hubungan sebaya memiliki peranan yang kuat dalam kehidupan re-maja. Hubungan sebaya menimbulkan suatu hubungan saling percaya antarteman sebaya. Hubungan ini dapat menimbulkan suatu perilaku di mana remaja lebih percaya terhadap teman sebaya daripada dengan orangtua sehingga pembentukan dan pelatihan konselor sebaya dapat menjadi suatu pilihan yang tepat dalam upaya membentengi anak atau remaja dari pengaruh negatif lingkungan.

5. Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Sekolah dapat melakukan kegiatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, antara lain:

a. Membina kemitraan dengan penduduk setempat, tokoh masyarakat, dan profesional yang ada di sekitar lingkungan sekolah;

b. Melakukan regulasi tentang jenis dan mutu makanan yang ada di kantin sekolah;

c. Melakukan pengukuran kepadatan lalu lintas di sekitar sekolah de-ngan partisipasi;

d. Pertemuan atau lokakarya untuk orangtua dan anggota masyarakat lainnya;

e. Mendukung program imunisasi di sekolah;

f. Kampanye kepedulian masyarakat oleh tentang pencegahan diare, imunisasi polio dan memperkuat peran sebagai agen perubahan.