• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-Langkah Penggunaan Komik (Cerita Bergambar)

Buku cerita bergambar tentu akan membuat audiens tertarik dengan materi yang diajarkan oleh pembaca. Langkah-langkah penggunaan buku cerita bergambar menurut Kartini (200) sebagai berikut:

a) Memastikan ada buku cerita bergambar di perpustakaan b) Menyiapkan materi bahan ajar

c) Diskusi dalam kelompok belajar 3-4 orang d) Kelompok memajangkan hasil diskusi

e) Praktik membacakan buku cerita bergambar yang dipilihnya f) Memberi evaluasi

Teknik membacakan cerita dengan alat peraga buku cerita bergam-bar sebagai berikut:

a) Pencerita sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan di depan anak. Pembaca memiliki keyakinan memahami cerita, menghayati unsur drama, dan melafalkan setiap kata dalam buku dengan tepat serta tahu pasti makna tiap-tiap kata tersebut. De-ngan demikian konsentrasi anak terhadap cerita menjadi tidak ter-tanggu dan rentang perhatian anak terhadap cerita manjadi 5 menit lebih panjang dari biasanya.

b) Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya pembaca memperhati-kan reaksi anak saat membacamemperhati-kan buku tersebut. Hal ini bermanfa-at bagi pembaca karena dengan melihbermanfa-at reaksi anak, pembaca dapbermanfa-at

mendeteksi anak-anak yang kreatif, karena anak kreatif mempunyai reaksi yang kreatif serta belajar dengan cara-cara yang kreatif. c) Pencerita membacakan cerita dengan lambat (slowly) dengan kalimat

ujaran yang lebih dramatik daripada urutan biasa. Hal ini bertujuan agar anak dapat meresapi isi cerita yang disampaikan oleh pembaca, sehingga anak dapat membangun imajinasinya dari cerita yang mere-ka dengar. Melalui imajinasi-imajinasinya tersebut anak membangun pengetahuan, sehingga dapat melahirkan ide-ide yang dituangkan le-wat cerita yang mereka bangun dari imajinasinya.

d) Pada bagian-bagian tertentu, pencerita berhenti sejenak untuk mem-berikan komentar, atau meminta anak-anak memmem-berikan komentar mereka. Dengan demikian dapat memberi kesempatan pada anak untuk berkomentar terhadap cerita yang disampaikan dan dapat me-rangsang anak untuk mengajukan pertanyaan seputar cerita yang di-sampaikan seperti tokoh, alur cerita, dan akhir dari cerita tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang merangsang anak untuk mene-mukan ide kratifnya.

e) Pencerita memperhatikan semua anak dan berusaha untukmenjalin kontak mata. Dengan menjalin kontak mata tersebut, pembaca dapat melihat anak-anak yang mempunyai rentang perhatian panjang, di mana rentang perhatian tersebut merupakansalah satu ciri anak kre-atif.

f) Pencerita sebaiknya sering berhenti untuk menunjukan gambar da-lam buku, dan pastikan semua anak dapat melihat gambar tersebut. Dengan memberi kesempatan anak untuk melihat gambar, maka akan memberi kesempatan anak untuk berfantasi dengan gambar tersebut. g) Pastikan bahwa jari selalu siap dalam posisi untuk membuka halaman selanjutnya. Anak-anak yang kreatif mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, mereka akan selalu bertanya-tanya khususnya tentang kelanjut-an cerita ykelanjut-ang dibacakkelanjut-an pembaca. Oleh karena itu pembaca harus selalu siap untuk memosisikan jarinya untuk membuka halaman se-lanjutnya.

h) Pencerita sebaiknya malakukan pembacaan sesuai rentang atensi anak dan tidak bercerita lebih dari 10 menit. Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan terhadap cerita yang disampaikan oleh peneliti. Kebosanan tersebut akan menghambat proses kreatifnya karena jika anak-anak bosan mereka tidak akan bisa berekplorasi sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Karena dengan bereksplorasi anak

mem-bangun rasa percaya diri. Rasa percaya diri itulah yang akan menjadi bekal anak untuk mengorganisasikan kemampuan diri.

i) Pencerita sebaiknya memegang buku di samping kiri bahubersikap tegak lurus ke depan. Saat tangan kanan pencerita menunjukan gam-bar, arah perhatian disesuaikan dengan urutan cerita.

j) Pencerita memosisikan tempat duduk di tengah agar anak bisa meli-hat dari berbagai arah, sehingga anak dapat melimeli-hat gambar secara keseluruhan.

k) Pencerita melibatkan anak dalam cerita supaya terjalin komunikasi multi-arah. Komunikasi yang multi-arah tersebut akan merangsang anak untuk terlibat dengan kegiatan bercerita tersebut. Apabila anak terlibat dalam kegiatan cerita maka anak akan mendapatkan kosa-kata baru lebih banyak. Kosakosa-kata tersebut akan menjadi bekal anak untuk menjadi pencerita alami. Hal ini dikarenakan anak yang kreatif menikmati permainan dengan kata-kata serta sebagai pencerita yang alami.

l) Pencerita tetap bercerita pada saat tangan membuka halaman buku. m) Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul buku

dan pengarang supaya anak-anak belajar menghargai karya orang lain.

Pendidik menyebutkan judul dan pengarangnya, kosakata anak men-jadi bertambah. Kosakata tersebut yang akan mendorong anak untuk me-ngembangkan imajinasi dalam cerita yang dibuatnya.

6. Media Lembar Balik (Flip Chart)

Media lembar balik (flip chart) merupakan salah satu media yang ba-nyak ditemukan dalam berbagai kegiatan promosi kesehatan. Menurut Depkes RI (2003) yang mendefinisikan media lembar balik (flip chart) alat bantu penyuluhan berbentuk lembaran kertas yang terdiri dari beberapa halaman/lembar berisi gambar/foto dan tulisan yang menjelaskan ten-tang permasalahan kesehatan di mana pada halaman depan dan halaman belakang berisi pesan untuk penerima pesan, sedangkan halaman bela-kang berisi pesan untuk penerima pesan. Maulana (2009) mendefinisikan media flip chart adalah media yang biasanya berbentuk buku, setiap lem-bar (halaman) berisi gamlem-bar yang diinformasikan dan lemlem-bar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut. Media flip chart secara sederhana dapat

diarti-kan sebagai lembaran-lembaran kertas menyerupai album atau kalender berukuran 50 x 75 cm yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya.

Media lembar balik (flip chart) dapat digunakan sebagai media pe-nyampai pesan pembelajaran. Menurut Susilana (2009) bahwa pengguna-an media lembar balik (flip chart) dapat di balik jika pespengguna-an pada lembarpengguna-an depan sudah ditampilkan dan digantikan dengan lembaran berikutnya yang sudah disediakan. Media lembar balik (flip chart) merupakan media cetakan yang sangat sederhana dan cukup efektif. Sederhana dilihat dari proses pembuatannya dan penggunaannya yang relatif mudah, dengan memanfaatkan bahan kertas. Efektif karena dapat dijadikan sebagai me-dia pesan pembelajaran secara terencana ataupun secara langsung disa-jikan pada media lembar balik (flip chart). Dilihat dari bentuk penyajian dan desain, maka flip chart secara umum terbagi dalam dua sajian,

perta-ma, media lembar balik (flip chart) yang hanya berisi lembaran-lembaran

kertas kosong yang siap diisi pesan pembelajaran, seperti halnya

whitebo-ard namun flip chart berukuran kecil dan menggunakan spidol sebagai alat

tulisnya. Kedua, media lembar balik (flip chart) yang berisi pesan-pesan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya yang isinya bisa berupa gambar, teks, grafik, bagan, dan lain-lain. Media lembar balik (flip chart) merupakan media yang paling ideal untuk diberikan kepada 8-12 orang.

Media lembar balik (flip chart) merupakan media yang baik diguna-kan dalam melakudiguna-kan promosi kesehatan tetapi media lembar balik (flip

chart) juga memiliki keterbatasan dibandingkan media lainnya, di mana

kelebihan dari media lembar balik (flip chart) yaitu: kelebihan media lem-bar balik (flip chart) adalah mampu menyajikan pesan pembelajaran se-cara ringkas dan praktis yang bertujuan untuk memfokuskan perhatian audiens dan membimbing alur materi yang disajikan, dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan karena tidak membutuhkan arus listrik, bahan pembuat relatif murah karena bahan dasarnya adalah kertas, mu-dah dibawa ke mana-mana, meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Bagus untuk curah pendapat dan melibatkan kelompok secara aktif dalam membuat ide, mudah dibawa, dapat dipakai dalam ruang yang tidak ada papan tulisnya, murah.

Kekurangan media lembar balik (flip chart) antara lain: media lem-bar balik (flip chart) memiliki kekurangan dibandingkan dengan media lainnya yakni membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih untuk mempersiapkan media dalam melaksanakan pembelajaran. Media lembar balik (flip chart) kurang sesuai untuk pembelajaran dalam kelas besar. Terbatasnya keahlian pemateri dalam membuat sketsa media lembar ba-lik (flip chart).

Untuk membuat media lembar balik (flip chart) maka diperlukan alat-alat berikut, alat-alat-alat-alat yang digunakan untuk membuat media papan lem-baran balik, yaitu:

a. Kayu, besi, aluminium, atau bahan lain, untuk membuat rangka gan-tungan.

b. Gunakan kertas manila, flano, atau kertas lain yang lebar.

c. Buatlah gambar atau copy gambar dari buku-buku, majalah, dan ko-ran.

d. Alat bantu lain, yang diperlukan seperti pensil, spidol, cat minyak, gunting, lem, gergaji kayu atau besi paku, dan lain-lain.

2. Media Elektronik

Media elektronik merupakan media yang bergerak dan mengutama-kan pesan-pesan audio, visual, atau audiovisual. Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain televisi, radio, video, slide, dan film strip. Media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu sudah dikenal masyarakat,

mengikutsertakan semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih mena-rik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif besar dan sebagai alat diskusi serta dapat diulang-ulang. Media elektronik juga memiliki kelemahan yaitu biaya lebih tinggi, sedi-kit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya dan perlu terampil dalam pengoperasian. Media elektronik terdiri dari: