• Tidak ada hasil yang ditemukan

berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di dinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya bersi-fat pemberitahuan dan propaganda. Poster adalah pesan singkat dalam bentuk gambar dengan sajian kombinasi visual yang jelas dan menyo-lok yang bertujuan untuk memengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada objek materi yang diinformasikan. Ukuran poster biasanya sekitar 50 x 60 cm. Ukurannya yang terbatas menyebabkan tema dalam poster tidak terlalu banyak, sedapat-dapatnya hanya ada satu tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya menarik. Poster sebagai media promosi kesehatan memiliki kelebihan yaitu meningkatkan kesadaran, kepercayaan, sikap peserta promosi kesehat-an terhadap kesehatkesehat-an, poster sebagai sumber media informasi, menjadi pengarah. Liliweri (1994) menyebutkan bahwa media poster memiliki ke-lebihan yaitu dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan me-rangsang kepercayaan, sikap dan perilaku, dapat menyampaikan informa-si, mengarahkan orang melihat sumber lain, dapat dibuat dengan biaya murah. Sebagai salah satu media pembelajaran, poster memiliki kelebihan, di antaranya dapat membantu pembaca dalam menyampaikan pelajaran dan membantu peserta didik belajar, menarik perhatian, dengan demikian mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar, dapat dipasang atau di-tempelkan di mana-mana, sehingga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari, dapat menyarankan perubahan tingkah laku kepada peserta didik yang me-lihatnya. Menurut Notoatmodjo (2012), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, ti-dak perlu listrik, dapat dibawa ke mana-mana, dapat mengungkit rasa ke-indahan, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar.

Media poster digunakan untuk promosi kesehatan, media poster seba-gai media promosi kesehatan memiliki kekurangan dibandingkan media promosi lainnya yaitu media poster hanya bisa diberikan kepada audiens yang terbatas kepada yang melihat saja, media poster hanya dapat penga-ruh terhadap audiens yang ada di tempat poster ditempel atau dipasang, media poster hanya dibaca atau dilihat secara sekilas sehingga pesan yang disampaikan tidak tersampaikan secara penuh, media poster lebih mu-dah rusak jika terjadi hujan atau dirusak oleh anak-anak. Untuk membuat materi yang berkualitas memerlukan ahli grafis dan peralatan cetak akan membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang tinggi, pembuat materi dalam promosi kesehatan harus mengetahui audiens terutama

pengetahu-an audiens agar tidak terjadi pemahampengetahu-an ypengetahu-ang berbeda. Masa waktu pele-takkan poster maksimal selama 1 bulan karena jika terlalu lama, maka akan membuat kelompok sasaran akan menjadi bosan dan mengacuhkannya.

Gambar 3. 1. Poster Kalender TB Paru

b. Leaflet

Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang

su-atu masalah khususnya untuk susu-atu sasaran dengan tujuan tertentu. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Taufik, 2007). Menurut Depkes RI (2009) leaflet adalah tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak dan biasanya diselingi dengan gambar-gambar, dapat dibaca sekali pandang dan berukuran 20 x 30 cm.

Leaflet memiliki keunggulan yaitu, dapat disimpan dalam jangka

waktu yang lama, dan bila lupa akan dapat dilihat dan dibuka kembali, dapat digunakan sebagai bahan rujukan, isi informasi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, jangkau-annya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain, bila diperlukan dapat dilakukan pencetakan ulang dan dapat digunakan sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda. Kekurangan leaflet adalah apabi-la cetakannya kurang dapat menarik perhatian orang maka kemungkinan orang tersebut merasa enggan untuk menyimpannya, apabila huruf

tulis-annya terlalu kecil dan susuntulis-annya kurang menarik, kebanyakan orang juga malas untuk membacanya dan tidak bisa digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf.

Gambar 3. 2. Media Leaflet TB Paru

Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan

dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan ru-mah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan se-derhana seperti di fotokopi.

Menurut Depkes RI (2004), yang harus diperhatikan dalam membuat

leaflet adalah: a) tentukan kelompok sasaran yang ingin di capai; b)

tulis-kan apa tujuannya; c) tentutulis-kan isi singkat hal-hal yang mau di tulis dalam

leaflet; d) kumpulkan tentang subjek akan disampaikan; e) buat garis-garis

besar cara penyampaian pesan; f) termasuk di dalamnya bagaimana ben-tuk tulisan, gambar, dan tata letaknya; g) buatlah konsepnya; h) konsep di tes terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama dengan kelompok sasaran; i) perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai de-ngan isi.

Leaflet dapat menjadi media yang dapat digunakan tanpa harus

tersebut. Leaflet sebagai media promosi kesehatan dapat menjelaskan di-rinya sendiri dengan ketentuan tulisan dan isi yang ada di leaflet dibuat sebaik mungkin dan mudah dipahami oleh seluruh masyarakat sehing-ga dapat menjelaskan informasi kepada masyarakat dan meningkatkan motivasi masyarakat agar dapat melakukan perilaku yang berwawasan kesehatan.

Leaflet sebagai media promosi kesehatan dapat disebarluaskan saat

melakukan berbagai kegiatan seperti pameran, pertemuan, pelatihan, seminar, wisatawan yang berkunjung ke sebuah tempat wi sata, kelom-pok pekerja/wisatawan/TNI/POLRI/pekerja yang ber- pindah-pindah ke daerah endemis penyakit menular dan berbagai tempat stategis yang di-kunjungi orang banyak seperti stasiun, bandara, rumah sakit, kantor, dan tempat lainnya. Leaflet sebagai media promosi kesehatan dapat disimpan dan dibagikan di berbagai tempat yang potensial dapat mendapatkan per-hatian orang banyak sehingga media leaflet dapat menjadi pemberi infor-masi kesehatan kepada kelompok sasaran.

c. Booklet

Booklet menjadi salah satu media promosi kesehatan yang termasuk

ke dalam media cetak yang berbentuk buku kecil. Booklet sebagai media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto tata warna.

Booklet digunakan untuk topik di mana terdapat minat yang cukup

tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah: Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi, Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu mempertimbangkan kemam-puan baca seseorang, kondisi fisik maupun psikologis penderita dan juga faktor lingkungan di mana penderita itu berada. Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang informasi dalam

bo-oklet tersebut telah kedaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional

ter-tentu booklet tidak tepat digunakan.

Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet memiliki bebe-rapa kelebihan, yaitu:

2) Booklet dapat memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster.

Menurut Ewles (2010), media booklet memiliki keunggulan sebagai berikut:

1) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri. 2) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai. 3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4) Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan. 5) Mengurangi kebutuhan mencatat.

6) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah. 7) Awet.

8) Daya tampung lebih luas.

9) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Manfaat booklet sebagai media promosi kesehatan, yaitu: 1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat. 4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain.

5) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan. 7) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan

akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. 8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.