• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

4. Empat Langkah Penting dalam penelitian Tindakan

Penelitian tindakan mengenal adanya empat langkah penting yaitu:

a. Perencanaan merupakan serangkaian tindakan terencana untuk

meningkatkan apa yang terjadi. Perencanaan dalam penelitian tindakan

sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategic yang mampu

menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan social dan mengenal

rintangan yang sebenarnya.

b. Tindakan merupakan langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan yang baik

adalah tindakan yang mengandung tiga unsur penting, yaitu the

improvement of practice, the improvement of understanding individually and collaboratively, and improvement of the situation in which the action takes place.

c. Observasi dalam penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi

adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala

yang muncul baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

d. Reflektif merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali

tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat

dalam observasi. Langkah reflektif ini berguna untuk melakukan

peninjauan, membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi proses

penelitian, hambatan yang muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain

yang muncul selama proses penelitian.

Model penelitian tindakan yang digunakan peneliti adalah model

Kemmis. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc

Taggart tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen penelitian

tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu

system spiral yang saling terkait. Antara langkah satu dengan langkah

Gambar 3. Siklus Model Kemmis

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian).

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian mulai dari

pertengahan bulan Desember sampai Januari awal. Penelitian akan diadakan

di Panti Asuhan SLB A Karya Murni Medan, Jl Karya Wisata Medan yang

dikelola oleh Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY). Panti asuhan ini

berdiri sejak tahun 1953 hingga saat ini jumlah anak tunanetra sekitar 60

orang yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda, mulai dari TK hingga

sekolah, kakak pengasuh dan suster yang tinggal bersama mereka di setiap

unit selama proses pela ksanaan penelitian.

Peneliti memfokuskan pada data atau catatan ke-lima anak tunanetra

tersebut selama duapuluh delapan hari. Peneliti mengimput pengalaman

kecemasan pada anak tunanetra dari tanggal 17 Desember 2014 hingga 08

Januari 2015. Selama melakukan penelitian di Panti Asuhan, peneliti juga

akan melakukan observasi di SLB A Karya Murni untuk lebih melihat

perkembangannya di sekolah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan November. Peneliti

mengumpulkan data awal lewat wawancara jarak jauh dengan salah satu

pendamping di Panti Asuhan Karya Murni Medan. Peneliti bertanya tentang

permasalahan yang dihadapi anak-anak tunenetra. Dari hasil wawancara jarak

jauh, peneliti memperoleh data mengenai macam-macam emosi negatif yang

dpertontonkan anak tunanetra. Bulan Desember minggu ke III, peneliti sudah

memulai observasi dan wawancara kepada anak-anak tunanetra sebelum

melaksanakan tindakan, dan dilanjutkan pengambilan data selama

pelaksanakaan tindakan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai

Tabel 1. Waktu Penelitian

3. Subjek penelitian

Anak tunanetra di Panti Asuhan Karya Murni Medan berjumlah 55

orang mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan PT. tes diberikan peneliti fokus

pada anak SMP dan SMA yang berjumlah 12 orang. Peneliti melakukan tes

untuk 12 orang anak ini untuk mengetahui intensitas kecemasan mereka

sebagai data awal dan sebagai subyek penelitian. Dari hasil tes STAI sebagai

data awal diperoleh subjek penelitian 5(lima) orang. Sebaliknya, ada yang A- Data awal Tindakan Data akhir Pengambilan data awal

dimulai dari bulan

November minggu ke III. Data diperoleh melalui wawancara pendamping, wawancara salah satu anak tunanetra.

Data awal yang diambil adalah: a. Tunanetra yang mengalami kecemsan diperoleh dari wawancara dengan pemimpin panti b. Intensitas kecemasan

anak tunanetra dari Tes STAI yang diberikan sebelum tindakan

Bulan Desember minggu ke III sampai januari minggu ke II, mulai pemberian tindakan yaitu konseling kelompok dengan pendekatan konseling singkat berfokus pada solusi.

Pengambilan data akhir diambil pada bulan januari minggu ke IV sampai akir bulan Februari.

Data akhir yang diambil mengenai perubahan perilaku setelah mengalami proses konseling/tindakan. Data akhir diperoleh melalui:

a.Observasi guru kelas, pendamping di panti. b.Wawancara siswa. c.Jawaban angket

State rendah tetapi A-Trait tinggi. Namun kriteria peneliti fokus pada A-State

tinggi dan A-Traitnya tinggi. Berdasarkan kriteria peneliti, maka dari hasil tes

diperoleh bahwa ada lima anak tunanetra yang memiliki skor A-state dan A-

Trait sama-sama tinggi. Usia kelima subyek sekitar 15 – 18 Tahun. Kelima anak tunanetra ini sebagai subjek utama dari 55 orang anak tunanetra Karya

Murni Medan. Peneliti memilih lima subjek karena penelitian ini merupakan

konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling (konseling singkat

berfokus solusi). Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dan data yang diperoleh

dari lima orang anak tunanetra sudah cukup serta waktu dan biaya penelitian

juga terbatas.

4. Peran dan Posisi Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang

mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks

layananan konseling kelompok pada lima orang tunanetra sebagai anak yang

tercatat memiliki kecemasan yang tinggi baik itu mendasar maupun

sementara. Oleh sebab itu peneliti perlu membicarakan peran dan tugas

masing-masing yaitu:

a. Pelaksana tindakan.

Peneliti sendiri menjadi pelaksana tindakan perbaikan yang

pendekatan Brief Counseling dalam konseling kelompok. Peneliti

berperan sekaligus sebagai intrumen penelitian yaitu sebagai alat

pengumpulan data dan validasi data yang dikumpulkan.

b. Kolaborator

Kolaborator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti

mengumpulkan data penelitian dan merencanakan tindakan perbaikan

untuk setiap pertemuan yang akan diadakan. Pekerjaan inti

kolaborator ketika pelaksanaan tindakan adalah sebagai observer

proses. Kolaborator yang dilibatkan adalah pendamping di panti dan

guru di SLB A.