LANDASAN TEOR
D. BRIEF COUNSELING
3. Lima Teknik Utama Dalam Brief Counseling.
Brief Counseling memiliki lima teknik, yang diawali dengan
teknik bercerita bebas, kemudian terapetik, serta penutup. Terapetik
merupakan inti dari keseluruhan proses Brief Counseling, dimana
didalamnya terdapat empat teknik yang sangat penting, yaitu:
penskalaan, pengecualian, pertanyaan ajaib, dan menjinakkan ranjau,
dibawah ini akan dijelaskan melaui bagan dan keterangannya
mengenai teknik konseling singkat berfokus pada solusi.
Gambar 1. Bagan teknik Brief Counseling
Keterangan bagan:
a. Teknik Bercerita Bebas
Penskalaan Pertanyaan ajaib pengecualiaan Menjinakkan ranjau Bercerita bebas Terapetik Penutup
Teknik bercerita bebas merupakan awal dari kegitan konseling singkat
berfokus pada solusi, dalam teknik ini konselor mengajak konseli untuk
mebagikan pengalaman baik mereka atau pengalaman yang membuat mereka
bahagia kepada konseli lainya. George, Iveson dan Ratner (1990) merumuskan teknik ini sebagai solusi penting yang berfokus pada teknik
dan sangat bermanfaat untuk tetap menjaga kedekatan dengan klien. Dengan
teknik ini konselor mengajak klien mendiskusikan hal-hal positif dalam hidup,
hal-hal baik yang terjadi dalam hidup dan apa yang bermanfaat bagi mereka.
Sebagai sebuah teknik berfocus pada solusi, teknik berceritera bebas ini
sangat bermanfaat untuk menghindari percakapan yang justru
memperlemah semangat dan sumber daya konseli. Hal ini membuktikan
bahwa kemampuan, perhatian, sumber daya dan kekuatan konseli
sangatlah penting untuk mengimbangi kondisi tidak stabil, sakit, stress dan
gejala gejala lain.
b. Penskalaan
Penskalaan adalah sebuah teknik yang dapat rnenuntun konselor
maupun konseli untuk membuat permasalahan yang pada mulanya terasa
kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan manajebel (De Jong &
Miller, 1995). Acap kali pikiran, perasaan, dan perilaku konseli tidak realistik
atau mengawang awang, maka dibutuhkan teknik konseling untuk mendaratkan
konseli lebih konkrit, maka permasalahannya akan lebih manajebel. Ketika
konseli sudah memiliki orientasi yang lebih jelas akan permasalahannya maka ia
akan lebih mudah diarahkan untuk. fokus pada solusi.
Pertanyaan penskalaan yang diajukan oleh seorang konselor kepada
konseli akan menuntun konseli beranjak dari konsep konsep abstrak menuju
goal yang reallstik. Contohnya, seorang konselor menanyakan kepada konseli
"Dolam skala 1 sampai 10, dimana satu merepresentasikan keadaan yang paling buruk, dan angka sepuluh merepresentasikan sesuatu yang paling baik, dimanakah posisi Anda saat ini?”. Disadari atau tidak, pertanyaan itu
akan sedikit memaksa konseli untuk menempatkan diri pada posisi tertentu
dalam semesta permasalahannya. Langkah ini disebut reorientasi. Seseorang
yang terbelit oleh sebuah permasalahan sering kehilangan orientasi, mereka
membutuhkan bantuan untuk mereorientasi diri supaya lebih fokus pada solusi
atas permasalahannya. Penskalaan juga bisa mengukur progress dari proses
konseling yang tengah terjadi.
Ditengah tengah proses konseling, konselor dimungkinkan untuk
mengajukan pertanyaan yang bertujuan mengukur sampai dimana
progres konseling saat itu. Konselor bisa menanyakan kepada konseli "
Saya ingin tahu dimana posisi Anda saat ini sebenarnya, bila angka 1 adalah kondisi Anda yang penuh dengan masalah, dan angka 10 menggambarkan kondisi Anda yang telah bebas dari masalah,
dimanakah posisi Anda saat ini?"
c. Teknik Pengecualiaan
Menemukan pengecualian adalah teknik yang sangat penting dalam
mencari solusi dalam sebuah proses konseling. Yang dimaksud dengan
pengecualian adalah: menujuk pada waktu ketika sebuah problem belum/tidak
terjadi. Teknik ini akan menandai pencapaian seorang konseli meskipun
bersifat sementara. Inti dari teknik pengecualian mendasarkan pada asumsi
bahwa semua problem telah teratasi, kondisi itu akan bermanfaat
untuk mendapatkan solusi yang sesungguhnya. Kita (dan juga klien),
cenderung melihat sebuah persoalan seolah-olah konstan, terus menerus
terjadi, dan seolah-olah tidak pernah melunak sejenakpun.
Jika kita mengenali pengecualian ini, kita cenderung mengelak
hal hal yang signifikan pada masalah itu. Suasana ini akan memberikan
angin segar bagi otak untuk memfilter, memproses dan menyimpan
informasi yang bermanfaat. Konselor professional selalu mendengar
pengecualian ini, mengeluarkan dari pikiran konseli, dan memanfaatkannya
untuk mnedapatkan solusi. Dengan teknik ini, konseli mendapatkan
pengharapan, dan diteguhkan dengan kemampuan dirinya mendapatkan
menafaat dari sebuah keadaaan.
d. Pertanyaan Ajaib.
membayangkan suatu masa di waktu yang akan datang dimana ia
tidak mengalami masalah sama sekali. Dalam proses ini konselor juga
mengajak konseli untuk mengidentifikasi cara-cara menyelesaikan masalah
untuk membangun masa depannya itu. Inilah yang disebut solution focused
terapy.
e. Flagging The Minifield
Flagging the Minefield, atau dalam bahasa Indonesia ditejemahkan
teknik menjinakkan ranjau, menurut Sklare (2005) adalah sebuah teknik
yang dapat membimbing konseli untuk patuh pada apa yang ia dapatkan
dalam sessi konseling, untuk diterapkan ke dalam situasi nyata yang ia temui.
Kadang kala konseli mendapatkan banyak pemahaman dalam sesi konseling,
tetapi bingung ketika menghadapi situasi nyata.
Dengan menerapkan teknik ini pada saat penutupan sesi, konseli akan
sangat terbantu untuk mengidentifikasi situasi sulit yang mungkin akan
dijumpainya. Dengan teknik ini konselor membantu konseli untuk mengadaptasi
pelajaran dalam sesi konseling ke dalam situasi nyata. Pendeknya, teknik
menjinakkan ranjau adalah teknik penggeneralisasian insight yang diperoleh
dalam konseling, niat-niat untuk berperilaku yang telah dirumuskan, pikiran-
pikiran, dan perasaan-perasaan untuk ditranfer dalam seting hidup sehari-hari.
f. Penutup.
baik konseling individual maupun konseling kelompok. Tugas konselor dalam
teknik penutup pada pendekatan konseling singkat berfokus pada solusi ini,
mengajak konseli untuk saling memberikan semangat/bombongan terhadap niat
yang sudah dirumuskan oleh masing-masing konseli.