• Tidak ada hasil yang ditemukan

Energi dan Sumber Daya Mineral

Dalam dokumen DHARMOTTAMA SATYA PRAJA (Halaman 43-49)

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH

B.2. Bidang Ekonomi

8. Energi dan Sumber Daya Mineral

Arah kebijakan sektor energi dan sumberdaya mineral yang akan ditempuh sebagai berikut :

i. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam;

ii. Pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam implementasi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

iii. Peningkatan sarana dan prasarana kelistrikan;

iv. Peningkatan kesadaran pelaku usaha dalam penataan dan penegakan hukum; v. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota sekitar; vi. Optimalisasi regulasi bidang pertambangan;

vii. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia bidang Pertambangan; viii. Pengembangan Sistem Informasi Pertambangan dan Energi (SIPE); ix. Optimalisasi Regulasi Geologi dan Sumber Daya Mineral.

Tujuan dan Sasaran

i. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, dengan sasaran sebagai berikut :

• Terlaksananya pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan tanah secara lestari sebanyak 257 titik pada tahun 2010;

• Penambangan galian C dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan;

• Terwujudnya ketahanan suplai air dalam rangka mendukung operasional PLTA Jelok dan Timo.

ii. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan dunia usaha dalam implementasi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dengan sasaran sebagai berikut:

• Pembinaan terhadap kegiatan usaha pertambangan;

• Pembinaan terhadap pemanfaatan Air Permukaan Tanah dan Air Bawah Tanah;

• Pembinaan pengembangan bio-energi.

iii. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kelistrikan, dengan sasaran sebagai berikut :

• Terpasangnya Lampu LPJU sebanyak 20.261 titik lampu;

• Terwujudnya perluasan jaringan listrik pada wilayah desa yang belum terjangkau;

iv. Mendorong penegakan hukum di bidang energi dan sumberdaya mineral, dengan sasaran sebagai berikut :

• Terwujudnya kejelasan pembagian kewenangan perijinan di bidang energi dan sumberdaya mineral antara pemerintah propinsi dengan Kabupaten;

• Tersusunnya regulasi Pertambangan dan Geologi dan Sumber Daya Mineral (GESDM);

• Menurunnya pelanggaran hukum dalam bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral (GESDM).

v. Menginventarisasi dan mengelola data dan informasi Geologi dan Sumber Daya Mineral (GESDM), dengan sasaran sebagai berikut :

• Terwujudnya basis data Geologi dan Sumber Daya Mineral (GESDM) di seluruh wilayah kecamatan;

• Teridentifikasinya kelayakan pengembangan potensi panas bumi di Kecamatan Sumowono;

• Teridentifikasinya Petroleum System daerah Bancak sehingga dapat diketahui potensinya;

• Teridentifikasinya estimasi bahan tambang bentonit;

• Teridentifikasinya potensi pengembangan bio-energi.

vi. Meningkatkan penguasaan teknologi untuk kepentingan penelitian dan pengembangan Geologi, Energi dan Sumberdaya Mineral (GESDM), dengan sasaran sebagai berikut :

• Meningkatnya jumlah dan kapasitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan pelatihan;

• Meningkatnya kuantitas dan kualitas peralatan, laboratorium, literatur bidang Geologi, Energi dan Sumberdaya Mineral (GESDM).

9. Perikanan.

Arah kebijakan yang akan ditempuh pada sektor perikanan adalah sebagai berikut :

i. Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia melalui peningkatan kemampuan dan profesionalisme di bidang perikanan;

ii. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam untuk kegiatan perikanan; iii. Fasilitasi Peningkatan kemampuan kelompok pembudidaya ikan dan nelayan; iv. Fasilitasi Peningkatan permodalan dan pemasaran perikanan.

Tujuan :

i. Mengembangkan agrobisnis perikanan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk-produk peternakan maupun perikanan yang dapat memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani;

ii. Mengembangkan kemampuan petani ikan dalam penguasaan teknologi tepat guna di bidang perikanan guna meningkatkan produksi, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat secara adil dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Sasaran :

i. Meningkatnya produksi dan ketersediaan pangan secara berkelanjutan, terutama sumber protein hewani;

ii. Meningkatnya keaneka-ragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat; iii. Meningkatnya pemanfaatan teknologi produksi perikanan serta meningkatnya

pengolahan bahan pangan hasil perikanan;

iv. Meningkatnya produktivitas, kualitas dan produksi komoditas unggulan perikanan; v. Meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di perdesaan;

vi. Meningkatnya nilai tambah bagi masyarakat perikanan;

vii. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam pembangunan perikanan;

10. Perdagangan

Arah kebijakan pembangunan sektor Perdagangan adalah sebagai berikut : i. Penciptaan iklim usaha yang kondusif, pembinaan usaha dan membangun

kemitraan;

ii. Peningkatan produksi dalam negeri; iii. Pengawasan peredaran barang dan jasa;

iv. Pembangunan dan pengembangan sistem informasi perdagangan. Tujuan :

i. Menumbuhkan kesadaran masyarakat baik sebagai konsumen maupun pelaku usaha terhadap penyelengaraan perlindungan konsumen khususnya tentang hak dan kewajiban;

ii. Meningkatkan jenis, volume dan nilai produk ekspor;

iii. Meningkatkan profesionalisme pelaku usaha, berdaya saing, beretika bisnis dan tertib usaha;

iv. Mengembangkan kemampuan SDM Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Asongan dalam mengelola usahanya.

Sasaran :

i. Terciptanya peredaran barang dan jasa yang tertib sesuai dengan standar yang ditetapkan;

ii. Terciptanya tertib ukur baik untuk kepentingan produsen dan konsumen. iii. Meningkatnya pelayanan informasi perdagangan;

iv. Terciptanya konsumen yang mandiri;

v. Meningkatnya penguasaan informasi dan akses pasar bagi pelaku usaha. vi. Distribusi barang dan jasa lancar;

vii. Iklim usaha kondusif, transparan dan tertib niaga. 11. Perindustrian

Arah kebijakan pembangunan sektor perindustrian adalah sebagai berikut :

i. Pengembangan usaha industri dengan pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif;

ii. Peningkatan pemanfaatan peluang pasar produk industri, khususnya produk industri kecil dan menumbuhkan budaya cinta produksi dalam negeri;

iv. Peningkatan kelancaran ketersediaan bahan baku industri dan akses teknologi produksi untuk pengembangan industri kecil dan menengah;

v. Peningkatan keterkaitan antar industri dan sektor ekonomi lain. Tujuan

i. Meningkatkan peluang pasar produk industri khususnya produk industri kecil dengan sistem inovasi berteknologi industri serta dapat menumbuhkembangkan budaya cinta produksi dalam negeri;

ii. Meningkatkan kualitas SDM sesuai kebutuhan industri;

iii. Memperlancar ketersediaan/pemanfaatan sumber daya sebagai bahan baku industri dan akses teknologi produksi industri kecil dan menengah;

iv. Meningkatkan keterkaitan antara industri kecil, menengah dan besar;

v. Meningkatkan kualitas/kompetensi pengusaha dalam penerapan IPTEK sesuai kebutuhan industri;

vi. Membangun struktur industri yang kuat dan berdaya saing tinggi, didukung oleh seluruh basis kegiatan produksi dan distribusi;

vii. Mengembangkan usaha industri yang memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif.

Sasaran :

i. Meningkatnya nilai tambah per tenaga kerja dari Rp 2.136.125,- pada awal tahun 2005 menjadi Rp 2.879.908,- pada tahun 2010;

ii. Meningkatnya IKM yang dapat memanfaatkan Iptek dari 210 tahun 2005 menjadi 300 pada tahun 2010;

iii. Meningkatnya jumlah unit usaha industri kecil formal dari 1047 unit usaha tahun 2005 menjadi 1519 unit usaha pada tahun 2010;

iv. Meningkatnya jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Formal, dari 9.435 orang tahun 2005 menjadi 11.323 orang tahun 2010;

v. Meningkatnya Jumlah Unit usaha Industri Kecil non formal dari 8.648 unit usaha tahun 2005 menjadi 9.143 unit usaha tahun 2010;

vi. Meningkatnya Jumlah tenaga kerja non formal dari 18.548 orang tahun 2005 menjadi 20.479 orang tahun 2010;

vii. Meningkatnya Nilai Produksi Industri Kecil Formal dari Rp.43.796.000.000,- tahun 2005 menjadi Rp.60.558.000.000,- pada tahun 2010;

viii. Meningkatnya nilai tambah produk industri Kecil dari Rp.20.155.000.000,- tahun 2005 menjadi Rp. 30.000.000.000,- tahun 2010;

ix. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan pengusaha / pelaku industri dari 2.423 orang tahun 2005 menjadi 2.985 orang tahun 2010;

x. Meningkatnya jumlah Tenaga Kerja Industri Menengah dan Besar, dari 9.435 orang tahun 2005 menjadi 11.323 orang tahun 2010;

xi. Meningkatnya jumlah industri besar dan menengah dari 133 unit usaha tahun 2005 menjadi 168 unit usaha tahun 2010;

xii. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja industri besar dan menengah dari 66.979 orang tahun 2005 menjadi 73.951 orang;

xiii. Meningkatnya nilai investasi industri besar dan menengah dari Rp.56.126.010.000.000,- menjadi Rp.112.551.947.000.000,- tahun 2010.

xiv. Meningkatnya nilai ekspor industri besar dan menengah dari US $ 1,567,625,931.00 tahun 2005 menjadi US $ 2,198,676,462.00;

xv. Meningkatnya distribusi dari sentra ke wilayah pemasaran;

xvi. Meningkatnya akses informasi pasar, teknologi dan bahan baku pada sentra industri potensial.

12. Transmigrasi

Arah kebijakan pembangunan sektor transmigrasi adalah sebagai berikut : i. Fasilitasi perpindahan dan penempatan transmigrasi;

ii. Peningkatan kerja sama antara daerah penyelenggaraan transmigrasi;

iii. Mendorong terciptanya pelayanan tenaga kerja yang optimal dalam rangka mendukung penempatan transmigrasi.

Tujuan

i. Meningkatkan minat masyarakat untuk perluasan kerja melalui transmigrasi; ii. Mempersiapkan calon lokasi transmigrasi sesuai kebutuhan;

iii. Memberikan bekal ketrampilan bagi calon transmigran sesuai dengan kebutuhan. Sasaran

a. Terciptanya perluasan kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi pencari kerja dan mewujudkan penempatan tenaga kerja melalui transmigrasi secara baik dan efisien;

b. Tersedianya calon transmigran yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lokasi transmigrasi.

Dalam dokumen DHARMOTTAMA SATYA PRAJA (Halaman 43-49)

Dokumen terkait