• Tidak ada hasil yang ditemukan

EPILEPSI PADA LANJUT USIA

Donny Hamid, Aida Fithrie PENDAHULUAN

Epilepsi pada lanjut usia (≥65 tahun) seringkali terlambat terdiagnosis karena menyerupai gejala penyakit lain.1,2 Diagnosis epilepsi seringkali baru dipikirkan bila disertai bangkitan tonik klonik umum (generalized tonic clonic seizure), padahal tidak seperti epilepsi pada anak atau usia muda, bentuk bangkitan ini lebih jarang terjafi pada lanjut usia.3,4

Pemberian dan pemilihan obat antiepilepsi pada lanjut usia perlu lebih berhati-hati, karena terjadi perubahan parameter farmakodinamik dan farmakokinetik, adanya penyakit komorbid, kemungkinan gangguan metabolik, dan interaksi dengan obat lain karena penderita lanjut usia seringkali mengkonsumsi banyak obat lain.5,6,7

ETIOLOGI

Stroke merupakan 30-50% penyebab epilepsi pada lanjut usia.8 Perdarahan intraserebral merupakan penyebab tersering (15%) dan pada kelompok stroke yang paling jarang adalah lakunan infark (2%).9 Insidensi timbulnya bangkitan epilepsi pada demensia berkisar 2-16%.9 Trauma merupakan penyebab lain dari timbulnya epilepsi pada lanjut usia, demikian pula penggunaan berbagai obat merupakan faktor penting yang dapat memprovokasi timbulnya bangkitan epilepsi.9

DIAGNOSIS

Pada umumnya sindrom epilepsi pada lanjut usia adalah epilepsi fokal, dengan dan tanpa bangkitan umum sekunder.1,9 Gambaran klinis dapat menyerupai gejala penyakit pembuluh darah otak (transient ischemic attack), demensia, atau kelainan jantung.1,2

Pada usia tua, fokus epileptik cenderung lebih sering terjadi pada lobus frontal dan parietal, berbeda dengan gejala klinis yang berhubungan dengan epilepsi dengan fokus di lobus temporal pada penderita epilepsi usia yang lebih muda, sehingga aura dizziness dapat lebih sering muncul dibanding gejala khas epilepsi lobus temporal.4 Padahal gejala dizziness juga sering timbul pada penyakit neurologi lain, penyakit jantung maupun penyakit sistem organ lainnya.1,2

Gejala bangkitan parsial kompleks seperti gangguan kesadaran, pandangan kosong, atau tampak bingung pada epilepsi lanjut usia sering disalahartikan sebagai onset gejala

71 demensia atau penyakit lain.2 Acute confusional state atau gangguan mental yang fluktuatif dapat merupakan manifestasi dari iktal, postiktal, ataupun merupakan manifestasi dari status epileptikus non konvulsius yangs seringkali disangka sebagai manifestasi dari gangguan psikiatrik.8

MRI lebih sensitif dibandingkan CT dalam mendeteksi abnormalitas anatomi. Perubahan yang berkaitan dengan lanjut usia dapat berkaitan dengan atrofi difus, hiperintensitas periventrikuler akibat hipertensi dan aterosklerosis umum terjadi dan sebaiknya tidak diinterpretasikan sebagai penyebab bangkitan.10

EEG rutin dapat tidak sensitif atau spesifik untuk menegakkan diagnosis pada lanjut usia, tidak terdapatnya abnormalitas epileptiform, tidak menyingkirkan epilepsi. Jika diagnosis diragukan, pasien dapat dilakukan monitoring video EEG.1

PENATALAKSANAAN

Pemilihan Obat Anti Epilepsi pada Lanjut Usia

Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) yang direkomendasikan untuk epilepsi fokal pada lanjut usia lanjut dapat dilihat pada daftar dibawah. Obat antiepilepsi spektrum luas perlu dipertimbangkan pada epilepsi umum atau pada tipe campuran (fokal dan umum).1

Rekomendasi epilepsi parsial pada lanjut usia (ILAE 2013)11 - Level A : Gabapentin, Lamotrigin

- Level B : tidak ada - Level C : Carbamazepine

- Level D : Topiramat, Asam Valproat - Level E : lain-lain

- Level F : tidak ada\

Pemberian dimulai dari dosis sangat rendah dan peningkatan dosis (titrasi) dilakukan secara sangat perlahan (start very low and go very slow) merupakan prosedur yang perlu diperhatikan dalam pemberian OAE pada lanjut usia.3 Setengah dosis dewasa yang direkomendasikan sebagai dosis awal dan awitan seringkali dapat mengontrol kejang.1

72 Perbedaan farmakokinetik dan Farmakodinamik

Pada lanjut usia terjadi berbagai perubahan fisiologis, seperti nafsu makan, fungsi saluran cerna, dan fungsi hati yang dapat menyebabkan menurunnya kadar albumin serum. Hal ini akan berdampak pada perubahan farmakokinetim yang berhubungan dengan karakeristik ikatan dengan protein (protein binding). Menurunnya kapasitas fungsi hati dan kemampuan filtrasi glomerulus ginjal menurunkan clearance OAE pada lanjut usia.8 Hal tersebut mengakibatkan waktu paruh akan jauh lebih panjang dibandingkan pada penderita usia muda.8 Interaksi dengan berbagai macam obat non OAE juga mempengaruhi absorbsi, protein binding, metabolisme hati, dan kemampuan filtrasi glomerulus.8 Perubahan farmakokinetik tersebut akan mempermudah terjadinya toksisitas obat.

Perbedaan farmakodinamik pada lanjut usia berupa perubahan jumlah dan sensitivitas reseptor. Perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik tersebut akan mempengaruhi toksisitas dan efikasi OAE. Dengan demikian theurapetic ranges OAE pada usia muda harus disesuaikan pada lanjut usia.8

Pemberian OAE harus dimulai dari dosis yang lebih rendah dibanding penderita usia muda. Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati perlu dilakukan dan diperiksa secara berkala.8 Pemberian politerapi OAE sedapat mungkin dihindari.8 Efektivitas OAE monoterapi untuk mengontrol bangkitan epilepsi pada lanjut usiia lebih baik dibanding pada penderita epilepsi usia muda.1,8

PROGNOSIS

Pasien epilepsi lanjut usia mempunyai angka mortalitas dua sampai tiga kali lebih tinggi daripada populasi umum.10 Epilepsi pada lanjut usia umumnya mempunyai respon yang baik terhadap pengobatan.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Panayiotopoulos. A Clinical guide to epileptic syndromes and their treatmment. Springer Health Care Ltd, 2010: 219-22

2. French JA, Delanty N. Therapeutic strategies in epilepsi. Atlas Medical Publishing Ltd. Barcelona Spain, 2009:175.

3. Werhan KJ.Epilepsi in the elderly. Dtsch Artebl Int 2009; 106(9): 135-42. 4. Luggen AS. Epilepsi in the elderly. Clinical Advisor, 2009:1-3.

73 5. Consensus guideline on the management of epilepsi. Epilepsi Council,

Malaysian Society of Neuroscience, 2010:74

6. Delanty ND, Montouris GD. Use of anti-epileptic drugs in special populations focus on the elderly and those with co-morbidity. VIREPA Course on Clinical Pharmacology and Pharmacotherapy, 2010/2011:7.

7. Pollar JR. Patient issues in antiepileptic drugs selection. VIREPA Course on Clinical Pharmacology and Pharmacotherapy, 2010/2011:7.

8. Shorvon S. Handbook of epilepsi treatment. 3rded. Wiley-Blackwell, 2010:132-6 9. Manford M.Practical guide to epilepsi. Butterworth Heinemann USA, 2003:

221-5

10. Brodie MJ, Kwan P. Epilepsi in elderly people. BMJ, 2005;331:1317-21.

11. Glauser T, Menachem EB, Bourgeois B, et al. Updated ILAE evidence review of antiepileptic drug efficacy and effectiveness as initial monotheraphy for epileptic seizures and syndromes. Epilepsia: 1-13, 2013.

74

Dokumen terkait