• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH MEDIKOLEGAL Masalah pekerjaan

ASPEK MEDIKOLEGAL

MASALAH MEDIKOLEGAL Masalah pekerjaan

 Diberhentikan dari pekerjaan karena mendapat bangkitan sewaktu bekerja dan bagaimana mendapat hak pesangon.

 Diberhentikan dari pekerjaan karena ketahuan mengkonsumsi OAE, baik dari laporan dokter perusahaan atau tagihan perusahan.

 Diberhentikan dari pekerjaan karena mengkonsumsi OAE yang diindikasikan untuk penyakit lain seperti nyeri atau penanganan pascaherpes.

 Diberhentikan dari pekerjaan karena mengelola mesin yang berbahaya meskipun bangkitan sudah terkontrol.

 Dokter spesialis saraf selalu berusaha menjadi penengah antara penyandang dan pemberi pekerjaan dalam masalah pemutusan hubungan kerja

Penyandang epilepsi membutuhkan pekerjaan sederhana, mesin dan bahan kimia tertentu, atau bersifat menetap (tidak dalam kerja ―shift‖) untuk menghindari gangguan tidur.4

Epilepsi dan Tindak Pidana Kejahatan Kasus Kriminal

 Terhadap penyandang epilepsi yang telah melakukan tindak kejahatan yang murni selama bangkitan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain apakah individu sebelumnya adalah penyandang epilepsi, tipe bangkitan, perilaku selama bangkitan berlangsung, dan perilaku selama tidak terjadi bangkitan.3

 Menentukan apakah itu suatu kejahatan , apabila saat melakukan ―kejahatan‖ termasuk penyerangan, pemerkosaan, dan pencurian 4 tersebut tertuduh sedang mengalami bangkitan atau kebingungan pascabangkitan dan tidak menyadari akan apa yang dia lakukan.

83

 Bagaimana penyandang epilepsi atau orang lain menjelaskan kepada polisi suatu bangkitan yang terjadi dan polisi dapat menerima. Tidak mudah untuk membedakan antara perilaku yang disebabkan oleh alkohol atau salah guna obat, penyakit jiwa, retardasi mental, serta masalah medis lain, dibanding aktivitas yang melanggar hukum oleh penyandang epilepsi.3

 Menentukan apakah suatu kematian dari penyandang epilepsi itu akibat dari bangkitan yang dialaminya atau akibat dari tindak kekerasan yang dilakukan orang lain.

Kasus Sipil

 Pada kasus perebutan hak asuh anak maka orang tua yang menderita epilepsi diragukan kemampuannya dalam memberikan asuhan yang efektif dan aman kepada anaknya.

 Bila anak yang menderita epilepsi maka dapat dituduh bahwa ini bukan akibat kecelakaan dan bahwa orang tua tidak mampu merawatnya dengan baik.

Kecelakaan

 Apakah trauma kepala, kesulitan proses kelahiran dan kecelakaan medis terdahulu menjadi penyebab terjadinya epilepsi atau hanya suatu koinsidensi.

 Pada kasus seperti tersebut diatas, kebenaran diagnosis epilepsi mungkin dipertanyakan dan ini sulit dipastikan.

Kelalaian Medis

 Kesalahan diagnosis

o Bangkitan non-epileptik yang didiagnosis sebagai epilepsi dapat menyebabkan hilangnya kesempatan memiliki SIM dan mata pencaharian.

o Keadaan non-epileptik yang dapat disembuhkan seperti episodic cardiac asystole yang didiagnosis sebagai epilepsi sangat merugikan individu.

o Kegagalan mendiagnosis dan memberi terapi epilepsi serta menghindari komplikasi dan kematian.

 Kelalaian memberikan informasi kepada penyandang epilepsi tentang efek samping OAE, terapi pembedahan yang diberikan, reaksi alergi, efek kronis OAE, interaksi OAE dengan obat lain serta potensi teratogenik OAE.

84

 Kelalaian dalam memperingatkan keluarga penyandang epilepsi tentang masalah keamanan, terutama tenggelam, terbakar saat memasak, dan resiko kematian akibat bangkitannya.5

Ketidaklengkapan catatan medis

 Standar pelayanan medik pada kasus kelalaian medis, hampir selalu dinilai dari apa yang tertulis pada catatan medis, oleh karena itu sangatlah perlu untuk mempunyai catatan medik yang lengkap seta tertulis dan terbaca dengan jelas.

 Apabila penyandang epilepsi meminta catatan medisnya oleh karena ketidakpuasan pelayanan yang diterimanya, atau untuk kepentingan pengacaranya guna tujuan penuntutan, maka perlu kiranya dokter berkonsultasi dengan organisasi profesi terkait.5

Epilepsi dan Hak untuk Mengemudi (kendaraan Darat, Laut, dan Udara)

 Kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas bagi penyandang epilepsi yang mengemudi kendaraan merupakan hal yang wajar. Rasa khawatir tadi terutama disebabkan oleh kemungkinan munculnya bangkitan sewaktu penyandang epilepsi sedang mengemudi, sementara kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.

 Suatu kecelakaan dapat terjadi untuk alasan yang lain; misalnya stres berat akibat suatu perjalanan jauh yang memicu bangkitan. Dalam kasus ini, maka polisi harus menyadari keterbatasan pengetahuannya akan hilangnya kesadaran penyandang epilepsi saat bangkitan, untuk itu harus dikomunikasikan dengan jelas.

 Adakalanya penyandang epilepsi selalu dapat merasakan ada aura sebelum bangkitan terjadi 4 dan mereka dapat menepikan kendaraan dan berhenti sejenak dan tetap berada dalam kendaraan sampai setelah bangkitan. Kemungkinan ini harus diketahui oleh polisi jika dalam tugasnya menemukan kendaraan yang diparkir dan pengemudi tidak berespon ketika polisi mendekat. 3,4,6,7

 Rekomendasi pemberian SIM kepada penyandang epilepsi berdasakan prinsip sebagai berikut :

o Bangkitan epilepsi tertentu telah terkontrol dengan OAE selama minimal 24 bulan.

85

 Bagi pengemudi pribadi dengan asisten, masa bebas bangkitan lebih pendek (6-12 bulan) dapat dipertimbangkan, pada bangkitan parsial sederhana dan melibatkan anggota tubuh nondominan atau epilepsi nokturnal.

 Bagi pengemudi angkutan umum, pengecualian ini tidak berlaku, bahkan mungkin tidak diberikan SIM atau diperlukan syarat tambahan seperti : berobat secara rutin, rekaman EEG, psikotes, atau masa bebas bangkitan lebih lama.

 Perlu ditentukan batas waktu maksimalmengemudi bagi penyandang epilepsi untuk menghindarkan stres fisik/psikis yang berlebihan (maksimal 4 jam untuk orang normal menurut UU No. 22 tahun 2009).

 Bila dokter akan menghentikan OAE, ada resiko bangkitan berulang; disarankan untuk berhenti mengemudi selama minimal 6 bulan setelah penghentian obat.7

 Perlu adanya komunikasi serta kerja sama dengan pihak pimpinan perusahaan tempat bekerja mengenai riwayat penyakit yang diderita untuk dapat memberikan pengawasan langsung (jadwal kerja, lama kerja, lingkungan kerja, diet, dan sebagainya).

 Pembatasan izin mengemudi bagi penyandang epilepsi di negara – negara tertentu bervariasi demi keamanan masyarakat dan berdasar pada adanya peningkatan resiko relatif kecelakaan penyandang epilepsi dibandingkan populasi umum 1,3 sampai 2 kali lipat.8

 Disamping hal tersebut diatas, beberapa ketentuan dibawah ini perlu diperhatikan secara sungguh – sungguh, baik oleh dokter maupun oleh penyandang epilepsi dan keluarganya :

o Dokter harus selalu memberi pengertian kepada penyandang epilepsi bahwa kondisi kesehatannya sangat mempengaruhi keamanan dalam berkendara. Penyandang epilepsi dengan bangkitan yang tidak terkontrol, tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor.9

o Dokter harus selalu memberi pengertian kepada instansi terkait baik POLRIdan DDLJR bahwa pengemudi penyandang epilepsi yang masih mengalami bangkitan dapat membahayakan.

o Pengemudi yang sering mengalami kecelakaan lalu lintas perlu dikonsulkan ke dokter spesialis saraf untuk dilakukan pemeriksaan adanya epilepsi dan kalau perlu diobati.9

86 o Meskipun dokter dapat memberikan pendapat bahwa seseorang mampu mengemudikan kendaraan secara aman, keputusan akhir ada di tangan kepolisian. Pada negara tertentu, seorang dokter dapat memberikan saran, bila dalam bangkitan kesadaran baik atau gerakan dapat dikontrol. Mengemudi dapat diteruskan bila bangkitan terjadi hanya keadaan tertentu, terutama bangkitan hanya dalam keadaan tidur atau selalu didahului aura sehingga penyandang dapat menghentikan kendaraan sebelum bangkitan mulai.10

o Dokter harus mengingatkan perusahaan asuransi, bahwa secara umum penyandang epilepsi cenderung beresiko rendah mengalami kecelakaan akibat bangkitan; dengan demikian biaya asuransi tidak perlu dibedakan dengan masyarakat lain.

o Berkenan dengan tipe epilepsi, dan beratnya bangkitan, serta masa bebas bangkitan akan dapat dijelaskan secara proporsional oleh dokter spesialis saraf.

Dokumen terkait