• Tidak ada hasil yang ditemukan

Esensi Kurikulum dalam Perspektif Falsafah Pendidikan

1. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan dan merupakan istilah yang tidak asing lagi. Secara Etimologis, kurikulum

berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.23 Dari kata ini, kurikulum dalam dunia pendidikan diartikan secara sederhana sebagai jumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.

Dalam bahasa Arab, kata kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.24 Sedangkan arti “Manhaj” dalam Pendidikan Islam sebagai-mana yang terdapat dalam kamus al-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Defenisi-defenisi tentang kurikulum talah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Diantaranya defenisi yang dikemukakan oleh Zakiah Dradjat memandang kurikulum sebagai “Suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.”25

Sementara itu, menurut M. Arifin di sini kurikulum tidak hanya dipandang dalam artian materi pelajaran, namun juga mencakup seluruh program pembelajaran dalam kegiatan pendidikan. Dalam hal ini Addamardasyi Sarhan dan Munir Kamil juga mengemukakan bahwa kurikulum adalah “Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didiknya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang secra menyeluruh dalam segala segi dan dapat mengantarkan adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik sesuai dengan tujuan– tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.26

23 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kala Mulia. 1994), h. 61

24 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam...h. 61

25 Zakiah Drajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara. 1992), h. 122

26 Oemar Muhammad al-Thoumi al- Syaibani. Falsafah Pendidikan Islam,. (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 485

Dari beberapa defenisi di atas terlihat bahwa kurikulum dirumuskan sebagai sejumlah kegiatan yang mencakup berbagai rencana strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal–hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan. Atau dengan kata lain kurikulum berarti perencanaan pendidikan untuk memberikan sejumlah pengalaman belajar kepada peserta didik dan proses interaksi pembelajarannya berlangsung dalam bentuk pengajaran sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam rangka mencapai sebuah hasil yang dicita-citakan dalam dunia pendidikan yang dalam hal ini Pendidikan Islam, perlu sebuah kejelasan konsep yang dikonstruksi dari sumber-sumber ajaran Islam, dengan tanpa meninggalkan rumusan para pakar pendidikan yang dianggap relevan yang kemudian konsep tersebut dituangkan dan dikembangkan dalam kurikulum pendidikan.27 Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan dalam suatu lembaga Pendidikan Islam.28 Dengan kurikulum akan tergambar secara jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam pendidikan.

Dari uraian di atas, jelas bahwa kurikulum mempunyai peran penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi ini tujuan Pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah.

2. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi, asas bermakna hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir, atau dasar cita-cita. Kata ini sebenarnya berasal dari kosa kata bahasa Arab, yaitu al-asas yang bermakna fundamen

27 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam: Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, (Solo: Ramadhani, 1991), h. 10

(alas, dasar) bangunan atau dapat juga berarti asal, pangkal, atau dasar dari segala sesuatu. Karenanya, yang dimaksud dengan asas dalam bahasan ini adalah landasan yang menjadi dasar dalam pembentukan kurikulum Pendidikan Islami. Dalam konteks ini, bangunan dan semua unsur yang membentuk bangunan kurikulum Pendidikan Islam tersebut harus tersusun dan mengacu kepada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan itulah yang disebut dengan asas-asas pembentuk kurikulum Pendidikan Islam.29

Kurikulum merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk proses pembelajaran. Kesalahan dalam penyusunan kurikulum akan menyebabkan kegagalan suatu pendidikan dan penzaliman terhadap peserta didik.

Dalam Pendidikan Islam ada usaha-usaha untuk mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama sebagai titik sentral tujuan dan proses Pendidikan Islam. Oleh karena itu, Al-Syaibany30 memberikan kerangka dasar yang jelas tentang kurikulum Islam, yaitu :

1. Dasar agama. Dasar ini hendaknya menjadi ruh dan target tertinggi dalam kurikulum yang mana didasarkan pada Al-Qur’an, al-sunnah dan sumber-sumber yang bersifat furu’ lainnya. 2. Dasar falsafah. Dasar ini memberikan pedoman bagi tujuan Pendidikan Islam secara filosofis, sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan pandangan hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran. 3. Dasar Psikologis. Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan perorangan antara satu peserta didik dengan lainnya.

29 Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, Membangun Kerangka Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Cita Pustaka, 2008), h. 168-169.

30 Oemar Muhammad al-Thoumi al- Syaibaniy, Falsafah Pendidikan Islam..., h. 523-532

4. Dasar sosial. Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum Pendidikan Islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat Islam dan kebudayaannya, baik dari segi pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berfikir dan adat kebiasaan serta seni.

Sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an, inti kurikulum Pendidikan Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok. Pemantapan kalimat tauhid hendaknya semenjak bayi dilahirkan dengan mem-perdengarkan azan dan iqamah terhadap anak yang baru dilahirkan. Tauhid dalam Islam adalah suatu istilah untuk menyatakan kemahaesaan Allah atas semua makhluk-Nya. Allah merupakan esensi dan inti dari ajaran Islam dan merupakan nilai dasar dari relitas kebenaran yang universal untuk semua tempat dan waktu dari sejarah kemakhlukan dan menjadi inti dari prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti oleh manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan ketauhidan memungkinkan manusia mampu mewujudkan tata dunia kosmos yang harmonis, penuh tujuan, mengangkat persamaan-persamaan jenis dan ras, serta persamaan dalam aktivitas dan kebebasan seluruh manusia di muka Bumi.

Dengan demikian, tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh dimensi kehidupan manusia baik dalam aspek hubungan vertical antara manusia dengan Tuhan maupun aspek hubungan horizontal antara manusia sesamanya dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

3. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum, cakupan kurikulum Pendidikan Islam meliputi seluruh kawasan kehidupan manusia muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah kekhilafahan maupun pengabdiannya kepada Allah SWT. sebagai makhluk ibadah. Karena itu, dalam konteks wilayah kekhalifahan manusia, maka kurikulum Pendidikan Islam harus memuat tentang:

a. Hakikat manusia sebagai: (a) Kreasi atau makhluk yang diciptakan Allah SWT; (b) Makhluk yang dianugrahi potensi jismiyah dan

ruhiyah sehingga berkemampuan membelajarkan diri, dan (c)

Makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan kehidupan di dalamnya.

b. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat ketuhanan yang tersimpul dalam

al-asmâ al-husna ke dalam dirinya.

c. Adab atau akhlaq al-karimah, yakni nilai-nilai universal untuk

menata kehidupan diri sendiri, masyarakat dan alam semesta yang sejahtera, anggun dan mulia.

d. Al-‘ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk

mampu menjalankan tugas kekhalifahannya, baik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah SWT melalui Nabi dan Rasul-Nya di alam semesta dan dalam diri manusia, yang dapat didekati manusia lewat pengindraan, pemikiran dan eksperimentasi ilmiah. Karenanya, dalam konteks ini, kurikulum Pendidikan Islam harus memuat ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu terapan. e. Sunnah Allah, yaitu perubahan dan perkembangan alam serta kehidupan manusia dimana mereka dipersyaratkan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian agar mampu menyiasati dan mewarnai perubahan tersebut kearah yang lebih baik.31

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum karekteristik kurikulum Pendidikan Islam adalah pencerminan nilai-nilai Islam yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktifitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus dipahami bahwa karekteristik

kurikulum Pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW.

Menurut Al-Syaibaniy, diantara ciri-ciri kurikulum Pendidikan Islam itu adalah :

a. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekhniknya. b. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual. c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum

tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.

d. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer dan bahasa asing. e. Keterkaitan antara kurikulum penddidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individu antara siswa.32

Kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak dilak-sanakan dalam situasi dan kondisi dimana tercipta interaksi edukatif yang timbal balik antara pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain.

Aspek kurikulum yang tertulis dan lebih popular itu sering disebut “stated curriculum” atau “manifested curriculum”. Adapun aspek kurikulum yang tidak tertulis itu sering disebut “hidden curriculum “ atau “ unstudied

curriculum “.

Karekteristik dari kurikulum terutama stated curriculum ialah :

32 Oemar Muhammad al-Thoumi al- Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam..., h. 489-519.

a. Kurikulum harus bersifat fleksibel, mudah diubah menuju kesempurnaan, sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

b. Kurikulum adalah merupakan deskripsi atau uraian tentang rencana atau program yang akan dilaksanakan.

c. Kurikulum biasanya berisi tentang bermacam-macam bidang studi (areas of learning).

d. Kurikulum dapat diperuntukkan bagi seorang pelajar saja atau disusun bagi sutau kelompok yang besar.

e. Kurikulum selalu berhubungan dengan atau merupakan program dari sutau lembaga pendidikan (educational centre).33

D. ESENSI METODE DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH