• Tidak ada hasil yang ditemukan

Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan

Anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pengertian tersebut berbeda apabila anak didik sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak bisa diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak didik) yang masih anak-anak. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang benar-benar dewasa dalam sikap maupun kemampuannya.

Dalam pandangan modern, anak didik tidak hanya dianggap

sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu, bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu berasal dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulai yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.

Berdasarkan hal itu, muncul suatu aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa sebagai seorang yang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Ini menunjukkan pentingnya akhlak dalam proses pendidikan, di samping pendidikan sendiri adalah upaya untuk membina manusia agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi seluruh alam.

1. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.

Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta didik dari sudut pandang Pendidikan Islam, yaitu:

a. Muta’allim

Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang

mu’allim adalah orang yang mengajar, sedangkan muta’allim

adalah orang yang diajar. Kewajiban menuntut ilmu atau belajar sesuai dengan dengan firman Allah Swt. yang artinya: “Dan bertanyalah kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk mengetahui.” Dan Sabda Rasulullah SAW: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan.

b. Mutarabbi

Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh

dan orang yang dipelihara. Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik, pengasuh. Sedangkan

mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.

c. Muta’addib

Muta’addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan

santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta’addib juga berasal dari muaddib yang artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi,

mutaaddib adalah orang yang diberi pendidikan tentang tingkah

laku.18

2. Sifat Yang Harus Dimiliki Peserta Didik

Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta hendaknya memiliki dan menanamkan sifat–sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya. Berkenaan dengan sifat, Imam al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik :

a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ilâ Allah; b. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding

ukhrawi sebaliknya;

c. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran;

d. Mempelajari ilmu-ilmu yang perpuji baik ilmu umum maupun agama;

e. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.19

3. Tugas dan Tanggung Jawab Peserta Didik

Agar pelaksanaan proses Pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang dinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik adalah :

a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu;

b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan;

c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat;

d. Setiap peserta didik wajib menhormati pendidiknya;

e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh – sungguh dan tabah dalam belajar.20

Selanjutnya Al-Abrasyi menyatakan, bahwa diantara tugas peserta didik dalam Pendidikan Islam adalah:

a. Sebelum belajar ia hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk;

b. Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai fadhilah;

c. Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan anah air untuk mencari ilmu ke tempat yang jauh sekalipun;

d. Memaafkan guru apabila mereka bersalah, terutama dalam menggunakan lidahnya;

19Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm al-Dîn..., h. 253

e. Peserta wajib saling mengasihi dan menyayangi di antara sesamanya, sebagai wujud memperkuat rasa persaudaraan. Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik adalah pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Jadi, dalam proses belajar-mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuan-nya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain, seperti bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung. Semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar.

Menurut Ahmadi, ada beberapa tugas peserta didik dalam Pendidikan Islam yaitu: 21

a. Mememahami dan menerima keadaan jasmani;

b. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya;

c. Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa; d. Mencapai kematangan Emosional;

e. Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial; f. Mencapai kematangan intelektual;

g. Membentuk pandangan hidup.

Menurut Imam Al-Ghazali peserta didik memiliki sepuluh poin kewajiban: 22

a. Peserta didik memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, sebab ilmu itu bentuk peribadatan hati, shalat ruhani dan pendekatan batin kepada Allah;

21 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Semarang: Rina Cipta, 1975), h. 87

22 Al Ghazali, Mukhtashar Ihya Ulumuddin... h. 27, lihat juga Al-Ghazali, Ayyuhal Walad; [Terj. Gazi Saloom], (Jakarta: IIman, 2003), h. 5.

b. Peserta didik menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi dan seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya; c. Peserta didik tidak membusungkan dada terhadap orang alim

(guru), melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan nasihatnya;

d. Peserta didik hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji variasi pemikiran dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu-ilmu ukhrawi;

e. Peserta didik tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji, melainkan bersedia mempelajarinya hingga tahu akan orientasi dari disiplin ilmu tersebut;

f. Peserta didik dalam usahanya mendalami suatu disiplin ilmu tidak dilakukan secara sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting;

g. Peserta didik tidak melangkah mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia benar-benar menguasai tahap ilmu sebelumnya; h. Peserta didik hendaknya mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan dapat memperoleh ilmu yang paling mulia; i. Tujuan peserta didik dalam menuntut ilmu adalah pembersihan

batin dan menghiasinya dengan keutamaan serta pendekatan diri kepada Allah serta meningkatkan maqam spiritualnya; j. Peserta didik mengetahui relasi ilmu-ilmu yang dikajinya dengan

orientasi yang dituju, sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana yang harus diprioritaskan.

C. ESENSI KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH