• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Estimasi Awal Pengaruh MRP terhadap Kinerja Perusahaan Model persamaan struktural (Structural Equation Modeling) digunakan

PTPN VIII Gunung Mas dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab kepada Dewan Direksi . Sistem yang

4.5. Hasil Estimasi Awal Pengaruh MRP terhadap Kinerja Perusahaan Model persamaan struktural (Structural Equation Modeling) digunakan

untuk mengetahui bentuk dan besar pengaruh antara variabel laten bebas, yaitu strategi manajemen pemasok ( ξ1 ) dan strategi hubungan dengan pelanggan ( ξ2 ) dengan variabel laten tak bebas (terikat), yaitu strategi manajemen rantai pasokan ( 1 ) dan kinerja perusahaan ( 2 ). Pengambilan nilai median tersebut bertujuan untuk mencari satu angka yang dapat mewakili setiap variabel indikator yang ada. Hasil estimasi awal pengaruh MRP terhadap kinerja perusahaan dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Estimasi Awal MRP terhadap kinerja Perusahaan

Model pada Gambar 17 menunjukkan model estimasi awal pengaruh MRP terhadap kinerja perusahaan. Dalam SEM untuk menyatakan sebuah model layak dalam mereprentasikan data tidak hanya berdasarkan satu ukuran kebaikan model. Nilai chi-square sebesar 265.86, df (degrees of freedom) sebesar 148, p-value sebesar 0.000000, dan RMSEA sebesar 0.090. Nilai hasil estimasi tersebut kurang memenuhi syarat yang telah ditentukan. Selain nilai-nilai tersebut, dari hasil estimasi dapat di lihat dari

nilai GFI = 0.91 dan AGFI = 0.89 yang dapat dilihat di Lampiran 5. Nilai GFI = 0.91 tersebut sudah lebih besar dari 0.90 yang artinya model tersebut telah mampu menerangkan keragaman data dengan baik. Nilai AGFI = 0.89 juga telah memenuhi batas minimum yaitu diatas 0.80. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0: Σ = Σ(θ) diterima, yaitu model telah baik dalam mereprentasikan data dan layak untuk digunakan.

Selain itu, dari hasil estimasi juga diperoleh loading factor (λ). λ merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel

indikator dalam membentuk variabel laten. Nilai λ yang paling besar berarti menunjukkan bahwa variabel indikator tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam membentuk variabel laten. Dengan kata lain, semakin besar nilai λ, maka semakin besar kontribusi (pengaruh) suatu variabel indikator dalam membentuk variabel laten.

Berdasarkan nilai yang dimiliki setiap variabel indikator, dapat dinyatakan bahwa ketepatan pengiriman (x2) dan respon cepat terhadap permintaan darurat (x3) merupakan variabel-variabel yang paling berpengaruh terhadap strategi manajemen pemasok dengan nilai λ yang sama, yaitu sebesar 0.50. Selain itu, adanya prosedur tertentu terhadap pengaduan pelanggan (x8) merupakan variabel indikator yang memiliki pengaruh terbesar dengan λ = 0.65 terhadap strategi hubungan pelanggan. Keterlibatan semua anggota rantai pasokan dalam perencanaan pemasaran (Y6) merupakan variabel indikator yang memiliki pengaruh paling besar terhadap strategi manajemen rantai pasokan, yaitu dengan nilai λ = 0.70. Sedangkan untuk kinerja perusahaan, variabel indikator yang memiliki pengaruh terbesar yaitu kepuasan pelanggan dengan nilai λ = 0.75.

Setelah diperoleh hasil estimasi awal MRP terhadap kinerja perusahaan, maka dilakukan penentuan variabel indikator pembanding. Penentuan indikator dapat dilakukan pada salah satu dari setiap variabel indikator dikarenakan hasilnya akan selalu memiliki proporsi nilai yang sama. Dalam proses analisa, terdapat variabel yang dijadikan sebagai patokan (pembanding) dengan cara memberikan nilai 1.00 untuk nilai λ-nya, yaitu kualitas, kuantitas, dan harga bahan baku (x1), perusahaan

mampu memenuhi kebutuhan pelanggan tepat waktu (x5), meningkatkan integrasi antar aktivitas rantai pasokan (Y1), dan pangsa pasar (Y7). Penggunaan indikator pertama sebagai pembanding dari setiap variabel laten dimaksudkan untuk memudahkan pembandingan dan kajian hasil. Indikator pembanding bertujuan untuk mengantisipasi kontribusi atau pengaruh variabel yang tidak terdeteksi dalam model penelitian ini. Nilai λ variabel lainnya selanjutnya dibandingkan dengan nilai λ dari variabel pembanding untuk melihat nilai kontribusi variabel tersebut dalam membentuk variabel laten. Hasil analisa estimasi dengan menggunakan indikator pembanding dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini dan informasi nilai-nilai kebaikan model lainnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 18. Hasill Estimasi dengan Indikator Pembanding

Hasil analisa t-value (Gambar 19) memperlihatkan bahwa semua variabel indikator telah memiliki t-value lebih besar dari 1.96 (tingkat signifikansi 5 %), yang berarti bahwa semua variabel indikator tersebut valid. Hasil analisa t-value dapat dilihat pada Gambar 19 di bawah ini.

Gambar 19. Hasil Estimasi t-value Model MRP terhadap Kinerja Perusahaan Hasil analisa estimasi dengan menggunakan indikator pembanding ini selanjutnya akan digunakan sebagai model kajian penelitian. Kajian penelitian akan diuraikan berdasarkan hubungan antar variabel laten (model stuktural) dan antara variabel laten dengan variabel indikatornya (model pengukuran). 4.5.1. Pengaruh Strategi Manajemen Pemasok dan Strategi Hubungan

Gambar 20. Estimasi Strategi Manajemen Pemasok dan Hubungan Pelanggan terhadap Strategi MRP

Model tersebut menunjukkan bahwa strategi manajemen rantai pasokan dipengaruhi oleh strategi hubungan dengan pelanggan dengan

= 0.90 dan strategi manajemen pemasok dengan = 0.30. Hasil analisa t-value juga memperlihatkan besarnya besarnya koefisien konstruk ( atau gamma) yang menunjukkan nyata atau tidaknya pengaruh variabel laten bebas terhadap variabel laten terikat. Semakin besar t-value, maka variabel laten bebas tersebut semakin nyata berpengaruh terhadap variabel laten terikat. Strategi hubungan pelanggan mempunyai nilai koefisien konstruk ( ) diatas 1.96 (tingkat signifikansi 5%) yaitu sebesar 3.98. Strategi manajemen pemasok memiliki nilai t-value kurang dari 1.96 yaitu 0.94.

Strategi hubungan pelanggan memiliki nilai koefisien konstruk ( ) yang paling besar yaitu 0.90 dan t-value 3.98. Hal ini berarti bahwa strategi hubungan pelanggan secara signifikan nyata berpengaruh terhadap strategi MRP perusahaan. Sebuah perusahaan dikatakan telah berhasil apabila produk yang dihasilkannya dibeli oleh banyak konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha menarik sebanyak-banyaknya konsumen dengan menerapkan strategi hubungan pelanggan yang tepat. PTPN VIII Gunung Mas mengutamakan strategi hubungan pelanggan dalam strategi MRP. Terpenuhinya kebutuhan konsumen tepat waktu, perusahaan yang fleksibel terhadap perubahan permintaan pelanggan, menetapkan faktor kunci kepuasan pelanggan, dan adanya prosedur tertentu terhadap pengaduan pelanggan adalah strategi utama perusahaan dalam hubungan dengan pelanggan.

Strategi manajemen pemasok memiliki nilai =0.30 dan t-value 0.94, berarti bahwa strategi manajemen pemasok berpengaruh tetapi tidak nyata terhadap strategi MRP perusahaan. Hal ini dikarenakan pemasok di PTPN VIII Gunung Mas merupakan bagian yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan lebih menekankan pada strategi hubungan pelanggan

dalam merumuskan strategi MRP perusahaan sehingga perusahaan dapat meraih pasar yang lebih besar dan memuaskan pelanggannya. 1. Strategi Manajemen Pemasok (ξ1)

Variabel yang memiliki loading factor tertinggi dengan nilai λ = 2.10 yaitu respon cepat terhadap permintaan darurat (x3), ketepatan pengiriman (x2) dengan λ = 2.09, fleksibel terhadap perubahan permintaan (x4) dengan λ = 1.72 dan kualitas, kuantitas, dan harga bahan baku (x1) dengan λ = 1.00. Keempat variabel indikator tersebut berpengaruh nyata terhadap strategi MRP perusahaan karena mempunyai t-value diatas 1,96 (tingkat signifikansi 5 %).

Berdasarkan analisa data, variabel respon cepat terhadap permintaan darurat (x3) mempunyai nilai λ yang paling tinggi yaitu 2.10. Artinya respon cepat terhadap pemintaan darurat mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap strategi manajemen pemasok. Hal ini dikarenakan perusahaan dalam memenuhi pesanan pelanggannya adalah berdasarkan surat perintah antar (SPA) dari kantor pusat. Apabila terjadi permintaan darurat dari pusat, respon yang cepat dari pemasok teh sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu berkoordinasi dengan baik dengan pemasok untuk memenuhi pesanan pelanggan.

Respon cepat terhadap permintaan darurat sangat berpengaruh terhadap strategi manajemen pemasok perusahaan, dimana respon yang cepat akan mengurangi waktu yang dibutuhkan disepanjang rantai pasokan. Permintaan darurat menyebabkan pemasok teh harus menyediakan pucuk teh dengan cepat. Salah satu cara yang dilakukan pemasok teh untuk memenuhi permintaan yang darurat dari pabrik pengolahan adalah dengan mempekerjakan pemetik lepas. Pucuk teh yang telah tersedia langsung diolah dan dikemas,

serta dapat langsung diantarkan ke pelanggan sehingga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan di sepanjang rantai pasokan.

Variabel ketepatan pengiriman bahan baku (x2) memiliki λ = 2.09. Ketepatan pengiriman pucuk teh ini memberikan pengaruh terbesar kedua terhadap strategi manajemen pemasok. Ketepatan pengiriman pucuk teh akan mempengaruhi kegiatan pengolahan dan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan selama ini menetapkan jadwal yang tetap untuk pengiriman pucuk teh ke pabrik pengolahan agar kegiatan produksi tidak mengalami hambatan. Pengiriman pucuk teh ke pabrik pengolahan selama ini tepat waktu. Pucuk teh yang telah dipetik oleh para pemetik dikumpulkan untuk kemudian ditimbang. Pucuk teh yang telah ditimbang siap dikirim ke pabrik dengan menggunakan empat buah truk perusahaan. Pengiriman bahan baku ke pabrik dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu setiap pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB. Variabel fleksibel terhadap perubahan permintaan (x4)

memiliki λ = 1.72. Variabel indikator ini memiliki urutan ketiga dalam mempengaruhi strategi manajemen pemasok. Perusahaan selama ini telah memiliki jadwal pemetikan pucuk teh yang tetap dan menetapkan sistem target dalam memperoleh pucuk teh untuk diolah yang berbeda setiap periodenya (setiap bulan). Perusahaan selama ini meramalkan permintaan berdasarkan jumlah permintaan periode sebelumnya dan potensi permintaan yang akan datang. Hal ini juga akan mempengaruhi perubahan target perusahaan dalam menghasilkan pucuk teh untuk diproduksi. Fleksibilitas perubahan permintaan pucuk teh cukup mempengaruhi strategi manajemen pemasok, dimana hal ini dilakukan sebagai tindakan persiapan apabila terjadi perubahan dan lonjakan permintaan dari pelanggan.

Variabel kualitas, kuantitas dan harga bahan baku (x1) memiliki λ = 1.00. Kualitas pucuk teh yang akan diolah harus sesuai dengan standar, yaitu merupakan pucuk teh yang tepat tidak terlalu

muda atau tua. PTPN VIII Gunung Mas selama ini sangat memperhatikan kualitas dari pucuk teh yang akan diolah, dimana pucuk teh yang diolah akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas pucuk teh yang dipetik diawasi oleh mandor tiap daerah penanaman. Kuantitas adalah jumlah pucuk teh yang dihasilkan untuk proses pengolahan. Kuantitas pucuk teh sangat mempengaruhi kelancaran proses pengolahan dan jumlah hasil produksi. Harga pucuk teh merupakan salah satu aspek yang dihitung dalam biaya produksi. Biaya ini meliputi biya pengelolaan dan perawatan tanaman, serta biaya mempekerjakan para pemetik teh. Harga pucuk teh mempengaruhi biaya produksi perusahaan secara keseluruhan.