• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Memoderasi Hubungan Antara Informasi Asimetri dengan

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ASMARIANI (Halaman 47-0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.8. Etika Memoderasi Hubungan Antara Informasi Asimetri dengan

2.4.8. Etika memoderasi hubungan antara informasi asimetri dengan budgetary slack

Etika merupakan studi bagaimana keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi orang lain (Stoner, Freeman dan Gilbert, 1995) dalam Miyati (2014). Untuk menetapkan keputusan yang tepat haruslah mempunyai informasi yang dapat diandalkan. Informasi asimetri merupakan kondisi dimana bawahan memiliki informasi lebih dari pada atasan mengenai suatu unit organisasi atau suatu pusat pertanggungjawaban bawahan (Dunk, 1993). Adanya informasi asimetri akan mendorong atasan untuk bertukar informasi dengan bawahan. Oleh karena itu bawahan diikut sertakan dalam penyusunan anggaran.

Pertimbangan etika di rasa perlu untuk menghindari terjadinya informasi asimetri, karena kesenjangan informasi ini sering dimanfaatkan bawahan untuk mendapatkan keuntungan individu di satu sisi, dan kerugian bagi organisasi di sisi lain. Atasan akan berusaha bertukar informasi dari bawahannya dengan cara mendesain dan menawarkan kepada bawahannya kontrak insentif guna mewujudkan keselarasan tujuan yang efisien dan dapat memotivasi bawahan untuk menghindari budgetary slack.

H8: Etika memoderasi hubungan antara informasi asimetri dengan budgetary slack

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian assosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih (Sugiono, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh antara partisipasi anggaran, kejelasan sasaran angaran, group cohesiveness dan informasi asimetri sebagai variabel independen terhahap budgetary slack sebagai variabel dependen.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal dimulai pada tanggal 23 Mei s/d 23 Juni 2016 dengan dibatasi pada Pejabat SKPD yang terkait dalam penyusunan anggaran yaitu Kepala SKPD selaku pengguna anggaran dan Pejabat Penatausahaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) yang ada di Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal antara lain:

1. Sekretariat Daerah 2. Sekretariat DPRD 3. Dinas Pendidikan 4. Dinas Kesehatan

5. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 6. Dinas Pekerjaan Umum

7. Dinas Pertambangan dan Energi

8. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Pasar

9. Dinas Pertanian

10. Dinas Kelautan dan Perikanan

11. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata 12. Dinas Perhubungan dan Informatika

13. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

14. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

15. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) 16. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) 17. Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

18. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) 19. Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM)

20. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) 21. Badan Layanan Umum STAIM (BLU-STAIM)

22. Inspektorat

23. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) 24. Kantor KESBANG dan LINMAS

25. Kantor Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB 26. Kantor Pusat Penanggulangan Malaria (KPPM)

27. Kantor Latihan Kerja (KLK)

28. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011) “ Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat – syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Peragkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal, jumlah SKPD di Kabupaten Mandailing Natal adalah 53 (lima puluh tiga) SKPD yang terdiri dari Sekretariat

Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, 12 (dua belas) Dinas, 7 (tujuh) Badan, 6 (enam) kantor, 2 (dua) RSUD, dan 23 (dua puluh tiga) Kecamatan. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah 28 (dua puluh delapan) SKPD yang terkait penyusunan anggaran di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal yaitu Kepela SKPD atau Pengguna Anggaran dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD) sehingga total populasi yang menjadi sampel adalah sebanyak 56 populasi (dari 28 SKPD).

Erlina dan Mulyani (2007) mengatakan jika peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka disebut sensus, dan sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen sehingga seluruh populasi yaitu kepala SKPD (pengguna anggaran) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD) berjumlah 56 responden dijadikan sampel.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh (sensus) , dimana menurut Sugiyono (2001) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Keterangan Jumlah

SKPD Populasi Sampel

1 Badan 7 14 14

2 Dinas 12 24 24

3 Kantor 6 12 12

4 Sekretariat Daerah 1 2 2

5 Sekretariat DPRD 1 2 2

6 Inspektorat 1 2 2

Total 28 56 56

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data kualitatif.

Data Kualitatif adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian atau responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode Survey yaitu melalui kuesioner. Dengan mendatangi satu per satu calon responden, menanyakan apakah calon memenuhi persyaratan sebagai calon responden untuk mengisi kuesioner.

Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner langsung, yaitu daftar pertanyaan dikirim atau diserahkan langsung kepada orang yang di mintai pendapat, keyakinan atau diminta menceritakan tentang dirinya sendiri.

3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian juga didefinisikan sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel dependen, variabel independen dan variabel moderasi.

Menurut Sugiyono (2010) variabel dependen atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian

Menurut Sugiyono (2010) variabel independen atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Partisipasi Anggaran (X1), Kejelasan Sasaran Anggaran (X2), Group Cohesiveness (X3), dan Informasi Asimetri (X4).

Menurut Sugiyono (2010) variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah pertimbangan etika (X5).

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut : 3.5.1. Variabel Independen

1. Partisipasi Anggaran

Partisipasi Anggaran adalah partisipasi manajerial SKPD dalam proses panganggaran daerah, seperti program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, keikutsertaan dalam menentukan target dan anggaran dan sebagainya. Partisipasi anggaran diukur menggunakan skala likert ordinal dengan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975) yang dikutip dari Miyati (2014) terdiri dari enam pertanyaan dengan skala 1 (STS) sampai 5 (SS). Skala tinggi menunjukkan partisipasi anggaran yang tinggi dan skala rendah menunjukkan partisipasi anggaran yang rendah.

2. Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran adalah kondisi kinerja yang akan dicapai yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert ordinal dan menunjukkan kejelasan sasaran anggaran dalam penyusunan anggaran. Kuesioner ini merupakan adaptasi yang dikembangkan oleh Andarias Bangun (2009) dengan mengacu ke Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006.

3. Group Cohesiveness

Group Cohesiveness menunjukkan suatu keterpaduan di dalam kelompok kerja SKPD Kabupaten Mandailing Natal yang ditandai dengan terjalinnya kerja sama, komunikasi satu sama lain, bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan kesamaan pandangan demi tercapainya tujuan kelompok, berdasarkan empat dimensi kohesivitas kelompok kerja yang dikemukakan oleh Forsyth (1999) dalam Fitri (2016) yaitu: kekuatan sosial, kesatuan kelompok, daya tarik dan kerja sama. Group Cohesiveness diukur menggunakan skala likert ordinal yang di kutip dari Fitri (2016) terdiri dari enam pernyataan dengan skala 1 (STS) sampai 5 (SS) dengan alternatif pilihan sebanyak lima buah. Skala tinggi menunjukkan tingkat kohesivitas yang tinggi dan skala rendah menunjukkan. kohesivitas yang rendah.

4. Informasi asimetri

Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan tentang suatu pusat pertanggungjawaban. Informasi

mengenai kegiatan pusat pertanggungjawabannya dibanding dengan atasannya atau sebaliknya dan kedua, manajer mengetahui lebih baik apa yang bisa dicapai oleh pusat pertanggungjawabannya atau sebaliknya. Informasi asimetri dalam penelitian ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Dunk (1993) dikutip dari Apriyadi (2011) terdiri dari enam item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert ordinal 1 sampai 5.

3.5.2. Variabel Dependen 1. Budgetary Slack

Menurut Young (1985) budgetary slack didefinisikan sebagai suatu tindakan dimana agen melebihkan kemampuan produktif dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Sedangkan Menurut Indrawati Yuhertiana (2009) dalam Miyati (2014), budgetary slack adalah kecenderungan berperilaku tidak produktif dengan melebihkan biaya saat seorang pegawai mengajukan anggaran belanja.

Budgetary slack diukur menggunakan skala likert ordinal dengan instrumen yang digunakan oleh Karsam (2013) dikutip dari Miyati (2014) terdiri dari enam pertanyaan dengan skala 1 (STS) sampai 5 (SS). Skala rendah menunjukkan budgetary slack yang rendah dan skala tinggi menunjukkan budgetary slack yang tinggi.

3.5.3. Variabel Moderasi 1. Pertimbangan Etika

Menurut Joko Widodo (2001), etika sektor publik didefinisikan sebagai pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik, dan dapat digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku aparatur pemerintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik dapat dikatakan baik atau buruk.

Pertimbangan etika diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Steinberg, S.S, & Austern, D.T. (1998) dikutip dari Miyati (2014) terdiri dari enam pertanyaan diukur dengan skala dikotomi nominal yaitu jawaban “Ya” atau

“Tidak”. Skala dikotomi adalah salah satu jenis skala yang menghasilkan data nominal karena skala ini hanya menyediakan dua pilihan jawaban misalnya ya – tidak , baik – jelek, pernah – belum pernah, dan lain – lain.

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian Definisi Operaisonal Skala Pengukuran

Partisipasi Anggaran

Group Cohesiveness Penyatuan kelompok dari para anggotanya yang didasari atas

Skala Likert Ordinal

menyukai, membantu, dan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi

3.6. Metode Analisis Data 3.6.1. Statistik Deskriptif

Menurut Erlina (2011) “Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan”.

3.7. Uji Kualitas Data 3.7.1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2006) , uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur untuk kuesioner tersebut .

Menurut Lubis, dkk (2007), uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam statu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. untuk menghitung validitas suatu kuesioner dapat dilihat dari hasil output spss pada table yang berjudul item-total statistics.

Validitas ditentukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item. sKriteria yang diterapkan untuk mengukur valid tidaknya suatu data adalah jika r-hitung (koefisien korelasi) lebih besar dari r-tabel (nilai kritis) maka dapat dikatakan valid. Selain itu jika nilai sig < 0,05 maka instrument dapat dikatakan valid.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2006), “uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk”. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran variabel-variabel. Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu.

Dalam penelitian ini berarti reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan beberapa kali. Uji

item dengan bantuan SPSS for windows. Suatu instrument dikatakan reliabel jika mempunyai nilai alpha positif dan lebih besar dari 0,6. Dimana semakin besar nilai alpha, maka alat pengukur yang digunakan semakin handal (reliable).

3.8. Uji Asumsi klasik

Sebelum melakukan regresi terdapat syarat yang harus dilalui yaitu melakukan uji asumsi klasik. Model regresi harus bebas dari asumsi klasik yaitu, uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedasitas dan uji autokorelasi (Ghozali, 2006).

3.8.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel peganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2006). Syarat dalam analisis parametik yaitu data harus normal (Priyatno, 2009).

3.8.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2006 : 91). Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas

yaitu jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF= 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka 1/10 = 0.1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. Jika nilai koefiseien kolerasi antara

masing-masing vaiabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika lebih dari 0,70 maka diasumsikan terjadi kolerasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas.

3.8.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke-pengamatan lain jika variance dari residual satu pengamatan ke-pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2006 ). Dasar analisis :

1. Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi makan mengindikasikan terdapat heterokedastisitas.

2. Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas.

3.9. Model Pengujian Hipotesis 3.9.1. Model Regresi Linear Berganda

Model Regresi Linear Berganda (Multiple Regression Analysis), bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain.

Regresi linear berganda melibatkan lebih dari satu variabel bebas (Independen).

Dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas (Independen) dalam membuat persamaan regresi diharapkan mampu menerangkan lebih baik karakteristik dari

variabel tak bebas (dependen) dan nilai koefisien determinasi diharapkan semakin besar dan nilai standar eror semakin kecil sehingga persamaan regresi yang dihasilkan lebih baik. Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistic, baik multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + e

Dimana :

Y = Budgetary Slack a = Konstanta

X1 = Partisipasi Anggaran

X2 = Kejelasan Sasaran Anggaran X3 = Group Cohesiveness

X4 = Informasi Asimetri

b1 = Koefisien regresi Partisipasi Anggaran

b2 = Koefisien regresi Kejelasan Sasaran Anggaran b3 = Koefisien regresi Group Cohesiveness

b4 = Koefisien regresi Informasi Asimetri e = Error

3.9.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji Signifikan Parsial (Uji-t) didgunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah

pengaruhnya signifikan atau tidak (Priyatno, 2009 ). Hipotesis nol, atau Ho : bi

= 0, artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau Ha : bi ≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan yaitu :

1. Jika nilai signifikan > a (0,05), Ho diterima 2. Jika nilai signifikan < a (0,05), Ho ditolak.

3.9.3. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji signifikan (Uji-F) pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Priyatno, 2009 ). Hipotesis nol (Ho) yang hendaknya diuji apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 =0, artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelasan yang signifikan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen.

1. Jika nilai signifikan > a (0,05), Ho diterima 2. Jika nilai signifikan < a (0,05), Ho ditolak

3.9.4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi terletak pada tabel summaryb dan tertulis R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah Square variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.

3.9.5. Uji Residual

Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun dengan nilai selisih mutlak absolut mempunyai kecendrungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel inedependen dan hal – hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square (OLS). Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut uji residual.

Langkah

Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e (1)

|e| = a + b1Y (2)

Keterangan :

Y = Budgetary slack

a = Konstanta

X1 = Partisipasi anggaran

X2 = Kejelasan sasaran anggaran

X3 = Group cohesiveness X4 = Informasi asimetri Z = Pertimbangan etika

b1-b4 = Koefisien regresi e = error

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.1.1. Uji Validitas

Noor (2011:130) menyarankan sebaiknya jumlah responden untuk uji coba kuesioner paling sedikit 30 orang. Dalam penelitian ini, uji coba kuesioner melibatkan 30 responden. Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan dari variabel partisipasi anggaran , kejelasan sasaran anggaran , group cohesiveness , informasi asimetri , budgetary slack dan pertimbangan etika (X).

Tabel 4.1 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Partisipasi Anggaran

Tabel 4.2 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran

Tabel 4.3 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel

Tabel 4.4 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Informasi Asimetri

Tabel 4.5 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Budgetary Slack

Tabel 4.6 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Pertimbangan Etika

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

p1 7.90 3.610 .626 .838

p2 7.73 3.375 .765 .811

p3 7.93 3.789 .533 .855

p4 7.63 3.551 .700 .825

p5 7.70 3.528 .678 .828

p6 7.60 3.766 .587 .845

Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70). Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.6, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid. Alternatif ketentuan validitas suatu pertanyaan pada kuesioner juga dapat dibandingkan dengan nilai . Untuk menentukan nilai , terlebih dahulu dihitung nilai derajat bebas (degree of freedom) dengan rumus , di mana menyatakan banyaknya responden untuk uji validitas. Diketahui jumlah responden yang dilibatkan untuk uji validitas kuesioner sebanyak , sehingga derajat bebas bernilai . Nilai dengan derajat bebas 28 adalah . Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari . Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.6, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid.

4.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Noor, 2011:130). Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid.

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas pada Variabel Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness, Informasi Asimetri,

Budgetary Slack, dan Pertimbangan Etika

Variabel Nilai Alpha Cronbach

Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran

Group Cohesiveness

Informasi Asimetri Budgetary Slack Pertimbangan Etika

0,854 0,944 0,935 0,940 0,878 0,858

Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165). Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliabel, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.

4.2 Statistika Deskriptif

4.2.1. Deskripsi Data Penelitian

Analisis deskriptif adalah cara menganalisis data tanpa menggunakan perhitungan angka-angka, tetapi menggunakan perbandingan yang berhubungan dengan responden, dengan menggunakan analisis persentase yaitu metode yang

membandingkan jumlah responden yang memilih dari masing-masing pilihan dengan jumlah responden secara keseluruhan dikalikan 100%.

Data hasil penelitian ini diperoleh dari 56 responden yang akan dianalisis sesuai dengan teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Kuesioner yang kembali dan layak digunakan adalah 56 buah, dengan responden rate 100%. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8.. Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

Kuesioner yang disebar 56 100%

Kuesioner yang kembali dan layak digunakan 56 100%

Sumber : Data primer diolah, 2016

Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan, tingkat pengalaman, dan masa kerja dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal. Berikut ini disajikan karakteristik responden menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan, tingkat pengalaman dan masa kerja.

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki – laki 54 96,4

Perempuan 2 3,6

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian hampir seluruhnya berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 54 orang (96,4%) dan berjenis kelamin perempuan hanya 2 orang (3,6%).

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi %

21 – 30 5 8,9

31 – 40 12 21,4

41 – 50 22 39,3

51 – 60 17 30,4

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 22 orang (39,3%), seterusnya usia 51 – 60 tahun sebanyak 17 orang (30,4%), dilanjutkan dengan usia 31 – 40 tahun sebanyak 12 orang (21,4%), dan berakhir berusia 21 – 30 tahun sebanyak 5 orang (8,9%).

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi %

S1 36 64,3

S2 20 35,7

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 36 orang (64,3%), dan S2 sebanyak 20 orang (35,7%).

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

Jabatan Frekuensi %

Kepala (Dinas, Badan, Kantor) 28 50

Sekretaris (Dinas, Badan, Kantor) 28 50

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden terdiri dari Kepala (Dinas, Badan, Kantor) sebanyak 28 oarang (50%) dan Sekretaris (Dinas, Badan, Kantor) sebanyak 28 orang (50%).

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman

Tingkat Pengalaman Frekuensi %

< 1 10 18

1 – 5 44 79

> 5 2 3

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki tingkat pengalaman antara 1 – 5 tahun sebanyak 44 orang (79%), kemudian tingkat pengalaman kurang dari 1 tahun sebanyak 10 orang (18%). Terakhir, memiliki tingkat pengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak 2 orang (3%).

Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi %

< 1 2 3,6

1 – 10 42 75

11 – 20 7 12,5

21 – 30 4 7

> 5 1 1,9

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki masa kerja 1 – 10 tahun sebanyak 42 orang (75%). Selanjutnya, responden memiliki masa kerja 11 – 20 tahun sebanyak 7 orang (12,5%), masa kerja 21 – 30 tahun sebanyak 4 orang ( 7%), masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 2 orang (3,6%). Terakhir, responden yang memiliki masa kerja lebih

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki masa kerja 1 – 10 tahun sebanyak 42 orang (75%). Selanjutnya, responden memiliki masa kerja 11 – 20 tahun sebanyak 7 orang (12,5%), masa kerja 21 – 30 tahun sebanyak 4 orang ( 7%), masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 2 orang (3,6%). Terakhir, responden yang memiliki masa kerja lebih

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ASMARIANI (Halaman 47-0)