SKRIPSI
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, GROUP COHESIVENESS DAN INFORMASI ASIMETRI
TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN PERTIMBANGAN ETIKA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS
PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL)
OLEH ASMARIANI
120503136
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Asmariani
NIM : 120503136
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack dengan Pertimbangan Etika Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal).
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata tulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Demikian pernyataan ini, dibuat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan untuk digunakan sebagaimana semestinya.
Medan, Mei 2016 Yang membuat pernyataan,
Asmariani
NIM : 120503136
ABSTRAK
Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack dengan Pertimbangan Etika sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri terhadap budgetary slack, serta menguji pengaruh pertimbangan etika dalam memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri terhadap budgetary slack. Total populasi yang menjadi sampel adalah sebanyak 56 populasi (dari 28 SKPD).
Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas, yakni partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri, signifikan secara statistika terhadap budgetary slack. Hasil pengujian pengaruh parsial, partisipasi anggaran dan informasi asimetri berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack, sementara kejelasan sasaran anggaran dan group cohesiveness tidak berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Pada hasil pengujian moderasi, pertimbangan etika tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri terhadap budgetary slack.
Kata kunci: Partisipasi anggaran, Kejelasan sasaran anggaran, Group cohesiveness, Informasi Asimetri, Badgetary slack, Pertimbangan etika
ABSTRACT
The Effect Budget Participation, Budget Goal Clarity, Group Cohesiveness and Information Assymmetry to the Budgetary Slack with Ethical Considerations as
a Moderating Variable (an Empirical Study on the Local Work Unit Mandailing District Natral)
This study aimed to analyze the effect of budget participation, budget goal clarity, group cohesiveness, and information asymmetry to the budgetary slack, and examine the effect of ethical considerations in moderating the relationship between budgetary participation, budget goal clarity, group cohesiveness, and information asymmetry to the budgetary slack. The total population of the sample is as much as 56 population (from 28 SKPD).
Based on the research results, simultaneous effect of all independent variables, namely budgetary participation, budget goal clarity, group cohesiveness, and information asymmetry, are statistically significant to the budgetary slack. Results of testing the partial effect, budgetary participation and information asymmetry significant effect on budgetary slack, while the budget goal clarity and group cohesiveness no significant effect on budgetary slack. In the test results moderation, ethical considerations are not significant in moderating the relationship between budgetary participation, budget goal clarity, group cohesiveness, and information asymmetry to the budgetary slack.
Keywords: Budget participation, Budget goal clarity, Group cohesiveness, Asymmetry information, Budgetary slack, Ethical consideration
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita semua Nabi Agung Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul
“Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness dan Informasi Asimetri terhadap BudgetarySlack dengan Pertimbangan Etika sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal). Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bapak Drs. Firman Syarif, Msi, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi sekaligus dosen pembanding, Ibu Dra. Mutia Ismail selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi sekaligus Dosen penguji, Bapak Drs.
Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Dosen pembimbing yang menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyususnan skripsi ini, serta Bapak dan Ibu Dosen, selaku staff pengajar dan pegawai
di lingkungan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Keluarga tercinta Ayahanda Asbulin dan Ibunda Idanur yang telah banyak memberikan doa, dukungan, semangat, moril dan materi kepada penulis.
Serta kepada Saudara/i penulis, Putriya, Irma, Aliardi, Mohand dan Ani yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis. Sahabat terkasih Abdi Evan Pasaribu yang telah banyak memberikan dukungan semangat, baik moril maupun materil kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Daud Batubara, M.Si selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Mandailing Natal dan Bapak Bupati Mandailing Natal Drs. H. Dahlan Hasan Nasution yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
4. Sahabat terbaik Jumadi Muhaimin, SE yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian. Kakak – kakak tersayang Kak Lismi, Kak Inur dan Kak Via yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis selama proses penelitian.
5. Sahabat – sahabat terbaik Misnaini, Windi, Wiwin, Meyra, Lili, Sarah, Lemon, Uba, Tika, Meca, Nisa, Siti, Yuli, Anggi, Gusti, Sahara, Silvia, Devi, Dwi, Nugenk, Siddik, Taufik dan seluruh teman – teman akuntansi 2012 yang selama perkuliahan telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
6. Teman – teman akuntansi A, B, C, D dan E yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Serta Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga apa yang terkandung dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Oktober 2016
Penulis
Asmariani
NIM : 120503136
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Landasan Teori ... 9
2.1.1. Partisipasi Anggaran ... 9
2.1.2. Kejelasan Sasaran Anggaran ... 12
2.1.3. Group Cohesiveness ... Error! Bookmark not defined.14 2.1.4. Informasi Asimetri ... 15
2.1.5. Pertimbangan Etika ... 16
2.1.6. Budgetary Slack ... 18
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.3. Kerangka Konseptual ... 27
2.4. Hipotesis Penelitian... 28
2.4.1. Hubungan Partisipasi Anggaran terhadap Budgetary Slack ... 28
2.4.2. Hubungan Kejelasan sasaran Anggaran Terhadap Budgetary Slack .. 29
2.4.3. Hubungan Group Cohesiveness Terhadap Budgetary Slack ... 30
2.4.4. Hubungan Informasi Asimetri Terhadap Budgetary Slack ... 31
2.4.5. Etika Memoderasi Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dengan Budgetary Slack ... 32
2.4.6. Etika Memoderasi Hubungan Antara Kejelasan sasaran Anggaran denganBudgetary Slack ... 33
2.4.7. Etika Memoderasi Hubungan Antara Group Cohesiveness dengan Budgetary Slack ... 33
2.4.8. Etika Memoderasi Hubungan Antara Informasi Asimetri dengan Budgetary Slack ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Jenis Penelitian ... 36
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.5.1. Variabel Independen ... 40
3.5.2. Variabel Dependen ... 42
3.5.3. Variabel Moderasi ... 43
3.6. Metode Analisis Data ... 45
3.6.1. Statistik Deskriptif ... 45
3.7. Uji Kualitas Data ... 45
3.7.1. Uji Validitas ... 45
3.7.2. Uji Reliabilitas ... 45
3.8. Uji Asumsi klasik ... 46
3.8.1. Uji Normalitas ... 46
3.8.2. Uji Multikolinieritas ... 46
3.8.3. Uji Heteroskedastisitas ... 47
3.9. Model Pengujian Hipotesis ... 48
3.9.1. Model Regresi Linear Berganda ... 48
3.9.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 49
3.9.3. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 49
3.9.4. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 50
3.9.5. Uji Interaksi ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
MandailingNatal Tahun Anggaran 2013 ... 3
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25
Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 38
Tabel 3.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 43
Tabel 4.1. Uji Validitas Pertanyaan – Pertanyaan pada Variabel Partisipasi Anggaran (X1) ... 52
Tabel 4.2. Uji Validitas Pertanyaan – Pertanyaan pada Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)... 52
Tabel 4.3. Uji Validitas Pertanyaan – Pertanyaan pada Variabel Group Cohesiveness (X3) ... 53
Tabel 4.4. Uji Validitas Pertanyaan – Pertanyaan pada Variabel Informasi Asimetri (X4) ... 53
Tabel 4.5. Uji Validitas Pertanyaan – Pertanyaan pada Variabel Budgetary Slack (Y) ... 53
Tabel 4.6. Uji Validitas Pertanyaan – Pertanyaan pada Variabel Pertimbangan Etika (Z) ... 54
Tabel 4.7. Uji Reliabilitas Variabel Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness, Informasi Asimetri, Budgetary Slack dan Pertimbangan Etika ... 55
Tabel 4.8. Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 56
Tabel 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56
Tabel 4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 57
Tabel 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 57
Tabel 4.12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 57
Tabel 4.13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman ... 58
Tabel 4.14. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 58
Tabel 4.15. Distrubusi Frekuensi dan Persentase Variabel Partisipasi
Anggaran ... 59
Tabel 4.16. Distrubusi Frekuensi dan Persentase Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran ... 59
Tabel 4.17. Distrubusi Frekuensi dan Persentase Variabel Group Cohesiveness... 60
Tabel 4.18. Distrubusi Frekuensi dan Persentase Variabel Informasi Asimetri ... 60
Tabel 4.19. Distrubusi Frekuensi dan Persentase Variabel Budgetary Slack .... 61
Tabel 4.20. Distrubusi Frekuensi dan Persentase Variabel Pertimbangan Etika ... 61
Tabel 4.21. Uji Normalitas ... 62
Tabel 4.22. Uji Multikolinearitas ... 63
Tabel 4.23. Koefisien Determinasi ... 64
Tabel 4.24. Uji Pengaruh Simultan dengan Uji – F ... 65
Tabel 4.25. Uji Signifikan Pengaruh Parsial (Uji – t) ... 65
Tabel 4.26. Koefisien Regresi Beserta Interprestasinya ... 66
Tabel 2.27 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai t ... 66
Tabel 4.28. Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig) ... 67
Tabel 4.29. Uji Signifikan Pertimbangan Etika dalam Memoderasi Hubungan antara Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness, dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack (Uji Residual) ... 71
Tabel 4.30. Model Summary ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 79
Lampiran 2 Data Uji Validitas dan Reabilitas ... 88
Lampiran 3 Statistik Deskriptif ... 91
Lampiran 4 Data Karakteristik Responden ... 93
Lampiran 5 Data Penelitian ... 95
Lampiran 6 Daftar SKPD Kabupaten Mandailing Natal ... 99
Lampiran 7 Uji Asumsi Klasik ... 101
Lampiran 8 Analisis Regresi Linear Berganda ... 102
Lampiran 9 Tabel Distribusi F dan T ... 104
Lampiran 10 Izin Penelitian ... 106
Lampiran 11 Riwayat Hidup Penulis ... 111
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan, pengendalian dan akuntabilitas publik yang ditandai adanya penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target organisasi publik serta adanya penetapan indikator kinerja sebagai ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pelayanan publik merupakan suatu proses kinerja organisasi birokrasi. Sehingga, penganggaran sektor publik merupakan aktivitas yang meliputi perencanaan, ratifikasi, implementasi dan pertanggungjawaban dalam organisasi sektor publik untuk meningkatkan kinerja organisasi birokrasi dan keberhasilannya tergantung pada kerjasama dalam sistem tersebut.
Pemberlakuan otonomi daerah berdasarkan UU No. 12 Tahun 2008, manajemen keuangan daerah pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengalami perubahan sistem anggaran dari model tradisional (traditional budget system) menjadi model anggaran berbasis kinerja (performance budget system). Sistem anggaran tradisional bersifat tersentralisasi yaitu penyusunan anggaran yang dilakukan secara terpusat, tidak adanya tolok ukur penilaian kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya akan memunculkan budget padding atau budgetary slack. Sedangkan, penerapan sistem anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat meminimalisir kelemahan dari
anggaran berbasis kinerja merupakan standar biaya suatu program atau kegiatan sehingga alokasi anggaran menjadi lebih rasional yang dapat meminimalisir kesepakatan antara eksekutif dan legislatif untuk melonggarkan alokasi anggaran pada tiap-tiap unit kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Anggaran daerah disusun eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Namun, penilain kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong agen untuk melakukan budgetary slack. Budgetary slack sering terjadi pada tahap perencanaan dan persiapan anggaran daerah, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa, 2004 dalam Miyati, 2014).
Menurut Indrawati Yuhertiana (2009) dalam Miyati (2014) budgetary slack adalah kecenderungan berperilaku tidak produktif dengan melebihkan biaya saat seorang pegawai mengajukan anggaran belanja. Selain itu, Young (1985) juga berpendapat bahwa budgetary slack sebagai suatu tindakan dimana agen melebihkan kemampuan produktif dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik yaitu alokasi sumber daya kurang optimal dan ketidakadilan sumber daya di seluruh unit bisnis.
Unit bisnis dengan budgetary slack tinggi menerima sumber daya lebih banyak dari yang seharusnya. Alokasi yang kurang optimal dapat menurunkan efisiensi perusahaan sehingga merugikan para pemangku kepentingan, sedangkan
ketidakadilan dapat menggagalkan manajer unit bisnis yang menerima sumber daya relatif kecil.
APBD beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun anggaran 2013 di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun Anggaran 2013
SKPD
Anggaran Pendapatan Daerah (Rp)
Realisasi Pendapatan Daerah (Rp)
Anggaran Belanja Daerah (Rp)
Realisasi Belanja Daerah (Rp) Dinas Kesehatan 2.584.925 2.418.889,8 51.489.017,1 36.814.465,6
RSUD Panyabungan
6.157.500 5.268.740,6 59.425.669,8 25.126.971,8 RSUD Natal 100.000.000 68.001.500 6.157.753,7 3.697.898,6 Dinas Pekerjaan
Umum
1.635.000.000 345.335.000 106.006.492,8 22.143.481,8 Dinas
Perhubungan dan Informatika
1.220.000.000 985.058.418 13.698.785,6 11.044.795,6
Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan
75.000.000 34.400.000 18.953.907,6 18.686.738,3
Sekretariat
Daerah 795.000.000 498.486.150 39.126.900,1 33.210.786 Dinas Pertanian 575.000.000 145.392.500 15.995.994,9 14.410.083,3
Dinas Kelautan
dan Perikanan 230.000.000 9.750.000 10.353.988 9.946.049,4 Dinas
Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah
30.997.604,9 35.506.336,1 21.884.093,9 17.116.074,3
Sumber : www.madina.go.id
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, data tersebut mencerminkan adanya budgetary slack pada Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah karena jika
dibandingkan Anggaran Pendapatan Daerah Dan realisasinya, maka realisasinya lebih tinggi dibandingkan anggaran pendapatan daerah yang telah di tetapkan.
Menurut Kenis (1979) terdapat beberapa karakteristik sistem penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran mencakup luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai suatu instansi serta mudah dipahami oleh siapa saja yang bertanggungjawab.
Adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggarannya. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan anggaran yang ingin dicapai organisasi.
Penentuan anggaran yang tepat memang tidak mudah dan akan menjadi masalah apabila bawahan mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dipunyai atasan. Perbedaan informasi yang dimiliki antara atasan dan bawahan inilah yang dinamakan informasi asimetris. Adanya informasi asimetri merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perilaku negatif dalam hal ini adalah budgetary slack. Budgetary slack merupakan tindakan bawahan yang mengecilkan kapasitas produktifnya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kinerjanya. Hal ini menyebabkan perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organisasi.
Prestasi kerja seorang menejer cenderung dinilai dari prestasinya dalam mencapai anggaran yang telah ditetapkan pada organisasi yang menilai kinerja
berdasarkan pencapaian anggaran, oleh karena itu pihak manajemen cenderung lebih banyak melakukan budgetary slack.
Dalam setiap penyusunan anggaran Pemerintahan Daerah diperlukan suatu pertimbangan etika agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip maupun pilar karakter nilai etika. Apabila setiap individu penyusun anggaran memiliki karakter etika yang baik maka dapat mencegah terjadinya Budgetary Slack. Hal ini didukung oleh penelitian Syamsuri Rahim, dkk dalam Octavia (2014) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki pertimbangan etika dan penalaran moral yang lebih kuat daripada laki-laki sehingga dapat mengurangi terjadinya Budgetary Slack. Dalam penelitian Ali Maskun (2008) bahwa faktor etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap Budgetary Slack.
Salah satu perilaku lain yang dapat mempengaruhi partisipatif dalam proses penyusunan anggaran sebuah organisasi atau perusahaan adalah Group Cohesiveness yang dapat didefinisikan sebagai tingkat yang menggambarkan suatu kelompok dengan anggota yang mempunyai pertalian dengan anggota lainnya dan keinginan untuk tetap menjadi bagian dari kelompok tersebut (Kidwell, Mossholder, dan Bennett dalam Rahmi, 2012).
Kelompok dengan tingkat kohesivitasnya tinggi menyebabkan individu cenderung lebih sensitif kepada anggota lainnya dan lebih mau untuk membantu dan menolong mereka (Scachter, Ellertson, McBride, dan Gregory dalam Rahmi, 2012). Semakin sulit untuk diterima menjadi anggota kelompok tersebut, maka
para anggotanya semakin menghargai keanggotaan yang mereka miliki (Ikhsan dan Arfan dalam Rahmi, 2012).
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack menyatakan hasil yang tidak konsisten, antara lain Young (1985), Falikhatun (2007), Andi Kartika (2010) dalam Miyati (2014), Karsam (2013) bahwa partisipasi anggaran yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack. Berbeda dengan temuan tersebut, penelitian Siti Pratiwi Husain (2011) dalam Miyati (2014) menyatakan bahwa partisipasi anggaran yang tinggi dapat menurunkan terjadinya budgetary slack.
Berdasarkan hasil penelitian – penelitian terdahulu yang tidak konsisten dan data APBD Kabupaten Mandailing Natal sehingga penulis termotivasi ingin membuktikan secara empiris, apakah partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri berpengaruh terhadap budgetary slack dengan pertimbangan etika sebagai variabel moderasi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil judul “PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, GROUP COHESIVENESS, DAN INFORMASI ASIMETRI TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN PERTIMBANGAN ETIKA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena teoritis dan praktis sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Apakah Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness dan Informasi Asimetri berpengaruh terhadap Budgetary Slack Dengan Pertimbangan Etika sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal) baik secara parsial maupun simultan.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah terdapat pengaruh antara Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack Dengan Pertimbangan Etika sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal) baik secara parsial maupun simultan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti ; penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness dan informasi asimetri
terhadap budgetary slack dengan etika sebagai variabel moderasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
2. Bagi pihak Satuan Kerja Perangkat Daerah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pegawai yang terlibat dalam penyusunan anggaran agar lebih mengerti dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya budgetary slack sehingga tercipta efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, kohesivitas kelompok khususnya dalam hal partisipasi anggaran.
3. Bagi pihak lain; hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggran, kejelasan sasaran anggran, group cohesiveness, informasi asimetri dan budgetary slack lebih sempurna dan komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Partisipasi Anggaran
Anggaran adalah rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran suatu organisasi. Pada umumnya disusun secara tertulis (Darsono, 2010).
Kenis (1979) mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan hal – hal berikut ini:
1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran.
3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.
4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila aterjadi penyimpangan yang memungkinkan dapat segera diantisipasi lebih dini.
Menurut Brownell (1982), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran, sementara Chong (2002) menyatakan sebagai proses dimana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan
Partisipasi manajer dalam proses penganggaran mengarah kepada seberapa besar tingkat keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran (Kenis, 1979).
Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, para anggota organisasi terlibat dan mempunyai pengaruh dalam suatu pembuatan keputusan yang berkepentingan dengan mereka. Partisipasi dalam konteks penyusunan anggaran merupakan proses para individu, yang kinerjanya dieveluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan budget emphasis, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982).
Sebagaimana yang dikemukakan Milani (1975), bahwa tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan antara anggaran partisipatif dengan anggaran non partisipatif.
Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif, sehingga lebih memungkinkan bagi bawahan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai.
Banyak penelitian bidang akuntansi manajemen yang menaruh perhatian terhadap masalah partisipasi dalam proses penyusunan anggaran, karena anggaran partisipatif dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi.
Partisipasi pekerja dalam proses penyusunan anggaran dapat mengakibatkan motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran, selain itu anggaran partisipatif juga menyebabkan sikap respek bawahan terhadap
pekerjaan dan perusahaan (Milani, 1975). Cherrington (1973) dalam Miyati (2014) menemukan hubungan yang positif antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Studi eksperimental tersebut menguji pengaruh pengendalian melalui anggaran dan pemberian penghargaan terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Menurut penelitian tersebut, ada tiga tujuan utama yang dapat dicapai melalui partisipasi penganggaran, yaitu :
1. Akseptasi anggota organisasi terhadap rencana kegiatan.
2. Peningkatan semangat kerja 3. Peningkatan produktivitas.
Proses penyusunan anggaran suatu organisasi, merupakan kegiatan yang penting dan sangat kompleks, karena anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Milani, 1975). Argyris (1952) dalam Octavia (2014) yang melakukan penelitian empiris terhadap proses penyusunan anggaran pada empat perusahaan manufaktor skala menengah menemukan adanya disfungsional anggaran terhadap sikap dan perilaku.
Anggaran yang terlalu menekan cenderung menimbulkan sikap agresi bawahan terhadap atasan dan menyebabkan ketegangan dan hal tersebut justru tidak memotivasi bawahan untuk meningkatkan kinerjanya, bahkan menyebabkan inefisiensi sebagai dampak dari penyusunan anggaran yang kaku dengan targetyang sulit dicapai.
Disamping itu, Merchant (1981) menemukan hasil bahwa dengan
yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partipasi yang tinggi didalam penyusunan anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas – luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran. Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara para manajer.
Betapa pun demikian, Bentuk keterlibatan bawahan/pelaksana anggaran disini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi (Siegel dan Ramanauskas-Marconi, 1989 dalam Octavia, 2014). Organisasi harus memutuskan sendiri batasanbatasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan.
Ada dua alasan utama mengapa partisipasi anggaran penitng dalam penyusunan anggaran, yaitu (1) keterlibatan atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran dalam partisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi yang tidak simetris dan ketidakpastian tugas, (2) melalui partisipasi anggaran, individu dapat mengurangi tekanan tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, selanjutnya dapat mengurangi senjangan anggaran.
2.1.2. Kejelasan Sasaran Anggara
Anggaran harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran harus bisa menggambarkan sasaran
kinerja secara jelas. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.
Oleh sebab itu, sasaran anggaran harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas.
Locke (1968) dalam Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Locke (1968) dalam Kenis (1979) mengatakan kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak
2.1.3. Group Cohesiveness
Kelompok formal dan informal dapat memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku, dan perbuatan. Kedekatan ini disebut sebagai Group Cohesiveness yang umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota keluar dari kelompok (Gibson, 1982). Selanjutnya Robbins (1996) mendefinisikan Group Cohesiveness merupakan suatu tingkat yang menggambarkan para anggotanya tertarik satu sama lain dan dimotivasi untuk tetap berada di dalam kelompok.
Gibson (1982) mengemukakan bahwa ada banyak sumber daya – tarik bagi suatu kelompok. Suatu kelompok dapat mempunyai daya tarik karena :
1. Tujuan kelompok dan tujuan para anggota dapat cocok dan ditentukan secara jelas.
2. Kelompok mempunyai seorang pemimpin yang berkarisma.
3. Reputasi atau nama baik kelompok menunjukkan bahwa kelompok menyelesaikan tugasnya dengan berhasil baik.
4. Kelompok itu cukup kecil yang memungkinkan para anggotanya dapat saling mendengar pendapat dan saling mengevaluasi.
5. Para anggotanya mempunyai daya – tarik dalam arti bahwa mereka saling mendukung dan membantu mengatasi rintangan dan hambatan bagi perkembangan dan kemajuan pribadi.
Selanjutnya Ikhsan dan Arfan (2005) dalam Falikhatun (2007) menyatakan bahwa tingkat kohesivitas ddipengaruhi oleh jumlah waktu yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman eksternal yang mungkin, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan kelompok di masa lalu. Semakin besar kesempatan bagi para anggota kelompok untuk bertemu dan berinteraksi satu sama lain, maka lebih besar juga kesempatan bagi anggota untuk menemukan minat yang sama dan menjadi tertarik satu sama lain. Semakin
sulit untuk diterima menjadi anggota kelompok tersebut, maka para anggotanya semakin menghargai keanggotaan yag mereka miliki.
Konsep kohesivitas penting bagi pemahaman kelompok organisasi.
Tingkat kohesivitas bisa mempunyai akibat positif atau negatif tergantung seberapa baik tujuan kelompok sesuai dengan tujuan organisasi formal. Bila kohesivitas tinggi dan kelompok menerima serta sepakat dengan tujuan formal organisasi, maka perilaku kelompok akan positif ditinjau dari sisi organisasi formal. Tetapi bila kelompok sangat kohesif tetapi tujuannya tidak sejalan dengan organisasi formal, maka perilaku kelompok akan negatif ditinjau dari sisi organisasi formal (Robbins, 1996).
Selanjutnya bila suatu kelompok mempunyai kohesivitas rendah dan tujuan yang diinginkan anggota tidak sejalan dengan manajemen, maka hasilnya mungkin negatif dari sisi organisasi. Sebaliknya suatu kelompok bisa menjadi rendah kohesivitasnya, tetapi mempunyai tujuan anggota yang sejalan dengan organisasi formal, maka hasilnya mungkin positif meskipun lebih berdasarkan basis individu dibanding kelompok.
2.1.4. Informasi Asimetri
Anthony dan Govindarajan (2001) menyatakan bahwa kondisi informasi asimetri muncul dalam teori keagenan (agency theory), yakni principal (pemilik/atasan) memberikan wewenang kepada agen (manajer/bawahan) untuk mengatur perusahaan yang dimiliki. Informasi asimetri adalah suatu kondisi
agen/bawahan sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan. Kondisi ketidakpastian lingkungan dapat menyebabkan informasi bawahan terhadap bidang teknisnya melebihi informasi yang dimiliki atasannya.
Dunk (1993) dalam Falikhatun (2007) mendefinisikan informasi asimetri sebagai suatu keadaan apabila informasi yang dimiliki bawahan melebihi informasi yang dimiliki atasannya, termasuk lokal maupun informasi pribadi.
Adanya asimetri informasi akan mendorong atasan untuk bertukar informasi dengan bawahannya. Oleh karena itu bawahan akan diikutsertakan dalam penyusunan anggaran.
Kesenjangan informasi ini sering dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan individu di satu sisi, dan kerugian bagi organisasi di sisi lain.
Selanjutnya Shields dan Young (1993) dalam Falikhatun (2007) mengemukakan beberapa kondisi perusahaan yang kemungkinan besar timbulnya informasi asimetri, yaitu : perusahaan yang sangat besar, mempunyai penyebaran secara geografis, memiliki produk yang beragam, dan membutuhkan teknologi.
2.1.5. Pertimbangan Etika
Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya. Sedangkan menurut Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Miyati (2014) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang harus dilakukan maupun
yang harus ditingalkan yang dianut oleh sekelompok orang atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.
Menurut Joko Widodo (2001), etika sektor publik didefinisikan sebagai pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik, dan dapat digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku aparatur pemerintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik dapat dikatakan baik atau buruk. Menurut Mathis dan Jackson, etika memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas, alternatif ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti, dan efek personal.
1. Konsekuensi Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas.
Misalnya, karena menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan penutupan perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu akan berpengaruh terhadap kehidupan karyawan, keluarganya, masyarakat dan bisnis lainnya.
2. Alternatif Ganda : beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain menggunakan aturan yang ada.
3. Akibat Berbeda : keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan di suatu pabrik dalam waktu
bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi pihak karyawan dirugikan.
4. Ketidakpastian Konsekuensi : konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika sering tidak diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benar – benar kualifaid.
5. Efek Personal : keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si karyawan juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya, kalau para pelanggan asing tidak menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan berpengaruh negative pada masa depan karir para “sales” tersebut.
2.1.6. Budgetary Slack
Senjangan anggaran (budgetary slack) adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindradjan, 2001). Dalam keadaan terjadinya senjangan
anggaran bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik yang diajukan, sehingga target akan mudah dicapai.
Schiff dan Lewin (1970) dalam Falikhatun (2007) menyatakan bahwa bawahan menciptakan budgetary slack karena dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian target anggaran, terutama jika penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian
anggaran. Upaya ini dilakukan dengan menentukan pendapatan yang terlalu rendah (understated) dan biaya yang terlalu tinggi (overstated).
Dalam proses partisipasi anggaran, budgetary slack merupakan ketidaksesuaian antara penggunaan dana yang lebih besar dari anggaran yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan tingginya budgetary slack akan mengakibatkan dua kemungkinan yaitu penambahan dana di luar rencana anggaran semula atau tetap sesuai dengan rencana anggaran dana yang ditetapkan tetapi menurunkan kinerja pelaksana anggaran.
Di dalam penyusunan anggaran keterlibatan bawahan sangat diperlukan, berdasarkan Agency Theory bawahan akan membuat target anggaran yang lebih mudah dicapai, dengan cara membuat target anggaran yang rendah pada sisi pendapatan dan mengajukan biaya yang lebih (Ali Maskun, 2008) dalam (Miyati, 2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budgetary Slack :
a. Faktor Internal
Salah satu faktor yang diteliti dan dianggap memiliki terhadap budgetary slack adalah faktor individual seperti etika atau moral. Etika merupakan nilai, norma yang dianut individu memandang suatu permasalahan sebagai sesuatu yang baik atau tidak baik, jujur atau tidak jujur (Indrawati Yuhertiana, 2005) dalam (Miyati, 2014) . Dari sudut pandang etika, budgetary slack sebagai sesuatu yang positif (etis) atau negatif (non-etis). Apabila individu menganggap budgetary slack sebagai sesuatu yang tidak etis, maka semakin rendah kecenderungan untuk menciptakan budgetary slack. Begitu pula sebaliknya, apabila individu
menganggap budgetary slack sebagai sesuatu yang etis maka semakin tinggi kecenderungan untuk menciptakan budgetary slack.
Hal itu sejalan dengan pemikiran Douglas & Wier (2000) dalam Miyati (2014) bahwa budgetary slack can also be viewed as an ethical issue.
b. Faktor Eksternal
Budgetary slack tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga faktor eksternal. Faktor eksternal yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang signifikan pada budgetary slack adalah partisipasi anggaran.
Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan anggaran. Sebagian besar penelitian yang dilakukan pada sektor swasta mendukung hipotesis bahwa partisipasi anggaran dalam penyusunan anggaran akan menghasilkan budgetary slack seperti penelitian Young (1985), Arfan Ikhsan dan La Ane (2007), Falikhatun (2007), Andi Kartika (2010) dalam Miyati (2014), dan Karsam (2013).
Menurut Dunk (1993) dalam Miyati (2014) karakteristik budgetary slack antara lain :
a. Standar dalam anggaran tidak mendorong peningkatan produktivitas.
b. Anggaran secara mudah untuk diwujudkan.
c. Tidak terdapatnya batasan-batasan yang harus diperhatikan terutama batasan yang ditetapkan untuk biaya.
d. Anggaran tidak menuntut hal khusus.
e. Anggaran tidak mendorong terjadinya efisiensi.
f. Target umum yang ditetapkan dalam anggaran mudah untuk dicapai.
Menurut Hilton et al (2000) dalam Miyati (2014), alasan manajer menciptakan budgetary slack dalam proses penganggaran yaitu : Kesenjangan
anggaran akan membuat kinerja seolah-olah terlihat baik di mata pimpinan jika mereka dapat mencapai target anggaran.
a. Kesenjangan anggaran digunakan untuk mengatasi ketidakpastian memprediksi masa yang akan datang.
b. Pengalokasian sumber daya yang akan dilakukan berdasarkan proyeksi anggaran biaya, sehingga adanya kesenjangan membuat lebih fleksibel.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliatian Falikhatun (2007) meneliti tentang “ Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Budgetary Slack (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Se Jawa Tengah)” . Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack serta menguji informasi asimetri, budaya organisasi, dan Group Cohesiveness sebagai variabel pemoderasi dalam memperkuat pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah partisipasi penganggaran berpengaruh positif signifikan terhadap budgetary slack, informasi asimetri mempunyai pengaruh negatif tetapi signifikan terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary slack, sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi asimetri merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Budaya organisasi tidak mempunyai pengaruh terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary clack, sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi yang berorientasi pada orang bukan merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack.
Group Cohesiveness yang tinggi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary slack, sehingga dapat disimpulkan bahwa Group Cohesiveness merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack.
Penelitian Yohanes (2012) meneliti tentang “Pengaruh Moderasi Informasi Asimetri dan Group Cohesiveness Terhadap Hubungan Partisipasi Anggaran Dengan Budgetary Slack “. Penelitian ini menguji efek moderasi informasi asimetri dan kekohesifan kelompok terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan budgetary slack.
Sampel penelitian ini adalah manager-manager fungsional perusahaan dealer dan servis mobil. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan budgetary slack, sehingga asimetri informasi bukan merupakan variabel moderat. Variabel group cohesiveness juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan budgetary slack, sehingga group cohesiveness bukan merupakan variabel moderat.
Penelitian Mohamad Djasuli (2011) meneliti tentang “Efek Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi dalam Hubungan Kausal Antara Budgeting Participation dan Budgetary Slack“.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budgeting participation terhadap budgetary slack yang dimoderasi oleh informasi asimetris, budaya organisasi, group cohesiveness dan motivasi. Penelitian dilakukan pada seluruh SKPD Kabupaten Bangkalan. Hasil analisis data dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap budgetary slack, maksudnya bahwa partisipasi anggaran akan meningkatkan budgetary slack di SKPD Bangkalan.
Informasi asimetri merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Informasi asimetri membuat pegawai lebih berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk meningkatkan kesenjangan anggaran. Budaya organisasi bukan merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Group cohesiveness merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack di SKPD Bangkalan.
Dalam kaitannya dengan Budgetary Slack, proses pengambilan keputusan bergantung pada keselarasan sikap kelompok terhadap tujuan formal dan tujuan organisasi. Motivasi merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Jadi motivasi yang tinggi dapat meningkatkan slack anggaran.
Penelitian Rahmi (2012) meneliti tentang “Pengaruh Interaksi Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Senjangan Anggaran“. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris tentang pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran, pengaruh budaya organisasi memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran, pengaruh Group Cohesiveness memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.
Hasil penelitian adalah partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan positif terhadap senjangan anggaran, budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan tidak dapat memperkuat hubungan partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran, group cohesiveness tidak dapat memperkuat hubungan partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Karsam (2013) dalam Jurnal Internasional Aplikasi Bisnis dan Keuangan. Penelitian Karsam meneliti tentang ”Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran terhadap Budget Slack dengan Informasi Asimetri sebagai Variabel Moderating dan Dampaknya terhadap Kinerja Manajerial (Studi pada Yayasan Pendidikan dan Koperasi di Provinsi Banten, Indonesia)”.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat Budgetary Slack dalam anggaran Yayasan Pendidikan dan Koperasi di Provinsi Banten. Kasus ini diduga karena informasi asimetri diantara atasan dan bawahan serta adanya adverse selection, dimana manajer dan orang-orang dalam mengetahui prospek agency dan juga karena moral buruk manajer yang bertindak tanpa sepengetahuan pemegang saham dan pemilik perusahaan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat informasi asimetri dalam hubungan antara penganggaran partisipatif terhadap budgetary slack adalah 24%, sisanya 76% merupakan variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Untuk meningkatkan efektivitas anggaran, manajemen harus menyerahkan otoritas, mengevaluasi, dan memastikan bahwa tim penyusunan anggaran telah mempertimbangkan secara menyeluruh informasi asimetri, serta kinerja manajerial diukur dengan perencanaan dan penganggaran.
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Aggaran, Group Cohesiveness, Informasi Asimetri dan Budgetary Slack yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1 Falikhatun
(2007)
Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Budgetary Slack ( Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Se Jawa Tengah)
Variabel Independen:
Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness Variabel Dependen:
Partisipasi Anggaran dan Budgetary Slack
Partisipasi penganggaran berpengaruh positif signifikan terhadap budgetary slack, informasi asimetri mempunyai pengaruh negatif tetapi signifikan terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary slack, Budaya organisasi tidak mempunyai pengaruh terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary clack,. Group Cohesiveness yang tinggi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary slack, 2 Yohanes
(2012)
Pengaruh Moderasi Informasi Asimetri dan Group
Cohesiveness Terhadap Hubungan Partisipasi Anggaran Dengan Budgetary Slack
Variabel Dependen:
Partisipasi Anggaran dan Budgetary Sloack Variabel Moderating:
Informasi Asimetri dan Group
Cohesiveness
Hasil uji statistik regresi moderasi menunjukkan bahwa asimetri informasi dan kekohesifan kelompok tidak terdukung sebagai variabel moderasi.
3 Mohamad Efek Interaksi Variabel Hasil analisis data dalam
(2011) Asimetri, Budaya Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi dalam
Hubungan Kausal Antara Budgeting Participation dan Budgetary Slack “.
Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi.
Variabel Dependen:
Budgeting Participation dan Budgetary Slack.
bahwa partisipasi anggaran memiliki
hubungan yang positif dan signifikan terhadap budgetary slack, Informasi asimetri membuat pegawai lebih berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk meningkatkan kesenjangan
anggaran. Budaya
organisasi bukan
merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack.
Group cohesiveness merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack di SKPD Bangkalan. Motivasi merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack.
4 Rahmi (2012)
Pengaruh Interaksi Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness dalam
Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Senjangan Anggaran
Variabel Independen:
Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness.
Variabel Dependen:
Partisipasi Penganggaran dan Senjangan Anggaran
Partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan positif terhadap senjangan anggaran, budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan tidak dapat memperkuat hubungan partisipasi penganggaran terhadap senjangan
anggaran, group
cohesiveness tidak dapat memperkuat hubungan partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran.
5 Karsam (2013)
Pengaruh Partisipasi dalam
Penganggaran
Variabel Independen:
Partisipasi Penganggaran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat informasi asimetri dalam
hubungan antara
terhadap Budget Slack dengan
Informasi Asimetri sebagai Variabel Moderating dan
Dampaknya terhadap Kinerja Manajerial (Studi pada Yayasan Pendidikan dan Koperasi di Provinsi Banten,
Indonesia)
Variabel Dependen:
Budget Slack Variabel Moderating:
Informasi Asimetri
penganggaran partisipatif terhadap budgetary slack adalah 24%, sisanya 76%
merupakan variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
H1 H2
H3
H4
H8 H7
H6 H5 2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan masalaah penelitian, maka peneliti mengembangkan kerangka konsep penelitian yang akan diuji secara simultan dan parsial sebagaimana telihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Kerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting telah diketahui dalam suatu masalah yang akan menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian dan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil dapat lebih efektif. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu Partisipasi Anggaran (X1), Kejelasan Sasaran Anggaran (X2) ,Group Cohesiveness (X3) dan Informasi Asimetri (X4) sedangkan variabel dependen (Y) yang digunakan adalah Budgetary
Slack (Y) Partisipasi
Anggaran (X1) Kejelasan
Sasaran Anggaran (X2)
(X2) Group Cohesiveness
(X3) Informasi Asimetris
(X4)
Pertimbangan Etika (Z)
Budgetary Slack, dan menambah satu variabel lagi yaitu variabel moderating, yang digunakan dalam variabel moderating (Z) adalah Etika.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2011). Untuk itu, peneliti merumuskan hipoteseis sebagai berikut:
2.4.1. Hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack
Anggaran merupakan kelengkapan penting yang digunakan oleh perusahaan untuk perencanaan dan pengendalian. Semakin kompleks masalah yang dihadapi perusahaan menyebabkan kegiatan harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang cermat. Begitu halnya dengan kemampuan manajer dalam menetapkan anggaran sering terjadi keselisihan (slack). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Young (1985) bahwa senjangan budgetary slack didefinisikan sebagai besaran dimana para manajer dengan sengaja memasukkan sumber daya yang berlebihan kedalam anggaran atau dengan sadar tidak menyatakan kemampuan produktif yang sesungguhnya.
Penelitian tentang hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack telah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti diantaranya: hasil penelitian Falikhatun (2007) menunjukkan partisipasi penganggaran berpengaruh positif signifikan terhadap budgetary slack. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2007) yang menguji secara parsial pengaruh variabel partisipasi penganggaran terhadap timbulnya senjangan anggaran memperoleh hasil yang signifikan dengan
Dengan kata lain semakin tinggi partisipasi penganggaran diikuti dengan semakin rendahnya senjangan anggaran yang terjadi. Penelitian lain mengenai partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran juga dilakukan oleh Lira (2013) dalam Falikhatun (2007) yang mengindikasikan bahwa variabel independen berupa partisipasi anggaran mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap budgetary slack.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di atas maka penulis dapat menarik sebuah hipotesis yaitu :
H1: Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap budgetary slack
2.4.2. Hubungan Kejelasan sasaran anggaran terhadap budgetary slack Kenis (1979) menjelaskan bahwa kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada manajemen untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai suatu instansi. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan meyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja.
Hal ini meyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
Penelitian – penelitian mengenai hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran belum memberikan hasil yang konsisten. Penelitian Locke (1967), Kenis (1979), Darma (2004) dan Abdullah (2004) dalam Restu (2013) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran mempengaruhi kinerja
manajerial dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara positif. Namun sebaliknya, penelitian Jumirin (2001) dan Adoe (2002) dalam Restu (2013) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. sedangkan Suhartono dan Solichin (2006) dalam Restu (2013) menyatakan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran (budgetary slack).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di atas maka penulis dapat menarik sebuah hipotesis yaitu :
H2: Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap budgetary slack 2.4.3. Hubungan group cohesiveness dengan budgetary slack
Kelompok formal dan informal dapat memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku, dan prestasi. Kedekatan ini disebut sebagai Group Cohesiveness yang umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota keluar dari kelompok (Gibson, 1993). Selanjutnya Robbins (1996) mendefinisikan Group Cohesiveness merupakan suatu tingkat yang menggambarkan para anggotanya tertarik satu sama lain dan dimotivasi untuk tetap berada di dalam kelompok.
Teori Alvin Zander (1979), dalam Falikhatun (2007) yang menyatakan bahwa Group Cohesiveness yang kuat akan meningkatkan kepuasan dan mengurangi absenteisme serta tingkat pergantian karyawan. Di lain pihak, Group Cohesiveness berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi dalam proses
pengambilan keputusan bergantung pada keselarasan sikap kelompok terhadap tujuan formal dan tujuan organisasi. Jika sikap tersebut menguntungkan dan tingkat kohesivitas tinggi, maka efisiensi dan efektifitas pengambilan keputusan juga tinggi, sebaliknya jika sikap tersebut tidak menguntungkan tetapi tingkat kohesivitas tinggi, maka tingkat efisiensi dan efektifitas akan menurun.
Hasil penelitian Falikhatun (2007) menyatakan bahwa Group Cohesiveness yang tinggi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap budgetary slack, sehingga penulis menarik sebuah hipotesis yaitu :
H3: Group Cohesiveness berpengaruh terhadap budgetary slack 2.4.4. Hubungan informai asimetri dengan budgetary slack
Informasi asimetri menunjukkan perbedaan informasi yang dimiliki atasan dan bawahan dalam suatu organisasi . Dalam penelitian yang dilakukan oleh Falikhatun (2007) bahwa informasi asimetri mempunyai pengaruh negatif tetapi signifikan terhadap budgetary slack. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wartono (1998) dalam Falikhatun (2007) yang menyatakan bahwa informasi asimetri berpengaruh sebagai variabel yang memoderasi pada hubungan partisipasi penganggaran dengan budgetary slack. Dengan demikian penulis menarik sebuah hipotesisi yaitu :
H4: Informai asimetri berpengaruh terhadap budgetary slack
2.4.5. Etika memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack
Etika sektor publik didefinisikan sebagai pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam menjalankan
kebijakan – kebijakan publik, dan dapat digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku aparatur pemerintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik dapat dikatakan baik atau buruk (Joko Widodo, 2001).
Hasil penelitian Miyati (2014) menunjukkan bahwa pertimbangan etika bukan sebagai variabel moderasi. Akan tetapi Budgetary slack dapat dikurangi jika para manajer memiliki pertimbangan etika. Pertimbangan etika yang rendah mampu mengurangi budgetary slack, apalagi manajer memiliki pertimbangan etika yang tinggi maka akan mengurangi budgetary slack. Dalam partisipasi anggaran, semakin bawahan tersebut memperhatikan etika maka slack yang dibuatnya akan semakin kecil dibanding orang yang tidak peduli dengan etika, orang tersebut akan semakin jujur dan bertanggung jawab akan apa yang ia lakukan dan putuskan serta tidak akan mengutamakan kepentingan sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis dapat menarik sebuah hipotesis yaitu :
H5: Etika memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack
2.4.6. Etika memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan budgetary slack
Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas tercapainya sasaran anggaran tersebut .