BAB III METODE PENELITIAN
3.9. Model Pengujian Hipotesis
3.9.4. Uji Koefisien Determinasi (R 2 )
Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi terletak pada tabel summaryb dan tertulis R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah Square variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
3.9.5. Uji Residual
Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun dengan nilai selisih mutlak absolut mempunyai kecendrungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel inedependen dan hal – hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square (OLS). Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut uji residual.
Langkah
Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e (1)
|e| = a + b1Y (2)
Keterangan :
Y = Budgetary slack
a = Konstanta
X1 = Partisipasi anggaran
X2 = Kejelasan sasaran anggaran
X3 = Group cohesiveness X4 = Informasi asimetri Z = Pertimbangan etika
b1-b4 = Koefisien regresi e = error
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.1.1. Uji Validitas
Noor (2011:130) menyarankan sebaiknya jumlah responden untuk uji coba kuesioner paling sedikit 30 orang. Dalam penelitian ini, uji coba kuesioner melibatkan 30 responden. Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan dari variabel partisipasi anggaran , kejelasan sasaran anggaran , group cohesiveness , informasi asimetri , budgetary slack dan pertimbangan etika (X).
Tabel 4.1 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Partisipasi Anggaran
Tabel 4.2 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran
Tabel 4.3 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel
Tabel 4.4 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Informasi Asimetri
Tabel 4.5 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Budgetary Slack
Tabel 4.6 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Pertimbangan Etika
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 7.90 3.610 .626 .838
p2 7.73 3.375 .765 .811
p3 7.93 3.789 .533 .855
p4 7.63 3.551 .700 .825
p5 7.70 3.528 .678 .828
p6 7.60 3.766 .587 .845
Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70). Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.6, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid. Alternatif ketentuan validitas suatu pertanyaan pada kuesioner juga dapat dibandingkan dengan nilai . Untuk menentukan nilai , terlebih dahulu dihitung nilai derajat bebas (degree of freedom) dengan rumus , di mana menyatakan banyaknya responden untuk uji validitas. Diketahui jumlah responden yang dilibatkan untuk uji validitas kuesioner sebanyak , sehingga derajat bebas bernilai . Nilai dengan derajat bebas 28 adalah . Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari . Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.6, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid.
4.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Noor, 2011:130). Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid.
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas pada Variabel Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness, Informasi Asimetri,
Budgetary Slack, dan Pertimbangan Etika
Variabel Nilai Alpha Cronbach
Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran
Group Cohesiveness
Informasi Asimetri Budgetary Slack Pertimbangan Etika
0,854 0,944 0,935 0,940 0,878 0,858
Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165). Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliabel, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
4.2 Statistika Deskriptif
4.2.1. Deskripsi Data Penelitian
Analisis deskriptif adalah cara menganalisis data tanpa menggunakan perhitungan angka-angka, tetapi menggunakan perbandingan yang berhubungan dengan responden, dengan menggunakan analisis persentase yaitu metode yang
membandingkan jumlah responden yang memilih dari masing-masing pilihan dengan jumlah responden secara keseluruhan dikalikan 100%.
Data hasil penelitian ini diperoleh dari 56 responden yang akan dianalisis sesuai dengan teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Kuesioner yang kembali dan layak digunakan adalah 56 buah, dengan responden rate 100%. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8.. Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang disebar 56 100%
Kuesioner yang kembali dan layak digunakan 56 100%
Sumber : Data primer diolah, 2016
Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan, tingkat pengalaman, dan masa kerja dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal. Berikut ini disajikan karakteristik responden menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan, tingkat pengalaman dan masa kerja.
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki – laki 54 96,4
Perempuan 2 3,6
Sumber: Data primer diolah, 2016
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian hampir seluruhnya berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 54 orang (96,4%) dan berjenis kelamin perempuan hanya 2 orang (3,6%).
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi %
21 – 30 5 8,9
31 – 40 12 21,4
41 – 50 22 39,3
51 – 60 17 30,4
Sumber: Data primer diolah, 2016
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 22 orang (39,3%), seterusnya usia 51 – 60 tahun sebanyak 17 orang (30,4%), dilanjutkan dengan usia 31 – 40 tahun sebanyak 12 orang (21,4%), dan berakhir berusia 21 – 30 tahun sebanyak 5 orang (8,9%).
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi %
S1 36 64,3
S2 20 35,7
Sumber: Data primer diolah, 2016
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 36 orang (64,3%), dan S2 sebanyak 20 orang (35,7%).
Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Frekuensi %
Kepala (Dinas, Badan, Kantor) 28 50
Sekretaris (Dinas, Badan, Kantor) 28 50
Sumber: Data primer diolah, 2016
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden terdiri dari Kepala (Dinas, Badan, Kantor) sebanyak 28 oarang (50%) dan Sekretaris (Dinas, Badan, Kantor) sebanyak 28 orang (50%).
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman
Tingkat Pengalaman Frekuensi %
< 1 10 18
1 – 5 44 79
> 5 2 3
Sumber: Data primer diolah, 2016
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki tingkat pengalaman antara 1 – 5 tahun sebanyak 44 orang (79%), kemudian tingkat pengalaman kurang dari 1 tahun sebanyak 10 orang (18%). Terakhir, memiliki tingkat pengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak 2 orang (3%).
Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi %
< 1 2 3,6
1 – 10 42 75
11 – 20 7 12,5
21 – 30 4 7
> 5 1 1,9
Sumber: Data primer diolah, 2016
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki masa kerja 1 – 10 tahun sebanyak 42 orang (75%). Selanjutnya, responden memiliki masa kerja 11 – 20 tahun sebanyak 7 orang (12,5%), masa kerja 21 – 30 tahun sebanyak 4 orang ( 7%), masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 2 orang (3,6%). Terakhir, responden yang memiliki masa kerja lebih dari 31 tahun sebanyak 1 orang (1,9%).
4.2.2. Deskripsi Data Variabel
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel
partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, informasi asimetri, budgetary slack, dan pertimbangan etika. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Partisipasi Anggaran
Pertanyaan STS TS N S SS
Total
F % F % F % F % F %
P1 1 1.786 5 8.929 9 16.07 20 35.71 21 37.5 56 100
P2 1 1.786 4 7.143 6 10.71 29 51.79 16 28.57 56 100 P3 1 1.786 6 10.71 10 17.86 30 53.57 9 16.07 56 100
P4 1 1.786 7 12.5 7 12.5 28 50 13 23.21 56 100
P5 1 1.786 5 8.929 3 5.357 17 30.36 30 53.57 56 100 P6 1 1.786 5 8.929 9 16.07 22 39.29 19 33.93 56 100
Berdasarkan Tabel 4.15, untuk tiap-tiap pertanyaan, mayoritas responden menjawab setuju (S) atau sangat setuju (SS). Hal ini menandakan semakin baik aspek-aspek pada partisipasi anggaran dari mayoritas responden.
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran
Pertanyaan STS TS N S SS
Total
F % F % F % F % F %
P1 1 1.786 2 3.571 3 5.357 26 46.43 24 42.86 56 100
P2 0 0 3 5.357 6 10.71 31 55.36 16 28.57 56 100
P3 0 0 3 5.357 6 10.71 29 51.79 18 32.14 56 100
P4 0 0 3 5.357 4 7.143 32 57.14 17 30.36 56 100
P5 1 1.786 2 3.571 5 8.929 28 50 20 35.71 56 100
P6 1 1.786 2 3.571 5 8.929 32 57.14 16 28.57 56 100
Berdasarkan Tabel 4.16, untuk tiap-tiap pertanyaan, mayoritas responden menjawab setuju (S) atau sangat setuju (SS). Hal ini menandakan semakin baik aspek-aspek pada kejelasan sasaran anggaran dari mayoritas responden.
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Group Cohesiveness
Berdasarkan Tabel 4.17, untuk tiap-tiap pertanyaan, mayoritas responden menjawab setuju (S) atau sangat setuju (SS). Hal ini menandakan semakin baik aspek-aspek pada group cohesiveness dari mayoritas responden.
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Informasi Asimetri
Berdasarkan Tabel 4.18, untuk tiap-tiap pertanyaan, mayoritas responden menjawab Netral (N). Hal ini menandakan tidak terjadinya informasi asimetri dari mayoritas responden. Berdasarkan Tabel 4.19, untuk tiap-tiap pertanyaan, mayoritas responden menjawab setuju (S).
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Budgetary Slack
Pertanyaan STS TS N S SS
Total
F % F % F % F % F %
P1 0 0 0 0 12 21.43 36 64.29 8 14.29 56 100
P2 0 0 3 5.357 13 23.21 33 58.93 7 12.5 56 100
P3 0 0 0 0 6 10.71 26 46.43 24 42.86 56 100
P4 1 1.786 8 14.29 20 35.71 21 37.5 6 10.71 56 100
P5 5 8.929 16 28.57 9 16.07 21 37.5 5 8.929 56 100
P6 1 1.786 12 21.43 11 19.64 23 41.07 9 16.07 56 100
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Pertimbangan Etika
Pertanyaan 1 2
Total
F % F %
P1 42 75 14 25 56 100
P2 24 42.86 32 57.14 56 100
P3 41 73.21 15 26.79 56 100
P4 15 26.79 41 73.21 56 100
P5 16 28.57 40 71.43 56 100
P6 18 32.14 38 67.86 56 100
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Asumsi Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.
Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
Tabel 4.21 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.68228632
Most Extreme Differences Absolute .058
Positive .052
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z .432
Asymp. Sig. (2-tailed) .992
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.21, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,992. Karena nilai probabilitas , yakni 0,992, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Tabel 4.22 Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Partisipasi Anggaran .691 1.447 Kejelasan Sasaran
Anggaran
.764 1.309
Group Cohesiveness .884 1.131
Informasi Asimetri .888 1.126
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.22, nilai VIF dari variabel partisipasi anggaran ( ) adalah 1,447, nilai VIF dari variabel kejelasan sasaran anggaran adalah 1,309, nilai VIF dari variabel group cohesiveness adalah 1,131, dan nilai VIF dari variabel informasi asimetri adalah 1,126.
Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas
4.4 Analisis Koefisien Determinasi
Berdasarkan Tabel 4.23, nilai koefisien determinasi terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar . Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel budgetary slack sebesar 27,7%, sisanya sebesar 72,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Tabel 4.23 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .526a .277 .220 2.785
a. Predictors: (Constant), Group Cohesiveness, Kejelasan Sasaran Anggaran , Informasi Asimetri , Partisipasi Anggaran
b. Dependent Variable: Budgetary Slack
4.5 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji )
Uji bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas.
Tabel 4.24 Uji Pengaruh Simultan dengan Uji
a. Predictors: (Constant), Group Cohesiveness, Kejelasan Sasaran Anggaran , Informasi Asimetri , Partisipasi Anggaran
b. Dependent Variable: Budgetary Slack
Diketahui nilai F tabel adalah 2,55 (nilai F tabel tersaji di lampiran).
Berdasarkan Tabel 4.24, diketahui nilai F hitung adalah 4,874. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung (4,874) F tabel (2,55), maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap budgetary slack.
4.6 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Tabel 4.25 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.
Tabel 4.25 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji )
Model
Group Cohesiveness -.010 .067 -.019 -.152 .880
Informasi Asimetri .326 .152 .272 2.148 .036 Berdasarkan Tabel 4.25 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut :
Y = 19,265 - 0,194X1 - 0,034X2 - 0,010X3 + 0,326X4 + e
Berdasarkan Tabel 4.25, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, besertas interpretasinya (Tabel 4.26).
Tabel 4.26 Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya
Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi
Partisipasi anggaran
-0,194 (bernilai negatif), berarti partisipasi anggaran memiliki pengaruh negatif terhadap budgetary slack. Partisipasi anggaran
yang semakin baik, cenderung berdampak pada penurunan budgetary slack.
Kejelasan sasaran anggaran
-0,034 (bernilai negatif), berarti kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh negatif terhadap budgetary slack. Kejelasan sasaran anggaran yang semakin baik, cenderung berdampak pada
penurunan budgetary slack.
Group cohesiveness
-0,010 (bernilai negatif), berarti group cohesiveness memiliki pengaruh negatif terhadap budgetary slack. Group cohesiveness
yang semakin baik, cenderung berdampak pada penurunan budgetary slack.
Informasi asimetri
0,326 (bernilai positif), berarti informasi asimetri memiliki pengaruh positif terhadap budgetary slack. Informasi asimetri yang
tinggi, cenderung berdampak pada semakin tingginya budgetary slack.
Tabel 4.27 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai t Variabel
Nilai t Hitung
Nilai t Tabel (Tersaji di Lampiran)
Interpretasi
Partisipasi anggaran -2,432
2,007
Pengaruh partisipasi anggaran signifikan terhadap budgetary slack
(-t Hitung < -t Tabel) Kejelasan sasaran
anggaran -0,332
2,007
Pengaruh kejelasan sasaran anggaran tidak signifikan terhadap budgetary
slack (-t Hitung > -t Tabel)
Group cohesiveness -0,152
2,007
Pengaruh group cohesiveness tidak signifikan terhadap budgetary slack
(-t Hitung > -t Tabel)
Tabel 4.28 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig.)
Variabel Nilai Sig. Tingkat Signifikansi Interpretasi
Partisipasi anggaran 0,019
budgetary slack (Sig. > 0,05)
Group cohesiveness 0,880
Pengaruh faktor group cohesiveness 4.6.1 Pengujian Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Budgetary Slack
Berdasarkan Tabel 4.25 hingga Tabel 4.28, diketahui partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Dengan kata lain, partisipasi anggaran yang semakin baik, cenderung berdampak pada penurunan budgetary slack. Diketahui partisipasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Siti Pratiwi Husain (2011) dan Apriandi (2011) yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran yang tinggi dapat menurunkan terjadinya budgetary slack.
Pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack dengan arah negatif, artinya semakin tinggi anggaran partisipatif pada pemerintah daerah kabupaten Mandailing Natal baik melalui partisipasi individu maupun manajemen konsultasi maka budgetary slack dalam penyusunan anggaran akan semakin menurun. Selain itu partisipasi anggaran yang diterapkan pada pemerintah daerah Kabupaten Mandailing Natal dapat berjalan maksimal karena komunikasi
antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik sehingga bawahan merasa tidak perlu melakukan budgetary slack untuk kepentingan pribadinya karena para bawahan merasa tujuan organisasi dalam anggaran merupakan tujuan bersama yang harus dicapai secara bersama-sama pula.
4.6.2 Pengujian Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Budgetary Slack
Berdasarkan Tabel 4.18 hingga Tabel 4.21, diketahui variabel kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Dengan kata lain, kejelasan sasaran anggaran yang semakin baik, cenderung berdampak pada penurunan budgetary slack. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Restu Agusti (2013), Suhartono dan Solichin (2006) yang menyatakan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack.
Diketahui kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap budgetary slack. Ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kenis (1979) yang menyatakan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas.
Dengan kata lain jika suatu sasaran anggarannya sudah jelas maka senjangan anggaran (budgetary slack) tidak akan terjadi. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perbedaan ini hasil penelitian ini mungkin disebabkan adanya perbedaan karakter dari individu dalam penyusunan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal. Dalam RAK_SKPD yang akhirnya akan dijadikan bahan dalam dalam penyusunan anggaran SKPD, Kabupaten Mandailing Natal tidak begitu memperhatikan kejelasan sasaran anggaran, indikator kinerja yang tercantum dalam anggaran tidak terdefenisi dengan jelas dan terukur.
4.6.3 Pengujian Pengaruh Group Cohesiveness terhadap Budgetary Slack Berdasarkan Tabel 4.18 hingga Tabel 4.21, diketahui variabel group cohesiveness berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Dengan kata lain, group cohesiveness yang semakin baik, cenderung berdampak pada penurunan budgetary slack. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Falikhatun (2007) bahwa group cohesiveness berpengaruh positif terhadap budgetary slack.
Diketahui variabel group cohesiveness memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap budgetary slack. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2013) yang menyatakan bahwa group cohesiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Falikhatun (2007) yang mengatakan adanya pengaruh yang signifikan dari group cohesiveness terhadap budgetary slack. Hal ini dapat terjadi karena diantara individu di dalam suatu
organisasi tidak perlu terbentuk suatu kelompok yang disebut sebagai group cohesiveness untuk dapat menciptakan budgetary slack.
Hasil penelitian ini juga tidak mendukung teori Alvin Zander (1979, dalam Ikhsan, 2005) yang menyatakan bahwa Group Cohesiveness yang kuat akan meningkatkan kepuasan dan mengurangi absenteisme serta tingkat pergantian karyawan. Di lain pihak, Group Cohesiveness berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi dalam proses pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan Budgetary Slack, proses pengambilan keputusan bergantung pada keselarasan sikap kelompok
terhadap tujuan formal dan tujuan organisasi. Jika sikap tersebut menguntungkan dan tingkat kohesivitas tinggi, maka efisiensi dan efektifitas pengambilan keputusan juga tinggi, sebaliknya jika sikap tersebut tidak menguntungkan tetapi tingkat kohesivitas tinggi, maka tingkat efisiensi dan efektifitas akan menurun.
4.6.4 Pengujian Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack Berdasarkan Tabel 4.18 hingga Tabel 4.21, diketahui variabel informasi asimetri berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Dengan kata lain, informasi asimetri yang tinggi, cenderung berdampak pada semakin tingginya budgetary slack. Diketahui variabel informasi asimetri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack.
Hasil penelitian ini, didukung dengan teori yang di kemukakan oleh Suartana (2010 : 143) dalam Sawitri (2013) bahwa senjangan anggaran (budgetary slack) akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi informasi asimetri karena informasi asimetris mendorong bawahan/ pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran. Secara teoritis, informasi asimetri dapat dikurangi dengan memperkuat monitoring dan meningkatkan kualitas pegungakapan.
Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sawitri (2013) yang mengtakan bahwa informasi asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack. Dimana ketika informasi asimetri meningkat dalam proses penyusunan anggaran maka akan memicu meningkatnya budgetary slack pula.
4.6.5 Uji Signifikansi Pertimbangan Etika dalam Memoderasi Hubungan antara Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness, dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack
Ghokomitmen pimpinanali (2013) menyatakan terdapat tiga cara menguji regresi dengan varaibel moderating, yaitu: (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji residual. Dalam penelitian ini digunakan uji residual dan selisih mutlak. Digunakannya uji residual karena pada uji interaksi dan uji nilai selisish mutlak mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square (OLS) (Ghozali, 2013). Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut uji residual.
Tabel 4.29 Uji Signifikansi Pertimbangan Etika dalam Memoderasi Hubungan antara Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness, dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack
(Uji Residual)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.118 .697 1.604 .115
Budgetary Slack -.004 .031 -.018 -.132 .896
a. Dependent Variable: abs_residual_x1x2x3x4z
Dalam pengujian moderasi dengan pendekatan uji residual, suatu variabel dikatakan memoderasi variabel bebas jika koefisien regresi variabel tak bebas bernilai negatif dan signifikan (Ghozali, 2013:244). Perhatikan bahwa koefisien regresi dari budgetary slack bernilai negatif, namun tidak signifikan. Hal ini berarti pertimbangan etika tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri terhadap budgetary slack. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Miyati (2014) bahwa pertimbangan etika bahwa partisipasi anggaran dengan pertimbangan etika berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap budgetary slack.
Berdasarkan Tabel 4.30, diketahui pengaruh moderasi (R Square) sebesar 0,032%, di mana lebih kecil dari pada R Square sebelumnya, yakni 27,7%. Hal ini berarti pertimbangan etika memperlemah hubungan antara partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri terhadap budgetary slack.
Tabel 4.30
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .018a 0,00032 -.018 .73300
a. Predictors: (Constant), Budgetary Slack
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar . Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel budgetary slack sebesar 27,7%, sisanya sebesar 72,3%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sementara pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas, yakni partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri, signifikan secara statistika terhadap budgetary slack. Hasil pengujian pengaruh parsial, partisipasi anggaran dan informasi asimetri berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack, sementara kejelasan sasaran anggaran dan group cohesiveness tidak berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Pada hasil pengujian moderasi, pertimbangan etika tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, group cohesiveness, dan informasi asimetri terhadap budgetary slack.
Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini, peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap budgetary slack, serta memperluas ruang lingkup penelitian, agar hasil penelitian dapat diperluas. Dikarenakan variabel bebas partisipasi anggaran dan informasi asimetri berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack, maka instansi harus memprioritaskan dalam memperhatikan aspek tersebut, dikarenakan
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Restu, 2013. “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran dengan Dimoderasi Oleh Variabel Komitmen Organisasi”.
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru
Ali Maskun, (2009). “Analisis Faktor Etika, Budaya Birokrasi, Tekanan Sosial, dan Kapasitas Individu terhadap Budgetary Slack (Senjangan Anggaran) (Kajian Perilaku Eksekutif dalam Proses Penyusunan Anggaran di Badan Koordinator Wilayah II Jawa Timur).” Jurnal Aplikasi Manajemen. 7(I).
Hlm. 162-172.
Andri, Yohanes P, 2012. “Pengeruh Moderasi Informasi Asimetri dan Group Cohesiveness Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran Dengan Budgetary Slack”. Jurnal Econom, Vol. 8, No. 2 . Palembang Anthony, R.N dan V. Govindarajan, 2001. Management Controls Systems. Jilid I
Andri, Yohanes P, 2012. “Pengeruh Moderasi Informasi Asimetri dan Group Cohesiveness Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran Dengan Budgetary Slack”. Jurnal Econom, Vol. 8, No. 2 . Palembang Anthony, R.N dan V. Govindarajan, 2001. Management Controls Systems. Jilid I