• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Etika Penelitian

I. Pengolahan Data dan Analisa Data

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukkan untuk mendapatkan gambaran distribusi subyek penelitian serta menggambarkan variabel bebas yaitu Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) dan variabel terikat yaitu Perubahan- Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Penurunan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015.

b. Analisa Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi dengan menggunakan uji statistik T- test dependent dengan α = 0,05 yang bertujuan untuk menilai ada tidaknya pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi.

Tabel 3.3 Bivariat

Untuk Melihat Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Perubahan

Gejala Halusinasi

No Variabel halusinasi Variabel halusinasi Cara Analisis 1 Gejala pada klien halusinasi

yang meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial pada kelompok intervensi sebelum terapi aktivitas kelompok (data numerik)

Gejala pada klien halusinasi yang meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial pada kelompok intervensi sesudah diberikan terapi aktivitas

kelompok (data

numerik)

Paired t-test

41

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan yang berada di jalan Let.Jend.Jamin Ginting S KM.10/Jl.Tali Air No. 21 Medan. Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan adalah satu-satunya Rumah Sakit Jiwa Pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki pelayanan klasifikasi kelas “A” dengan sifat kekhususannya dikategorikan dengan type “B”. Dengan kemampuan pelayanan yang dimiliki saaat ini Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan juga merupakan Rumah Sakit Rujukan bagi Rumah Sakit lain diwilayah Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan.

Pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan dibagi menjadi dua unit pelayanan yaitu pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap.

Peran Rumah sakit terhadap Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien halusinasi sangat kurang, di karenakan perawat tidak begitu dekat dengan pasien. Dimana jumlah pasien yang begitu banyak jumlah yang Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan.

.

2. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 18 orang responden didapatbahwa karekteristik yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan bervariasi. Distribusi Karakteristik Responden ditampilkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu

Medan 2015 (n = 18)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia

<35 tahun (50.0%), jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 9 orang (50.0%), latar belakang pendidikan SMA sebanyak 13 responden (72.2%), pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 7 responden (38.9%), dan sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 8 responden (44.4%).

b. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia

Tabel 4.2

Analisa Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di

Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Gejala

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50 ,respon afektif sebesar 9,83 ,respon perilaku sebesar 9,44 , respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83

Tabel 4.3

Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK)

Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Gejala

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44.

Tabel 4.4

Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

(TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan perubahan gejala halusinasi pada respon kognitif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,50 dan sesudah diberikan TAK mengalami perubahan sebesar 6,17 yang menunjukkan adanya pengaruh TAK. Untuk respon afektif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon perilaku sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,44 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon sosial juga ada perbedaan sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,06 dan sesudah diberikan TAK rendah 6,39. Pada nilai komposit meunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi sebelum diberikan TAK tinggi 37,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 24,44.

3. Analisa Bivariat Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov hasil yang didapat respon kognitif ( ,615), respon afektif ( ,715), respon perilaku ( ,590), respon sosial ( ,361) dengan hasil yang didapat bahwa hasil tersebut dinyatakan normal.

Tabel 4.5

Hasil Uji Paired Sample Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi

Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara gejala halusinasi pada responden sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) dan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) dari hasil uji Paired Sample Test ditemukan p = 0,000 (p<0,05).

B. Pembahasan

1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil

a. Analisa gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50 ,respon afektif sebesar 9,83

,respon perilaku sebesar 9,44 , respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83.

Hasil penelitian sejenis belum ada, akan tetapi peneliti menemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2010) mengenai pengaruh terapi kerja terhadap perubahan gejala halusinasi pada pasien psikosis di RSJ daerah Surakarta. Hasil penelitian diperoleh sebelum diberikan terapi sebagian besar yaitu 7 orang (70%) gejala halusinasi dalam kategori berat.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan kemampuan mengontrol halusinasi sebagian besar dalam katagori kurang sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi, hal tersebut terjadi karena semua responden belum pernah mendapat pengetahuan tentang pengenalan halusinasi yang dialami dan cara mengontrol bila halusinasi muncul aktivitas kelompok stimulasi persepsi disebabkan karena dapat merangsang atau menstimulasikan responden melalui kegiatan yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan dengan tujuan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladatif.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, perlunya peningkatan pengetahuan klien dalam mengatasi halusinasi mereka dan perlunya terapi aktivitas kelompok dilakukan secara teratur dan dukungan dari para petugas kesehatan.

b. Analisa perubahan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas

kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44.

Penelitian ini didikung oleh penelitian yang dilakukan oleh Talilah (2011) dimana ada pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi, Suryaningsih (2007) menyatakan TAK stimulasi persepsi berpengaruh terhadap penurunan frekuensi halusinasi. Kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya berimplikasi bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan terapi untuk penanganan halusinasi pasien jiwa.Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan TAK stimulasi persepsi halusinasi bertujuan untuk membentuk kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah dengan stimulus yang diberikan kepada pasien.

Salah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi sesudah diberikan Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan adanya ketertarikan responden terhadap Terapi Aktivitas Kelompok yang dilaksanakan, sehingga setelah dilaksananaknya TAK ini, kemampuan responden dalam mengontrol halusinasi dapat mengalami peningkatan. Pada saat sebelum dilakukannya TAK, sebagian besar responden hanya dapat mengingat dan melakukan satu atau dua cara untuk mengontrol halusinasinya. Namun setelah dilakukannya TAK, hampir seluruh responden dapat mengingatnya dan melakukan kelima cara mengontrol halusinasi. Hasil tersebut diartikan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang diterapkan pada pasien terbukti efektif meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang

dilakukan pada kelompok penderita berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, bahwa klien mampu mengatasi gejala halusinasi sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok dan mengetahui cara-cara mengatasinya secara mandiri.

c. Analisa perbedaan sebelum dan sesudah terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi responden yang mengalami halusinasi sebelum intervensi yang meliputi respon kognitif sebesar 9,50, respon afektif sebesar 9,83, respon perilaku sebesar 9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83.

Sementara itu, perubahan halusinasi dengan skizofrenia mengalami perubahan sesudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. Halusinasi mengindikasikan bahwa ada perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi.

Dari hasil penelitian Elisabet (2008 ).menyatakan dengan cara menghardik halusinasi pada terapi aktivitas kelompok klien dapat menolak halusinasi yang akan muncul dengan mengatakan tidak terhadap halusinasi dan tidak mempedulikannya.

Terapi aktivitas kelompok yang diberikan stimulus pada klien bisa mengontrol halusinasi yang bertujuan agar klien dapat menjelaskan cara yang selamaini dilakukan untuk mengalami halusinasi. Klien

juga dapat memahami dinamika halusinasi, cara menghardik halusinasi dandapat memperagakan cara menghardik halusinasi ( Videbeck, 2008 ).

Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu terapi aktivitas sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Akemat, 2012).

Dengan terapi aktifitas kelompok (TAK) : stimulasi persepsi, maka akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan yaitu perilaku yang baik.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi disini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami klien. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, kemampuan ini disebabkan karena proses pelaksanaan TAK yang berkesinambugan.

Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga responden yang lain terstimulus untuk melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada klien supaya mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah orang lain.

d. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh TAK terhadap perubahan gejala halusinasi responden yang dinilai dengan

menggunakan uji statistik uji Paired Sample Test diperoleh nilai hitung p = 0.000 (p<0.05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi Sundeen (1998). Dengan mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi frekuensi halusinasi akan menurun, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronika dkk (2007) bahwa frekuensi halusinasi sesudah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi halusinasi sebelum pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi.

Hasil penelitian Wijayanti (2012) juga mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa terapi okupasi berpengaruh terhadap perubahan gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia karena proses terapi okupasi adalah merangsang atau menstimulasikan pasien melalui aktivitas yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan untuk mengalihkan halusinasi pada dirinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, Wijayanti, dan Upoyo (2008), dengan judul Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran di ruang Sakura RSUD Banyumas terhadap 30 pasien halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat kecemasan sebelum dilakukan TAK dan sesudah dilakukan TAK. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi dalam mengontrol halusinasi pasien.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Masdelita (2013), dengan judul Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, menunjukkan adanya pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terhadap pasien di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, sehingga dalam hal ini pelaksanaan TAK sangat perlu ditingkatkan serta dilakukan secara kontiniu dan berkesinambungan.

Pasien dengan halusinasi pada awalnya menunjukkan sikap apatis, menarik diri, mengisolasi diri dan tidak mau berkomunikasi (Keliat &

Akemat, 2005). Kemudian setelah diberikan TAK stimulasi persepsi pasien sudah mau berinteraksi dengan lingkungan. Ini sesuai dengan hasil penelitian dimana pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap – cakap, melakukan kegiatan terjadwal dan patuh minum obat. Kondisi fisik pasien dapat berpengaruh dalam pelaksanaan TAK, dimana kondisi pasien yang tidak sehat tidak dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan optimal. Dalam melaksanakan TAK peneliti menggunakan data pendukung yaitu data rekam medis untuk melihat perkembangan pasien. Dapat disimpulkan bahwa TAK berpengaruh terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi karena pasien mau mengungkapkan komunikasi verbal pada saat TAK, dengan mengikuti TAK, frekuensi halusinasi akan menurun, melalui kegiatan TAK stimulasi persepsi, responden akan mendapatkan pengalaman satu dengan yang lain antara pasien, dengan berbagi pengalaman pasien akan lebih banyak mendapatkan informasi dan akan dengan segera mendapatkan umpan balik dari anggota kelompok lain.

Penurunan kecemasan pada responden setelah dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi dapat terjadi karena responden sudah mampu mengenal halusinasi, mengenal waktu dan situasi terjadinya halusinasi dan mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi. Dari pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi, responden juga telah mampu memperagakan cara mengontrol dan mencegah halusinasi yaitu dengan cara menghardik, melakukan kegiatan harian terjadwal, melakukan percakapan dengan orang lain dan mampu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar serta mampu mengenal keuntungan minum obat dan kerugian akibat tidak minum obat.

Asumsi peneliti dari hasil observasi peneliti bahwa dalam penanganan gangguan jiwa, obat bukan segala-galanya, namun diperlukan pula konseling, psikoterapi serta rehabilitasi. Berbagai riset menunjukkan bahwa faktor penyebab gangguan jiwa sangat kompleks, meliputi faktor fisik, psikologis dan sosial. Salah satu terapi lain selain obat adalah terapi aktivitas kelompok.

2. Keterbatasan Penelitian a. Keterbatasan pada lokasi

Lokasi untuk melakukan TAK kurang mendukung karena suasana yang kurang nyaman dan banyak orang yang lewat sehingga mengganggu konsentrasi klien karena mata mereka tertuju pada orang tersebut.

b. Keterbatasan pada sampel

Keterbatasan penelitian ini pada pengambilan sampel dengan simple random sampling dengan jumlah populasi 323 menggunakan rumus Nursalam sehingga jumlah sampel sedikit dengan 18 sampel.

53

Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik demografi yang dilakukan oleh peneliti Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad IldremDaerah Provsu Medan terhadap 18 orang responden yang mengikuti kegiatan TAKS, diperoleh data yakni rata-rata umur responden berusia <35 tahun, berpendidikan sampai pada jenjang SMA, pekerjaan wiraswasta, status menikah, jenis kelamin sama rata laki-laki dan perempuan.

1. Rata-rata gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50 ,respon afektif sebesar 9,83,respon perilaku sebesar 9,44 ,respon sosialsebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83

2. Rata-rata perubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sesudah terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44.

3. Rata-rata perbedaan gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum dan sesudah terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,50 dan sesudah diberikan TAK mengalami perubahan sebesar 6,17 yang menunjukkan adanya pengaruh TAK. Untuk respon afektif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon perilaku sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,44 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon sosial juga ada perbedaan sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,06 dan sesudah diberikan TAK rendah 6,39. Pada nilai komposit meunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi sebelum diberikan TAK tinggi 37,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 24,44.

4. Hasil Uji Paired Sample Test menunjukkanbahwa ada pengaruh yang signifikan padaperubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum dan

sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok dengan nilai p= 0,000 (p<0,05).

B. Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Responden

Apabila penyakitnya klien kambuh maka kloiien mampu mengatasi secara mandiri dengan cara mengenal halusinasi, menghardik halusinasi, bercakap-cakap, menyusun kegiatan terjadwal, dan minum obat.

2. Bagi Praktek Keperawatan

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memberikan asuhan TAK stimulasi persepsi halusinasi karena dapat mengurangi gejala halusinasi klien.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pengambilan metode sampel diharapkan dapat menggunakan metode yang lain untuk memperbanyak jumlah sampel dan menggunakan rumus yang lain. Perlu ada penelitian-penelitian yang lain dengan menambah variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap penurunan gejala halusinasi pada klien skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Berger, K. (2005). The Developing Person: Trought The Life Span. New Tork:

Worth.

Dantas, etal. (2011). Insight Controlled for Cognition in Deficit and Nondeficit Schizophrenia. Schizoprenia Research128 (2011) p.124-126. In Science Direct.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Tahun 2007.

Doengoes, M.E., Townsend.M.C., & Moorhouse,M.F.(2007). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. ( ). Jakarta : EGC.

Elizabeth B . (2008).Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Folsom, et.al. (2009). Physical and Mental Health-Related Quality of Life Among Older People with Schizophrenia. Schizoprenia Research 108 (2009) p.207-213. In Science Direct

Isaac . (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatri.( ). Jakarta : EGC.

Isnaeni, J., Wijayanti, R & Upoyo, A,S. (2008). Efektivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan halusinasi pendengaran diruang Sakura RSUD Banyumas. Diperoleh tanggal 13 Januari 2013 dari http://jurnal online. unsoed. ac. Id /index.

php/ keperawatan /article /download /289 /131.

Keliat & Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

_________ (2005). Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta:

EGC.

_________. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

_________. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC.

Lumbantobing. (2007). Skizofrenia. Jakarta : FKUI

Masdelita. (2013). Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Skripsi PSIK UR. Tidak dipublikasikan.

Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pardede, J.A, Keliat, B.A & Wardani, I.Y, (2013). Pengaruh Acceptance And Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Gejala: Kemampuan Menerima Dan Berkomitmen Pada Pengobatan Dan Kepatuhan Klien Skizofrenia. Depok: Tesis FIK UI.

Parendrawati, D.P. (2008).Pengaruh Terapi Token Ekonomi pada Klien Defisit Perawatn Diri di Rumah Sakit Dr.Marzoeki Mahdi Bogor. Depok : Tesis FIK UI

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice. Mosby Year Book, Inc.

________ (2010). Fundamental Keperawatan. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Purwaningsih & Karlina.(2009). Asuhan KeperawatanJiwa. Jogjakarta : Nuha Medika.

Purwanto. (2010). Pengaruh Terapi Kerja Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Pasien Psikosis di RSJ Daerah Surakarta.Jakarta: Tesis FIK UI, Tidak Dipublikasikan.

Rhoads, J. (2011). Clinical Consult for Psychiatric Mental Health Care. New York : Springer Publishing Company.

Sadock, B.J., Kaplan, Harold.I. & Sadock, V.A. (2003). Kaplan And Sadock’s Sypnosis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry : Lippincott Williams & Vilkins.

________ (2007). Kaplan And Sadock’s Sypnosis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. ( ed). : Lippincott Williams & Vilkins Santrock, J. (2007). Life span Development. Ed. New York: McGraw-Hill Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi 4. Jakarta: Sagung seto

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Keperawatn.

Yogyakata : Graha Ilmu.

Shives L.R. (2012). Basic Concepts Psychiatric Mental Health Nursing. ( ed).

Philadelphia : Lippincott Williams & Vilkins

Sihotang, L.G. (2010). Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Provsu Medan. Diperoleh tanggal 1 Juni 2013 dari http://repository.usu.ac.id/6/Abstract.pdf

Stuart and Laraia. (2005). Principles and Practice of Psichiatrik Nursing. St.Louis : The Mosby year Book.

Suryaningsih, V. (2007). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terrhadap frekuensi halusinasi di ruang P2A rumah sakit Grhasia propinsi DIY. Skripsi,Tidak Dipublikasikan.

Talilah, R. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Bangsal Rawat Inap Abimanyu dan Arjuna RSJD. Dr. RM Soeradjarwadi Klaten .Skripsi,Tidak Dipublikasikan.

Tek, C., Kirkpatrick, B., & Buchanan, R.W. (2001). A Five-Year Followup Study of Deficit and Nondeficit Schizoprenia. Schizoprenia Research 49 (2001) p. 253-260. In Science Direct.

Undang-Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Undang-Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Dokumen terkait